Pembimbing :
dr. Prasila Darwin, Sp.KJ
Disusun oleh :
Silpi Hamidiyah (110.2010.270)
I. DEFINISI
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak ada gangguan dalam menilai
realitas (Reality Testing Ability/RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan
kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas
normal.
Perbedaan antara gangguan cemas dengan kecemasan normal ditekankan dalam kriteria
yang menggunakan kata-kata yang berlebihan dan sulit dikendalikan; dan gejala yang menyebabkan
penurunan yang signifikan. Cemas dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu hal yang normal dan
respon adaptasi terhadap ancaman, sehingga mempersiapkan individu tersebut untuk “fight or
flight”. Seseorang yang cemas terhadap segala sesuatu dapat dikatakan mengalami gangguan cemas
menyeluruh.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan
antara lain merasa cemas, khawatir, adanya firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut, takut sendirian, takut pada
keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, sulit
konsentrasi dan adanya keluhan somatik (fisik) seperti berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, mual, muntah, sakit kepala dan sebagainya.
GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan tentang
peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk khawatir. Kecemasan ini
tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan timbulnya stres dan mengganggu aktivitas
sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan sosial.
II. EPIDEMIOLOGI
Berbagai peristiwa penuh stress dalam hidup tampaknya cukup berperan terhadap
terjadinya gangguan ini. GAD memiliki tingkat komorbiditas tinggi bila disertai gangguan ansietas
yang lain atau gangguan mood. Sulit untuk berhasil menangani GAD. Dalam suatu studi penelitian
2
selama lima tahun, hanya 18% pasien yang tidak lagi mengalami gejala-gejala gangguan ini,
walaupun angka tersebut memiliki kemungkinan meningkat seiring dengan lebih banyak
penggunaan terapi kognitif-behavioral.
III. ETIOLOGI
Penyebab gangguan ini belum diketahui secara pasti, hanya saja disebutkan bahwa faktor biologi
dan psikologi memiliki peran terhadap terjadinya gangguan cemas menyeluruh.
1. Teori Biologi
Hipotesis yang dikemukakan adalah pada pasien GAD terjadi abnormalitas reseptor
benzodiazepin di otak. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi reseptor benzodiazepin yang
tertinggi ada di lobus oksipitalis, namun area lain yang dicurigai berperan pada GAD adalah basal
ganglia, sistem limbik dan korteks lobus frontalis. Pemeriksaan PET (Positron Emission Tomography)
pada GAD menunjukan penurunan metabolisme sel di ganglia basalis dan substansia alba di otak.
Hipotesis lain menyebutkan bahwa pada GAD terjadi gangguan regulasi sistem serotonergik.
Neurotransmitter lain yang diduga memicu GAD adalah asam gamma-aminobutyric (GABA),
serotonin, norepinefrin, glutamat dan kolesistokinin. Neurotransmitter yang paling memegang
peranan dalam menimbulkan GAD adalah serotonin, sedangkan pada gangguan panik diduga adalah
Norepinefrin.
2. Teori Genetik
Hasil studi menemukan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dengan gangguan
Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat pertama pasien GAD juga
menderita gangguan yang sama. Sedangkan studi pada pasangan kembar didapatkan sebanyak 50%
pada kembar monozigot dan sebanyak 15% pada kembar dizigot.
3. Teori Psikoanalitik
Teori ini menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari konflik bawah sadar yang tidak
terselesaikan. Konflik bawah sadar tersebut adalah konflik yang tidak disadari antara ego dan impuls-
impluls id. Impuls-impuls tersebut biasanya bersifat seksual atau agresif, berusaha untuk
mengekspresikan diri, namun ego tidak membiarkannya karena tanpa disadari ia merasa takut
terhadap hukuman yang akan diterimanya. Dengan kata lain, Pasien GAD tidak punya cara untuk
menghindari kecemasan karena dia tidak mengembangkan tipe pertahanan tersebut sehingga selalu
merasa cemas.
Orang-orang yang menderita GAD sering kali salah mempersepsikan kejadian sehari-hari, seperti
menyeberang jalan sebagai hal yang mengancam dan kognisi mereka terfokus pada antisipasi
sebagai bencana pada masa mendatang. Terlebih lagi pasien GAD lebih terpicu untuk
menginterprestasikan stimuli yang tidak jelas sebagai sesuatu yang mengancam dan untuk menilai
berbagai kejadian yang mengancam lebih mungkin terjadi pada mereka.
3
Sensitifitas pasien GAD yang sangat tinggi terhadap stimuli yang mengancam juga muncul
walaupun bila stimuli tersebut tidak dapat diterima secara sadar. Gejala utama GAD yaitu
kekhawatiran. Berdasarkan perspektif hukuman seseorang mungkin bertanya-tanya mengapa ada
orang yang sering merasa khawatir karena kekhawatiran di anggap sebagai kondisi negatif yang
seharusnya tidak mendorong pengulangannya. Kecemasan sebenarnya merupakan penguatan
negatif, ia mengalihkan pasien dari berbagai emosi negatif sehingga diperkuat oleh hasil yang positif
bagi individu terkait. Kunci untuk memahami posisi ini adalah menyadari bahwa kekhawatiran tidak
menciptakan banyak ketegangan emosional.
4. Teori Kognitif-perilaku
Menurut teori ini, pasien GAD akan merespon suatu ancaman secara salah dan tidak tepat.
Respon tersebut disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal negatif di lingkungannya,
adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang terlalu negatif terhadap
kemampuan dirinya dalam menghadapi ancaman.
Gejala utama GAD adalah ansietas (kekhawatiran yang tidak sebanding dengan stressor yang
sesungguhnya), ketegangan motorik, hiperaktifitas otonom dan kewaspadaan secara kognitif.
Gambaran umum penyakit ini adalah dalam kehidupan. Gangguan cemas sendiri dibagi menjadi 2
yaitu gangguan anxietas kontinyu dan gangguan anxietas episodik. Gangguan cemas menyeluruh
adalah bentuk dari kecemasan kontinyu.
4
Kulit terasa aliran dingin/panas,
seperti kesetrum
Sukar menelan, kerongkongan
tersumbat
Pasien GAD biasanya datang ke dokter dengan keluhan somatiknya atau datang ke dokter
spesialis karena gejala spesifik seperti diare kronik. Pasien biasanya menunjukkan perilaku mencari
perhatian (seeking behavior). Beberapa pasien menerima diagnosis GAD dan terapi yang adekuat
dan beberapa lainnya meminta konsultasi medik tambahan untuk masalah-masalah mereka.
V. PEDOMAN DIAGNOSTIK
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang
hari dan terjadi selama minimal 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau suatu kejadian
(seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
3. Kecemasan dan kekhawatiran harus disertai minimal tiga dari enam gejala berikut (dengan
minimal beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan
terakhir). Catatan: Hanya satu gejala saja yang diperlukan pada anak :
Kegelisahan
Menjadi mudah lelah
Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
Mudah marah dan tersinggung (iritability)
Ketegangan otot
Gangguan tidur (sulit memulai tidur, tidur tidak nyenyak, sering terbangun)
4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan Axis I, misalnya
kecemasan bukan tentang serangan panik (Gangguan Panik), merasa malu bila muncul di
depan umum (Fobia Sosial), merasa terkontaminasi (Gangguan Obsesif Kompulsif), merasa
jauh dari rumah atau kerabat dekat (Gangguan Cemas Perpisahan), cemas pada kenaikan
berat badan (Anoreksia nervosa), menderita beberapa keluhan fisik (Gangguan Somatisasi),
atau menderita penyakit yang serius (Hipokondriasis) dan rasa cemas tidak terjadi secara
eksklusif selama gangguan stres pasca trauma (PTSD).
5. Kecemasan, kekhawatiran dan gejala fisiknya harus menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan.
6. Gangguan yang dialami bukan karena efek langsung dari suatu zat (misalnya drug abuse,
pengobatan) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi semata-
mata selama gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan perkembangan pervasif.
5
B. Kriteria diagnostik Gangguan Cemas Menyeluruh menurut PPDGJ-III (F41.1) :
1. Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari selama beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
mengambang)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb)
Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak napas, keluhan lambung, pusing, mulut kering, dsb)
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi,
tidak membatalkan diagnosis utama gangguan cemas menyeluruh, selama hal tersebut tidak
memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif, gangguan ansietas fobik, gangguan panik,
atau gangguan obsesif-kompulsif.
Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi medis umum
maupun gangguan yang berhubungan dengan drug abuse. Perlu pemeriksaan medis lanjut seperti
lab darah, tes kimia darah, EKG dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus bisa menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, stimulansia SSP, gejala putus obat seperti alkohol, hipnotik sedatif dan ansiolitik.
VII. TATALAKSANA
Sama seperti jenis gangguan ansietas lainnya, GAD dapat disembuhkan. Tatalaksana pada
gangguan cemas menyeluruh mencakup Cognitive Behaviour therapy (CBT), psikoterapi Berorientasi
Tilikan (Insight) dan terapi suportif.
2. Terapi Suportif
6
Pasien diberikan reassurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada dan
belum tampak, didukung egonya, agar bisa lebih beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.
4. Somatoterapi
Mekanisme Aksi : Meningkatkan aktivitas sistem reseptor GABA dengan berbagai cara meliputi
peningkatan inhibisi GABA presinaps dan menurunkan refleks monosinaps dan polisinaps
Indikasi : Gangguan Kecemasan Situasional yang bersifat akut, Serangan Panik, Gangguan
Kecemasan lainnya yang dapat di antisipasi dalam waktu 6 minggu.
Keunggulan : Golongan ansiolitik kerja cepat dan paling sering digunakan sebagai anticemas. Mampu
mengatasi ansietas dan meredakan gejala somatik seperti ketegangan otot. Spektrum klinis BDZ
meliputi : Ansiolitik, Antikonvulsan, Anti-insomnia dan premedikasi bedah.
Kelemahan : Penggunaan jangka panjang akan menyebabkan toleransi, adiksi dan gejala putus obat.
Hindari penggunaan BDZ pada pasien dengan riwayat drug abuse dan peminum alkohol
Efek : Semua BDZ menyebabkan sedasi, gangguan konsentrasi, amnesia anterograde, reaksi
paradoksal (gelisah, hiperaktivitas, agresif, perilaku kekerasan). Beberapa contoh benzodiazepin:
JENIS KETERANGAN
Diazepam -Dosis : 2-10 mg, 2-4 kali sehari (oral) atau 2-10 mg/IV atau IM 2-4 kali sehari.
Dosis maksimal 30 mg/8jam
-Keunggulan : efektif untuk meredakan spasme otot akibat gangguan UMN.
7
-Efek Samping serius : depresi napas, neutropenia, ikterik, phlebitis bila injeksi
terlalu cepat, efek lokal berupa nyeri, bengkak Carpal Tunnel Syndrome dan
nekrosis jaringan lokal.
Clonazepam -Dosis : 0.25 mg oral 3 kali sehari, dapat ditingkatkan jadi 1 mg/hari setelah
hari ke 3 (dosis maks 4 mg/hari)
-Kadar puncak plasma 2-4 jam setelah pemberian oral/rektal
-Keunggulan : indikasi multipel seperti menekan myoklonik, akinetik, kejang
petit mal dan menekan distonia tardive
Efek samping : gangguan koordinasi, memori, disarthria, ataksia
Chlordiazepoxide -Dosis : Ansietas ringan 5-10 mg oral 3-4 kali sehari, Ansietas berat 20-25 mg
oral 3-4 kali sehari
-Pasien di monitoring selama 3 jam setelah mengkonsumsi obat
Lorazepam -Dosis : inisial 2-3 mg, 2-3 kali/hari (bila diperlukan), dosis maks 10 mg/hari.
Maintenance 2-6 mg/hari, 2-3 kali/hari
-Hindari pemberian pada pasien depresi atau psikosis.
-Waktu paruhnya pendek dan cocok untuk pasien dengan kelainan fungsi hati
dan ginjal karena tidak ada akumulasi obat yang signifikan pada dosis terapi
Alprazolam -Dosis : 0.25-0.5 mg, 3-4 kali/hari selama 6-8 hari (Dosis maks 4 mg/hari)
-Dapat menyebabkan “floppy infant syndrome” pada ibu hamil
JENIS KETERANGAN
Venlafaxine -Dosis : 37.5 – 75 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan sebanyak 75 mg/hari
(extended release) setiap 4-7 hari, dosis maksimal 225 mg/hari.
-Black box Warning : Pemberian pada remaja/dewasa muda meningkatkan
perilaku suicide (bunuh diri). Edukasikan keluarga pasien untuk
memonitoring ketat selama penggunaan obat dan segera ke dokter bila ada
perubahan perilaku, perburukan klinis atau tindakan bunuh diri. Stop terapi
bila kondisi tersebut terjadi.
Duloxetine -Dosis : 60 mg/hari oral 1-2 kali sehari, dinaikkan sebanyak 30 mg/hari bila
terdapat toleransi. Dosis maksimal 120 mg/hari
-Obat dilapisi selaput enterik sehingga tidak boleh dikunyah, dihancurkan,
dibuka kapsulnya dan dicampur dengan makanan atau cairan.
-Bila terapi tercapai, dosis harus di tappering off. Penghentian obat tiba-tiba
berefek : sakit kepala, parestesi, muntah, fatigue, iritabilitas, diare,
insomnia, ansietas dan hiperhidrosis.
-Black box warning : sama seperti Venlafaxine
Keunggulan : merupakan lini pertama untuk terapi jangka panjang gangguan ansietas, efek dapat
dirasakan setelah 2-4 minggu (tergantung dosis).
Indikasi : General Anxiety Disorder, Social Anxiety dan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD)
Efek Samping Berbahaya : Perilaku Suicide pada dewasa muda
8
JENIS KETERANGAN
Sertralin -Dosis : 25 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan sebanyak 25 mg/hari setiap interval
1 minggu, dosis maksimal 200 mg/hari
-sediaan : (Tablet) 25 mg, 50 mg, 100 mg, (Sirup) 20mg/mL
-penggunaan pada kehamilan menyebabkan PPHN (Persistent Pulmonary
Hypertension of the Newbron)
Paroxetin -Dosis : 20 mg oral sekali sehari, dinaikkan 10 mg tiap minggu (dosis maksimal 50
mg/hari)
-ES Serius : sindrom serotonin, pikiran suicide, TEN/SJS, eksaserbasi gejala depresi
-Kehamilan : Teratogenik (malformasi kardiovaskular)
Fluoxetin -Dosis : inisial 20 mg oral sekali sehari, dinaikkan setelah beberapa minggu, sebanyak
20 mg/hari (dosis terapi 20-60 mg), dosis maksimal 80 mg/hari
-Masa paruhnya paling panjang dari jenis lain, sehingga pemberian hanya sekali
sehari, penghentian obat tidak perlu di tapp off karena risiko putus obat kecil.
-Kelemahan : dapat meningkatkan ansietas pada saat awal terapi sehingga Sertralin
dan Paroxetin lebih diutamakan
Citalopram -Dosis : 10 mg sekali sehari, setelah 1 minggu dosis dapat dinaikkan sampai 40
mg/hari. Dosis maksimal 40 mg/hari.
-ES : jangan melebihi dosis maksimal karena dapat menyebabkan interval QT
memanjang
JENIS KETERANGAN
Imipramin -Dosis : 75 mg oral sekali sehari, dapat dinaikkan bertahap menjadi 150 mg/hari
(dosis maksimal 200 mg/hari), bisa dosis terbagi atau single dose. Dosis
maintenance 50-100 mg/hari sekali sehari
-Alternatif lain : Desipramin atau Nortriptilin (efek antikolinergik dan
antiadrenergiknya lebih ringan)
* Desipramin : 100-200 mg oral 1-2 kali/hari, bila ansietas berat dinaikkan
menjadi 300 mg/hari
* Nortriptilin : 25 mg oral 3-4 kali sehari (dosis maksimal 150 mg sehari)
Clomipramin -Keunggulan : satu-satunya TCA yang paling efektif untuk terapi OCD
-Dosis : 25 mg oral sekali sehari, dinaikkan sampai 100 mg/hari (3 kali sehari)
selama 2 minggu kemudian dinaikkan lagi menjadi 250 mg/hari (dosis maksimal)
-ESO : Xerostomia, sakit kepala, konstipasi, ejakukasi dini, mual, fatigue,
impotensi
Amitriptilin -Dosis : 25-50 mg sekali sehari, dinaikkan sebanyak 25 mg setiap 1 minggu sampai
100-200 mg/hari (dosis maksimal 400 mg/hari)
-ESO : gejala ekstra piramidal, Agranulositosis, aritmia, agitasi, perubahan EKG,
miokard infark akut, sinkop, palpitasi dan peningkatan tekanan intraokular
9
4.b.4. Anti-Ansietas Golongan Lainnya
JENIS KETERANGAN
Buspirone -Dosis : 10-15 mg oral 2-3 kali/hari, dapat dinaikkan sebanyak 5 mg/hari tiap 2-3
minggu sampai dosis 15-30 mg/hari (dosis maksimal 60 mg/hari)
-Mekanisme aksi : agonis 5-HT1A yang mempengaruhi kinerja serotonergik di SSP
dan mempengaruhi aktivitas dopaminergik.
-Keunggulan : efek samping kognitif dan psikomotornya rendah sehingga cocok
untuk pasien manula, dan buspiron tidak menyebabkan ketergantungan dan
toleransi.
-Kelemahan : tidak efektif pada pasien yang withdrawal BDZ, Onset kerja buspirone
perlu waktu 2-3 minggu
Trazodone -Dosis : inisial 100 mg oral 2 kali/hari dinaikkan sebesar 50-100 mg setiap interval 1
(Antidepresan minggu
Atipik) -Mekanisme aksi : antagonis reseptor 5-HT2 dan menghambat reuptake 5-HT
-ESO : sama seperti TCA dan SSRI memiliki risiko perilaku suicide yang tinggi pada
dewasa muda sehingga penggunaannya di monitoring ketat
-Indikasi : pasien yang tidak respon dengan golongan ansiolitik lainnya
-Alternatif lain : Nefazodone (efek sampingnya lebih dapat ditoleransi)
*Nefazodone : 100 mg oral 2 kali/hari dinaikkan sebesar 50-100 mg tiap interval 1
minggu
VIII. PROGNOSIS
GAD merupakan suatu kondisi kronis yang mungkin berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25%
penderita akhirnya mengalami gangguan panik atau dapat mengalami gangguan depresi mayor.
Prognosis GAD tergantung pada beberapa faktor. Bila tidak diterapi, GAD bisa terus berlanjut dan
terus muncul dalam kehidupan pasien. Prognosis semakin buruk pada orang yang memiliki lebih dari
satu jenis gangguan kecemasan. Terlebih, pada pasien GAD ini biasanya lebih sering atau cenderung
menjadi perokok berat, minum alkohol dan menyalahgunakan obat-obat tertentu dibandingkan
orang normal. Masing-masing dari hal tersebut membuat gejala cemas menjadi lebih mudah muncul
dalam jangka waktu singkat.
Prognosis juga memburuk bila terdapat adiksi (seperti adiksi nikotin, alkohol dan obat-obatan)
yang sekaligus dapat mempengaruhi kondisi kesehatan secara umum. Akan tetapi, sebagian besar
pasien menunjukkan perbaikan dengan kombinasi terapi farmakologi dan terapi kognitif perilaku
(CBT). Statistik menunjukkan dengan terapi yang adekuat, sekitar 50% pasien akan membaik
kondisinya dalam 3 minggu semenjak terapi dimulai.
10
IX. REFERENSI
11