Anda di halaman 1dari 114

F1 - Gangguan Mental &

Perilaku Akibat Penggunaan


Zat Psikoaktif

F4 - Gangguan Neurotik,
Gangguan Somatoform &
Gangguan Stress

F7 - Retardasi MentalOleh:
Pembimbing:
dr. Engelberta P., Sp.KJ Demos Shakarian (01073200098)
Fizal Gunawan (01073190166)
Julieta W Zebua (01073200095)
Luh Gede Girani Saputri (01073190071)
Putri Nabila (01073200097)
DAFTAR ISI Gangguan Mental & Perilaku
F1 Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif
Gangguan Neurotik,
F4 Gangguan Somatoform &
Gangguan Stress

F7 Retardasi Mental
F1
Gangguan Mental &
Perilaku Akibat
Penggunaan Zat
Psikoaktif
Zat Psikoaktif

F.10 F.11 F.12


Alkohol Opioid Kanabioid

F.13 F.14 F.15


Hipnotik/Sedatif Kokain Stimulan termasuk
Kafein
BACKGROUND

F.16 F.17 F.18


Halusinogenika Tembakau Pelarut yang mudah
menguap

F.19
Zat Multipel dan Zat
Psikoaktif lainnya
F.10

ALKOHOL
Diagnosis Kriteria
Diagnosis kriteria pada “alcohol use disorder” menurut DSM-5
Jika dalam 12 bulan terdapat ≥ 2 gejala yaitu

1. Alkohol sering kali diminum dalam jumlah yang lebih banyak atau
dalam jangka waktu yang lebih lama dari yang diinginkan
2. Ada keinginan yang terus-menerus atau upaya yang gagal untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan alkohol.
3. Banyak waktu dihabiskan dalam aktivitas yang diperlukan untuk
memperoleh alkohol, menggunakan alkohol, atau memulihkan
efeknya.
4. Nafsu keinginan , atau keinginan kuat atau dorongan untuk
menggunakan alkohol.
5. Penggunaan alkohol berulang yang mengakibatkan kegagalan untuk
memenuhi kewajiban peran utama di tempat kerja, sekolah, atau
rumah.
6. Penggunaan alkohol berkelanjutan meskipun memiliki masalah sosial
atau interpersonal yang terus-menerus atau berulang yang disebabkan
atau diperburuk oleh efek alkohol.
7. Kegiatan sosial, pekerjaan, atau rekreasi yang penting dihentikan
atau dikurangi karena penggunaan alkohol.

8. Penggunaan alkohol berulang dalam situasi di mana secara fisik


berbahaya.

9. Penggunaan alkohol tetap dilanjutkan meskipun diketahui memiliki


masalah fisik atau psikologis yang terus-menerus atau berulang yang
kemungkinan besar disebabkan atau diperburuk oleh alkohol.

10. Toleransi , sebagaimana didefinisikan oleh salah satu dari berikut


ini: a) Kebutuhan akan alkohol dalam jumlah yang sangat meningkat
untuk mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan, atau b) Efek
yang sangat berkurang dengan penggunaan alkohol dalam jumlah
yang sama secara terus menerus.

11. Penarikan , seperti yang ditunjukkan oleh salah satu dari berikut
ini: a) Karakteristik sindrom penarikan alkohol b) Alkohol (atau zat
yang terkait erat, seperti benzodiazepin) diambil untuk meredakan
atau menghindari gejala penarikan.
Tingkat Keparah Pada AUD

Mild : terdapat 2-3 gejala


Moderate : terdapat 4-5 gejala
Severe : 6 atau lebih gejala
Istital-Istilah dalam AUD
● Intoksikasi Alkohol
Kriteria Diagnosis
❖ Mengkonsumsi alkohol dalam waktu dekat
❖ Perubahan perilaku atau psikologis (perilaku yang agresif, perubahan
mood, pengambilan keputusan menjadi terganggu, perilaku seksual
yang tidak pantas) yang terjadi disaat atau sesaat setelah
mengkonsumsi alkohol
❖ Munculnya beberapa gejala disaat atau setelah mengkonsumsi
alkohol seperti
➢ Berbicara yang melantur
➢ Berjalan yang tidak stabil
➢ Nistagmus
➢ Gangguan pada ingatan dan perhatian
➢ Penurunan kesadaran
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis lain.
Pemeriksaan Penunjang

“Blood Alcohol Content”


● Mild intoxication <100 mg/dL
● Moderate intoxication 100-300 mg/dL
● Severe intoxication >300 mg/dL
Istilah-Istilah Dalam AUD
● “Alcohol Withdrawal”
Diagnosis kriteria
❖ Penghentian atau pengurangan konsumsi alkohol yang telah
memanjang
❖ Terdapat 2 atau lebih gejala yang timbul setelah pemberhentian
atau pengurangan konsumsi alkohol yang muncul dalam beberapa
jam / hari
➢ Autonomic hyperactivity (sweating, pulse >100 bpm)
➢ Increase hand tremor
➢ Insomnia
➢ Nausea or vomiting
➢ Transient visual, tactile, or auditory hallucinations or
illusions
➢ Psychomotor agitation
➢ Anxiety
➢ Generalized tonic-clonic seizures
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis
lain.
F.11

OPIOID
Diagnosis Kriteria

Diagnosis kriteria pada “opioid use disorder” menurut DSM-5


Jika dalam 12 bulan terdapat ≥ 2 gejala yaitu
1. Opioid sering dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau durasi yang lebih
panjang daripada yang diinginkan
2. Terdapat keinginan yang persisten dan usaha yang gagal dalam mengurangi
penggunaan opioid
3. Banyak waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan opioid, menggunakan opioid,
atau pulih dari efek penggunaan opioid
4. Memiliki keinginan yang kuat atau “craving” untuk menggunakan opioid
5. Penggunaan opioid yang berulang dan menyebabkan dalam menjalani kewajiban
dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah
6. Tetap menggunakan opioid walau memiliki masalah sosial, interpersonal yang
timbul karena penggunaan opioid
7. Kegiatan sosial, rekreasi, atau pekerjaan yang penting dikurangi atau tidak
dilakukan karena penggunaan opioid
8. Penggunaan opioid yang berulang dalam situasi dimana keadaan fisik berbahaya
9. Tetap menggunakan opioid walau memiliki gejala berulang atau masalah
psikologikal yang diperparah dengan penggunaan opioid
Istilah-Istilah Dalam OUD
● Intoksikasi Opioid
Kriteria Diagnosis
❖ Mengkonsumsi opioid dalam waktu dekat
❖ Perubahan perilaku atau psikologis (euphoria yang diikuti oleh apatis,
dysphoria, retardasi psikomotorik, gangguan penilaian) yang terjadi
disaat atau sesaat setelah mengkonsumsi opioid
❖ Kontrakti pupil (atau dilatasi pupil karena anoxia karena overdosis)
dan disertai oleh 1 atau lebih gejala setelah penggunaan opioid
➢ Penurunan kesadaran
➢ Bicara melantur
➢ Gangguan dalam ingatan dan perhatian
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis lain.
Istilah-Istilah Dalam OUD
● “Opioid Withdrawal”
Diagnosis kriteria
❖ Penghentian atau pengurangan penggunaan opioid yang telah
memanjang
❖ Penggunaan opioid antagonis setelah penggunaan opioid
❖ Terdapat 3 atau lebih gejala yang timbul beberapa menit hingga
hari
➢ Dysphoric mood
➢ Mual atau muntah
➢ Rasa ngilu pada otot
➢ Lakrimasi dan rinorea
➢ Pupil dilatasi, berkeringat
➢ Diarea
➢ Mengantuk
➢ Demam
➢ Insomnia
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis
lain.
F.12

Cannabis
Diagnosis Kriteria

Diagnosis kriteria pada “cannnabis use disorder” menurut DSM-5


Jika dalam 12 bulan terdapat ≥ 2 gejala yaitu
1. Cannabis sering dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau durasi yang
lebih panjang daripada yang diinginkan
2. Terdapat keinginan yang persisten dan usaha yang gagal dalam mengurangi
penggunaan Cannabis
3. Banyak waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan cannabis, menggunakan
cannabis, atau pulih dari efek penggunaan cannabis
4. Memiliki keinginan yang kuat atau “craving” untuk menggunakan cannabis
5. Penggunaan cannabis yang berulang dan menyebabkan dalam menjalani
kewajiban dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah
6. Tetap menggunakan cannabis walau memiliki masalah sosial, interpersonal yang
timbul karena penggunaan cannabis
7. Kegiatan sosial, rekreasi, atau pekerjaan yang penting dikurangi atau tidak
dilakukan karena penggunaan cannabis
8. Penggunaan cannabis yang berulang dalam situasi dimana keadaan fisik
berbahaya
9. Tetap menggunakan cannabis walau memiliki gejala berulang atau masalah
psikologikal yang diperparah dengan penggunaan cannabis
Istilah-Istilah Dalam CUD
● Intoksikasi Cannabis
Kriteria Diagnosis
❖ Mengkonsumsi cannabis dalam waktu dekat
❖ Perubahan perilaku atau psikologis (kordinasi motorik terganggu,
euphoria, anxiety, waktu terasa melambat, penarikan sosial, penilaian
tergannggu) yang terjadi disaat atau sesaat setelah mengkonsumsi
cannabis
❖ 2 atau lebih gejala yang timbul setelah 2 jam penggunaan cannabis
➢ Conjunctival injection
➢ Increased appetite
➢ Dry mouth
➢ Tachycardia
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis lain.
Istilah-Istilah Dalam CUD
● “Cannabis Withdrawal”
Diagnosis kriteria
❖ Penghentian atau pengurangan penggunaan cannabis yang telah
memanjang
❖ Terdapat 3 atau lebih gejala yang timbul setelah 1 minggu
➢ Irritability, anger, aggression
➢ Nervousness, anxiety
➢ Sleep difficulty (insomnia, disturbing dream)
➢ Decreased appetite, weight loss
➢ Restlessness
➢ Depressed mood
➢ At least one of the following physical symptoms :
abdominal pain, shakiness/tremor, sweating, fever,
chills, headache
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis
lain.
F.13
Sedative, Hypnotic,
Anxiolytic
Diagnosis Kriteria
Diagnosis kriteria pada “sedative, hypnotic, anxiolytic use disorder” menurut DSM-5
Jika dalam 12 bulan terdapat ≥ 2 gejala yaitu
1. Sedative, hypnotic, dan anxiolytic sering dikonsumsi dalam jumlah yang lebih
besar atau durasi yang lebih panjang daripada yang diinginkan
2. Terdapat keinginan yang persisten dan usaha yang gagal dalam mengurangi
penggunaan sedative, hypnotic, dan anxiolytic
3. Banyak waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan sedative, hypnotic, anxiolytic,
menggunakan sedative, hypnotic, anxiolytic, atau pulih dari efek penggunaan
sedative, hypnotic, dan anxiolytic
4. Memiliki keinginan yang kuat atau “craving” untuk menggunakan sedative,
hypnotic, dan anxiolytic
5. Penggunaan sedative, hypnotic, dan anxiolytic yang berulang dan menyebabkan
dalam menjalani kewajiban dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah
6. Tetap menggunakan sedative, hypnotic, dan anxiolytic walau memiliki masalah
sosial, interpersonal yang timbul karena penggunaan
7. Kegiatan sosial, rekreasi, atau pekerjaan yang penting dikurangi atau tidak
dilakukan karena penggunaan sedative, hypnotic, dan anxiolytic
8. Penggunaan sedative, hypnotic, dan anxiolytic yang berulang dalam situasi
dimana keadaan fisik berbahaya
9. Tetap menggunakan cannabis walau memiliki gejala berulang atau masalah
psikologikal yang diperparah dengan penggunaan sedative, hypnotic, dan
anxiolytic
Istilah-Istilah Dalam SHAUD
Intoksikasi sedative, hypnotic, dan anxiolytic

1. Penggunaan sedative, hypnotic, dan anxiolytic dalam waktu dekat


2. Perubahan perilaku atau psikologis (perilaku yang agresif, perubahan mood,
pengambilan keputusan menjadi terganggu, perilaku seksual yang tidak pantas)
yang terjadi disaat atau sesaat setelah mengkonsumsi sedative, hypnotic, dan
anxiolytic
3. 1 atau lebih gejala yang muncul disaat maupun setelah penggunaan sedative,
hypnotic, dan anxiolytic
a. Slurred speech
b. Incoordination
c. Unsteady gait
d. Nystagmus
e. Impairment in cognition (attention, memory)
f. Stupor or coma
4. Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis lain.
Istilah-Istilah Dalam SHAUD
● “Sedative, hypnotic, anxiolytic Withdrawal”
Diagnosis kriteria
❖ Penghentian atau pengurangan penggunaan sedative, hypnotic,
dan anxiolytic yang telah memanjang
❖ Terdapat 2 atau lebih gejala yang timbul beberapa jam hingga hari
➢ Autonomic hyperactivity (sweating, pulse rate >100
bpm)
➢ Hand tremor
➢ Insomnia
➢ Nausea or vomiting
➢ Transient visual, tactile, auditory hallucination or illusion
➢ Psychomotor agitation
➢ Anxiety
➢ Grand mal seizures
❖ Gejala yang timbul tidak dapat dikaitkan dengan keadaan medis
lain.
F.14
Gangguan Mental dan
Perilaku akibat Penggunaan
Kokain
Kokain : Stimulan kuat yang sangat adiktif
yang diekstraksi dari tanaman Koka,
Erythroxylon coca

Terdapat 2 jenis kokain :


1. Garam HCL : Berbentuk bubuk kristal
putih, membutuhkan waktu lebih lama
sampai bisa menimbulkan efek
dibanding free base, disebut juga blow,
coke, flake, snow.
2. Free Base : Dipanaskan kemudian asap
dari kristal dihirup, nama lain ‘crack’,
waktu lebih cepat
Metode pemakaian :
1. Garam HCL : Inhalasi langsung
melalui lubang hidung (snorting)
2. Injeksi
3. Free base : Asap yang dihirup
4. Diminum langsung
5. Dibakar bersama tembakau
Kokain Intoksikasi :
1. Euforia, arousal, merasa segar, gembira, bersemangat,
menambah rasa percaya diri
2. Menghilangkan rasa sakit dan lelah
3. Insomnia, mudah marah
4. Mual, muntah
5. Paranoid, halusinasi
6. Penurunan berat badan
7. Midriasis pupil
8. Takikardia, aritmia
9. Agitasi psikomotorik
10. Penurunan atau peningkatan tekanan darah
11. Kejang, koma, kematian
Masalah Fisik :
1. Snorting : Pilek terus menerus, epistaksis, sinusitis, luka
pada rongga hidung, perforasi septum
Masalah Sosial :
2. Injeksi : Infeksi pada lokasi injeksi, abses, hepatitis (B
- Interpersonal
dan C), HIV/AIDS
- Finansial
3. Inhalasi : Radang tenggorokan, pneumonia, bronkitis
- Pekerjaan
kronis
- Legal
4. Depresi, serangan jantung, stroke, kejang, kematian

Masalah Psikiatri :
1. Toleransi dan ketergantungan
2. Putus zat / withdrawal fase
a. Agitasi, depresi, fatigue, cemas, marah meledak, gangguan tidur,
mimpi aneh, polifagi, mual, mudah tersinggung
b. Depresi berat dengan pemikiran bunuh diri, agitasi psikomotor
F.15
Gangguan Mental dan
Perilaku akibat Penggunaan
Stimulansia Lain Termasuk
Kafein
Bentuk : Kristal, tablet, bubuk,
Amfetamin : Stimulan kuat yang bekerja kapsul
mempengaruhi sistem saraf pusat dengan
cara meningkatkan kadar dopamin dan Metode : Ditelan, injeksi,
noradrenaline dalam otak, dan digunakan dihisap, dihirup
untuk menangani gangguan ADHD, dan
parkinson.

Terkadang digunakan untuk mengendalikan


nafsu makan dan mengontrol berat badan.

Contoh yang sering digunakan :


- Dextroamphetamine
- Methamphetamine
- Methylphenidate
Intoksikasi amfetamin

Gejala Autonom : Gejala Neurosikosis :


- Diaforesis - Agitasi, psikosis
- Aritmia, takikardi, hipertensi - Euphoria, paranoid
- Hipertermi - Gangguan tidur
- Libido meningkat - Delusional parasitosis (delusi
- Midriasis pupil tubuh terinfeksi parasit atau
- Nafsu makan menurun serangga)
- Gatal - Kejang
Overdosis amfetamin

Psikiatrik :
Triase : - Delirium
- Neuromuscular excitability - Agitasi psikomotor
- Disfungsi autonomik - Cemas
- Altered mental status Neurologikal :
Secara umum : - Hipertonia (tungkai bawah)
- Diaforesis - Hiperreflex
- Hipertermia - Myoklonus
Kardiovaskular : - Tremor
- Hipertensi - Ataksia
- Takikardi - Midriasis
- Seizure, koma

Gejala putus zat : Disphoria, anhedonia, cemas, depresi dan


pikiran bunuh diri, nafsu makan meningkat, agitasi, gangguan
tidur
Kafein : Stimulan sistem saraf pusat yang
merupakan turunan dari metilxantin yang terdapat
dalam teh, kopi, kakao.
Efek Kafein Efek Kafein Jangka Panjang

Timbul 30 menit setelah konsumsi Konsumsi lebih dari 4 gelas kopi


kafein sampai 6 jam : per hari :
- Gelisah - Cemas
- Agitasi - Insomnia
- Cemas - Masalah gastrointestinal
- Gaduh - Osteoporosis (menopause)
- Insomnia - Sakit kepala
- Wajah memerah - Telinga berdengung
- Diuresis - Tremor
- Takikardi, aritmia - Aritmia
- Gangguan gastrointestinal - Fatigue
- Dehidrasi dan lebih sering buang - Hipotensi
air kecil - Seizure, delirium
Overdosis Kafein Keadaan putus kafein

- Tremor Mengalami 3 dari gejala berikut 24


- Mual dan muntah jam setelah pengurangan asupan
- Nyeri perut kafein secara tiba-tiba :
- Diare - Sakit kepala
- Rapid Breathing - Mudah marah
- Cemas dan gugup - Mengantuk dan fatigue
- Agitasi - Susah berkonsentrasi
- Seizure - Gejala mirip flu dan nyeri otot
- Bingung dan serangan panik
- Denyut nadi tidak beraturan
F.16
Gangguan Mental dan Perilaku
akibat Penggunaan
Halusinogenika
Penggunaannya diasosiasikan dengan serangan panik,
hallucinogen persisting perception disorder (flashback),
psikosis, delirium, gangguan mood dan ansietas

Tipe utama halusinogen :


- Zat terkait neurotransmitter 5-hidroksitriptamin (5-HT)
atau serotonin : D-Lysergic acid diethylamine (LSD),
dimethyltriptamine (DMT), mescaline, psilocybin
(magic mushrooms)
- Phenylcyclidine (PCP) : Ketamin
- 3,4-metilendioksimetamfetamin (MDMA) : Ectasy
Efek Halusinogen

Halusinogen klasik (LSD, N-dimethyltyptamine, mescaline,


DMT)

Jangka Pendek : Jangka panjang :


- Halusinasi visual, auditorik, taktil - Gangguan visual
- Laju nadi, tekanan darah, laju - Disorganized thinking
napas, dan suhu meningkat - Paranoid
- Mual, hilang nafsu makan - Perubahan mood
- Mulut kering
- Masalah tidur
- Gerakan tidak terkoordinasi
- Keringatan berlebih, panik,
paranoid
Efek Halusinogen

Obat disosiatif (PCP, Ketamine, Dextromethorphan, Salvia)

Jangka Pendek :
1. Dosis rendah Jangka panjang :
- Numbness - Gangguan berbicara
- Disorientasi, hilangnya koordinasi - Hilang ingatan
- Halusinasi - Turunnya berat badan
- TD, suhu, nadi meningkat - Kecemasan
1. Dosis tinggi - Pikiran untuk bunuh diri
- Kehilangan memori - Depresi
- Panik dan cemas
- Kejang
- Gejala psikotik
- Amnesia
- Mood swings
F.17
Gangguan Mental dan Perilaku
akibat Penggunaan Tembakau
Zat psikoaktif → Nikotin
Metode : Rokok, cerutu, menguyah tembakau, inhalasi nasal
Efek fisik : Peningkatan denyut jantung, peningkatan
tekanan darah, penurunan berat badan
Efek psikologis : Kewaspadaan meningkat, irritabel, merasa
lebih baik saat mengonsumsi nikotin, depresi, gangguan
cemas

Pemeriksaan fisik : Tercium bau asap rokok, terlihat bekas


noda tar pada gigi, penuaan prematur pada kulit

Gejala putus zat :


- Mudah tersinggung
- Frustasi atau marah
- Gejala cemas
- Nafsu makan bertambah
- Konsentrasi buruk dan gelisah
Kriteria diagnosis tobacco use disorder menurut DSM V :

Setidaknya 2 dari hal berikut, dalam waktu setidaknya 12 bulan :


1. Seringkali dikonsumsi dengan jumlah lebih banyak atau lebih lama dari yang dikehendaki
2. Keinginan persisten untuk mendapatkan tembakau
3. Craving, atau dorongan kuat untuk menggunakan tembakau
4. Sejumlah besar waktu digunakan untuk melakukan aktivitas untuk mendapatkan
tembakau
5. Penggunaan tembakau menyebabkan kegagalan untuk melakukan kewajiban di tempat
kerja, sekolah, rumah
6. Terus menggunakan tembakau meskipun mengalami masalah sosial atau interpersonal
yang persisten atau berulang yang disebabkan oleh penggunaan tembakau
7. Berkurangnya aktivitas sosial, pekerjaan, rekreasional yang penting akibat penggunaan
tembakau
8. Penggunaan tembakau berulang pada situasi yang berbahaya secara fisik
9. Toleransi (kebutuhan untuk peningkatan jumlah tembakau untuk mencapai efek sama
F.18

Pelarut yang Mudah Menguap


Inhalan yang digunakan → zat hidrokarbon yang mudah menguap yang bersifat
toksik dan biasanya ada dalam perangkat rumah tangga seperti lem, tiner untuk
cat, zat pembersih.

Inhalan lain yang mengandung gas nitrous oxide dan poppers → dapat membuat
penggunanya dimasukkan dalam diagnosis Inhalant Use Disorder.

Inhalant Use Disorder → kondisi psikolog akibat sengaja menggunakan inhalasia,


& bukan akibat kecelakaan terhirup zat beracun.
Sistem Penggunaan Inhalan:
● Digunakan dalam waktu lebih lama dari yang diperkirakan serta jumlahnya
makin banyak
● Ingin menurunkan penggunaan, tetapi tidak mampu melaksanakannya.
● “Nagih” inhalan
● Gagal melakukan tugas/ kewajiban penting, mis: bekerja, bersekolah,
meninggalkan tugas penting lainnya karena penggunaan inhalan
● Meski tau resiko yang timbul seperti: sosial, interpersonal, fisik dan psikologik,
namun tetap dilanjutkan penggunaannya.
● Mengambil tindakan beresiko menggunakan inhalan
● Toleran pada inhalan →dosis penggunaan ↑makin hari untuk mendapatkan
efek yang sama
Gambaran Klinis Intoksikasi
Inhalan:

➔ Eforia, elasi, sangat senang


➔ Pening, gangguan koordinasi gerak,
jalan mabuk seperti mabuk alkohol
➔ Bicara cadel
➔ Letargi, sangat lelah/mengantuk
➔ Refleks menurun
➔ Gerak motorik menurun, pikiran dan Gambaran Klinis Withdrawal:
gerakan melambat
➔ Tremor Biasanya tidak ada gejala, namun pengguna
➔ Otot lemas biasanya mengalami gejala CNS excitation, mis:
takikardia, irritability, halusinasi, disforia,
➔ Pandangan mata kabur, dobel
insomnia, sakit kepala, psychosis, sulit
(diplopia), dan nystagmus berkonsentrasi
F.19
Zat Multiple dan Psikoaktif
Lainnya
➢ Kode F19 digunakan bila pola penggunaan zat tidak teratur,
sembarangan atau tercampur dengan yang lain.
➢ Penyalahgunaan obat selain zat psikoaktif seperti pengencer
darah atau aspirin, dimasukkan kedalam kategori F55
(penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan)
➢ Banyak pengguna menggunakan lebih dari satu jenis obat, untuk
mendiagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuai dengan
zat tunggal yang paling penting yang digunakan atau jenis obat
yang menyebabkan gangguan.
➢ Bila ragu, cantumkan kode obat atau jenis obat yang paling
sering disalahgunakan.
F4
Gangguan Neurotik,
Gangguan
Somatoform &
Gangguan Stress
F4

F.40 F.41 F.42


Gangguan Anxietas Gangguan Anxietas Gangguan Obsesif -
Fobik Lainnya Kompulsif

F.43 F.44 F.45 F.48


Reaksi Terhadap Stress Gangguan Disosiatif Gangguan Somatoform Gangguan neurotik
Berat dan Gangguan (Konversi) lainnya
Penyesuaian
F.40

Gangguan Anxietas Fobik


★ Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan.
★ Sedangkan kondisi lain (dari diri individu sendiri) seperti perasaan takut akan
adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan
(dismorfobia) dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
★ Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.
★ Anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode
depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada
sebelumnya.
★ Secara subjektif, fisiologi, behavioral, anxietas fobik tidak dapat dibedakan dari
anxietas lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai berat (serangan panik).
F.40.0 AGORAFOBIA
Pedoman Diagnostik:
Semuar kriteria ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
❏ Gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi
primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti
misalnya waham atau pikiran obsesif;
❏ Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan
dengan (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat
umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri; dan
❏ Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol
(penderita menjadi “house-bound”)
Diagnosis Banding:
❏ Bilamana pasien mengalami depresi pada saat gejala fobik pertama kali muncul
→ EPISODE DEPRESIF

Karakter kelima: F40.00 = Tanpa gangguan panik


F40.01 = Dengan gangguan panik
F.40.1 FOBIA SOSIAL

Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
❏ Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
❏ Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu
(outside the family circle); dan
❏ Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol.
Diagnosis Banding:
❏ Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agorafobia,
hendaknya diutamakan diagnosis agorafobia (F40.0)
F.40.2 FOBIA KHAS (TERISOLASI)

Pedoman Diagnostik
Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti:
❏ Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan
manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala
lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;
❏ Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu
(highly specific situation); dan
❏ Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya.
Diagnosis Banding:
❏ Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti
agorafobia dan fobia sosial.
F.40.8 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK LAINNYA
F.40.9 GANGGUAN ANXIETAS FOBIK YTT
F.41
GANGGUAN ANXIETAS
LAINNYA
★ Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak
terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja.
★ Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan
beberapa unsur dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat
sekunder atau ringan.
F.41.0 GANGGUAN PANIK (ANXIETAS
PAROKSISMAL EPISODIK
Pedoman Diagnostik:
❏ Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan anxietas fobik (F40.-)
❏ Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe
attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
A. pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
B. tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation);
C. dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara
serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi “anxietas
antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang
mengkhawatirkan akan terjadi).
Diagnosis Banding:
❏ Serangan panik dapat menjadi hal sekunder dari gangguan depresif (jika kriteria gangguan
depresif dipenuhi maka gangguan panik bukan jadi diagnosa utama)
Serangan panik tak terduga yang berulang, dapat mencapai puncaknya dalam
beberapa menit disertai minimal 4 atau lebih dari gejala berikut :
➔ Palpitasi, HR meningkat
➔ Berkeringat
➔ Sensasi sesak atau tercekik Catatan : Lonjakan
➔ Perasaan tersedak mendadak bisa terjadi dari
➔ Gemetar tenang menjadi cemas

➔ Mual atau gangguan perut


➔ Nyeri dada\
➔ Merasa pusing atau mau pingsan
➔ Menggigil atau merasa panas
➔ Derealisasi (perasaan tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa terlepas
dari diri
➔ Takut kehilangan kendali atau menjadi gila
➔ Takut mati
F.41.1 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Pedoman Diagnostik
❏ Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung
hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya
“free floating” atau “mengambang”)
❏ Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
A. kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi dsb.);
B. ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
C. overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
❏ Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.
❏ Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
depresi, tidak membatalkan diagnostik utama yakni gangguan anxietas menyeluruh,
selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-),
gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-
kompulsif (F42.-).
F.41.2 GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN
DEPRESI
Pedoman Diagnostik
❏ Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostik
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
❏ Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
❏ Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
diagnostik maka kedua diagnostik tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis
gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat
dikemukakan datu diagnostik maka gangguan depresif harus diutamakan.
❏ Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
F.41.3 GANGGUAN ANXIETAS CAMPURAN
LAINNYA

Pedoman Diagnostik
❏ Memenuhi kriteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun
hanya dalam jangka waktu pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan
F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
❏ Bila gejala-gejala yang memenuhi kriteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan
dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
F.41.8 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA YDT
F.41.9 GANGGUAN ANXIETAS YTT
F.42
GANGGUAN OBSESIF-
KOMPULSIF
PEDOMAN DIAGNOSTIK
GEJALA
● Gejala obsesif atau tindakan
OBSESIF
kompulsif atau keduanya harus A. Harus disadari sebagai pikiran atau
ada hampir setiap hari selama impuls diri sendiri;
sedikitnya 2 minggu berturut- B. Sedikitnya ada satu pikiran atau
tindakan yang tidak berhasil dilawan,
turut.
meskipun ada lainnya yang tidak lagi
● Merupakan sumber penderitaan dilawan oleh penderita;
atau mengganggu aktivitas C. Pikiran untuk melakukan tindakan
penderita. diatas bukan merupakan hal yang
memberi kepuasan atau
● Diagnosis ditegakkan bila tidak
kesenangan;
ada gangguan depresif pada saat D. Gagasan, bayangan, pikiran, atau
gejala timbul. impuls harus merupakan
pengulangan yang tidak
menyenangkan.
F42.0 dan F42.1
F42.1 PREDOMINAN
F42.0 PREDOMINAN PIKIRAN
TINDAKAN KOMPULSIF
OBSESIF ATAU PENGULANGAN
[OBSESSIONAL RITUALS]
● Biasanya berupa: ● Umumnya berkaitan dengan:
○ Gagasan ○ Kebersihan
○ Bayangan pikiran ○ Pemeriksaan berulang (agar terhindar
○ Impuls (dorongan perbuatan) dari bahaya)
○ Sifatnya mengganggu (ego alien) ○ Kerapian dan keteraturan
● Biasanya berbeda, tetapi tetap ● Dilatarbelakangi oleh perasaan takut
menimbulkan penderitaan (distress) terhadap ancaman akan dirinya atau
bersumber dari dirinya.
● Dapat berlangsung selama beberapa jam
dalam sehari dan berkaitan dalam
ketidakmampuan mengambil keputusan
dan kelambanan.
F42.2, F42.8, dan F42.9
F42.2 CAMPURAN PIKIRAN
DAN TINDAKAN OBSESIF
● Diagnosis ini digunakan apabila penderita
menunjukkan gejala obsesif dan
kompulsif yang sama-sama menonjol.
F42.8 GANGGUAN OBSESIF
● Bila ada gejala yang lebih dominan, KOMPULSIF LAINNYA
sebaiknya dinyatakan dalam F42.0 atau
F42.1 sebab berkaitan dengan respon F42.9 GANGGUAN OBSESIF
terapi yang berbeda (tindakan kompulsif
lebih responsif terhadap terapi perilaku),
KOMPULSIF YTT
F.43
REAKSI TERHADAP
STRES BERAT DAN
GANGGUAN
PENYESUAIAN
KATEGORI DASAR PENCETUS
● Stres yang terjadi merupakan faktor penyebab
● Suatu stres kehidupan yang luar biasa yang utama, dan tanpa hal ini gangguan tidak akan
menyebabkan reaksi stres akut; atau terjadi
● Suatu perubahan penting dalam kehidupan ● Dianggap sebagai respons maladaptive
yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang ● Mekanisme penyesuaian (coping mechanism)
berkelanjutan, dengan akibat terjadi suatu tidak berhasil mengatasi
gangguan penyesuaian ● Menimbulkan masalah dalam fungsi sosial
F43.0 dan F43.1
F43.1 GANGGUAN STRES
F43.0 REAKSI STRES AKUT
PASCA TRAUMA
● Harus ada kaitan waktu kejadian yang
jelas antara terjadinya stressor luar biasa ● Timbul dalam kurun waktu 6 bulan
(fisik atau mental) dengan onset gejala. setelah kejadian traumatik berat (masa
(Biasanya beberapa menit atau segera) laten beberapa minggu sampai beberapa
● Ditemukan gejala: bulan)
○ Gambaran gejala campuran yang ● Harus didapatkan bayang-bayang atau
berubah-ubah (terpaku/daze dapat mimpi dari kejadian tersebut secara
disertai depresi, ansietas, berulang (flashback)
kemarahan, kecewa, overaktif dan ● Bisa disertai (tetapi tidak khas) gangguan
penarikan diri) otonomik, afek, dan kelainan tingkah
○ Dialihkan dari lingkungan laku (avoidance)
stressornya, gejala dapat
menghilang dengan cepat; jika
tidak dialihkan biasanya reda
setelah 1-2 hari
F43.2
F43.2 GANGGUAN
KARAKTER KELIMA
PENYESUAIAN
● Tergantung pada evaluasi terhadap ● F43.20 → Reaksi Depresi Singkat
hubungan antara: ● F43.21 → Reaksi Depresi Berkepanjangan
a. Bentuk isi dan beratnya gejala ● F43.22 → Reaksi Campuran Ansietas dan
b. Riwayat sebelumnya dan corak Depresi
kepribadian ● F43.23 → Dengan Predominan Gangguan
c. Kejadian, situasi yang “stressful” Emosi Lain
atau krisis kehidupan ● F43.24 → Dengan Gangguan Campuran
● Faktor (c) harus jelas dan bukti yang kuat Emosi dan Perilaku
bahwa gangguan tersebut tidak akan ● F43.28 → Dengan Gejala Predominan Lainnya
terjadi jika tidak mengalami hal tersebut YDT
● Onset dalam 1 bulan setelah terjadinya
kejadian yang stressful dan tidak Reaksi terhadap stres → beratnya
bertahan lebih dari 6 bulan stres dan kepribadian
F43.8 dan F43.9

F43.8 REAKSI STRES BERAT


LAINNYA

F43.9 REAKSI STRES BERAT


YTT
F.44
GANGGUAN DISOSIATIF
(KONVERSI)
● Gejala utama berupa kehilangan
(sebagian atau seluruh) dari
integrasi normal (di bawah
kendali kesadaran) antara lain:
○ Ingatan masa lalu
○ Kesadaran identitas dan
penginderaan segera
(awareness of identity and
immediate sensations),
dan
○ Kontrol terhadap gerakan
tubuh
● Terganggu dari hari ke hari atau
bahkan jam ke jam
PEDOMAN DIAGNOSTIK
A. Gambaran klinis yang ditentukan untuk
masing-masing gangguan tercantum
pada karakter ketiga (misalnya F44.0
Amnesia Disosiatif)
B. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik
yang dapat menjelaskan gejala-gejala
tersebut
C. Bukti adanya penyebab psikologis,
dalam bentuk hubungan kurun waktu
yang jelas dengan problem dan
kejadian-kejadian yang stressful atau
hubungan interpersonal yang
terganggu (meskipun hal tersebut
disangkal oleh penderita)
F44.0
F44.0 AMNESIA DISOSIATIF
● Ciri utamanya adalah kehilangan daya ● “Amnesia buatan” sulit dibedakan karena
ingat, biasanya mengenai kejadian simulasi terjadi secara sadar. Penilaian
penting yang baru terjadi (selektif) yang kepribadian premorbid dan motivasi
bukan disebabkan oleh GMO dan terlalu diperlukan. Amnesia buatan berkaitan
luas untuk dapat dijelaskan atas dasar dengan masalah yang jelas mengenai
kelupaan yang umum terjadi atau atas keuangan, bahaya kematian dalam
dasar kelelahan. peperangan, kemungkinan hukuman
● Diagnosis pasti memerlukan penjata, atau hukuman mati.
a. Amnesia, baik total atau parsial,
mengenai kejadian yang “stressful”
atau traumatik yang baru terjadi
b. Tidak ada gangguan mental
organik, intoksikasi, atau kelelahan
Daya Ingat
berlebihan
F44.1
F44.1 FUGUE DISOSIATIF
● Penegakan diagnosis harus terdapat: ● Harus dibedakan dari “postictal fugue”
a. Ciri-ciri amnesia disosiatif yang terjadi setelah serangan epilepsi
b. Melakukan perjalanan tertentu lobus temporalis, biasanya dapat
melampaui hal yang umum dibedakan dengan cukup jelas atas
dilakukannya sehari-hari dasar riwayat penyakitnya, tidak ada
c. Kemampuan mengurus diri yang problem atau kejadian yang “stressful”,
dasar tetap ada (makan, mandi) dan kurang jelasnya tujuan (fragmented)
dan melakukan interaksi sosial bepergian serta kegiatan dari penderita
sederhana dengan orang yang epilepsi tersebut,.
belum dikenalnya (membeli karcis
atau bensin, menanyakan arah,
memesan makanan)
Perjalanan
F44.2
F44.2 STUPOR DISOSIATIF
● Penegakan diagnosis harus terdapat: ● Harus dibedakan dari stupor katatonik
a. Stupor, sangat berkurangnya atau pada skizofrenia dan stupor depresif atau
hilangnya gerakan-gerakan volunter manik pada gangguan afektif yang
dan respon normal terhadap berkembang sangat lambat (sudah
rangsang luar seperti cahaya, suara, jarang ditemukan)
dan rabaan (tetapi kesadaran tidak
hilang)
b. Tidak ditemukan adanya gangguan
fisik ataupun gangguan jiwa lain
yang dapat menjelaskan adanya
stupor tersebut Hilang Respon
c. Adanya masalah atau kejadian- Terhadap
kejadian baru yang “stressful”
(psychogenic causation) Rangsangan
F44.3
F44.3 GANGGUAN TRANS DAN
KESURUPAN
● Penegakan diagnosis harus terdapat: ● Tidak boleh terdapat penyebab organik
a. Menunjukkan adanya kehilangan (epilepsi lobus temporalis, cedera kepala,
sementara aspek penghayatan intoksikasi zat psikoaktif) dan bukan
akan identitas diri dan kesadaran bagian dari gangguan jiwa tertentu
terhadap lingkungannya. Individu (skizofrenia maupun gangguan
tersebut berperilaku seakan-akan kepribadian multipel).
dikuasai oleh kepribadian lain,
kekuatan gaib, malaikat, atau
“kekuatan lain”
b. Hanya gangguan trans involunter
(diluar kemampuan individu) dan Hilangnya
bukan merupakan kegiatan
keagamaan maupun budaya yang
Kesadaran
dapat dimasukkan dalam Identitas
pengertian ini
F44.4 dan F44.5
F44.4 GANGGUAN MOTORIK
F44.5 KONVULSI DISOSIATIF
DISOSIATIF
● Bentuk yang paling umum adalah ● Dapat terlihat sangat mirip dengan
ketidakmampuan menggerakkan seluruh kejang epileptik dalam hal gerakannya,
atau sebagian anggota gerak (tangan tetapi jarang disertai lidah tergigit, luka
atau kaki) serius karena jatuh saat serangan, dan
● Gejala tersebut seringkali mengompol. Juga tidak dijumpai
menggambarkan konsep dari penderita kehilangan kesadaran atau hal tersebut
mengenai gangguan fisik yang berbeda diganti dengan keadaan seperti stupor
dengan prinsip fisiologik maupun atau trauma.
anatomi.
F44.6
F44.6 ANESTESIA DAN KEHILANGAN SENSORIK DISOSIATIF
● Gejala anestesi pada kulit seringkali
mempunyai batas yang tegas (pikiran
pasien pada fungsi tubuhnya bukan
kondisi klinis sebenarnya).
● Dapat terjadi perbedaan antara hilangnya
perasaan pada berbagai jenis modalitas
penginderaan yang tidak mungkin
disebabkan oleh kerusakan neurologis
● Kehilangan penglihatan jarang bersifat
total, lebih banyak berupa gangguan
ketajaman penglihatan, kekaburan, atau
tunnel vision (mobilitas dan kemampuan
motoriknya baik).
● Tuli disosiatif dan anosmia jarang
F44.7, F44.8, dan F44.9
F44.7 GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI)
CAMPURAN
● Campuran dari gangguan yang telah
disebutkan sebelumnya (F44.0 - F44.6)

F44.8 GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) LAINNYA


F44.80 → Sindrom Ganser (“approximate answers” disertai beberapa gejala disosiatif
lain)
F44.81 → Gangguan Kepribadian Multipel
F44.82 → Gangguan Disosiatif (Konversi) Sementara Masa Kanak dan Remaja
F44.83 → Gangguan Disosiatif (Konversi) Lainnya YDT

F44.9 GANGGUAN DISOSIATIF (KONVERSI) YTT


F.45
GANGGUAN
SOMATOFORM
PEDOMAN DIAGNOSTIK

● Adanya keluhan-keluhan gejala fisik ● Tidak adanya saling pengertian


yang berulang disertai dengan antara dokter dan pasien mengenai
permintaan pemeriksaan medik, kemungkinan penyebab keluhan-
meskipun sudah berkali-kali terbukti keluhannya yang menimbulkan
hasilnya negatif dan juga sudah frustasi dan kekecewaan pada kedua
dijelaskan oleh dokter bahwa tidak belah pihak.
ditemukan kelainan yang menjadi
dasar keluhannya
● Penderita menyangkal dan menolak
untuk membahas kemungkinan
kaitan antara keluhan fisik dengan
masalah atau konflik dalam
kehidupan yang dialaminya, bahkan
meskipun didapatkan gejala ansietas
dan depresi.
F45.0 dan F45.1
F45.1 GANGGUAN
F45.0 GANGGUAN SOMATISASI
SOMATOFORM TIDAK TERINCI
A. Adanya banyak keluhan fisik yang
bermacam-macam yang tidak dapat ● Keluhan -keluhan fisik bersifat multipel,
dijelaskan atas dasar adanya kelainan bervariasi dan menetap, tetapi gambaran
fisik yang berlangsung sedikitnya 2 klinis yang khas dan lengkap dari
tahun gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
B. Tidak mau menerima nasehat atau ● Kemungkinan ada ataupun tidak faktor
penjelasan dari beberapa dokter bahwa penyebab psikologis belum jelas, akan
tidak ada kelainan fisik yang dapat tetapi tidak boleh ada penyebab fisik dari
menjelaskan keluhan-keluhannya keluhannya.
C. Terdapat disabilitas dalam fungsinya di
masyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan
dampak dari perilakunya
F45.2
F45.2 GANGGUAN HIPOKONDRIK
● Keyakinan yang menetap terhadap
adanya sekurang-kurangnya satu
penyakit fisik yang serius yang
melandasi keluhan-keluhannya,
meskipun pemeriksaan yang berulang
tidak menunjang adanya alasan fisik
yang memadai atau adanya preokupasi
yang menetap kemungkinan deformitas
atau perubahan bentuk penampakan
fisiknya (tidak sampai waham).
● Tidak mau menerima nasehat atau
dukungan penjelasan dari beberapa
dokter bahwa tidak ditemukan penyakit
atau abnormalitas fisik yang melandasi
keluhannya.
F45.3
F45.2 DISFUNGSI OTONOMIK
KARAKTER KELIMA
SOMATOFORM
● Adanya gejala bangkitan otonomik, ● F45.30 → Jantung dan Sistem
seperti palpitasi, berkeringat, tremor, Kardiovaskular
flushing yang menetap dan mengganggu. ● F45.31 → Saluran Pencernaan
● Gejala subjektif tambahan mengacu pada Bagian Atas
sistem atau organ tertentu (gejala tidak ● F45.32 → Saluran Pencernaan
khas) Bagian Bawah
● Preokupasi dengan penderitaan ● F45.33 → Sistem Pernapasan
mengenai kemungkinan adanya ● F45.34 → Sistem Genitourinaria
gangguan yang serius dari sistem atau ● F45.38 → Sistem atau Organ
organ tertentu, yang tidak terpengaruh Lainnya
oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun
penjelasan dokter.
● Tidak terbukti adanya gangguan yang
cukup berarti pada struktur/fungsi dari
sistem atau organ yang dimaksud
F45.4
F45.4 GANGGUAN NYERI SOMATOFORM MENETAP
● Keluhan utama berupa nyeri berat yang
menyiksa dan menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar
fisiologik maupun adanya gangguan fisik.
● Nyeri timbul dalam hubungan adanya
konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat
dijadikan alasan yang mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut.
● Dampak dari gejala tersebut adalah
meningkatnya perhatian dan dukungan,
baik personal maupun medis untuk yang
bersangkutan.
F45.8 dan F45.9
F45.8 GANGGUAN SOMATOFORM LAINNYA
● Keluhan-keluhan tidak melalui sistem saraf otonom, dan terbatas secara spesifik pada
bagian tubuh atau sistem tertentu, berbeda dengan Gangguan Somatisasi [F45.0] dan
Gangguan Somatoform Tak Terinci [F45.1] yang menunjukkan keluhan yang banyak dan
berganti-ganti. Tidak ada kaitan dengan kerusakan jaringan.
● Gangguan berikut dimasukkan dalam kelompok ini:
a. Globus hystericus → perasaan adanya benjolan di kerongkongan yang menyebabkan
disfagia dan disfagia lainnya
b. Tortikolis psikogenik dna gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali Tourette)
c. Pruritus psikogenik
d. Dismenore psikogenik
e. Teeth grinding

F45.9 GANGGUAN SOMATOFORM YTT


F48
GANGGUAN NEUROTIK
LAINNYA
F48.0 - NEURASTENIA
❏ Keluhan menetap dan mengganggu (meningkatnya rasa lelah
setelah suatu kegiatan mental atau kelemahan badaniah dan
kehabisan tenaga hanya setelah kegiatan ringan)
Paling sedikit 2 dari hal dibawah ini:
Perasaan sakit dan❏ Tidak dapat
nyeri
bersantai otot-otot
Pusing kepala❏ Peka/mudah tersinggung (irritability)
(dizziness)
Sakit kepala ❏ Dispepsia
(tension headache)
Gangguan tidur
Gejala otonomik ataupun depresif, keadaan tersebut tidak cukup
menetap dan berat untuk memenuhi kriteria agar dapat di-diagnosis
secara tersendiri

Harus menyingkirkan kemungkinan gangguan


depresif/gangguan ansietas
F48.1 - SINDROM DEPERSONALISASI-
DEREALISASI
❏ Harus ada salah satu atau dua-duanya dari (a dan b), ditambah (c dan
d) :
Gejala depersonalisasi → perasaannya dan/atau pengalamannya terlepas dari dirinya,
jauh, bukan dari dirinya, hilang, dsb
Gejala derealisasi → objek, orang dan/atau lingkungan menjadi unreal, jauh, semu,
tanpa warna, tidak hidup, dsb
Memahami bahwa hal tersebut perubahan spontan dan subjektif dan bukan
disebabkan oleh kekuatan luar atau orang lain (insight cukup baik)
Peng-inderaan tidak terganggu dan tidak ada “toxic confusional state” atau epilepsi

Harus dapat dibedakan gangguan lain dengan gejala “change of


personality” seperti Skozofrenia (F20-), Gangguan disosiatif (F44-),
Epilepsi lobus temporalis (pre atau post iktal)
F48.8 - GANGGUAN NEUROTIK LAINNYA
YDT
❏ Kategori ini mencangkup gangguan-gangguan campuran dari
perilaku, keyakinan, dan emosi yang tidak ada penyebabnya
dan status nosologik yang jelas, dan yang terjadi dengan
frekuensi tertentu dalam lingkungan budaya tertentu

F48.9 - GANGGUAN NEUROTIK YTT


F7
Retardasi Mental
BACKGROUND

F.70 F.71 F.72


Retardasi Mental Ringan Retardasi Mental Sedang Retardasi Mental Berat

F.73 F.78 F.79


Retardasi Mental Sangat Retardasi Mental Lainnya Retardasi Mental YTT
Berat
RETARDASI MENTAL
● Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang
ditandai oleh terjadinya :
Hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial

Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik
lainnya

Hendaya perilaku adaptif selalu ada, tetapi apabila sarana pendukung


memadai, maka hendaya ini biasanya tidak ada sama sekali pada
retardasi mental ringan
RETARDASI MENTAL
● Karakter keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya
perilaku, bila hal ini bukan disebabkan oleh suatu gangguan lain yang
menyertainya :
F7x.0 Tidak ada atau terdapat hendaya minimal
F7x.1 Terdapat hendaya perilaku yang bermakna dan memerlukan perhatian/terapi
F7x.8 Hendaya perilaku lainnya
F7x.9 Tana penyebutan hendaya perilaku
F70
RETARDASI MENTAL RINGAN
F70 - RETARDASI MENTAL RINGAN

● Tes IQ baku → berkisar 50-69

Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada


berbagai tingkat, masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi
perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa
Sebagian besar dapat memiliki kemampuan berbicara sehari-hari.
Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sndiri dan mencapai
keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga
Kesulitan utama → tampak dalam pekerjaan sekolah (akademik), membaca, menulis,
berhitung

Biasa ditemukan saat anak berada di sekolah dasar


F70 - RETARDASI MENTAL RINGAN
● Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil
penderita

Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan perkembangan


lain, epilepsy, gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi
Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode diagnosis
sendiri
F71
RETARDASI MENTAL SEDANG
F71 - RETARDASI MENTAL SEDANG

● Tes IQ baku → berkisar 35-49

Umumnya ada profil kesenjangan dari kemampuan, tingkat


perkembangan bahasa bervariasi

Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental yang


dapat dilatih, pencapaian kemampuan mengurus diri sendiri juga
mengalami keterlambatan dan beberapa diantaranya membutuhkan
pengawasan sepanjang hidupnya

Retardasi mental sedang biasanya ditemukan di usia pra-sekolah


F71 - RETARDASI MENTAL SEDANG

● Etiologi organik dapat diidentifikasikan pada kebanyakan penyandang


retardasi mental sedang

Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya


terdapat pada sebagian kecil kasus dan mempunyai pengaruh besar
pada gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan
Epilepsi, disabilitas neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun pasien biasanya
mampu berjalan tanpa bantuan
Kadang-kadang didapatkan gangguan jiwa lain, namun karena keterbatasan tingkat
pengembangan bahasa (sulit di diagnosis dan harus tergantung dari informasi orang lain
yang mengenal)
Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri
F72
RETARDASI MENTAL BERAT
F72 - RETARDASI MENTAL BERAT

● Tes IQ baku → berkisar 20-34

Pada umumnya mirip dengan retardasi sedang dalam hal :


Gambaran klinis
Terdapat etiologi organik, dan
Kondisi yang menyertainya
Tingkat prestasi yang rendah

Kebanyakan penyandang retardasi mental berat menderita gangguan


motorik yang mencolok dan gangguan defisit lain
Menunjukkan adanya kerusakan atau gangguan perkembangan yang jelas dari
susunan saraf pusat secara klinis
F.73
RETARDASI MENTAL SANGAT
BERAT
F73 - RETARDASI MENTAL BERAT
● Tes IQ baku → berkisar 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti
perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana
Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang
memilih dan mencocokan mungkin dapat dicapainya, dan dengan
pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit
ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasikan pada sebagian besar
kasus
Biasanya terdapat disabilitas neurogenik dan fisik lain yang
mempengaruhi mobilitas (epilepsi)
F.78
RETARDASI MENTAL
LAINNYA
Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat
retardasi mental dengan memakai prosedur biasa
sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta,
bisu tuli, dan penderita yang perilakunya terganggu.
F.79
RETARDASI MENTAL YTT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi
tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu
kategori tersebut diatas
DAFTAR PUSTAKA
★ Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas Dari PPDGJ - III dan DSM-5. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya:
2013. p. 100 - 117.
★ American Psychiatric Association, American Psychiatric
Association. DSM V. American Psychiatric Association.
2013 May 27;70.
THANKS
!

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai