Anda di halaman 1dari 15

FARMASI RUMAH SAKIT 5.

Kepedulian (Empathy)
Materi 1 Memberikan perhatian secara individual penuh kepada
Mutu Pelayanan pasien dan keluarganya, seperti kemudahan untuk
- Menurut Aswar (1996) dalam Purwoastuti dan Walyani menghubungi dan kemampuan untuk berkomunikasi.
(2015) mutum pelayanan kesehatan adalah pelayanan Kepuasan Pelanggan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap jasa pemakai - Mutu pelayanan kesehatan akan berdampak pada
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan kepuasan pelanggan/pasien.
rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai - Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa
dengan standar dan kode etik profesi (misalnya mutu seseorang yang muncul setelah membandingkan antara
pelayanan kefarmasian di RS). hasil/produk yang diharapkan dengan kinerja/hasil yang
- Menurut National Academies‟ Institute of Medicine (1990), diharapkan.
mutu layanan kesehatan adalah derajat ketika layanan 1. Jika kinerja dibawah harapan, maka pelanggan merasa
kesehatan bagi individu maupun populasi meningkatkan tidak puas.
probabilitas hasil akhir kesehatan yang diinginkan dan 2. Jika kinerja memenuhi harapan , pelanggan puas.
konsisten dengan pengetahuan professional saat ini. 3. Jika kinerja melebihi harapan, maka pelanggan amat
- Mutu pelayanan kefarmasian di RS dilaksanakan melalui puas atau senang.
evaluasi dan monitoring. - Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien
- Penjaminan mutu pelayanan kefarmasian harus yang timbul akibat dari kinerja layanan yang diperolehnya
terpenuhinya hal berikut : : setelah membandingkannya dengan apa yang
1. Standar minimal IFRS. diharapkannya
2. Standar pelayanan kefarmasian di RS. - Tingkat kepuasan pelanggan adalah added value /nilai
3. Melaksanakan kode etik apoteker Indonesia. tambah bagi dokter, paramedis, perusahaan farmasi,
4. Praktik kefarmasian yang sesuai dengan standar pemasok alat-alat kedokteran, termasuk pimpinan institusi
kompetensi Apoteker Indonesia. penyedia jasa pelayanan kesehatan (termasuk apoteker).
Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan - Value adalah nilai thd jenis pelayanan yang diberikan
Kesehatan/kefarmasian kepada pelanggan.
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru 1. Kalau value pelanggan adalah pelayanan kesehatan
penggunaan alat seperti laser, terapi, penggunaan gen yang bermutu maka kepuasan pelanggan adalah mutu
dan lain-lain. pelayanan kesehatan.
2. Nilai masyarakat 2. Kalau value pelanggan adalah kesembuhan dari
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang serangan penyakit, maka kepuasan pelanggan adalah
tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam kesembuhan ).
penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan Pengembangan mutu pelayanan kesehatan
kesehatan, demikian juga sebaliknya. - Pengembangan mutu pelayanan kesehatan, harus
3. Aspek legal dan etik mengikuti empat kaidah jaminan mutu :
Tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan 1. Pemenuhan kebutuhan dan harapan individu atau
makin tinggi, sehingga pelaku pemberi pelayanan kelompok masyarakat pengguna jasa pelayanan
kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan.
kesehatan secara professional dengan memperhatikan 2. Mengikuti sistem dan proses (standar) yang berlaku
nilai-nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat. pada institusi pelayanan kesehatan.
4. Ekonomi 3. Menggunakan data untuk menganalisis output dan
Semakin tinggi ekonomi seseorang maka pelayanan outcome pelayanan kesehatan.
kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, Output (hasil) dalah jumlah atau units pelayanan yang
begitu pula sebaliknya keadaan ekonomi ini yang akan diberikan atau jumlah orang-orang yang telah dilayani,
dapat mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan sedangkan outcome s (dampak) adalah respon pasien
(Alimul dalam Sari ,2018) terhadap pelayanan yang diberikan.
5. Politik 4. Mendorong berkembangnya team work yang solid untuk
Kebijakan pemerintah/system politik akan berpengaruh mengatasi setiap hambatan dan kendala yang muncul
dalam system pemberian pelayanan kesehatan (misalnya dalam proses pengembangan mutu secar
dengan adanya BPJS kesehatan, dll) berkesinambungan.
Dimensi mutu pelayanan Manfaat Kepuasan
1. Bukti Langsung (Tangibels) - Pelayanan yang memuaskan dapat memberikan suatu
Penampilan dan kelengkapan fasilitas fisik seperti ruang manfaat tersendiri antara lain sebagai berikut :
perawatan, gedung, tempat parkir, kebersihan, kerapian, 1. sarana untuk menghadapi kompetisi dimasa
kenyamanan ruangan tunggu dan ruang pemeriksaan, mendatang.
kelengkapan peralatan komunikasi . 2. promosi terbaik.
2. Kehandalan (Reliability) 3. aset perusahaan/pemberi pelayanan terpenting.
berkaitan dengan ketepatan waktu pelayanan 4. menjamin pertumbuhan dan perkembangan
pendaftaran, waktu pengobatan dan pemeriksaan, perusahaan.
kesesuaian antara harapan dan realisasi waktu bagi 5. Pelanggan makin kritis dalam memilih
pasien. produk/pelayanan.
3. Daya tanggap (Responsiveness) 6. Pelanggan puas akan kembali.
Respon, kesigapan serta kemampuan untuk membantu 7. Pelanggan yang puas mudah memberikan referens
pelanggan dan meningkatkan pelayanan thd pelanggan.
4. Jaminan (Assurance) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan :
Memberikan pelayanan berdasarkan pengetahuan 1. Kualitas produk atau jasa
terhadap produk secara tepat, jaminan keselamatan, yang digunakan berkualitas.
keterampilan dalam memberikan keamanan, dalam 2. Harga
memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan kemampuan Harga produk atau jasa merupakan aspek penting,
dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap namun yang terpenting adalah kualitas untuk mencapai
perusahaan. kepuasan pasien.
1
3. Emosional a. Kompetensi teknik dokter dan atau profesi layanan
Pasien akan merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kesehatan lain yang berhubungan dengan pasien
akan kagum bila pasien memilih institusi pelayanan (termasuk kompetensi apoteker).
kesehatan yang sudah mempunyai pandangan, b. Keluaran dari penyakit atau bagaimana perubahan
cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. yang dirasakan oleh pasien sebagai hasil dari layanan
4. Kinerja kesehatan (termasuk partisipasi apoteker dalam
Kecepatan, kemudahan dan kenyamanan pelayanan PIO/PTO).
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama 3. Kepuasan terhadap proses layanan kesehatan, termasuk
bila waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan hubungan antar manusia. Ditentukan dengan melakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien dan kenyamanan pengukuran:
dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan a. Sejauh mana ketersediaan layanan rumah sakit
kelengkapan peralatan RS. menurut penilaian pasien.
5. Estetika b. Persepsi tentang perhatian dan kepedulian dokter dan
Estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat atau profesi layanan kesehatan lain. (kepedulian
ditangkap oleh pancaindra. Misalnya keramahan, apoteker dalam melaksanakan standar pelayanan
perawat, peralatan yang lengkap dan sebagainya. kefarmasian)
((Nursalam, 2015) c. Tingkat kepercayaan dan keyakinan terhadap dokter.
6. Karakteristik Produk d. Tingkat pengertian tentang kondisi atau diagnosis.
penampilan bangunan, kebersihan dan tipe kelas kamar e. Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti
yang disediakan beserta kelengkapannya. nasehat dokte atau rencana pengobatan (Pohan
7. Pelayanan (2007) dalam Az-zahroh , 2017)
Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien 4. Kepuasan terhadap sistem layanan kesehatan.
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Ditentukan oleh sikap terhadap:
8. Lokasi a. Fasilitas fisik dan lingkungan layanan kesehatan.
Umumnya semakin dekat lokasi dengn pusat perkotaan b. Sistem perjanjian, termasuk menungu giliran, waktu
atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan tunggu, pemanfaatan waktu selama menunggu, sikap
lingkungan yang baik akan menjadi pilihan bagi pasien. mau menolong atau kepedulian personel, mekanisme
9. Fasilitas pemecahan masalah dan keluhhan yang timbul
sarana dan prasarana, tempat parker, ruang tunggu yang (pelayanan kefarmasian yang tepat, aman, cepat
nyaman dan ruang kamar rawat inap. c. Lingkup dan sifat keuntungan layanan kesehatan
10. Komunikasi yang ditawarkan.
Bagaimana keluhan dari pasien dengan cepat diterima Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian
oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan - Pengendalian Mutu adalah mekanisme kegiatan
bantuan terhadap keluhan pasien. pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang
11. Suasana diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat
Suasana meliputi keamanan dan keakraban. Suasana diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu.
yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat - Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian merupakan
mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang
penyembuhannya. sedang berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini
12. Desain Visual dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi.
Desain visual meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan - Tujuan kegiatan ini untuk menjamin Pelayanan
desain jalan yang tidak rumit. Tata ruang dan dekorasi Kefarmasian yang sudah dilaksanakan sesuai dengan
ikut menentukan suatu kenyamanan. rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang.
Indikator Kepuasan Pasien - Pengendalian mutu Pelayanan Kefarmasian harus
Menurut Foenell, dkk dan Tjiptono dalam Wangi (2017), terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan
kepuasan pelanggan dapat dibentuk melalui 3 item yaitu : kesehatan Rumah Sakit yang dilaksanakan secara
- Tingkat kepuasan terhadap pelayanan secara keseluruhan berkesinambungan.
(overall satisfaction) Pelaksanaan pengendalian
- Tingkat kepuasan terhadap pelayanan apabila 1. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana
dibandingkan dengan jasa sejenis (expectation) . kerja dengan membandingkan antara capaian dengan
- Tingkat kepuasan pelanggan selama menjalin hubungan rencana kerja.
dengan perusahaan (experience). 2. memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.
- Dengan memberikan kepuasan pada pelanggan akan Tindakan hasil monitoring dan evaluasi:
membangun kesetiaan pelanggan dan akhirnya dapat 1. melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai target
menciptakan hubungan yang erat antara pelanggan yang ditetapkan
danperusahaan atau nstitusi. 2. meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
Indikator ungtuk mengukur kepuasan pasien memuaskan.
1. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan , Tahapan program pengendalian mutu:
dinyatakan oleh sikap dan pengetahuan tentang: a. Mendefinisikan/menetapkan kriteria kualitas Pelayanan
a. Sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada Kefarmasian yang diinginkan.
waktu dan tempat saat dibutuhkan. b. Penilaian kualitas Pelayanan Kefarmasian yang sedang
b. Kemudahan memperoleh layanan kesehatan, baik berjalan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam keadaan biasa ataupun dalam keadaan gawat c. Pendidikan personel dan peningkatan fasilitas pelayanan
darurat. bila diperlukan
c. Sejauh mana pasien mengerti bagaimana sistem d. Penilaian ulang kualitas Pelayanan Kefarmasian
layanan kesehatan itu bekerja, keuntungan dan e. Up date kriteria.
tersedianya layanan kesehatan. Dalam pelayanan Langkah–langkah dalam aplikasi/pelaksanaan program
kefarmasian meliputi petersediaan obat, pelayanan pengendalian mutu :
cepat. a. Pemilihan subyek dari program
2. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan. Dinyatakan b. Penentuan jenis Pelayanan Kefarmasian yang akan
oleh sikap terhadap: dipilih berdasarkan prioritas
2
c. Tetapkan kriteria suatu Pelayanan Kefarmasian sesuai 6. Penelitian
dengan kualitas pelayanan yang diinginkan - Melakukan penelitian
d. Sosialisasi kriteria Pelayanan Kefarmasian yang - Berpartisipasi dalam berbagai penelitian
dikehendaki - Menyiapkan sumber informasi dalam penelitian.
e. Lakukan sebelum program dimulai dan disosialisasikan 7. Pemberian obat yang aman
pada semua personil serta menjalin konsensus dan - Adanya kebijakan tentang penggunaan obat antara
komitmen bersama untuk mencapainya lain penulisan resep, pemberian obat di ruangan oleh
f. Lakukan evaluasi terhadap mutu pelayanan yang sedang perawat, adanya pelaporan ROTD, obat yang dibaea
berjalan menggunakan kriteria pasie rawat inap tidak boleh digunakan, dll
g. Apabila ditemukan kekurangan memastikan penyebab 8. Mutu pelayanan IFRS
dari kekurangan tersebut - Harus melaksanakan program jaminan mutu pelayanan
h. Rencanakan formula untuk menghilangkan kekurangan kefarmasian.
i. Implementasikan formula yang telah direncanakan - Adanya interaksi antara penderita dan IFRS.
j. Reevaluasi dari mutu pelayanan. - Adanya interaksi antara dokter, apoteker, dan perawat.
Indikator pencapaian - Evaluasi mutu pelayanan kefarmasian.
a. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang - Melaksanakan dispensing, PIO, konselng.
digunakan untuk mengukur terpenuhi tidaknya standar KFT (Komite Farmasi dan Terapi)
masukan, proses, dan lingkungan. TFT (Tim Farmasi dan Terapi)
b. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang - Dasar pemikiran terbentuknya KFT : Dengan beragamnya
ditetapkan untuk mengukur tercapai tidaknya standar keberadaan obat di RS untuk mendapatkan penggunaan
penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan. obat yang aman dan efektif, maka perlu adanya program
Waktu pelaksanaan evaluasi yang baik untuk memaksimalkan penggunaan obat yang
a. Prospektif adalah program dijalankan sebelum pelayanan rasional. Maka dibentuk KFT.
dilaksanakan, contoh: standar prosedur operasional, dan - KFT melakukan evaluasi terhadap penggunaan obat ,
pedoman. mengembangkan kebijakan dan prosedur untuk mengatur
b. Konkuren adalah program dijalankan bersamaan dengan penggunaan dan pemberian obat, mengelola sistem
pelaksanaan pelayanan. contoh: memantau kegiatan formularium.
konseling Apoteker, peracikan Resep oleh Asisten - KFT adalah kelompok penasihat bagi staf medis yang
Apoteker. berfungsi sebagai alat komunikasi (penghubung) antara
c. Retrospektif adalah program pengendalian yang IFRS dan staf medis dalam hal yang berkaitan dengan
dijalankan setelah pelayanan dilaksanakan. terapi obat.
contoh: survei konsumen, laporan mutasi barang, audit - KFT adalah badan pembuat kebikjakan, prosedur/SOP
internal. yang berkaitan dengan obat , dan membuat rekomendasi
kepada pimpinan RS.
Materi 2 - Tujuan dari KFT/TMT adalah mengembangkan kebijakan
Standar Minimal IFRS dan rekomendasi pendidikan bagi perofesi kesehatan yng
1. Manajerial berkaitan dengan obat .
- IFRS dipimpin oleh apoteker yang profesional - KFT merupakan badan pembuat rekomendasi bagi
- Memimpin dan bertanggung jawab pada seluruh pimpinan RS dan staf medis mengenai hal yang berkaitan
kegiatan dengan penggunaan obat.
- Mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan. - Komite/Tim Farmasi dan Terapi harus dapat membina
- Memyiapkan laporan berkala hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit
- Menetapkan visi dan misi. yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat.
- Dibantu oleh administrasi, TTK yang cukup dan - Seluruh kelas RS umum dan khusus (A,B,C,D) diwajibkan
terlatih. memiliki KFT
- Ada kebijakan dan SOP A. Organisasi KFT/TFT
- Ada proses jaminan mutu Keanggotaannya terdiri dari :
- Bekerjua 24 jam - KFT/TFT terdiri dari dokter, apoteker, dan tenaga
2. Fasititas kesehatan lain yang di perlukan.
- Lokasi memudahkan pemberian pelayanan kepada - KFT/TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau
pasien, seorang apoteker.
- Tersedia prasarana dan sarana yang cukup - Bila Ketusa adalah dokter ,maka sekretaris apoteker,
3. Distribusi dan pengendalian obat sedangkan bila ketua nya apoteker maka sekretarisnya
- Ada formularium yang direvisi terus menerus dokter.
- Ada prescribing review - KFT/TFT harus mengadakan rapat secara teratur paling
- Ada kebijakan pengendalian obat sedikit 2 (dua) bulan sekali dan untuk rumah sakit
- Sistem distribusi yang digunakan : individu, floor besar rapat diadakan sekali dalam 1 (satu) bulan.
stock, unit dose - Rapat dapat mengundang pakar dari dalam maupun
- Ada pencampuran dari luar rumah sakit yang dapat memberikan masukan
4. Informasi obat bagi pengelolaan KFT/TMF, memiliki pengetahuan
- Memelihara sumber informasi khusus, keahlian-keahlian, atau pendapat tertentu
- Memberikan konsultasi kepada profesi lain tentang yang bermanfaat.
obat - KFT/TFT perlu menetapkan aturan mengenai kuorum
- Memberikan informasi obat kepada seluruh pasien yang mewakili stakeholder dalam setiap pertemuan ,
5. Jaminan terapi obat yang rasional misalnya jumlah anggota dan perwakilan minimal yang
- Cara dispensing yang aman harus ada dalam rapat.
- Ada informasi yang cukup tentang pasien - Dalam membuat kebijakan KFT harus memperhatikan
- Ada pengkajian resep, MESO, EPO. aturan yang lebih tinggi.
- Ada partisipasi dalam pengembangan formularium B. Tugas
- Apoteker aktif dalam panitia yang berkaitan dengan - Menyusun program kerja yang disetujui oleh
obat direktur.
3
- Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat - Mengatur perwakilan - Informasi Obat
di rumah sakit. ind.faramasi - Prosedur konseling
- Menyusun formularium RS - Pemberian obat pasien - Visite bersama
- Sistem distribusi - Penanganan bencana
- Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan
- Obat non formularium - Standar waktu pemberian
masuk dalam formularium rumah sakit. - Obat sitotoksik obat
- Mengembangkan standar terapi.
- Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Sistem Formularium Dan Formularium
obat. - Sistem Formularium adalah metode yang digunakan staf
- Melakukan intervensi dalam meningkatkan medik di RS yang bekerja melalui KFT /TFT untuk
penggunaan obat yang rasional. mengevaluasi, menilai, dan memilih dari berbagai zat aktif
- Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak obat yang tersedia yang dianggap paling berguna dalam
dikehendaki. perawatan pasien.
- Mengkoordinir penatalaksanaan kesalahan - Sistem formularium merupakan kumpulan kebijakan
penggunaan obat (medication error). /prosedur/SOP untuk memastikan mutu pengendalian
- Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan obat.
penggunaan obat di rumah sakit. - Sistem formularium berisi kebijakan yang berkaitan dengan
- Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat Yang obat, termasuk kebijakan penyusunan dan penggunaan
Tidak Dikehendaki (ROTD) formularium.
- Menentukan sistem distribusi yang digunakan. - Produk utama dari sistem formularium adalah
C. Peran/uraian tugas keanggotaan KFT/TFT formularium.
1. Ketua - Hanya obat yang terpilih yang tersedia di RS.
a. Memimpin KFT/TFT, Mengkoordinasi kegiatan - Formularium adalah dokumen berisi kumpulan produk
KFT/TFT, Mengkoordinasi seluruh yang dibutuhkan obat yang dipilih KFT disertai informasi tambahan penting
dalam penyusunan formularium rumah sakit. yang terus menerus direvisi, yang merefleksikan
2. Sekretaris pertimbangan klinik mutakhir dari staf medik.
a. Mengajukan agenda dan pokok bahasan rapat - Pemilihan obat untuk Formularium Rumah Sakit disusun
(agenda rapat). berdasarkan Formularium Nasional, obat diluar
b. Mencatat hasil pertemuan, penyiapan , dan formularium nasionbal yang dianggap perlu, dan standar
melaksanakan rekomendasi. terapi.
c. Komunikasi /desiminasi keputusan rapat terhadap - Sistem Formularium mengatur penggantian obat :
tenaga kesehatan. a. Substitusi generik : penggantian obat dengan
d. Menetapkan jadwal pertemuan. kandungan obat/generik yang sama.
3. Peran apoteker b. Substitusi terapi : penggantian dengan obat yang
a. Analisis dan diseminasi informasi ilmiah, klinis, dan berbeda kandungan/komposisi), tapi memiliki efek yang
farmakoekonomi yang terkait dengan obat atau kelas sama. Substitusi terapi dilaksanakan berdasarkan
terapi yang sedang ditinjau. pengaturan atau protokol antara apoteker dengan
b. Evaluasi penggunaan obat dan menganalisis data. dokter yang telah disetujui.
4. Anggota - Obat non formularium adalah obat yang tidak ada dalam
a. Memberi masukan tentang hal/masalah di tiap SMF formularium (tdak ada generik yang sama), tapi dibutuhkan
b. Memberi solusi terhadap permaslahan yang terjadi. oleh staf medik. Penggunaannya harus ada persetujuan
dari KFT.
- Usulan obat non formularium menggunakan formulir
usulan obat non formularium kepada KFT.
- Formulir memuat minimal :
a. Nama pengusul
b. Nama SMF
c. Nama obat
d. Alasan
e. Bukti ilmiah dari obat yang akan diusulkan (efektivitas,
ES, KI)
Untuk Meningkatkan Keberhasilan Kft /Tmt : f. Harga
1. Ada penetapan tugas, fungsi, kewajiban, tanggungjawab, Sistematika Formularium Rumah Sakit:
wewenang, dan hak yang jelas dari direktur RS. 1. Sambutan Pimpinan Rumah Sakit
2. Ada kriteria untuk keanggotaan KFT. 2. Kata pengantar ketua Komite/Tim Farmasi dan Terapi
3. Anggota harus memiliki pengetahuan yang sesuai 3. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang
4. Mampu mengembangkan hubungan interpersonal dari Komite/Tim Farmasi dan Terapi
anggotanya 4. Surat Keputusan Pimpinan RS tentang Pemberlakuan
5. Mampu memberikan informasi dan mengembangkan Formularium RS
kemapuan manajerial anggotanya 5. Kebijakan penggunaan obat di rumah sakit
6. Ada sarana dan prasarana yang memadai. 6. Prosedur yang mendukung penggunaan formularium dan
7. Ada dukungan dari Komite Medik/pimpinan obat non formularium
Contoh Kebijakan 7. Daftar obat yang sekurangnya memuat nama generik
- Memasukan dan - Obat emergensi obat, nama dagang, kekuatan sediaan, bentuk sediaan,
mengeluarkan obat dari - Obat di ruang bedah rute pemberian, perhatian/peringatan dan restriksi jika
formularium - Obat IGD diperlukan.
- Menetapkan obat - Obat diruang perawatan 8. Lampiran formularium, terdiri dari formulir pengajuan
formularium dan non - Pemantauan ROM
usulan obat untuk masuk dalam formularium (lampiran
formularium - Prosedur EPO
1), formulir pengajuan penghapusan obat dari
- Mengatur penulisan reseo - Standar terapi RS
- Penggunaan setara generik - Program edukasi formularium (lampiran 2), formulir permintan khusus
dan setara terapi - Jaminan mutu

4
obat di luar formularium (lampiran 3) dan formulir - Obat memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio)
monitoring efek samping obat (lampiran rendah dan manfaat-biaya (benefit-cost) tinggi
Standar Prosedur Operasional yang diperlukan dalam - Efektif secara ilmiah
proses seleksi obat di rumah sakit antara lain : - Diutamakan obat generik
a) SPO Penyusunan Formularium Rumah Sakit Tata cara penggunaan Formularium RS
b) SPO Monitoring Obat Baru - Dalam penggunaan formularium perlu ada kebijakan/SOP.
c) SPO Monitoring Efek Samping Obat (MESO) - Contoh kebijakan tentang : substitusi generik dan
d) Dokumen lain substitusi terapi, obat non formularium, penulisan resep,
Prosedur pemasukan atau pengeluaran obat ke/dari obat emergensi, obat floor stock, dll.
formularium : - Bila dalam formularium RS tidak terdapat obat yang sangat
1. Permohonan harus diajukan secara resmi melalui Komite diperlukan dan tidak ada dalam formularium (zat aktif
Staf Medik (KSM) kepada Komite/Tim Farmasi Terapi tidak ada yang sama), maka dapat digunakan Obat
(KFT) nonformularium.
2. Permohonan penambahan obat yang akan dimasukkan - Penggunaan obat non formularium harus seijin KFT.
dalam formularium rumah sakit yang diajukan Pemeliharaan Formularium
setidaknya memuat informasi: 1. Pengkajian golongan terapi obat. :
- Nama Obat (Nama generik, nama dagang), kekuatan, - Kriteria pengkajian berdasarkan efektivitas , ES,
bentuk sediaan. informasi obat baru, harga obat
- Mekanisme farmakologi obat dan indikasi yang diajukan 2. Menambah dan menghapus obat formularium.
- Alasan mengapa obat tersebut diajukan. Jika sudah - Waktu evaluasi dapat dilakukan 6 bulan sekali atau
terdapat obat lain dengan kelas terapi sama maka bila diperlukan.
harus ada bukti ilmiah yang mendukung bahwa obat 3. Penggunaan obat non formularium :
yang diajukan lebih baik dibandingkan dengan obat - Obat formularium adalah obat yang tdk terdapat
yang sudah ada di formularium. dalam formularium, tapi sangat diperlukan.
- Publikasi ilmiah yang mendukung perlunya obat Formularium terdiri dari tiga bagian yaitu
dimasukkan ke dalam formularium. 1. Bagian yang berisi informasi kebijakan dan prosedur :
3. Permohonan Penghapusan obat dari formularium dapat - Pemasukan/pengeluaran obat formularium
diajukan pada keadaan: - Ganbaran ringkas KFT.
- Obat tidak beredar lagi dipasaran - Peraturan RS yang disusn melalui KFT misalnya
- Obat tidak ada yang menggunakan lagi tentang resep, dispensing, pemberian obat, order resep,
- Sudah ada obat baru yang lebih cost effective singkstsn dalam resep, setara generik dan terapi, dll.
- Obat yang setelah dievaluasi memiliki risiko efek - SOP (standar operarating prosedur).
samping yang serius - Informasi cara menggunakan formularium.
- Berdasarkan hasil pembahasan oleh Komite/Tim 2. Daftar produk obat :
Farmasi dan Terapi - Obat disusun secara alfabetis dalam nama generik,
- Terdapat obat lain yang memiliki efikasi yang lebih baik kelas terapi , atau kombinasi dari keduanya.
dan/atau efek samping yang lebih ringan - Obat ditulis dalam nama genrik.
- Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang - Bentuk sediaan, kekuatan, kemasan dan ukuran yang
oleh industri farmasi diadakan oleh IFRS.
Tahapan Penyusunan Formularium - Informasi tambahan : rentang dosis (lazim), perhatian
1. membuat rekapitulasi usulan Obat dari masing-masing khusus, harga, dll.
Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi - Indeks berdasarkan nama generik/pabrik/sinonim
atau standar pelayanan medik kepada KFT. dan berdasarkan kelas terapi atau farmakologi.
2. mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi. 3. Informasi Khusus :
3. membahas usulan tersebut dalam rapat Komite/Tim *Daftar produk nutrisi
Farmasi dan Terapi, jika diperlukan dapat meminta - Perhitungan dosis anak.
masukan dari pakar. - Isi kotak emergensi di ruangan.
4. mengembalikan rancangan hasil pembahasan - Daftar produk obat bebas gula
Komite/Tim Farmasi dan Terapi, ke masing-masing SMF - Antidotum pada keracunan.
untuk mendapatkan umpan balik. - Pedoman perhitungan bagi pasien gangguan ginjal.
5. membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF. - Obat non formularium
6. menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam - Singkatan,
Formularium Rumah Sakit. - nomogram, dll.
7. menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi. Pemasukan dan pengeluaran Obat Formularium Berdasarkan :
8. melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit Faktor Faktor obat : Faktor biaya :
institisional : memperhitungkan membandingkan
kepada staf dan melakukan monitoring. memperhitungkan parameter harga dari obat
Kriteria pemilihan Obat Formularium Rumah Sakit: pemenuhan biofarmasetika, sejenis atau
1. mengutamakan penggunaan Obat generik kebutuhan tiap farmakologi dan terapi kompetitornya
bagian atau SMF klinik obat. Untuk obat
2. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang di rumah sakit yang memiliki kahsiat
paling menguntungkan penderita sam, adanya efek
3. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas samping sangat
menentukan.
4. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
5. praktis dalam penggunaan dan penyerahan
Tehnik untuk meningkatkan penampilan formularium :
6. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan
- Menggunakan pembatas dengan kertas berwarna diantara
oleh pasien
seksion, dll.
7. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang
- Menggunakan indeks, menebalkan Kelas Terapi,dll.
tertinggi
8. Obat yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
Materi 3
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk
Distribusi
pelayanan dengan harga yang terjangkau.
(Penyerahan/Penyampaian)
Obat yang dipilih dalam formularium RS
5
1. Distribusi Ke Ruangan, Poluklinik melalui surat
permintaan ke bagian perlengkapan IFRS : Sistem individual dan sistem unit dose dapat
- Obat emergensi dilaksanakan : secara sentralisasi atau desentralisasi
- Obat floor stock/ward stock. Sistem sentralisasi : Sistem desentralisasi :
- Alat kesehatan inventaris. - Adalah sistem distribusi - Adalah system pelayanan
perbekalan farmasi yang farmasi yang diberikan dari
- Bahan medis habis pakai (kapas, plester, kasa, seluruhnya disiapkan oleh suatu tempat diluar IFRS
antiseptik) instalasi farmasi sebagai yang merupakan
2. Distribusi ke bagian pelayanan IFRS melalui surat satu-satunya “apotek”di RS. satelit/cabang/depo)
permintaan ke bagian perlengkapan IFRS :
- Obat Sistem Sentralisasai
Keuntungan : Kekurangan :
- Alat kesehatan habis pakai.
- sedikit - kerja apoteker sebagian besar digunakan
- BMHP. memerlukan untuk penyaluran obat,
3. Distribusi dari bagian pelayanan IFRS kepada penderita tenaga, - kurang pertisipasi dalam memberikan
- modal dapat informasi obat dan pelayanan klinik,
melalui resep.
ditekan, - kurang interaksi apoteker-dokter-
Perbekalan Farmasi/Kesehatan - pengelolaan lebih perawat,
Yang dikelola IFRS mudah. - beban kerja farmasi bertambah,
1. Obat (obat dalam,obat luar ) pelayanan lama.
Sistem Desentralisi
2. BMHP : verban, kasa, pleser, kapas, antiseptik.
Keuntungan : Kekurangan :
3. Alat kesehatan pakai habis : disposable, magslang, - obat dapat segera diperoleh - penyediaan obat bertambah
sonde,kateter, IV cateter/abbocath, cat gut/benang penderita, dan modal awal besar,
operasi, jarum jahit, dan lainnya. - pengendalian obat meningkat, - dibutuhkan personil yang
- interaksi dokter-perawat– banyak,
4. Alat kesehatan inventaris : gunting, klem, tensimeter, apoteker meningkat, - dibutuhkan ruangan yang
termometer, sterilisator, dll. - adanya komunikasi banyak.
Sistem distribusi
- Sistem distribusi perbekalan kesehatan/farmasi adalah Obat Floor stock
system penyiapan dan penyerahan perbekalan - disimpan di ruangan.
kesehatan/farmasi kepada penderita, berdasarkan resep - dikelola oleh perawat ruangan berdasarkan resep dokter.
dokter. - obat floor stock jumlahnya harus selalu tetap.
- Sistem Distribusi terdiri dari : a. Resep obat dibuat oleh dokter rangkap 2 diberi tanda
a. Sistem individual : rawat jalan dan rawat inap. floor stock.
b. Sistem floor stock/ward stock : rawat inap b. Obat diambil oleh perawat dari persediaan floor stock.
c. Unit dosis : rawat inap. c. Resep dimasukan ke rekam medik.
d. Kombinasi a, b,c : rawat inap d. Perawat sesegera mungkin membawa resep/rekam
Sistem individual medik ke IFRS untuk meminta ganti sehingga stock
- Adalah sistem penyiapan dan penyerahan obat kepada obat selalu tetap.
penderita sesuai dengan resep dokter. - pengeluaran berdasarkan resep.
- Digunakan pada rawat jalan dan rawat inap - dicek secara berkala meliputi jumlah, kadaluwarsa,
Keuntungan : Kekurangan : kerusakan.
- resep diperiksa langsung oleh apoteker, - pelayanan - Digunakan bila diperlukan.
- adanya interaksi antara dokter dan lambat
- Jenis obat floor stock antara lain :
apoteker, - beban kerja IFR
- persediaan obat dapat dikendalikan, besar.
a. Infus : dektrose, NaCl, RL, dll.
- memudahkan dalam perhitungan biaya, - Ada b. Infusion set, blood transfusion set, IV cateter,
- mengurangi kesalahan obat, pngembalian Magslang, feedingtube, dll yang diperlukan.
menghindari duplikasi. obat Obat emergensi
- Obat emergensi merupakan obat life saving.
Sistem floor stock/ward stock (persediaan di ruangan) - Stoknya harus tetap, sehingga obat selalu tersedia di
- Adalah system penyiapan dan penyerahan obat kepada ruangan/kamar suntik
penderita oleh perawat atas permintaan dokter dengan - Hrs ada Kebijakan, prosedur, SOP.
menggunakan persediaan obat di ruangan. - Dikelola oleh perawat.
- Digunakanb di rawat inap - Digunakan berdasarkan resep.
Keuntungan : Kekurangan : - Dibatasi dalam jumlah dan jenis obat ditetapkan oleh
- penderita dapat - kemungkinan terjadinya kesalahan KFT/TFT.
segera mendapatkan obat meningkat,
obat, - terjadinya pemborosan, - Digunakan dalam keadaan emergensi bila diperlukan.
- beban kerja instalasi - persediaan obat meningkat, - Jenis obat : cardiac arrest, circulatory collaps, allergic
farmasi berkurang, - kemungkinan terjadi kerusakan, condition, convulsive, bronchospasm.
- tidak ada obat yang - membutuhkan tempat yang besar,
dikembalikan. - tidak ada interaksi apoteker- - Contoh : aminofilin inj, diazepam inj, fenitoin inj, atropin
dokter-perawat, inj, antihipertensi, adrenalin inj, antialergi, dll.
- tidak ada pengkajian resep. - Disimpan dalam emergency box
- Hrs selalu di periksa oleh apoteker (jumlah dan jenis hars
Sistem unit dosis tetap) da ED.
- Adalah system penyiapan dan penyerahan obat kepada - Yang termasuk obat emergensi antara lain adrenalin,
penderita berdasarkan resep dokter dalam kemasan dosis kortikosteroid, antihistamin, analgetik, antiasma, dll.
tunggal untuk pemakaian satu hari. - Pengelolaan Obat emergensi : a. Resep obat dibuat oleh
- Digunakan pada rawat inap. dokter rangkap 2 diberi tanda emergensi.
Keuntungan : Kekurangan :
a. Obat diambil oleh perawat dari box emergensi.
- persediaan obat dapat terkendali, - beban kerja
- tidak terjadi kesalahan pemberian obat, instalasi farmasi b. Resep dimasukan ke rekam medik.
- beban kerja perawat berkurang, bertambah, c. Perawat sesegera mungkin membawa resep/rekam
- keterlibatan apoteker bertambah, - memerlukan
medik ke IFRS untuk meminta ganti sehingga stock
- ada intereaksi apoteker-dokter-perawat, ruangan yang
- menjamin keamanan dan ketepatan besar, obat selalu tetap.
dalam pemberian obat, - memerlukan Satelit farmasi
- pengembalian obat dapat diperkecil. personil yg banyak.

6
- Satelit farmasi merupakan cabang IFRS yang terletak diluar b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, BMHP
IFRS, menyediakan sediaan farmasi sesuai kebutuhan dan yang telah ditetapkan.
bertanggungjawab kepada kepala IFRS. c. pola penyakit. d. efektifitas dan keamanan.
- Satelit farmasi dibuat bila pelayanan di IFRS tidak d. pengobatan berbasis bukti.
mencukupi. e. mutu.
- Tujuan satelit farmasi adalah untuk meninfkatkan f. harga.
pelayanan farmasi yang tepat, aman, efektif dan cepat. g. ketersediaan di pasaran.
- Satelit farmasi dikelola secara desentralisasi. 2. Perencanaan kebutuhan
- Untuk Rawat Inap : jumlah satelit farmasi disesuaikan - Metode perencanaan :
dengan jumlah ruangan rawap inap dan jumlah tempat a. pola konsumsi.
tidur. b. pola epidemiologi/morbiditas atau kombinasi.
- Untuk Rawat Jalan : jumlah satelit farmasi disesuaikan c. proxy konsumption untuk RS baru.
dengan jumlah poliklinik dan jumlah pasien. - Dalam perencanaan harus ada data : pemakaian
- Satelit farmasi dipimpin oleh apoteker. sebelumnya, buffer stock, lead time dan sisa stock.
- Satelit farmasi sebaiknya berlokasi di sekitar ruangan - Perencanaan harus mempertimbangkan:
perawatan/piliklinik. a. anggaran yang tersedia
- Satelit farmasi mengambil obat dari gudang b. penetapan prioritas
farmasi(perlengkapan) c. rencana pengembangan
- Keuntungan dari satelit farmasi adalah pelayanan cepat, Metode perencanaan
tepat dan aman. 1. Metode konsumsi :
- Kekurangannya adalah memerlukan banyak SDM dan A = (B+C+D) – E
perbekalan farmasi. A = Perencanaan
B = Pemakaian bulan sebelumnya.
Materi 4 C = Lead time (waktu yang diperlukan mulai pemesanan
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan sampai obat datan
Medis Habis Pakai (BMHP) D = Safety stock (stok pengaman yaitu % x jumlah
a. pemilihan; pemakaian sebelumnya
b. perencanaan kebutuhan; E = Sisa stock (stok akhir, tergantung dari lama
c. pengadaan; perencanaan. Perencanaan tiap 3 bulan, berarti stok
d. penerimaan; akhir per 3 bulan).
e. penyimpanan; 2. Metode morbiditas/epidemiolog
f. pendistribusian; - Perencanaan berdasarkan episode penyakit.
g. pemusnahan dan penarikan; - Untuk menentukan jumlah pemakaian sebelumnya
h. pengendalian; dan berdasarkan standar terapi tiap penyakit.
i. administrasi. Misal standar terapi untuk ISPA pasien dewasa, obat
Pengelolaan melalui sistem satu pintu artinya obat. alat yang diperlukan :
kesehatan, bahan medis habis pakai dikelola oleh IFRS. a. Amoksisilin 500 mg 3 x 1 selama 5 hari.
Sistem Satu Pintu b. Parasetamol 500 mg 3 x 1 selama 5 hari.
Pelayanan kefarmasian di RS harus dilakukan oleh IFRS - Yang lainnya sama seperti pada metode konsumsi.
dengan menerapkan sistem satu pintu : 3. Metode proxy konsumption untuk RS baru.
1. Kegiatan pelayanan kefarmasian baik pengelolaan , - Perencanaan berdasarkan rumah sakit terdekat.
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat Contoh metode konsumsi : untuk amoksisilin 500 kap.
kesehatan, dan BMHP , dilaksanakan melalui IFRS. - Pemakaian bulan Agustus 2020 = 1500 kapsul
2. Apabila, sesuai dengan peraturan yang berlaku, terdapat - Lead time 1 minggu (7 hari) =7/30 x 1500= 350 kap.
proses pengelolaan yang dilaksanakan oleh unit kerja - Safety stock 10% : 10 % x 1500 = 150 kap.
lain (misalnya pengadaan ), maka penetapan kebijakan - Sisa stock : 300 kapsul
tetap dilakukan berkoordinasi dengan IFRS. A = (B+C+D) – E
Keuntungan sistem satu pintu A = (1500 + 300 + 150) – 300
Dengan sistem satu pinu RS akan mendapat keuntungan = 1650 kap.
dalam hal : Bila harga amoksisilin Rp. 1000,-/kapsul
- Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Maka anggarannya = 1.650 x1000= Rp.1.650.000,-
sediaan farmasi, alat Contoh : perhitungan pemakaian pada metoda
kesehatan, dan BMHP. epidemiologi/morbiditas :
- Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP 1. Jumlah pasien/tahun :
- Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Jumlah pasien anak 7 thn dan dewasa masing2 5000
BMHP orang/thn
- Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan 2. Standar terapi ISPA :
BMHP a. Dewasa :
- Pemantauan terapi Obat Amoksisilin : 3 x 500 mg selama 5 hari ( 1 kapsul
- Penurunan risiko kesalahan penggunaan sediaan farmasi, 500 mg)
alat kesehatan, dan BMHP Parasetamol : 3 x 500 mg selama 5 hari ( 1 tablet 500
- Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, mg)
dan BMHP yang akurat b. Anak :
- Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Amoksisilin : 50 -100 mg/hari/kg BB (≤ 20 kg)
Rumah Sakit selama 5 hari (1 kapsul 500 mg)
- Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan Parasetamol : 3 x 250 - 500 mg (7-12 thn) selama 5
kesejahteraan pegawai. hari (1 taglet 500 mg)
Pengelolaan farmasi non klinik (manajemen) 3 x 125 - 250 mg (3-6 thn) selama 5 hari.
1. Pemilihan : 3. Pemakaian dewasa/tahun :
- Penentuan obat untuk perencanaan bedasarkan Amoksisilin : 5000 x 3 x 500 mg x 5 = 37.500.000
a. formularium RS dan standar terapi. mg = 75.000 kap.
7
Parasetamol : 5000 x 3 x 500 mg x5 = 37.500.000 - Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penerimaan :
mg = 75.000 tab. - Penerimaan : Nama PBF, Alamat, No. Tlp,tgl. faktur, no,
4. Pemakaian anak/tahun : faktur, nama obat, pabrik, jumlah obat, harga, tgl.
Amoksisilin : (5000 x 2000 (20 x 100) x 5) : 500 = kadaluarsa
20.000 kap.
Parasetamol : (5000 x 3 x 250 mg x 5) : 500 = 7.500 5. Penyimpanan
tab, - Tujuan penyimpanan
3. Pengadaan : a. agar aman (tidak hilang)
- Pembelian : b. terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia
1. peraturan per UU bagi RS pemerintah c. mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan
a. tender terbuka - Penyimpanan berdasarkan :
b. tender tertutup a. bentuk dan jenis sediaan
c. penbelian langsung b. kondisi dalam penyimpanan berdasarkan
- Pengadaan melalui e-purchasing/e-catalog electronic. persyaratan kemasan (suhu
- Pengadaan dilakukan pleh panitia/PPK (pejabat penyimpanan,cahaya,dan kelembaban)
pembuat komitmen). c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar
2. peraturan RS bagi RS swasta. d. narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan
- Produksi : ketentuan peraturan perundang-undangan
a. Obat tidak ada dipasaran e. tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak
b. Obat dengan formulasi khusus dipergunakan untuk penyimpanan barang lainnya
c. Obat yang memerlukan pengemasan kembali. yang menyebabkan kontaminasi
d. Sediaan farmasi untuk penelitian f. cara penyimpanan : FIFO, FEFO, LASA, high allert.
e. Srdiaan yang harus dibuat baru. a. FIFI (first in first out) : yang datang duluan
- Sumbangan/hibah/dropping dikeluarkan duluan
- Pengelolaan sama dengan reguler FEFO (first expiration date first out)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan: Lasa (look alike sound alike= kelihatan sama,
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa. kedenganran sama)
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Look alike : paking sama, dosis sama
Data Sheet (MSDS). Sound alike : klorpropamid-klorpromazin,
Prosusen, penanggung jawab pengangkutan, Hig allert Kewaspadaan tinggi : (KCL, NaCl 3%,
penyimpanan, dan pengedaran B3 wajib menyertakan insulin,D40%, obat kanker, dll.
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi (high alert)
Sheet) - Obat High Alert adalah obat yang harus diwaspadai karena
c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis berdampak serius pada keselamatan pasien jika terjadi
Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar. kesalahan dalam penggunaannya.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun - Obat High Alert mencakup:
kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan a. Obat risiko tinggi, yaitu sediaan farmasi dengan zat
Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan aktif yang akan menimbulkan kematian atau
lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam
dipertanggung jawabkan. penggunaannya (contoh: insulin, heparin atau
MSDS kemoterapeutik).
Baik menurut Kepmenaker No. Kep. 187/ MEN/ 1999 b. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip
maupun Sistem Harmonisasi Global , MSDS terdiri dari : (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau
1. Identitas bahan dan nama perusahaan Look Alike Sound Alike/LASA)
2. Komposisi bahan c. Elektrolit konsentrat
3. Identifikasi bahaya - kalium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih
4. Tindakan P3K dari 2 mEq/ml,
5. Tindakan penanggulangan kebakaran - kalium fosfat,
6. Tindakan penanggulangan tumpahan dan kebocoran - natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% (
7. Penyimpanan dan penanganan bahan NaCl 3%)
8. Pengendalian pemaparan dan APD - magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi 50%
9. Sifat fisika dan kimia atau lebih
10. Stabilitas dan reaktivitas bahan d. Elektrolit konsentrasi tertentu
11. Informasi toksikologi - kalium klorida dengan konsentrasi 1 mEq/ml,
12. Informasi ekologi magnesium sulfat 20% dan 40%.
13. Pembuangan limbah e. Obat berisiko tinggi disimpan di tempat terpisah dan
14. Informasi untuk pengangkutan bahan diberi label High Alert.
15. Informasi perundang-undangan LASA
16. Informasi lain : tanggal pembuatan MSDS, tanggal revisi - Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan
MSDS terakhir, akronim/singkatan yang digunakan di dan diberi label khusus sehingga petugas dapat lebih
dalam MSDS, serta referensi literatur dan sumber yang mewaspadai adanya obat LASA/NORUM.
diambil untuk membuat MSDS/ informasi produsen/ - Disarankan dalam penulisan menggunakan Tall Man
pemasok yang dapat dihubungi Lettering untuk nama obat yang bunyi/ejaannya mirip.
- Tall Man Lettering adalah praktik penulisan bagian dari
4. Penerimaan : nama obat dalam huruf besar untuk membantu
- Dilakukan oleh Panitia Penerimaan barang untuk RS membedakan LASA untuk menghindari kesalahan
Pemerintah (sesuai peraturan per UU yang berlaku, pengobatan.
- RS Swasta sesuai aturan RS yang bersangkutan. - prednisone"dan prednisolone , maka harus ditulis
- Perlu ada pencatatan penerimaan. "predniSONE" dan "predniSOLONE". Contoh : obat
- Perlu dicek kualitas dan kuantitas sesuai dengan dengan kekuatan berbeda kemasan sama, kemasan sama
pengadaan atau pemesanan. isi berbeda,
8
Golongan Nama dagang Nama dagang Golongan berikan label penanda obat
LOSEC
Antiulcer
(omeprazol)
LASIX (furosemid) Diuretik dengan kewaspadaan tinggi atau LASA/NORUM
Analgetik
MEFINTER METIFER Nootropic- 3. Obat LASA diberi stiker warna berbeda , misalnya biru,
(As.mefenamat) (mecobalamin) neurotonic
LESCHOL LESICHOL Fosfolipid hitam, ditempelkan pada kotak obat.
Antikolesterol
(fluvastatin) (lecithin, vitamin) esensial 4. Jika obat LASA nama sama memiliki 3 (tiga) kekuatan
Antiemetik,
antivertigo, CHLORPROMAZIN CHLORPROPAMID Antidiabetes berbeda, maka masing-masing
antipsikosis obat tersebut diberi warna yang berbeda dengan
Antihistamin DIPHENHYRAMINE DIMENHYDRINAT Antiemetic
menggunakan stiker. Misalnya, :
a. Obat LASA kekuatan besar diberi stiker menggunakan
Penggolongan LASA/NORUM berdasarkan :
warna biru.
a. Ucapan Mirip
b. Obat LASA kekuatan sedang diberi stiker
1. AlloPURINOL - HaloPERIDOL
menggunakan warna kuning.
2. LaSIX - LoSEC
c. Obat LASA kekuatan kecil diberi stiker menggunakan
3. AmiTRIPTILIN - AmiNOPHILIN
warna hijau.
4. ApTOR - LipiTOR
5. Jika obat LASA nama sama tetapi hanya ada 2 (dua)
5. Asam MEFENAmat - Asam TRANEKSAmat
kekuatan yang berbeda, maka
6. AmineFERON - AmioDARON
perlakuannya sama seperti obat LASA nama sama dengan
7. AlpraZOLAM - LoraZEPAM
3 kekuatan berbeda, misalnya :
8. Propranolol - BisoPROLOL
a. Obat LASA dengan kekuatan besar diberi stiker
9. AZITROmycin - ERITROmycin
menggunakan warna biru.
10. CefEPIM - CefTAZIDIM
b. Obat LASA dengan kekuatan kecil diberi stiker
11. CefoTAXIME - CefoROXIME
menggunakan warna hijau.
12. EFEDrin - EFINefrin
6. Menggunakan Tall Man Lettering
13. HISTApan - HEPTAsan
7. Adanya kehati-hatian dari petugas.
14. ErgoTAMIN - ErgoMETRIN
6. Pendistribusian
15. FasTALGIN - ForTELYSIN
- Pendistribusian terdiri dari
16. DoPAMIN - DobuTAMIN
1. distribusi obat/alat ke pelayanan IFRS, ruangan,
17. FARgesic - FORgesic
poliklinik, dan IGD berdasarkan permintaan kepada
18. TRIOfusin - TUTOfusion
bagian gudang
19. PheniTOYN - VenTOLIN
2. distribusi ke pasien berdasarkan resep
20. PIRAcetam - PARAcetamol
a. Individual : distribusi obat/alat kes. kepada
b. Kemasan mirip
pasien sesuai permintaan dokter.
1. Histapan - Heptasan
b. floor stock : distribudsi obat/alat kes.
2. Bio ATP - Pehavral
berdasarkan resep dokter menggunakan obat
3. Tomit Tab - Trifed Tab
yang ada di ruangan oleh perawat.
4. Omeprazole - inj Ceftizoxime inj
c. unit dose : distribusi obat berdasarkan resep
5. Rhinos sirup - Rhinofed sirup
dokter dalam dosis tunggal atau ganda untuk
6. Tilflam tab - Vaclo tab
kebutuhan satu hari.
7. Ubesco tab - Imesco tab
7. Pemusnahan dan penarikan
8. Ikalep sirup - Lactulac sirup
- Pemusnahan dan penarikan Sediaan farmasi
9. Iliadin drop - Iliadin spray
dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
10. Mertigo tab - Nopres
ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Captopril 12,5mg - Captopril 25mg
- Penarikan dilakukan terhadap obat yang rusak,
12. Allopurinol 100mg - Allopurinol 300mg
kadaluarsa, substandar, tidak memenuhi persyaratan
13. Cefat sirup - Cefat forte sirup
mutu, dicabut ijinnya.
14. Stesolid 5mg - Stesolid 10mg
- Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
15. Metformin 500mg - Metformin 850mg
standar/ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Nama obat sama Kekuatan berbeda
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
1. Amalodipin 5 mg - Amlodipin 10mg
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
2. Neurotam 800mg - Neurotam 1200mg
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar
3. Acyclovir 200mg - Acyclovir 400mg
(voluntary recall) dengan memberikan laporan kepada
4. Ludiomil 10mg - Ludiomil 50mg
BPOM
5. Divask 5mg - Divask 10mg
Tahapan pemusnahan
6. Somerol 4 mg - Somerol 16mg
Pemusnahan berdasarkan peraturan per UU yang berlaku.
7. Lyrica 50mg - Lyrica 75mg
1. membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
8. Flamar 25 - lamar 50mg
Pakai yang akan dimusnahkan
9. Amoksisilin 250mg - Amoksisilin 500mg
2. menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
10. Na. Diklofenak 25mg - Na. Diklofenak 50mg
3. mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat
11. Captopril 12,5mg - Captopril 25mg
pemusnahan kepada pihak terkait
12. Allopurinol 100mg - Allopurinol 300mg
4. menyiapkan tempat pemusnahan
13. Cefat sirup - Cefat forte sirup
5. melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan
14. Stesolid 5mg - Stesolid 10mg
bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku.
15. Metformin 500mg - Metformin 850mg
6. Untuk narkotika dan pskotropika pemusnahan
Penanganan LASA
disaksikan oleh 2 saksi dari Dinkes, untuk obat lainnya
1. Obat disimpan pada tempat yang jelas perbedaannya,
disaksikan oleh 2 saksi dari apotek.
terpisah/diantarai dengan 1
(satu) item/obat lain.
8. Pengendalian
2. Beri label dengan tulisan obat yang jelas pada setiap
- Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis
kotak penyimpanan obat dan
dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,
menampilkan kandungan aktif dari obat tersebut dan
melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran.
9
- Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya - Tujuan pencatatan dan pelaporan
kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, a. Bukti bahwa pengelolaan telah dilakukan
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan
- Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan pengendalian
kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik. c. Sumber data untuk pembuatan laporan
- Kartu stok sekurang kurangnya memuat nama Administrasi Pencatatan dan pelaporan
Obat,tgl.kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah - Pelapotan dibuat secara periodik meliputi (bulanan,
pengeluaran dan sisa persediaan. triwulanan, semester atau pertahun.
- Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari: - Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan
a. Pengendalian persediaan peraturan yang berlaku.
b. Pengendalian penggunaan - Pelaporan merupakan :
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan 1) persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM;
kadaluwarsa. 2) dasar akreditasi Rumah Sakit;
- Tujuan pengendalian : 3) dasar audit Rumah Sakit; dan
a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium 4) dokumentasi farmasi.
Rumah Sakit; Administrasi Penghapusan
b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan - Administrasi penghapusan merupakan kegiatan
terapi; penyelesaian terhadapSediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau dan BMHP yang kadaluwarsa, rusak, mutu tidak
tidak terjadi kelebihan dan memenuhi standar.
kekurangan/kekosongan, kerusakan,kadaluwarsa, - Prosedur dengan cara membuat usulan penghapusan
dan kehilangan serta pengembalian pesanan. Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan BMHP kepada pihak
- Cara untuk mengendalikan : terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang - Penghapusan dilakukan berdasarkan perauran per UU
digunakan (slowmoving); yang berlaku.
b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak Administrasi keuangan
digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut - Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka
(death stock); perlu menyelenggarakan administrasi keuangan.
c. stok opname yang dilakukan secara periodik dan - Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran,
berkala. pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi
- Dokumen yang diperlukan untuk pengendalian : keuangan, neraca laba-rugi, penyiapan laporan, dsb.
a. Formularium RS/Standar terapi
b. Mekanisme penyediaan untuk mengantisipasi Materi 5
kekosongan/kelebihan stok. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
Kekosongan/kelebihan obat di rumah sakit disebabkan - IFRS mengelolan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
oleh : BMHP.
a. Perencanaan yang kurang tepat - BMHP adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
b. Obat yang direncanakan tidak tersedia/kosong di penggunaan sekali pakai (single use), BMHP termasuk alat
distributor kesehatan non inventaris.
c. Obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis di rumah - Yang termasuk BMHP adalah Alat penampung urine (urine
sakit tidak tercantum dalam Formularium. bag), Jarum suntik (spuit), Kain kasa, masker, Penutup
Langkah untuk mengatasi kekurangan/kelebihan obat. kepala,kapas, Plester, perban., Sarung tangan
a. Melakukan substitusi generik (handscoon), jarum suntik, folycateter, feeding tube,
b. Melakukan substitusi terapi infusion set, blood transfusion set, disposable syring,
c. Mengusulkan obat non formularium. catgut, seide, benang operasi, urine bag, wingneedle, IV
d. Memberikan informasi stok kepada staf medis. cateter, NGT, Magslang, jarum operasi, selang oksigen,
Beberapa risiko yang berpotensi terjadi dalam alkohol, povidon iodine, dll.
pengelolaan obat/alat kesehatan: - Pengelolaan BMHP tergantung dari tiap RS, dapat
a. ketidaktepatan perencanaan diresepkan atau di paket dalam biaya perawatan.
b. pengadaan melalui jalur tidak resmi - BMHP untuk floor stock antara lain : infus set, blood set,
c. keterlambatan pemenuhan kebutuhan obat/alkes. IV cateter, disposable syring, wingneedle, selang oksigen,
d. kesalahan pemesanan spesifikasi (merek, dosis, bentuk dll.
sediaan) dan kuantitas tidak sesuai - BMHP untuk ruang perawatan antara lain sarung tangan,
e. alokasi dana tidak tepat yang berdampak terhadap plester, kapas, perban/kasa, catgut, seide, alkohol,
pemenuhan tidak sesuai (kekurangan obat). povidon iodin, dll.
f. penyimpanan tidak tepat yang berpotensi terjadinya
kerusakan dan kesalahan dalam pemberian; Evaluasi Perencanaan
g. kehilangan fisik yang tidak mampu ditelusuri 1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan.
h. pemberian label yang tidak jelas atau tidak lengkap; Dilakukan penilaian kesesuaian antara rencana dengan
i. kesalahan dalam pendistribusian realisasi.
2) Ketersediaan obat yang terkait dengan perencanaan.
9. Administrasi Dilakukan dengan cek silang data dari IFRS dengan data
- Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan di pemasok.
terhadap seluruh rangkaian kegiatan dalam
pengelolaan sediaan farmasi dan BOHP: Cara/teknik evaluasi
a. pencatatan : perencanaan, permintaan, penyimp a) Analisa ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
anan, pendistribusian, pemusnahan, penarikan, b) Analisa VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi
pengendalian. c) Kombinasi ABC dan VEN, untuk evaluasi aspek ekonomi
b. Pelaporan dan medik/terapi.
c. penghapusan
d. Keuangan Metode ABC (Quick et al, 2012)
10
1. Kelompok A adalah kelompok dengan penggunaan 2 LMN 1500 32 250000 23,00 64,4 A
tahunan tertinggi, dengan 10-20% item tetapi 3 ABC 7500 9 150000 13,8 78,2 B
menghabiskan 70-80% dana. 4 EFG 2000 30 67500 6,2 84,4 B

2. Kelompok B sebanyak 10-20% item berikutnya dan 5 GHI 1000 20 60000 5,5 89.9 B
6 CDE 2500 100 48000 4,4 94,3 C
menggunakan 15-20% dana,
7 IJK 150 3000 20000 1,8 96,1 C
3. Kelompok C sebanyak 60-80% total item tetapi hanya
8 TUV 12 1000 17500 1,6 97,7 C
bernilai 5-15% dari konsumsi tahunan (Quick et al,
9 XYZ 175 100 12500 1,2 98,9 C
2012). 10 RST 500 25 12000 1,1 100 C
Total 1087500 100
Metode ABC (DepKes RI, 2008).
1. Katagori A menyerap anggaran 70% dari seluruh Dari % kumulatif tentukan jumlah anggaran :
anggaran. 1. Kelompok A sebesar 64,4%, jumlah item sebesar 20%.
2. Katagori B menyerap anggaran 20% dari seluruh 2. Kelompok B sebesar 25,5%, jumlah item sebesar 30%.
anggaran. 3. Kelompok C sebesar 10,1%, jumlah item sebesar 50%.
3. Katagori C menyerap anggaran 10% dari seluruh
anggaran. Langkah 2.
Klasifikasi Metode ABC (Sutarman, 2003) a. Pengelompokan berdasarkan pemakaian :
1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit 1. Buat daftar nama item obat terdiri dari nama item
berkisar 15-20% dari total seluruh barang, tetapi obat dan jumlah pemakaian
mempresentasikan 75-80% dari total nilai uang 2. Hitung persentase pemakaian
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit 3. Urutkan dari pemakaian terbanyak sampai terkecil
berkisar 20-25% dari total seluruh barang, tetapi 4. Tentukan kumulatif pemakaian
mempresentasikan 10-15% dari total nilai uang 5. Kelompokan menjadi kelompok A,B,C
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit Tabel 1
berkisar 60-65% dari total seluruh barang, tetapi
Jumlah
mempresentasikan 5-10% dari total nilai uang No. Obat %
pemakaian
1 ABC 3000 16,36
Tujuan analisa ABC : 2 CDE 1500 8,18
- Identifikasi jenis obat , untuk dilakukan evaluasi lebih 3 EFG 7500 40,90
lanjut. 4 GHI 2000 10.90
- Mengoreksi kembali apakah penggunaannya memang 5 IJK 1000 5,45
banyak atau apakah ada alternatif sediaan lain yang dapat 6 LMN 2500 13,64
7 OPQ 150 0,82
digunakan (substitusi generik atau substitusi terapi).
8 RST 12 0,07
- Evaluasi dilakukan terhadap kelompok A yang menyerap
9 TUV 175 1,00
biaya terbanyak .
10 XYZ 500 2,72
18.337 100
Langkah-langkah menentukan Kelompok A, B dan C: Tabel 2
Langkah 1.
%
1. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing- No. Obat Jumlah % Kelompok
kumulatif
masing obat dengan cara mengalikan jumlah obat dengan 1 EFG 7500 40,90 40,90 A
harga obat, hitung prosentasinya. 2 ABC 3000 16,36 57,26 A
1. Urutkan dari peringkat mulai dari yang terbesar dananya 3 LNM 2500 13,64 70,90 A
sampai yang terkecil. 4 GHI 2000 10,90 81,80 B
2. Hitung prosentase kumulatifnya. 5 CDE 1500 8,18 89.98 B
3. Obat kelompok A termasuk dalam akumulasi ± 70% 6 IJK 1000 5,45 95,43 C
(menyerap dana ± 70%). 7 XYZ 500 2,72 98,15 C
8 TUV 175 1,0 99,15 C
4. Obat kelompok B termasuk dalam akumulasi ± 20%
9 OPQ 150 0,82 99,97 C
(menyerap dana ± 20%).
10 RST 12 0,07 100,00 C
5. Obat kelompok C termasuk dalam akumulasi ± 10%
100
(menyerap dana ± 10%).
Dari tabel 1, diurut dari pemakaian terbanyak sampai
terkecil menjadi tabel 2, dan tentukan % kumulatif
Analisa ABC
pemakaian.
Tabel 1
1. Kelompok A, pemakaian 70,90% dengan jumlah item
Total 30%
No. Obat Jumlah Harga %
harga
2. Kelompok B, pemakaian 19,08% dengan jumlah item
1 ABC 3000 50 150000 13,79
2 CDE 1500 32 48000 4,41
20%
3 EFG 7500 9 67500 6,27 3. Kelompok C, pemakaian 10,02% dengan jumlah item
4 GHI 2000 30 60000 5,52 50%
5 IJK 1000 20 20000 1,84 b. Pengelompokan berdasarkan investasi :
6 LMN 2500 100 250000 23,00 1. Buat daftar nama item obat terdiri dari nama item
7 OPQ 150 3000 450000 41,4 obat, jumlah pemakaian dan harga satuan obat
8 RST 12 1000 12000 1,10 2. Kalikan jumlah pemakaian dengan harga satuan obat
9 TUV 175 100 17500 1,61 3. Hitung persentase investasi
10 XYZ 500 25 12500 1,15 4. Urutkan dari harga yang tertinggi sampai terendah
Total 1087500 100 5. Tentukan persentase kumulatif
6. Kelompokan menjadi kelompok A,B,C
Tabel 2 Tabel 1
Total %
No Obat Jumlah Harga % Kelompok Total
harga kumulatif
No. Obat Jumlah Harga %
1 OPQ 3000 50 450000 41,4 41,4 A harga
1 ABC 3000 50 150000 13,79
11
2 CDE 1500 32 48000 4,41 prioritas kedua , dan NC menjadi prioritas
3 EFG 7500 9 67500 6,27 selanjutnya.
4 GHI 2000 30 60000 5,52 2. Pengurangan dari kelompok E dari VEN dan kelompok
5 IJK 1000 20 20000 1,84 A,B,C dari ABC :
6 LMN 2500 100 250000 23,00 Seperti pada kelompok N yaitu dimulai dari EA, EB dan
7 OPQ 150 3000 450000 41,4 EC
8 RST 12 1000 12000 1,10 - Jenis obat yang termasuk kategori A dari analisis ABC
9 TUV 175 100 17500 1,61
adalah benar-benar jenis obat yang diperlukan untuk
10 XYZ 500 25 12500 1,15
penanggulangan penyakit terbanyak. Dengan kata lain,
Total 1087500 100
statusnya harus E dan sebagian V dari VEN. Sebaliknya,
jenis obat dengan status N harusnya masuk kategori C.
Tabel 2
Total %
- Kelompok A,B,dan C dari ABC ada pada kelompok V, E, N
No. Obat Jumlah Harga % Kelompok
harga kumulatif dari VEN.
1 OPQ 3000 50 450000 41,4 41,4 A
- ABC-VEN digunakan untuk menetapkan prioritas untuk
2 LMN 1500 32 250000 23,00 64,4 A
3 ABC 7500 9 150000 13,8 78,2 B
pengadaan obat dimana anggaran yang ada tidak sesuai
4 EFG 2000 30 67500 6,2 84,4 B dengan kebutuhan.
5 GHI 1000 20 60000 5,5 89.9 B
6 CDE 2500 100 48000 4,4 94,3 C Tabel 2.1 Matrix metode kombinasi ABC dan VEN
7 IJK 150 3000 20000 1,8 96,1 C
A B C
8 TUV 12 1000 17500 1,6 97,7 C
V VA VB VC
9 XYZ 175 100 12500 1,2 98,9 C
E EA EB EC
10 RST 500 25 12000 1,1 100 C
N NA NB NC
Total 1087500 100

Revisi daftar obat


Dari tabel 1 diurut dari terbesar ke terkecil (table 2), hitung
Bila langkah-langkah dalam analisis ABC maupun VEN
% kumulatif :
terlalu sulit dilakukan atau diperlukan tindakan cepat untuk
1. Kelompok A, dana sebesar 64,4%, dengan jumlah item
mengevaluasi daftar perencanaan, dapat dilakukan suatu
sebesar 20%.
evaluasi cepat (rapid evaluation), misalnya dengan
2. Kelompok B, dana sebesar 25,5%, dengan jumlah item
melakukan revisi daftar perencanaan obat.
sebesar 30%.
3. Kelompok C, dana sebesar 10,1%, dengan jumlah item
Contoh
sebesar 50%.
Analisis metode ABC berdasarkan pemakaian obat untuk :
Metode VEN
1. kelompok A 69,9% dengan jumlah item 11,8%,
- Metode VEN dapat digunakan untuk:
2. kelompok B 19,9% dengan jumlah item 12,7%,
1. Penyesuaian rencana kebutuhan obat sesuai dana yang
3. kelompok C 10,2% dengan jumlah item 75,5%.
tersedia. Obat yang perlu ditambah atau dikurangi
Analisis metoda ABC berdasarkan investasi untuk :
dapat didasarkan atas pengelompokan obat menurut
1. kelompok A 70,1 % dengan jumlah item 7,6 %,
VEN.
2. kelompok B 19,9 % dengan jumlah item 13,3 %,
2. Penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk
3. kelompok C 10,0 % dengan jumlah item 79,1 %.
kelompok V agar selalu tersedia.
Analisis berdasarkan metode VEN untuk :
3. Digunakan untuk menetapkan prioritas untuk pengadaan
1. kelompok V jumlah item 12,5%,
obat dimana anggara yang ada tidak sesuai dengan
2. kelompok E jumlah item 81,2%,
kebutuhan
3. kelompok N jumlah item 6,3%.
- Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih
Analisis berdasarkan metode ABC-VEN untuk :
dahulu kriteria penentuan VEN yang sebaiknya disusun
1. kelompok VA jumlah item 38,8%
oleh suatu tim.
2. kelompok VB jumlah item 17,4%,
- Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat
3. kelompok VC jumlah item 10,9%,
dikelompokkan kedalam tiga kelompok :
4. kelompok EA jumlah item 55,6%,
a. Kelompok V (Vital): Adalah kelompok obat yang
5. kelompok EB jumlah item 77,8%,
mampu menyelamatkan jiwa (life saving). Contoh:
6. kelompok EC jumlah item 82,4%,
 Obat syok anafilaksis (inj. adrenalin), inj.
7. kelompok NA jumlah item 5,6%,
antiasma, inj. antihipertensi,dll
8. kelompok NB jumlah item 4,8%,
Kelompok V harus selalu tersedia.
9. kelompok NC jumlah item 6,7%.
b. Kelompok E (Esensial) : Adalah kelompok obat yang
bekerja pada sumber penyebab penyakit dan paling
Materi 6
dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan.
Manajemen Risiko
 Obat untuk pelayanan kesehatan pokok (contoh: Manajemen risiko merupakan aktivitas Pelayanan
antibiotik, antidiabetes, analgesik, antikonvulsi) Kefarmasian yang dilakukan untuk identifikasi, analisis,
 Obat untuk mengatasi penyakit penyebab evaluasi, mengatasi dan menurunkan risiko terjadinya
kematian terbesar. kecelakaan pada pasien, tenaga kesehatan dan keluarga
c. Kelompok N (Non Esensial) : Merupakan obat pasien, serta risiko kehilangan dalam suatu organisasi.
penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan Tujuan manajemen risiko
biasa dipergunakan untuk menimbulkan 1. Meningkatkan mutu layanan
kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan. 2. Meningkatkan keselamatan pasien
(suplemen). 3. Meminimalkan kerugian
Metode kombinasi ABC-VEN Manfaat manajemen risiko :
- Digunakan untuk melakukan pengurangan obat dengan 1. Bagi Pasien:
mekanismenya sbb : - Mendapatkan pelayanan yang bermutu
1. Pengurangan dari kelompok N dari VEN dan keklompok - Meningkatnya keselamatan
A,B,C dari ABC : 2. Bagi Rumah Sakit:
Kategori NA menjadi prioritas pertama untuk dikurangi - Perlindungan reputasi dan kepercayaan
atau dihilangkan dari rencana kebutuhan, NB menjadi - Mengurangi komplain, tuntutan
12
- Menghindari/meminimalkan kerugian finansial 4. Evaluasi risiko
- Membandingkan risiko yang telah dianalisis dengan
Langkah-langkah Manajemen risiko Farmasi Non Klinik kebijakan/SOP, peraturan perundang-undangan,
1. Menentukan konteks manajemen risiko pada proses - Menentukan prioritas masalah yang harus segera
pengelolaan obat dan alat kesehatan/bahan habis pakai. diatasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan pengukuran
2. Identifikasi Risiko, antara lain : berdasarkan target yang telah disepakati.
- ketidaktepatan dalam perencanaan kebutuhan 5. Mengatasi risiko melalui :
- pengadaan tidak melalui jalur resmi - melakukan sosialisasi terhadap kebijakan pimpinan
- barang yang belum/tidak teregistrasi Rumah Sakit
- keterlambatan pemenuhan kebutuhan - mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi
- kesalahan pemesanan seperti pada spesifikasi dan risiko
kuantitas. - menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit analysis)
- ketidaktepatan pengalokasian dana yang berdampak - menganalisa risiko yang mungkin masih ada
pada kuantitas. - mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi
- ketidaktepatan penyimpanan yang berpotensi terjadinya menghindari risiko, mengurangi risiko, memindahkan
kerusakan. risiko, menahan risiko, dan mengendalikan risiko.
- kehilangan sediaan farmasi dan alat kesehatan
- pemberian label yang tidak jelas atau tidak lengkap Metode analisa kualitatif
- kesalahan dalam pendistribusian - Analisis risiko kualitatif dalam manajemen risiko adalah
3. Analisa Risiko : kualitatif, semi kuantitatif, dan proses menilai impact (dampak) dan kemungkinan dari
kuantitatif. risiko yang sudah diidentifikasi untuk penanganan lebih
- Pendekatan kualitatif dilakukan dengan memberikan lanjut.4).
deskripsi dari risiko yang terjadi. - Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau
- Analisis kualitatif adalah proses menilai impact likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang
(dampak) dan kemungkinan dari risiko yang sudah terjadi sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat.
diidentifikasi untuk penanganan lebih lanjut.4
- Pendekatan kuantitatif memberikan paparan secara Tabel Ukuran Kualitatif (likelihood) menurut standar AS/NZS 4360
statistik berdasarkan data sesungguhnya Level Descriptor Uraian
4. Evaluasi Risiko A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat
- Membandingkan risiko yang telah dianalisis dengan B Likely Kemungkinan terjadi sering
C Possible Dapat terjadi sekali-sekali
kebijakan/SOP, peraturan perundang-undangan,
D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang
- Menentukan prioritas masalah yang harus segera
diatasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan pengukuran
Contoh Kasus 1
berdasarkan target yang telah disepakati.
Manajemen Risiko farmasi klinik
5. Mengatasi Risiko
Terjadi kesalahan pemberian obat kepada 2 orang pasien
- melakukan sosialisasi terhadap kebijakan/peraturan
yang memilkiki nama yang hampir sama yaitu Sunarya dan
per UU.
Sunaryo.
- mengidentifikasi pilihan tindakan untuk mengatasi
risiko
Proses Manajemen Risiko
- menetapkan kemungkinan pilihan (cost benefit
1. Risiko yang terjadi dalam konteks distribusi obat ke
analysis)
pasien.
- menganalisa risiko yang mungkin masih ada;
2. Identifikasi risiko
- mengimplementasikan rencana tindakan, meliputi
- Salah membaca tulisan dokter.
menghindari risiko, mengurangi risiko,
- Salah mengambil obat karena mirip nama atau
memindahkan risiko, menahan risiko, dan
kemasan (LASA, look alike sound alike),
mengendalikan risiko.
- Salah memberikan etiket (tertukar dengan etiket obat
lain)
- Tidak mengkaji resep ada sehingga interaksi antar obat
Langkah2 manajemen risiko farmasi klinik
tidak diketahui
1. Menentukan konteks manajemen risiko pada proses
- Salah memberikan obat kepada pasien yang bukan
pengelolaan obat dan alat kesehatan/bahan habis pakai.
seharusnya (tertukar karena nama sama misalnya)
2. Identifikasi risiko antara lain
- Salah memberikan informasi kepada pasien.
- Faktor risiko yang terkait karakteristik kondisi klinik
3. Menganalisis Risiko
pasien (umur, gender, etnik, ras, status kehamilan,
- Pada kasus salah memberikan obat pada pasien,
status nutrisi, status sistem imun, fungsi ginjal, fungsi
menggunakan pengukuran kualitatif
hati) yang akan berakibat terhadap kemungkinan
frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai
kesalahan dalam terapi.
berikut :
- Faktor risiko yang terkait terkait penyakit pasien yaitu
Pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan (likehood)
tingkat keparahan, persepsi pasien terhadap tingkat
keparahan, dan tingkat cidera yang ditimbulkan oleh
keparahan penyakit.
- Faktor risiko yang terkait farmakoterapi pasien meliputi
toksisitas, profil ROTD, rute dan teknik pemberian,
persepsi pasien terhadap toksisitas dan rute, serta
teknik pemberian (ketepatan terapi).
3. Analisis risiko
Analisa risiko dapat dilakukan kualitatif, semi
kuantitatif, dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dilakukan
dengan memberikan deskripsi dari risiko yang terjadi.
Pendekatan kuantitatif memberikan paparan secara statistik
berdasarkan data sesungguhnya.
13
Termasuk “kadang-kadang” : bobot nilai 2, dengan sebab - Memanggil dan mengingatkan petugas terkait, agar
diantaranya : kasus tersebut diharapkan tidak terjadi lagi dimasa
- Petugas IFRS dalam kondisi lelah karena banyaknya yang akan datang.
jumlah pasien yang dilayani. - Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung
- Tidak ada cross cek (kurang teliti) pada bagian yabg pelayanan yang diberikan kepada pasien.
mengeluarkan obat. - Memantau risiko dengan mengetatkan sistem double
Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak cross cek diantara petugas farmasi.
- Mensosialisasikan kembali SOP, Peraturan per UU yang
berlaku untuk dapat ditaati, sehingga kesalahan
tersebut diharapkan tidak terulang kembali.
- Memberikan edukasi materi seputar manajemen resiko
dan akibat-akibat yang dapat timbul bila para petugas
tidak mempedulikan keselamatan pasien.
- Meningkatkan hak, kewajiban dan tanggungjawab
petugas dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien

Contoh : Kasus 2
- Dampak yang ditimbulkan berbobot nilai dua (2) yaitu Manajemen Risiko farmasi non klinik
rendah, pertolongan pertama dapat diatas yaitu Kasus yang terjadi di sebuah Rumah Sakit Umum Daerah
penggantian obat untuk Sunaryo, dan obat untuk Sunarya. (RSUD), dimana Dua pasien meninggal akibat pelayanan
- Kerugian keuangan sedang, karena IFRS harus rumah sakit terganggu karena terbatasnya obat-obatan dan
menyiapkan kembali obat yang sudah dibawa oleh kedua oksigen.
pasien pasien yang salah. Proses Manajemen Risiko
Dampak 1. Risiko yang terjadi dalam konteks perencanaan.
2. Identifikasi risiko
- Kesalahan dalam perencanaan
a. Kesalahan dalam melakukan stock apname.
b. Kesalahan dalam menghitung pemakaian bulan
sebelumnya.
c. Kesalahan dalam memperkirakan waktu lead time
dan safety stock.
- Tidak melakukan cross check.
- tidak ada persediaan pada obat emergensi
3. Menganalisis Risiko
- Pengukuran resiko dilakukan menggunakan
Nilai : 1-3 rendah ; 4-6 sedang; 8-12 bermakna; 15-25 pengukuran risiko secara kualitatif
timggi frekuensi/kemungkinan (likehood) adalah sebagai
Pada kasus ini bobot : berikut :
Kemungkinan : Bobot likehood = 2 Menurut pengukuran kualitatif frekuensi/kemungkinan
Dampak : Bobot dampak = 2 (likehood). Termasuk “mungkin”dengan bobot nilai = 3,
Derajat risiko : 2 x 2 = 4 , masuk kedalam katagori sedang. penyebabnya antara lain :
4. Mengevaluasi Resiko - Kesalahan dalam perencanaan.
a. Dari kasus salah memberikan obat pada pasien - Tidak ada cross cek pada bagian perencanaan.
tersebut, peta risiko yang dapat dibuat berdasarkan - persediaan pada obat emergensi tdk ada.
prioritas resiko adalah sebagai berikut Menurut pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak
- Penerimaan resep (identitas pasien, umur, berat Dampak yang ditimbulkan berbobot nilai = 5 yaitu
badan) katostropik.
- Pembacaan resep (pengkajian) - Terjadi kematian pasien karena tidak mendapatkan obat.
- Pengentrian ke komputer untuk pengklaiman Menurut tabel dampak
keuangan Nilai : 1-3 rendah ; 4-6 sedang; 8-12 bermakna; 15-25
- Pembuatan etiket timggi
- Penyiapan obat (dispensing) Pada kasus ini bobot :
- Memasukan obat sesuai etiket. Kemungkinan : Bobot likehood = 3
- Penyampaian obat ke pasien (distribusi). Dampak : Bobot dampak = 5
- Pemberian informasi kepada pasien ketika Derajat risiko : 3 x 5 = 15, masuk kedalam katagori tinggi.
menyerahkan obat 4. Mengevaluasi Risiko
b. Prioritas utama salam kasus ini adalah - Dari kasus tidak ada obat, peta risiko yang dapat dibuat
distribusi/peyampaian obat ke pasien tanpa ada berdasarkan prioritas risiko adalah sebagai berikut
verifikasi identitas kepada pasien. a. Perencanaan.
- Petugas tidak mengikuti Permenkes nomor 11 b. Pengiriman obat oleh PBF (rekanan)
tahun 2017 tentang keselamatan pasien, bahwa c. Stock obat pada rekanan kurang.
Penyelenggaraan Keselamatan Pasien dilakukan d. Telat mengirim obat.
melalui pembentukan sistem pelayanan yang - Prioritas utama dalam kasus ini terletak pada proses
menerapkan: a.standar Keselamatan Pasien; perencanaan, dimana tidak ada cross check terhadap
b.sasaran Keselamatan Pasien; danc.tujuh langkah dokumen perencanaan. sehingga kemungkinan terjadi
menuju Keselamatan Pasien kesalahan pada pelaksanaan stock opname,
- Petugas tidak mengikuti SOP yang berlaku. menentukan lead time, safety stock dan tidak ada cross
5. Mengatasi Risiko check terhadap hasil perencanaan.
- Segera membuat perbaikan agar masalah pasien Hal ini disebabkan terjadi disebabkan oleh :
terantisipasi.
14
a. Petugas tidak berpedoman pada Berdasarkan UU
No. 44 tahun 2009 pasal 7 ayat 1 tentang Rumah
Sakit yang berbunyi “Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber
daya manusia, kefarmasian, dan peralatan.”
b. Petugas tidak berpedoman pada Permenkes nomor
72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di RS dalam lampiran disebutkan
bahwa pengelolaan obat dan alat kesehatan
dilakukan dengan sistem satu pintu dan pengkajian
terhadap resep harus dilakukan.
c. Petugas tidak mengikuti SOP manajemen obat
tentang tata cara melakukan perencanaan dan
pengadaan.

Mengatasi Risiko
- Segera membuat perbaikan agar masalah pasien
terantisipasi.
- Memanggil dan mengingatkan petugas terkait, agar kasus
tersebut diharapkan tidak terjadi lagi dimasa yang akan
datang.
- Analisis beban kerja ditinjau ulang, dengan menghitung
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
- Memantau risiko dengan menggunakan sistem double
cross cek diantara petugas farmasi.
- Mensosialisasikan kembali SOP, Peraturan per UU yang
berlaku untuk dapat ditaati, sehingga kesalahan tersebut
diharapkan tidak terulang kembali.
- Memberikan edukasi materi seputar manajemen resiko dan
akibat-akibat yang dapat timbul bila para petugas tidak
mempedulikan keselamatan pasien.
- Meningkatkan hak, kewajiban dan tanggungjawab petugas
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien

15

Anda mungkin juga menyukai