ANTONIUS LINO
Tesis
ANTONIUS LINO
kepada
TESIS
ANTONIUS LINO
Komisi Penasihat,
Ketua Anggota
Universitas Hasanuddin
Prof. dr. Rosdiana Natzir, Ph.D Prof. Dr. Ir. Mursalim, M.Sc
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berupa peningkatan laju nadi, tekanan darah dan cardiac output. Keadaan ini
miokardium dan hipertensi, terutama pada pasien usia lanjut (Adithi, 2007;
Tsai, 2008).
2007).
Opioid merupakan obat yang paling sering dan paling efektif untuk
spinal dibandingkan kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Saha dkk, juga
laparoskopi kolesistektomi.
dengan petidin 0,5 mg/kgBB yang diberikan pada pasien yang menjalani
mg/kgBB dengan petidin 0,5 mg/kgBB yang paling sering digunakan untuk
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
TURP
2. Tujuan Khusus
D. Hipotesis
E. Manfaat Penelitian
pada TURP
anestesi spinal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
suhu sensitif yang ditemukan di jaringan termasuk otak, spinal cord, central
informasi pengaturan suhu melalui tiga tahap yaitu: (1) penerima suhu
afferent (reseptor); (2) pusat pengatur; dan (3) respon efferent (efektor)
suhu anterior hipotalamus mendeteksi suhu dari darah arteri karotis interna
serabut ‘A’ delta dengan kemampuan menyalurkan impuls suhu maksimal 25-
pengaturan suhu. Jika otak monyet yang bersuhu normal diberikan cairan
otak monyet yang sudah didinginkan, maka akan timbul demam, sedangkan
jika diberikan cairan otak monyet yang sudah dihangatkan, maka akan timbul
2. Pusat Pengatur
pembentukan dan pelepasan panas berdasarkan set point pada suhu oral
sekitar 36,90C untuk mengatur suhu tubuh. Peningkatan suhu darah memicu
meliputi permukaan kulit, medulla spinalis, hipotalamus, bagian lain dari otak
dan jaringan dalam dari perut dan dada. Interthreshold range diartikan
respon pengaturan suhu yaitu 0,20C dan null zone antara berkeringat dan
menggigil adalah 0,60C. Variasi ambang suhu harian berkisar 0,5-10C yang
Pengaturan suhu dan ambang menggigil masih terjaga baik hingga usia 80
pelepasan panas, sedangkan respon terhadap panas (suhu diatas 380C atau
sekitar 10C diatas core temperature normal) adalah vasodilatasi, yang akan
JARINGAN DALAM
MEDULA SPINALIS DAN OTAK
Informasi suhu afferent
Informasi suhu afferent
dari dada dan abdomen
-
-
ANTERIOR HIPOTALAMUS - POSTERIOR HIPOTALAMUS
Integrasi informasi suhu afferent - Kontrol respon efferent
-
°C
TRAKTUS SPINOTALAMIKUS
RESPON DINGIN
RESPON PANAS
-Perubahan prilaku
-Perubahan
-Vasokonstriksi
prilaku
kutaneus
-Vasodilatasi
-Termogenesis
RESEPTOR DINGIN RESEPTOR PANAS kutaneus
oksidatif
Lokasi predominan pada Lokasi predominan Berkeringat
-Menggigil
kulit pada kulit
2005).
dan sensitifitas suhu. Aliran sinyal suhu dari sensor panas atau dingin yang
set-point sistem pengatur suhu dimanipulasi. Hal ini sangat rumit, karena
menggigil. Pada otak tengah tikus, 5-HT menghambat seluruh unit sensitif
14
panas dan dingin, sebaliknya pada medula oblongata tikus merangsang unit-
suhu 380C (dibandingkan dengan 390C jika input norepinephrin dominan). Hal
ini juga terjadi pada manusia, tetapi interthreshold zone -nya hampir dua kali
dengan ambang menggigil sekitar lebih rendah 10C dari 35,40C. Meskipun
2005).
adalah neurotransmiter utama pada raphe nuclei, tetapi setengah dari sel
sejumlah norepinephrin di nukleus raphe magnus dan sekitar 10% dari sel
regio subcoeruleus lainnya menurun ke pons dan medulla, dan motor neuron
dan group sel preganglion otonom, efferent ke kornu dorsalis medulla spinalis
C. Menggigil
termogenesis non shivering, yang merupakan refleks cepat yang diatur oleh
intensitas. Kontraksi otot dapat terlihat pada otot wajah, terutama pada otot
16
masseter yang meluas ke daerah leher, dada dan perut serta ekstremitas.
Terjadi kontraksi otot yang singkat dan cepat tanpa diikuti kejang sekitar 4-10
Impuls dari reseptor suhu dingin yang dominan di kulit dan medula
ambang normal maka akan timbul menggigil. Pada kondisi panas, pusat ini
dihambat oleh impuls sensitif panas regio preoptik talamus (Collins, 1996).
makin rendahnya suhu ruangan maka reaksinya akan makin berat. Tingkat
kedalaman anestesi sangat penting, yang mana pasien tidak akan menggigil
1. Derajat menggigil
Derajat menggigil secara klinis dapat dibagi dari skala 0-4 (Collins,
1996), yaitu sebagai berikut: tidak menggigil (0); tremor ringan intermiten
pada otot leher dan rahang atau fasikulasi minimal pada wajah (1); disertai
tremor pada dada (2); tremor menyeluruh yang intermiten (3); kekakuan
otot, maka kebutuhan oksigen juga meningkat hingga 200-400%, yang akan
jantung berbahaya bagi pasien gangguan jantung dan geriatri, yang mana
dapat terjadi aritmia, infark dan gagal jantung sebagai komplikasi setelah
operasi. Pada menggigil derajat ringan konsumsi oksigen sama dengan yang
dibutuhkan saat kerja ringan, sedangkan pada derajat lebih tinggi, maka
konsumsi oksigen dapat mencapai lima kali lipat. Ventilasi akan meningkat
sel darah merah meningkat diikuti penurunan tekanan partial oksigen arterial
7,3. Pernapasan semenit meningkat 4 kali diatas nilai basal yaitu rata- rata 25
penyembuhan luka, sehingga masa rawat rumah sakit lebih lama. Hipotermia
ruang operasi sekitar 720F (220C), suhu ruang pemulihan sekitar 750C
dan menggigil diatas level blok sekitar 0,60C dan interthreshold range
melebar dua kali lipat (Ozaki et al., 1994). Ambang vasokonstriksi 10C lebih
rendah pada pasien 60-80 tahun dibandingkan 30-50 tahun, tetapi walaupun
suhu akibat anestesi spinal tidak disebabkan oleh penyerapan sistemik lokal
Pada anestesi spinal pengaturan suhu masih baik tetapi tidak efektif
yang paralisis, serta diperburuk oleh gangguan intrinsik dan faktor lain,
jika pengatur suhu tidak terganggu berat seperti oleh umur atau sedasi,
sehingga relatif tidak efektif dan tidak efisien untuk mengatasi hipotermia.
dari bagian tubuh yang terblok (informasi dari sensor dingin di kaki yang
berlanjut dan tidak dapat dicegah karena massa otot yang tidak terblok
akan terjadi menggigil. Pada siklus ini, hipotermia bisa lebih berat daripada
hipotermia khususnya pada bedah minor dan jika pasien diselimuti dengan
baik. Pada operasi besar, dengan anestesi spinal hipotermia bisa lebih berat
umur. Respon terhadap dingin yang terjadi tidak efektif dan pasien tidak
sehingga muncul teori yang menyatakan bahwa injeksi obat anestesi lokal
teori ini, insiden menggigil pada wanita hamil dilaporkan lebih tinggi jika
proses pengaturan suhu, karena menggigil bisa juga disebabkan oleh nyeri
Karena suhu kulit berperan 20% dan tubuh bagian bawah berperan
vena. Penyelimutan dianjurkan pada bagian kulit wajah, leher, dan dada
bagian atas, yang memiliki banyak reseptor suhu. (Collins, 1996; Sessler,
22
tidak dianestesi.
prostat terutama pada usia 49-90 tahun, dan 20% diantaranya membutuhkan
cairan yang bersifat isotonik atau mendekati isotonik, berionisasi lemah, tidak
toksik dan jernih. Beberapa jenis cairan irigasi yang masih digunakan
mannitol 0,5% ) dan cairan urea. Lama waktu reseksi transurethral harus
tidak melewati 2 jam karena akan terjadi penyerapan cairan irigasi berlebihan
Setelah operasi dilakukan irigasi kandung kencing dengan NaCl 0,9% untuk
akan meningkat jika: ukuran prostat lebih dari 45 gr, lama operasi lebih dari
24
anestesi spinal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada TURP karena
vasodilatasi perifer akibat blok simpatis dan irigasi cairan dingin, disamping
tubuh turun antara 1-20C per jam. Kira-kira setengah dari pasien TURP
bisa dievaluasi dengan baik dan TURP sindrome bisa diketahui lebih awal.
Tingkat blok optimal di T9. Absorbsi cairan irigasi ditentukan oleh beberapa
hidrostatik cairan (ketinggian letak kantong cairan irigasi), jumlah sinus vena
yang terbuka, tekanan vena perifer, lama operasi, dan pengalaman ahli
bedah. Gejala perforasi kandung kencing adalah nyeri bahu pada pasien
25
D. Petidin
Opioid merupakan obat yang paling sering dan paling efektif untuk
10% pada reseptor κ. Hipotesis ini didukung oleh bukti yang mengindikasikan
1999).
Eksresi melalui urin merupakan rute eliminasi yang utama dan bergantung
27
pada pH. Sebagai contoh, jika pH urin < 5, sebanyak 25% petidine
diekskresikan tanpa perubahan bentuk. Karena itu, asidifikasi dari urin dapat
pasien dengan kerusakan ginjal ) dan dapat dideteksi pada urin selama 3 hari
dan kejang sering terjadi pada pemberian jangka panjang petidin sebagai
Efek samping dari petidin serupa dengan morfin, pada dosis terapeutik
konstipasi yang lebih kurang dibanding morphine (Adithi, 2007; Gill, 1999;
Tahereh, 2007).
E. Tramadol
tramadol ini enam kali lebih poten dalam menghasilkan analgesia dan
sendiri.
menyebabkan depresi nafas dibandingkan morpin dan pada dosis terapi tidak
mempunyai efek bermakna terhadap laju jantung, fungsi ventrikel kiri, dan
cardiac index. Kejang pernah dilaporkan pada pemberian tramadol rutin dan
pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal karena waktu paruh
(Dewitte, 1998).
lebih 5 sampai 20 kali. Tramadol tidak memiliki aktivitas anti menggigil yang
F. KERANGKA TEORI
Spinal Anestesi :
Blok informasi suhu afferent RESEPTOR Faktor lain :
Blok simpatis (vasodilatasi) suhu kamar operasi
Gagal kompensasi hipotermia
jumlah cairan irigasi
Redistribusi suhu sentral ke
lama operasi
perifer
TRAMADOL
PETIDIN
ANTERIOR
HIPOTALAMUS
HIPOTERMIA
Mencegah reuptake 5-HT & norepinerrin, set point menurun
Agonis reseptor κ
merangsang pelepasan 5-HT ambang menggigil menurun
POSTERIOR
HIPOTALAMUS
EFEKTOR
menggigil (-)