Disusun untuk Memenuhi Tugas Klinik pada Stase Keperawatan Medikal Bedah
Disusun Oleh:
Lilis Rezi Retani
22020116220066
Tipe materi/artikel
Artikel jurnal (non-peer reviewed)
Informasi sitasi
Pengarang :
Dendy Karmena, Ezra Oktaliansah, Eri Surahman
Judul:
Perbandingan Kombinasi tramadol Parasetamol Intravena dengan Tramadol
Ketorolak Intravena terhadap Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Opioid
Pascahisterektomi
Publikasi:
Tahun: 2015 Volume: 3 No: 3 Halaman 189-195
Jurnal Anestesi Perioperatif
Tipe studi
Riset
Desain studi
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan metode pendekatan uji
acak terkontrol buta ganda (double blind randomized trial)
Metode pengumpulan data
Lembar observasi berupa Numeric Rating Scale (NRS).
Tujuan penelitian
Membandingkan pemberian kombinasi tramadol-parasetamol 1 g intravena
dengan tramadol ketorolak 30 mg intravena terhadap nilai numeric rating scale
dan juga jumlah kebutuhan opioid pascabedah
Populasi
1. Populasi
Seluruh klien yang menjalani pembedahan histerektomi abdominal dengan
anestesi umum pada bulan Agustus November 2014 di Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin Bandung
2. Sampel
Consecutive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 42 responden yang
dibagi menjadi 2 kelompok. Didapatkan jumlah sampelnya adalah 21untuk
setiap kelompok perlakuan
3. Lokasi penelitian
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
Profesi/ bidang yang diteliti
Perawatan Post Operasi
Metode atau intervensi yang digunakan
a. Menginformasikan tentang penelitian dan meminta persetujuan dalam
informed consent serta menjelaskan cara penilaian NRS satu hari sebelum
pembedahan
b. Responden dipuasakan selama enam jam sebelum operasi dari makanan
padat dan dua jam dari air bening
c. Randomisasi sampel menggunakan tabel bilangan menjadi 2 kelompok
d. Responden diberi pre medikasi lorazepam 1,0 mg pada malam hari
e. Pasien diperiksa kesadarannya, tekanan darah, laju nadi, laju napas dan
juga SaO2
f. Induksi anestesi dengan memberikan propofol 2 mg/kgBB, fentanil
2g/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB dan setelah tiga menit dilakukan
laringoskopi intubasi
g. Saat peritoneum mulai ditutup diberikan bolus intravena tramadol 1
mg/kgBB. Kemudian pasien kelompok ketorolak diberikan 30 mg IV dan
kelompok paracetamol diberikan paracetamol infus 1 g
h. Akhir operasi diberikan analgetik pascabedah menggunakan tramadol 2
g/kgBB yang diberikan secara drip intravena selama 8 jam. Dosis
analgetik pascabedah yang sama diberikan sampai 24 jam pascabedah
i. Setelah diekstubasi, dipindahkan ke ruang pemulihan dan diobservasi 24
jam.
j. Penilaian nyeri pascabedah dilakukan menggunakan NRS pada menit ke
30, jam ke 1, 2, 4, 6, 8, 16, dan 24. Pencatatan skor nyeri, laju nadi,
tekanan darah, laju napas, efek samping obat, penggunaan petidin
tambahan dilakukan selama 24 jam.
k. Bila nilai NRS masih lebih dari 3 maka 15 menit kemudian dapat
diberikan kembali analgetik pertolongan
Latar belakang:
Dasar penelitian :
Nyeri pascabedah merupakan salah satu masalah yang paling ditakuti pasien.
Penanganan nyeri yang tidak adekuat akan menyebabkan efek samping fifiologis
yang akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas dan menghambat proses
penyembuhan. Penanganan nyeri dapat dilakuakn secara farmakologis dengan
menggunakan analgetik dan nonfarmakologis melalui teknik mekanis, elektris dan
psikologis. Opioid merupakan analgetik pilihan yang utama untuk mengatasi nyeri
sedang sampai berat. Akan tetapi opioid memiliki berbagai keterbatasan antara
lain efek samping seperti depresi napas, mengantuk dan mual muntah. Tramadol
intravena merupakan salah satu analgetik opioid yang sering dipergunakan di
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung karena mudah didapat dan efektif
mengatasi nyeri pasca bedah. Penggunaan tramadol iniseringkali dikombinasikan
untuk mengatasi nyeri sedang sampai berat dengan analgetik lain seperti ketorolak
intravena atau parasetamol intravena.
Pembahasan
Penanganan nyeri pasca bedah bertujuan untuk memulihkan fungsi organ secara
cepat dan menghindari komplikasi. Penanganan nyeri yang baik akan mengurangi
komplikasi pasca bedah dan morbiditas, meningkatkan rasa nyaman dan kepuasan
pasien dapat membantu pasien mobilisasi lebih dini, mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi biaya rumah sakit.
Penilaian skala nyeri dengan NRS serta tambahan kebutuhan analgetik dapat
dikatakan sebanding pada dua kelompok penelitian ini, walaupun cara kerja
parasetamol dan ketorolak berbeda. Parasetamol bekerja pada sentral dan perifer,
sedangkan ketorolak hanya bekerja pada perifer. Parasetamol bekerja dengan
meningkatkan batas nyeri dengan cara menghambat N-metil-aspartate (NMDA)
atau substansi P serta prostaglandin E2. Di sentral.
Parasetamol tidak memiliki anti inflamasi seperti ketorolak, namun memiliki
fungsi antipiretik dengan efek samping yang minimal. Parasetamol dan ketorolak
memiliki efek farmakokinetik yang sama jika dinilai dari onset dan durasi kedua
obat tersebut.
Kesimpulan
Pemberian kombinasi tramadol dan parasetamol 1 g IV sebanding dengan
tramadol ketorolak 30 mg IV terhadap nilai NRS dan kebutuhan analgetik opioid
pascabedah histerektomi abdominal
Keterbatasan penelitian
1. Tidak mencantumkan saran untuk penelitian lanjutan
2. Tidak dijelaskan kaitan usia dan BMI terhadap efektivitas kedua terapi
yang diberikan
3. Tidak dijelaskan secara detail farmakokinetik dan farmakodinamik kedua
terapi yang diberikan di bagian pembahasan
4. Tidak dijelaskan ruangan mana saja yang dipakai untuk penelitian
Kekuatan penelitian
1. Penggunaan alat ukur yang sudah baku dan valid serta reliabel
2. Penjelasan prosedur penelitian detail
3. Hasil penelitian dapat diaplikasikan di klinik
Saran
Saran penelitian tidak dicantumkan