Anda di halaman 1dari 6

PERBEDAAN PEMBERIAN KETAMIN DOSIS 0.

35 MG DENGAN
TRAMADOL 50 MG TERHADAP NYERI PASCA BEDAH DI RSUD
HARAPAN INSAN SENDAWAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Sarjana Terapan Anestesiologi

Disusun Oleh:
Marcianus Arianto
NIM. 2202304015

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN
KESEHATAN (ITS) PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023/2024
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

PERBEDAAN PEMBERIAN KETAMIN DOSIS 0.35 MG DENGAN


TRAMADOL 50 MG TERHADAP NYERI PASCA BEDAH DI RSUD
HARAPAN INSAN SENDAWAR

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
ITS PKU Muhammadiyah Surakarta

HAAN PERSETUJUAN

Nama Pembimbing Tanda


Tanggal
Tangan
Nabhani, S,Pd., S.Kep., M.Kes
NIDN. 0614055901
................. .................

Anik Enikmawati, S.Kep., Ns, M.Kep


NIDN. 0626038502
................. .................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri adalah hasil dari stimulasi reseptor sensorik yang merupakan
mekanisme yang bersifat protektif untuk menimbulkan kesadaran bahwa
terdapat kerusakan jaringan pada tubuh manusia. Nyeri terbagi ke dalam
berbagai macam jenis berdasarkan durasi akut dan kronis, tipe nosiseptif,
inflamasi dan neuropatik dan tingkat keparahan ringan, sedang dan berat.
Salah satu jenis nyeri adalah Nyeri pascabedah. Nyeri pascabedah
merupakan nyeri yang dialami seorang pasien setelah menjalani prosedur
bedah. Ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya suatu nyeri
pascabedah, yaitu pada pra operasi, perioperative dan juga post operasi
(Sherwood. L. 2016)

Nyeri pascabedah terbagi menjadi nyeri pascabedah akut dan nyeri pasca-
bedah kronis. Nyeri pascabedah akut merupakan manifestasi dari respons
autonom, psikologis, dan perilaku yang meng-hasilkan pengalaman
sensoris dan emosional yang tidak me-nyenangkan, ini merupakan reaksi
fisiologis kompleks terhadap cedera jaringan. Jika tidak mendapatkan
penanganan secara tepat dan adekuat, nyeri akut dapat berlanjut dan
berubah menjadi nyeri kronik yang dapat memberikan dampak buruk pada
keadaan psikologis pasien. Kebanyakan nyeri kronik memiliki dasar
kerusakan organ atau jaringan (Buvanendran. 2013)
Menurut The International Association for the Study of Pain nyeri adalah
pengalaman sensoris dan emosional yang tidak nyaman, terkait dengan
kerusakan jaringan secara aktual atau potensial. Keadaan psikis sangat
memengaruhi nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit atau
memperhebatnya, tetapi dapat pula mengindarkan sensasi rangsangan
nyeri (Latief S, Suryadi K, Dachlan M. 2021)
Penanganan nyeri pascabedah merupakan aspek yang penting dalam
perawatan anestesi. Salah satu obat pilihan dalam penanganan nyeri
pascabedah adalah ketamin. Ketamin merupakan antagonis NMDA non
kompetitif. Pengunaan ketamin sebagai anestesi umum dan analgesik telah
berlangsung selama tiga dekade terakhir. Ketamin memiliki kelebihan
dibandingkan dengan jenis anestesi yang sering digunakan lainnya yakni
tidak menekan fungsi kardiovaskular dan menyebabkan lebih sedikit
depresi ventilasi jika dibandingkan dengan opioid, namun penggunaan
ketamin dapat mengakibatkan malaise. Ketamin juga merupakan obat
anestesi dengan onset kerja yang cepat dan dapat mencapai efek kerja
dengan maksimal dalam waktu yang relatif singkat, selain itu harga
ketamin juga tergolong lebih terjangkau (Silalahi dkk, 2014)

Ketamin dengan dosis rendah menunjukkan kontrol hemodinamik yang


baik dan secara signifikan mengurangi kebutuhan analgesia penyelamat
bahkan dalam pembedahan jangka panjang dan pada pasien dengan
kontraindikasi pem- akaian obat golongan NSAID (Mainhealth, 2016)

Tramadol adalah analog kodein sintetik yang yang merupakan reseptor μ


(mu) yang lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh
inhibisi ambilan norepinefrin dan serotonin. Bioavailabilitas tramadol
setelah dosis tunggal secara oral 68% dan 100% bila digunakan secara
intramuscular (IM). Analgesi timbul dalam 1jam setelah penggunaan
secara oral, dan mencapai puncakdalam 2-3 jam. Lama analgesia sekitar 6
jam (Sylvia,2022)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah "apakah terdapat Perbedaan
pemberian ketamin dosis 0.35 mg dengan tramadol 50 mg terhadap nyeri

pasca bedah di RSUD Harapan Insan Sendawar”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Perbedaan pemberian ketamin dosis 0.35 mg
dengan tramadol 50 mg terhadap nyeri pasca bedah di RSUD Harapan
Insan Sendawar
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi karakteristik responden meliputi jenis
kelamin, umur, Status ASA, dan jenis operasi
b) Untuk mengidentifikasi nyeri pada pasien sebelum dan sesudah
pemberian ketamoin 0,35 mg pada pasien post operasi
c) Untuk mengidentifikasi nyeri pada pasien sebelum dan sesudah
pemberian tramadol 50 mg pada post operasi
d) Menganalisis efektifitas antara pemberian ketamin dengan
tramadol terhadap nyeri pada pasien post operasi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi ilmiah bagi Keperawatan Anestesiologi tentang
Perbedaan pemberian ketamin dosis 0.35 mg dengan tramadol 50 mg
terhadap nyeri pasca bedah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Terkait
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam membandingkan pemberian ketamin dosis 0.35 mg dengan
tramadol 50 mg terhadap nyeri pasca bedah.
b. Bagi Penata Anestesi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya
bagi Penata Anestesi tentang tentang Perbedaan pemberian ketamin
dosis 0.35 mg dengan tramadol 50 mg terhadap nyeri pasca bedah.
c. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan referensi dalam proses bagian belajar
mengajar yang berkaitan dengan tentang Perbedaan pemberian
ketamin dosis 0.35 mg dengan tramadol 50 mg terhadap nyeri pasca
bedah.

Anda mungkin juga menyukai