“SKIZOFRENIA PARANOID”
Disusun Oleh :
Moh. Fadly Abdullah
105505404819
Pembimbing :
dr. Agus Japari, M.Kes, Sp. KJ
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan
Jiwa
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Penulis
3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Makassar/16 Oktober 1957
Status Perkawinan : Tidak Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Makassar
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. BTN Minasa Upa PLK J3
Nama Ayah/Ibu : Hj. Kamriah
Dikirim Oleh : Keponakan
Pasien datang ke poli jiwa dadi pada sabtu, 13 maret 2021 diantar olehketiga
ponakannya.
4
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
2) Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (-)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendayaa waktu senggang (+)
5
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1) Riwayat Penyakit Dulu
Trauma (+)
Infeksi (-)
Kejang (-)
6
3) Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Pasien berhasil lulus SMA dan sempat bekerja diberbagai
bidang seperti menjadi sekretaris sebuah perusahaan dan pernah
menjadi model di Jakarta, tapi kemudian dia berhenti bekerja karena
dipaksa sama orangtuanya.
4) Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Riwayat pendidikan terakhir SMA
b. Riwayat Pekerjaan
Riwayat pekerjaan di usia muda sebelum pasien sakit yaitu
sekretaris dan model. Namun sekarang setelah sakit, pasien
tidak bekerja lagi
c. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
d. Riwayat Kehidupan social
Interaksi social pasien baik, terkadang masih bisa pergi ke pasar
untuk belanja
e. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama islam dan menjalankan kewajiban
dengan baik
7
Genogram
G. Situasi Sekarang
Sekarang pasien tinggal dengan saudaranya yang memiliki keterbatasan
fisik, yaitu cacat tidak memiliki 1 kaki. Keluhan pasien masih sering muncul.
H. Persepsi
si Pasien tentang diri dan kehidupan
Pasien merasa dirinya sakit dan berharap dapat sembuh.
8
2) Kesadaran
Kualitatif : Berubah
Kuantitatif : Compos Mentis
3) Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tenang
4) Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1) Mood
Seperti biasa
2) Afek
Inappropriate
3) Empati
Tidak dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual
1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan, Kecerdasan
Sesuai taraf pendidikan, tidak terganggu
2) Orientasi
Baik
3) Daya Ingat
Baik
4) Konsentrasi dan Perhatian
Kadang sedikit bingung
5) Pikiran Abstrak
Baik
9
6) Bakat Kreatif
Menjahit
7) Kemampuan Menolong Diri Sendiri
Baik
D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi
Halusinasi Auditori : Pasien sering mendengar suara-suara yang
mengomentari dirinya dan menyuruhnya untuk melakukan sesuatu
2) Ilusi
Tidak ada
3) Depersonalisasi
Tidak ada
4) Derealisasi
Tidak ada
E. Proses Berpikir
1) Arus Pikiran
Cukup relevan
2) Isi Pikiran
Preokupasi
Tidak ada
Waham
- Waham Persekutorik : Keyakinan palsu bahwa pasien
merasa dihukum dan ditipu
- Waham Kemiskinan : Keyakinan palsu bahwa harta pasien
dirampas semua oleh orang lain
10
3) Hendaya Berbahasa
Ada hendaya berbahasa
F. Pengendalian Impuls
Baik
11
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus, jantung paru dalam batas
normal, tidak ada nyeri tekan abdomen, serta ekstremitas atas dan bawa
tidak tampak kelainan
Kesan : Dalam Batas Normal
B. Status Neurologis
1) GCS : E4V5M6
2) Pupil : Bulat, Isokor, Diameter 2,5mm/2,5mm
3) Tidak ditemukan tanda bermakna dari pemeriksaan neurologis
Kesan : Dalam Batas Normal
12
Pada pemeriksaan, kesadaran berubah, GCS 15, psikomotor tenang, ada
hendaya berbahasa. Pasien kooperatif, mood sulit dinilai, afek inappropriate, dan
empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi kognitif baik sesuai taraf pendidikan,
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, arus pikir cukup relevan, terdapat
gangguan isi pikir berupa waham waham persekutorik dan waham kemiskinan, pasien
menyadari dirinya sakit dan butuh pengobatan (tilikan 6), dan secara umum yang
diutarakan oleh pasien cukup dapat dipercaya.
13
semua hartanya telah dirampas oleh orang lain. Keluhan ini menetap lebih dari
1 bulan yang memenuhi kriteria satu gejala (halusinasi auditorik) sehingga
pasien dapat dikatakan menderita Skizofrenia (F20). Dengan ditemukannya
gejala halusinasi auditorik, waham persekutorik, dan waham kemiskinan maka
dapat ditegakkan diagnosis sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0)
- Aksis II :
Pasien memiliki kecurigaan dan kecendrungan untuk menyalahartikan tindakan
orang lain yang netral sebagai suatu permusuhan, sehingga digolongkan
gangguan kepribadian paranoid (F60.0).
- Aksis III :
Pasien memiliki riwayat terjatuh dijalan saat berjalan diluar 5 bulan yang lalu
sehingga menyebabkan pasien harus menggunakan alat bantu untuk berjalan
sehingga digolongkan cedera lutut dan tungkai (S80-S89).
- Aksis IV
Perlakuan orangtua pasien di waktu muda yang sering melarang dan membatasi
semua kegiatannya, sehingga pasien selalu berhenti dari setiap pekerjaanya.
- Aksis V
GAF Scale 40-31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas dalam beberapa fungsi).
14
B. Psikoterapi
- Psikoterapi suportif untuk meningkatkan kesadaran realitas, membantu
mengembangkan keterampilan penyesuaian dan perilaku adaptif realitas
- Psikoedukasi mengenai pentingnya minum obat secara teratur dan rutin untuk
melakukan control, serta lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
C. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang di
sekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana lingkungan
yang mendukung
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Dubia
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
15
Harus ada sedikitnya satu gejala ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)
a) THOUGHT
- “Thought echo” : isi pikiran yang bergema yang lama-kelamaan akan
hilang, atau
- “Thought insertion” : isi pikiran yang asing dari luar masuk dalam
pikirannya, atau
- “Thought withdrawl” : isi pikiran diambil keluar oleh sesuatu dari luar
dirinya, atau
- “Thought broadcasting” : isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain
(orang umum) mengetahuinya.
b) DELUSION (termasuk kategori waham)
- “Delusion of control” : waham (keyakinan) tentang dirinya dikendalikan
oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar. Pasien berusaha melawan
kendali tersebut namun akhirnya melakukan apa yang diperintahkan, atau
- “Delusion of influence” : waham (keyakinan) tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Dalam hal ini pasien
terusaha melawan dengan berbagai-bagai cara. Dia lebih sering berhasil
melawan perintah, meskipun terkadang dia melakukan perintah tersebut,
atau
- “Delusion of passivity” : pasrah terhadap kekuatan dari luar, atau
- “Delusion perception” : Pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) HALUSINASI AUDITORIK, kriteria halusinasi auditorik yang termasuk
adalah:
- Suara halusinasi yang berkomentar terus-menerus terhadap perilaku pasien,
atau
16
- Mendiskusi perihal pasien di antara mereka sendiri (pasien mendengar
sekelompok orang membicarakan tentang dia, tapi pasien tidak ikut dalam
perbicaraan itu), atau
- Jenis suara halusinasi lan yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
Pastikan kalau pasien mendengar suara yang ditangkap oleh panca indera
(telinga), bukan “suara hati” atau “perasaan”.
d) WAHAM
Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
keyakinan tertentu.
Atau kriteria dua gejala (paling sedikit 2 dari 4 gejala di bawah ini yang harus
ada secara jelas)
a Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
b Arus pikiran yang terputus mengalami sisipan yang berakibat ireleven
atau inkoheren, atau neologisme
c Perilaku katatonik (gangguan tingkah laku), seperti gaduh gelisah,
negativisme mustisme, stupor, mempertahankan posisi tubuh tertentu.
d Gejala-gejala negatif (gangguan afek), seperti apatis, bicara yang sangat
jarang, respon emosional yang tumpul dan tidak wajar.
Gejala tersebut di atas telah berlangsung selama > 1 bulan
Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi dalam hal pekerjaan, perilaku hidup pasien hilangnya minat,
hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self
absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Skizofrenia tipe paranoid merupakan tipe paling stabil dan paling sering
terjadi. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai
17
wahamnya. Ciri utama skizofrenia tipe paranoid adalah waham yang mencolok atau
halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang
relative masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran,
atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (waham kecemburuan, keagamaan,
atau somalisasi) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi kecemasan,
kemarahan, menjaga jarak, suka berargumentasi, agresif, dan jarang menunjukkan
sikap disorganisasi.3
18
Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis, dan pemeriksaan status
mental ditemukan adanya gejala klinis yang bermakna yaitu halusinasi
auditorik, waham persekutorik, waham kemiskinan, gelisah dan tidur
terganggu. Berdasarkan gejala-gejala klinis tersebut ditemukan gejala
memenuhi kriteria satu gejala yaitu halusinasi auditorik, sehingga pasien
dapat dikatakan menderita Skizofrenia (F20). Dengan ditemukannya gejala
berupa halusinasi auditorik dan waham persekutorik yang menonjol, maka
dapat ditegakkan diagnosa yaitu Skizofrenia Paranoid (F20.0).
Pasien ini diberikan risperidone 2 mg dan clozapine 25 mg sesuai
dengan terapi antipsikotik. Risperidone dan clozapine merupakan antipsikotik
generasi kedua atau atipikal yang memiliki afinitas yang lebih besar terhadap
reseptor serotonin daripada reseptor dopamine. Selain itu, antipsikotik atipikal
lebih selektif, sehingga tidak menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. 4
Psikoterapi suportif dan psikoedukasi juga dilakukan pada pasien ini untuk
meningkatkan kesadaran realitas dan membantu mengembangkan
keterampilan penyesuaian dan perilakiu adaptif realitas. Selain itu, sosioterapi
dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan
orang-orang di sekitarnya sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana
lingkungan yang mendukung.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit pasien, tanda-
tanda vital pasien dan efektifitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek
samping dari obat yang diberikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20