Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

GENERALIZED ANXIETY DISORDER


(GAD)
I. DEFINISI
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak ada gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih
dalam batas-batas normal.
Perbedaan antara gangguan cemas dengan kecemasan normal ditekankan
dalam kriteria yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit
dikendalikan; dan gejala yang menyebabkan penurunan yang signifikan. Cemas
dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan respon adaptasi
terhadap ancaman, sehingga mempersiapkan individu tersebut untuk fight or
flight. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan
mengalami gangguan cemas menyeluruh.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami
gangguan kecemasan antara lain merasa cemas, khawatir, firasat buruk, takut
akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang,
gelisah dan mudah terkejut, takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak
orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, sulit konsentrasi
dan adanya keluhan somatik seperti berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, mual, muntah, sakit kepala dan sebagainya.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang
berlebihan tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan
yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat
menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan
dan kehidupan sosial.

II. EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi untuk GAD sekitar 3-8% dan rasio perbandingan antara
perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Penderita GAD sering memiliki komorbiditas
dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik, Gangguan Stres Pasca
Trauma, Gangguan Obsesif Kompulsif dan Gangguan Depresi Berat.
Walaupun para pasien yang menderita gangguan anxietas menyeluruh
umumnya tidak mengupayakan penanganan psikologis, prevalensi sepanjang
1

hidup gangguan ini cukup tinggi, yaitu sekitar 5 persen dari populasi umum. GAD
umumnya mulai dialami pada pertengahan masa remaja, walaupun banyak
orang yang menderita gangguan anxietas menyeluruh menuturkan bahwa
mereka mengalami masalah tersebut sepanjang hidupnya.
Berbagai peristiwa penuh stress dalam hidup tampaknya cukup berperan
terhadap terjadinya gangguan ini. GAD terjadi dua kali lebih banyak pada
perempuan dibanding laki-laki dan memiliki tingkat komorbiditas tinggi bila
disertai gangguan anxietas lain atau gangguan mood.
Sulit untuk berhasil menangani gangguan anxietas menyeluruh. Dalam suatu
studi penelitian selama lima tahun, hanya 18 persen pasien yang tidak lagi
mengalami gejala-gejala gangguan ini, walaupun angka tersebut memiliki
kemungkinan meningkat seiring dengan lebih banyak penggunaan terapi
kognitif-behavioral.

III. ETIOLOGI
Penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti, hanya saja disebutkan
bahwa faktor biologi dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya gangguan
cemas menyeluruh.
1. Teori Biologi
Hipotesis yang dikemukakan adalah pada pasien GAD terjadi abnormalitas
reseptor benzodiazepin di otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi
reseptor benzodiazepin yang tertinggi ada di lobus oksipitalis, namun area lain
yang dicurigai berperan pada GAD adalah basal ganglia, sistem limbik dan
korteks lobus frontalis. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography) pada
GAD menunjukan penurunan metabolisme sel di ganglia basalis dan substansia
alba di otak.
Hipotesis lain menyebutkan bahwa pada GAD terjadi gangguan regulasi
sistem serotonergik. Neurotransmitter lain yang diduga memicu GAD adalah
asam gamma-aminobutyric (GABA), serotonin, norepinefrin, glutamat dan
kolesistokinin.
2. Teori Genetik
Hasil studi menemukan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD
dengan gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga
tingkat pertama pasien GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan
studi pada pasangan kembar didapatkan sebanyak 50% pada kembar monozigot
dan sebanyak 15% pada kembar dizigot.
3. Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik bawah
sadar yang tidak terselesaikan. Konflik bawah sadar tersebut adalah konflik yang
2

tidak disadari antara ego dan impuls-impluls id. Impuls-impuls tersebut biasanya
bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk mengekspresikan diri, namun ego
tidak membiarkannya karena tanpa disadari ia merasa takut terhadap hukuman
yang akan diterimanya. Dengan kata lain, Pasien GAD tidak punya cara untuk
menghindari kecemasan karena dia tidak mengembangkan tipe pertahanan
tersebut sehingga selalu merasa cemas.
Orang-orang yang menderita GAD sering kali salah mempersepsikan kejadian
sehari-hari, seperti menyeberang jalan sebagai hal yang mengancam dan kognisi
mereka terfokus pada antisipasi sebagai bencana pada masa mendatang.
Terlebih lagi pasien GAD lebih terpicu untuk menginterprestasikan stimuli yang
tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan untuk menilai berbagai
kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka.
Sensitifitas pasien GAD yang sangat tinggi terhadap stimuli yang mengancam
juga muncul walaupun bila stimuli tersebut tidak dapat diterima secara sadar.
Gejala utama GAD yaitu kekhawatiran. Berdasarkan perspektif hukuman
seseorang mungkin bertanya-tanya mengapa ada orang yang sering merasa
khawatir karena kekhawatiran di anggap sebagai kondisi negatif yang
seharusnya tidak mendorong pengulangannya. Kecemasan sebenarnya
merupakan penguatan negatif, ia mengalihkan pasien dari berbagai emosi
negatif sehingga diperkuat oleh hasil yang positif bagi individu terkait. Kunci
untuk memahami posisi ini adalah menyadari bahwa kekhawatiran tidak
menciptakan banyak ketegangan emosional.
4. Teori Kognitif-perilaku
Menurut teori ini, pasien GAD akan merespon suatu ancaman secara salah
dan tidak tepat. Respon tersebut disebabkan oleh perhatian yang selektif
terhadap hal-hal negatif di lingkungannya, adanya distorsi pada pemrosesan
informasi dan pandangan yang terlalu negatif terhadap kemampuan dirinya
dalam menghadapi ancaman.

IV.

GAMBARAN KLINIS

Gejala utama GAD adalah ansietas (kekhawatiran yang tidak sebanding


dengan stressor yang sesungguhnya), ketegangan motorik, hiperaktifitas otonom
dan kewaspadaan secara kognitif. Gambaran umum penyakit ini adalah dalam
kehidupan. Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2 yaitu gangguan anxietas
kontinyu dan gangguan anxietas episodik. Gangguan cemas menyeluruh adalah
bentuk dari kecemasan kontinyu.
Gejala gangguan cemas menyeluruh ada yang mengelompokkannya
menjadi sindrom ansietas, dimana terdapat perasaan cemas atau khawatir yang
tidak realistik terhadap 2 hal atau lebih yang dipersepsikan sebagai ancaman
sehingga tidak mampu beristirahat. Selain itu, ada minimal 6 dari gejala-gejala
berikut :

KETEGANGAN
MOTORIK
Kedutan
otot
atau
gemetaran

HIPERAKTIVITAS
OTONOM
Nafas pendek, terasa
berat, sesak napas

Otot tegang, kaku, nyerinyeri, pegal linu


Tidak bisa diam, selalu
ada
yang
digerakgerakkan seperti kaki
atau tangan atau benda
Mudah lelah dan letih

Jantung berdebar-debar

Wajah tegang

KEWASPADAAN
KOGNITIF
Gangguan tidur (Sulit
memulai tidur, tidur tidak
nyenyak,
sering
terbangun saat tidur)
Mudah kaget/terkejut

Keringat
berlebihan,
telapak tangan basah

Sulit berkonsentrasi

Mual,
mencret,
perut
tidak enak, nyeri ulu hati
Mulut kering

Mudah tersinggung dan


marah
Mengamati
lingkungan
secara
berlebihan
sehingga
perhatian
mudah teralih
Tidak sabaran

Kepala pusing, seperti


melayang, terasa ringan
Muka
panas,
memerah/pucat
Sering buang air kecil
Kulit
terasa
aliran
dingin/panas,
seperti
kesetrum
Sukar
menelan,
kerongkongan tersumbat

Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari biasanya berupa penurunan


kemampuan bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Pada anakanak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan somatik berulang yang menonjol.
Pasien GAD biasanya datang ke dokter dengan keluhan somatiknya atau
datang ke dokter spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien
biasanya menunjukkan perilaku mencari perhatian (seeking behavior). Beberapa
pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat dan beberapa lainnya
meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah mereka.

V. PEDOMAN DIAGNOSTIK
A. Kriteria diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut DSM IVTR :

1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap


hari, sepanjang hari dan terjadi selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah
aktivitas atau suatu kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
3. Kecemasan dan kekhawatiran harus disertai minimal tiga dari enam gejala
berikut (dengan minimal beberapa gejala lebih banyak terjadi
dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir). Catatan: Hanya satu
gejala saja yang diperlukan pada anak :
Kegelisahan
Menjadi mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Mudah marah dan tersinggung (iritability)
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit memulai tidur, tidur tidak nyenyak, sering
terbangun)
4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan Axis I,
misalnya kecemasan bukan tentang serangan panik (Gangguan Panik),
merasa malu bila muncul di depan umum (Fobia Sosial),
merasa
terkontaminasi (Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa jauh dari rumah
atau kerabat dekat (Gangguan Cemas Perpisahan), cemas pada kenaikan
berat badan (Anoreksia nervosa), menderita beberapa keluhan fisik
(Gangguan Somatisasi), atau menderita penyakit yang serius
(Hipokondriasis) dan rasa cemas tidak terjadi secara eksklusif selama
gangguan stres pasca trauma (PTSD).
5. Kecemasan, kekhawatiran dan gejala fisiknya harus menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan fungsi sosial
atau pekerjaan.
6. Gangguan yang dialami bukan karena efek langsung dari suatu zat
(misalnya drug abuse, pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme) dan tidak terjadi semata-mata selama gangguan mood,
gangguan psikotik atau gangguan perkembangan pervasif.

B. Kriteria diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJIII (F41.1) :


1. Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan
situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung
tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat
santai); dan
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung
berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut
kering, dsb)
5

3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk


ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik, atau
gangguan obsesif-kompulsif.

VI. DIAGNOSIS BANDING


Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan drug abuse.
Perlu pemeriksaan medis lanjut seperti lab darah, tes kimia darah, EKG dan tes
fungsi tiroid. Klinisi harus bisa menyingkirkan adanya intoksikasi kafein,
stimulansia SSP, gejala putus obat seperti alkohol, hipnotik sedatif dan ansiolitik.

VII. TATALAKSANA
Tatalaksana pada gangguan cemas menyeluruh mencakup
Berorientasi Tilikan (Insight), terapi kognitif-perilaku, terapi suportif.

Psikoterapi

1. Psikoterapi Berorientasi Tilikan (Insight)


Pasien diajak untuk mengungkap konflik masa lalu yang mendasari
dan menjadi sumber kecemasan yang sebenarnya, menilik egostrength,
relasi obyek, serta keutuhan self pasien. Tujuannya agar terapis dapat
memperkirakan sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih
matur, bila tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
2. Terapi Suportif
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi
yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar bisa lebih
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
3. Cognitive-Behaviour Therapy (CBT)
Pasien diajak secara langsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan
perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung, Teknik utama yang
digunakan adalah relaksasi dan biofeedback. Teknik CBT didasari dari 4
cara, yaitu :
a) Exposure Theraphy
Pasien dihadapkan pada benda atau situasi yang dicemaskannya,
prosedurnya ada tiga tipe, yaitu In Vivo, Imaginal, dan Interoceptive.
b) Anxiety Management and Stress Inoculation
Pasien dilatih untuk mengatur dan menghentikan kecemasannya
dengan cara mengidentifikasi pikiran-pikiran kecemasannya lalu
menggantinya dengan respon yang lebih positif. Dengan kata lain,
6

pasien belajar untuk memikirkan berbagai hal yang kurang menakutkan


dari kejadian itu.
c) Cognitive Theraphy
Membantu pasien untuk menyingkirkan pemikiran yang tidak
membantu dalam kecemasan pasien.
d) Interpersonal Skill Training
Pasien dengan gangguan anxietas mempunyai kekurangan dalam
berkomunikasi dengan orang lain sehingga latihan dalam kemampuan
interpersonal sangat membantu pasien dalam berkomunikasi.
e) Training relaksasi intensif : Pasien dilatih untuk merespons kecemasan
yang baru muncul dengan rileksasi dari pada dengan kepanikan.
4. Somatoterapi
a. Ansiolitik Golongan Benzodiazepin (BDZ)
Merupakan golongan ansiolitik lini pertama dan paling sering digunakan. BDZ
mampu mengatasi kecemasan dengan menurunkan kewaspadaan dan mampu
menghilangkan gejala somatik seperti ketegangan otot. Semua benzodiazepin
memiliki efikasi yang sama yaitu menyebabkan sedasi, gangguan kosentrasi dan
amnesia anterograde. Spektrum klinis benzodiazepin meliputi : Ansiolitik,
Antikonvulsan, Anti-insomnia dan premedikasi bedah. Beberapa contoh
benzodiazepin:
JENIS
Diazepam,
Chlordiazepoxide
Nitrazepam, Flurazepam
Midazolam
Bromazepam,
Lorazepam,
Clobazam
Clobazam

Lorazepam

Alprazolam

dan

KETERANGAN
Benzodiazepin broadspektrum
Lebih efektif sebagai antiinsomnia karena dosis
antiinsomnia berdekatan dengan dosis anticemas
Onset cepat dan kerja singkat, cocok untuk
premedikasi bedah.
Lebih efektif sebagai anticemas karena dosis
antiinsomnia dan anticemas yang berjauhan.
Efek samping terhadap performa psikomotor paling
kecil, cocok untuk pasien dewasa atau pasien
lansia yang ingin aktif
Benzodiazepin dengan waktu paruh pendek dan
tidak ada akumulasi obat yang signifikan pada
dosis terapi, cocok untuk pasien dengan kelainan
fungsi hati dan ginjal
EfeK : anticemas, anti-depresi
Indikasi : ansietas antisipatorik
onsetnya cepat

b. Ansiolitik Golongan Non-Benzodiazepin


JENIS
Sulpiride

KETERANGAN
Efek : meredakan gejala somatik
7

Fluoxetine,
Sertraline,
Paroxetin
(Selective
Serotonin
Reuptake
inhibitor)
Buspirone

Imipramine
(Antidepresan
Trisiklik)

Trazodone
(Antidepresan
Atipik)

Venlafaxine
(Antidepresan
Atipik)

risiko ketergantungan atau kecanduan paling kecil


Indikasi : Pasien GAD dengan riwayat depresi
Sertralin dan paroxetin lebih baik daripada fluoxetin, karena
fluoxetin dapat meningkatkan ansietas sesaat
medikasi selama 8-12 minggu dengan dosis inisial yang kecil
agar mengurangi efek anxiogenik di awal pengobatan dan
dosis dinaikkan bertahap sampai dosis optimal
Efek : memperbaiki gejala kognitif, meredakan cemas, kurang
berefek untuk gejala somatik GAD
Indikasi : ansietas kronik, tidak respon dengan benzodiazepin,
pasien drug abuse.
Efektifitas buspiron sama seperti BDZ
tidak menyebabkan ketergantungan dan toleransi
BDZ onsetnya langsung dalam menghilangkan gejala cemas,
Buspirone perlu waktu 2-3 minggu.
Efek : anticemas
efektivitasnya dibandingkan BDZ dan Buspirone belum
diketahui
alternatif lain : Desmipramine atau Nortriptiline (efek
antikolinergik dan antiadrenergiknya lebih ringan)
Indikasi : pasien yang tidak respon dengan golongan ansiolitik
lainnya
Penggunaan dibatasi karena efek samping sedasi dan
priapismus yang tinggi Alternatif lain : Nefazodone (efek
sampingnya lebih dapat ditoleransi)
Efek : anticemas dan antidepresi
Indikasi : pasien GAD yang disertai Depresi Mayor

VIII. PROGNOSIS
GAD merupakan suatu kondisi kronis yang mungkin berlangsung seumur
hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami gangguan panik atau dapat
mengalami gangguan depresi mayor. Prognosis GAD tergantung pada beberapa
faktor. Bila tidak diterapi, GAD bisa terus berlanjut dan terus muncul dalam
kehidupan pasien. Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih dari
satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada pasien GAD ini biasanya lebih
sering atau cenderung menjadi perokok berat, minum alkohol dan
menyalahgunakan obat-obat tertentu dibandingkan orang normal. Masingmasing dari hal tersebut membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul
dalam jangka waktu singkat.
Prognosis juga memburuk bila terdapat adiksi (seperti adiksi nikotin, alkohol
dan obat-obatan) yang sekaligus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara
umum. Akan tetapi, sebagian besar pasien menunjukkan perbaikan dengan
kombinasi terapi farmakologi dan terapi kognitif perilaku (CBT). Statistik
8

menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien akan membaik
kondisinya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.

IX. REFERENSI
1. American Family Physician. http://www.aafp.org/afp/2000/1001/p1591.html
2. Maslim, R. 2003, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkas dari PPDGJ III, Jakarta : PT Nuh Jaya, hal 74
3. Maslim, R. 2007, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Jakarta : PT Nuh Jaya
4. RSUD Dr. Soetomo. 2004, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu
Kedokteran Jiwa. Edisi III. Surabaya.
5. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety
Disorder in : Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins: 2007. p. 623-7
6. Zieve , David. 2012. Generalized Anxiety Disorder [Online] Diakses
tanggal
11
April
2012.
Availabvle
from
:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001915/
7. http://www.patient.co.uk/health/Anxiety-Generalised-Anxiety-Disorder.htm
8. http://www.onlymyhealth.com/what-prognosis-generalised-anxietydisorder-12977616527

9. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor.


Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.
10.
Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi
Gangguan Anxietas. [Internet] 2007 [cited 2011 Juni 05]. Available
from : http://gangguan_anxietas.htm
11.
Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M,
editor. Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal.
60-66.
12.
American Psychological Association. Generalized Anxiety
Disorder. [Internet]. [cited 2011, May 18]. Available from :
http://www.Helpguide.org
13.

Anda mungkin juga menyukai