FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH :
Ahmad Iman Ronalda
C014182032
RESIDEN PEMBIMBING :
dr. Ilma Khaerina Amaliyah B
SUPERVISOR PEMBIMBING :
Dr. dr. Saidah Syamsuddin, Sp.KJ
NIM : C014182056
PENDAHULUAN………………………………………………………1
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI……………………………………………….…………………………. 2
2.2 EPIDEMIOLOGI…………………………………….………………………… 4
2.3 ETIOLOGI…………………………………………..……………………………. 5
2.7 PROGNOSIS…………………………………….………………………………17
KESIMPULAN…………………………………….……………………………………..18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………….………………………………19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit medis yang mengancam jiwa karena adanya percobaan bunuh diri yang
cukup tinggi pada populasi bipolar, yaitu 10-15%. Gangguan bipolar adalah suatu
penyakit jangka panjang dan episodik dengan berbagai macam variasi perjalanan
penyakit. Gangguan bipolar sering tidak diketahui dan salah diagnosa dan bahkan bila
Diagnosis gangguan bipolar sulit dibuat karena gejala gangguan bipolar yang
bertumpang tindih dengan gangguan psikiatrik yang lain yaitu skizofrenia dan
bipolar mempunyai prognosis yang relatif baik terutama untuk gangguan bipolar yang
bentuk klasik. Perjalanan penyakit gangguan bipolar sangat bervariasi dan biasanya
fungsinya semula dan kualitas hidup yang tetap baik. Terapi komprehensif meliputi
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
sekurang-kurangnya satu episode depresif. Oleh karena itu berdasarkan definisi, setiap
orang yang sebelumnya baik kemudian menderita episode pertama mania (atau
hipomania), akan digolongkan sebagai penderita gangguan bipolar. Di lain sisi, jika
orang yang sebelumnya baik kemudian menderita satu atau lebih episode depresif,
suatu diagnosis gangguan bipolar tidak akan ditegakkan kecuali jika dan sampai
Pada ICD-10, definisi gangguan bipolar sedikit berbeda, yaitu harus terdapat
riwayat setidaknya dua episode gangguan mood dan setidaknya salah satu harus
berupa mania (atau hipomania). Kesamaan dan perbedaan antara dua sistem klasifikasi
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised
(DSM IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan bipolar
I, gangguan bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat
dispesifikasikan.
Bipolar II didefinisikan sebagai gangguan mood yang mana terdapat satu atau
lebih episode depresi mayor dan setidaknya satu episode hipomania, sebagaimana
pada gambar 2 2 .
2
Gambar 1 Berbagai Episode Mood Pada Gangguan Bipolar 2
3
2.2 EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENSI
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi mencapai 1,3-3%. Bahkan
prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh dari sepuluh
pasien pada awalnya misdiagnosis. Pada gangguan bipolar II, prevalensi pada
perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada
orang dewasa mengalami gangguan bipolar baik bipolar I atau bipolar II. Angka
prevalensi semasa hidup yang dilaporkan oleh sebuah survey nasional sekitar 0,5%
bipolar II lebih banyak dibandingkan bipolar I, saat ini juga beberapa gejala sudah
4
2.3 ETIOLOGI
Sejumlah faktor yang berkontribusi pada kejadian gangguan bipolar dan penyakit
lingkungan.
1. Genetik
Pada penelitian terhadap keluarga, memperlihatkan bahwa risiko
gangguan mood seumur hidup lebih besar pada keluarga biologis pasien
bipolar.
suatu komponen genetic yang penting. Penelitian tahun 1977 terhadap 29 anak
adopsi dengan riwayat gangguan bipolar, ditemukan sebesar 28% orang tuanya
dari sisi genetic lebih menonjol pada gangguan bipolar tipe 1 daripada bipolar
II. 5
5
2. Biokimia
bipolar, itulah kenapa mendeteksi satu saja jalur begitu sulit untuk
terutama respon pasien terhadap agen psikoaktif seperti obat reserpine yang
3. Psikodinamik
negative/kerugian seperti hilangnya harga diri. Oleh karena itu mania berfungsi
4. Lingkungan
mengalami kejadian stress 1-3 bulan sebelum onset perubahan mood. Sebagai
6
tambahan, faktor psikososial adalah faktor utama penyebab relaps pada pasien
bipolar. 6
7
2.4 MANIFESTASI KLINIS
Gangguan bipolar I atau tipe klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu mania dan
Episode mania yaitu pada kelompok ini terdapat efek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik mental, dalam berbagai derajat
keparahan. Sedangkan episode depresi ditandai dengan gejala utama yaitu: afek
depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, serta kekurangan energi yang menuju
derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek meninggi atau berubah disertai
turut, pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia serta tidak ada
Pasien dengan gangguan bipolar juga bisa mendapat episode campuran yang
didefinisikan sebagai terjadinya simultan gejala mania dan depresi. Episode campuran
terjadi hingga 40% dari semua episode dan lebih umum pada pasien lebih muda dan
tua serta wanita .Serta dapat juga mengalami siklus cepat ; yaitu bila terjadi paling
sedikit empat episode – depresi hipomania atau mania – dalam satu tahun. Seseorang
dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan biasanya terdapat adanya
kesulitan dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan. Siklus ultra ceoar yaitu
episode mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam
beberapa hari. Gejala dan hendaknya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia
dan sangat sulit diatasi. Symptom psikotik kasus berat, pasien bisa mengalami gejala
8
psikotik. Gejala psikotik yang paling sering yaitu: halusinasi (auditorik, visual, atau
9
2.5 KRITERIA DIAGNOSIS
Episode hipomanik
A. Periode yang berbeda dari suasana hati yang abnormal dan terus-menerus
meningkat, luas, atau mudah tersinggung dan aktivitas atau energi yang abnormal dan
B. Selama periode gangguan mood dan peningkatan energi dan aktivitas, tiga
(atau lebih) dari gejala-gejala berikut (empat jika suasana hati hanya
perilaku yang biasanya, dan sudah sampai pada tingkat yang signifikan:
3. Lebih banyak bicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk terus berbicara
5. Distractibility (yaitu, perhatian terlalu mudah tertarik pada hal yang kurang
10
berfoya-foya, ketidakbijaksanaan dalam seksual, atau tidak bisa menjalankan
hari yang tidak seperti biasanya, pada individu ketika tidak bergejala
D. Gangguan dalam suasana hati dan perubahan dalam fungsi yang diamati
hubungan sosial atau fungsi pekerjaani, tidak memerlukan rawat inap, dan
F. Gejala yang tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat (misalnya,
A. Lima (atau lebih) gejala berikut telah ada hampir setiap hari selama
11
3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, peningkatan
berat badan (misalnya, perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam
berulang keinginan bunuh diri tanpa rencana tertentu, atau usaha bunuh
C. Gejala yang tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung zat (misalnya,
(misalnya, hipotiroidisme).
12
Kriteria diagnosis Bipolar II
C. Kejadian pada episode mania dan depresi berat tidak bisa dijelaskan
13
2.6 PENATALAKSANAAN
A. Non farmakologi 8
rumah sakit atau sebaliknya dicoba terapi rawat jalan. Indikasi yang
14
B. Farmakologi 9
o Lini 1 : Quetiapin
Gabapentin.
15
2.7 PROGNOSIS
dan mortilitas. Di Amerika Serikat selama bagian awal 1990-an, sekitar 25%-50% dari
orang-orang dengan gangguan bipolar usaha bunuh diri, dan 11% benar-benar
melakukan bunuh diri .Pasien dengan Bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk
daripada pasien dengan depresi. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40-50%
dari pasien mengalami serangan mania. Hanya 50-60% dari pasien dengan BPI
(Bipolar I) yang mendapat litium untuk mengontrol gejala mereka. Kira-kira 7% dari
pasien tersebut mengalami gejala tidak terulang, 45% dari pasien mengalami episode
lebih dari satu dan 40% terus memiliki gangguan persisten. Sering kali, pergantian
5
Faktor yang memperburuk prognosis :
16
BAB III
KESIMPULAN
depressive illness. Bipolar II ditandai dengan gejala berupa setidaknya terdapat satu
atau lebih periode mania (atau hipomania) serta satu atau lebih periode depresi. Angka
kejadian bipolar utamanya bipolar II tergolong cukup rendah yaitu sekitar 2% per
lingkungan ataupun faktor psikodinamik, faktor genetic lebih sering terjadi pada
bipolar I.
Diagnosis berdasarkan kriteria dari DSM V yaitu setidaknya ada satu atau lebih
periode hipomania dan satu atau lebih periode depresi mayor. Tatalakasana pada
pasien bipolar II dengan non-farmakoterapi seperti terapi psikososial, rawat inap dan
sleep depriviation serta farmakoterapi berupa tatalaksana akut dan terapi rumatan yang
17
DAFTAR PUSTAKA
18