Penyebab
Penyebab terjadinya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida dapat
melibatkan penyalahgunaan obat opioida yang diresepkan, penggunaan obat opioida
yang dialihkan fungsinya, atau penggunaan heroin yang diperoleh secara ilegal.
Opioida dapat dibuat secara alami dari tanaman Poppy atau disintesis di laboratorium.
Contoh opioida yang sering diresepkan sebagai obat penghilang rasa nyeri adalah
Oxycodone, Hydrocodone, Kodein, Morfin, dan lain-lain. Contoh opioida sintetis
termasuk Fentanil, Metadon, Petidin, Tramadol, dan Karfentanil.
Istilah opioida mengacu pada zat alami dan sintetis yang bekerja pada salah satu dari
tiga sistem reseptor opioida utama di otak, yaitu Mu, Kappa, dan Delta. Opioida dapat
memiliki efek analgesik (penghilang nyeri) dan depresan sistem saraf pusat serta
berpotensi menyebabkan timbulnya euforia. Selain mengurangi persepsi nyeri, opioida
juga dapat dapat menyebabkan kantuk, kebingungan, mual, dan sembelit. Jika
dikonsumsi pada dosis yang tinggi, opioida dapat dapat memperlambat pernapasan
dan detak jantung Anda, yang dapat menyebabkan kematian.
Ketika obat-obatan opioida berjalan melalui darah dan menempel pada reseptor
opioida di sel-sel otak, sel-sel akan melepaskan sinyal (endorphin) yang meredam
persepsi Anda tentang rasa sakit dan meningkatkan perasaan senang yang kuat tetapi
bersifat sementara. Ketika dosis opioid habis, Anda mungkin mendapati diri Anda
menginginkan perasaan senang itu kembali sesegera mungkin. Hal ini adalah tahapan
pertama dalam menuju proses kecanduan.
Faktor Risiko
Faktor-faktor tertentu yang dapat menyebabkan seseorang menyalahgunakan opioda
sehingga menimbulkan ganguan mental dan perilaku, antara lain:
Gejala
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida harus melibatkan
penggunaan opioida dan terjadi berulang dalam 12 bulan dari dua atau lebih dari
sebelas gejala. Gejala yang timbul dapat termasuk sindrom penarikan dengan
menghentikan penggunaan opioida, meninggalkan hal-hal penting dalam hidup demi
untuk penggunaan opioida, dan waktu yang berlebihan dalam menggunakan opioida.
Individu juga memiliki gangguan atau penderitaan yang signifikan sebagai akibat dari
penggunaan opioida. Enam atau lebih gejala pada kriteria menunjukkan kondisi yang
parah.
Selain itu, pada penderita dengan gangguan mental dan perilaku akibat opioida juga
dapat ditemukan:
Berkurangnya persepsi terhadap rasa sakit
Tampak gelisah dan mengantuk
Bicara cadel
Bermasalah dengan perhatian dan memori
Pupil (bagian hitam di tengah mata) yang menyempit
Kurangnya kesadaran atau perhatian terhadap orang-orang dan benda-benda di
sekitarnya
Bermasalah dengan koordinasi gerak anggota tubuh
Depresi
Kebingungan
Sembelit
Hidung meler atau sariawan (jika penggunaan obat melalui hidung)
Terdapat bekas jarum suntik (jika penggunaan obat melalui jarum suntik)
Diagnosis
Dalam mendiagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida,
dokter akan mulai dengan melakukan wawancara untuk menanyakan gejala-gejala
yang dialami, menanyakan beberapa riwayat, seperti riwayat penggunaan zat/obat
tertentu, riwayat sosial secara lengkap dan riwayat kesehatan mental sebelumnya.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, khususnya untuk menentukan gejala
penarikan atau keracunan opioida. Gejala penarikan opioida termasuk:
Kram perut
Memiliki keinginan yang kuat terhadap opioida
Gelisah, gemetar, dan merinding
Diare
Pelebaran pupil
Kecemasan
Tekanan darah tinggi
Bersin dan berkeringat
Peningkatan denyut jantung
Mata berair
Nyeri otot
Pilek
Insomnia (sulit tidur)
Kebingungan
Pengecilan pupil
Hipersomnia (banyak tidur)
Mual
Euforia
Sembelit
Penurunan persepsi nyeri.
Jika dicurigai terjadi overdosis terhadap opioida, dokter akan memeriksa pupil yang
menjadi pinpoint/seperti titik, suhu tubuh rendah, denyut jantung melambat, dan
respons atau kesadaran yang menurun. Dokter juga mungkin akan menyarankan
beberapa pemeriksaan tambahan, seperti tes urine untuk mengetahui jenis zat/obat
yang dikonsumsi. Pemeriksaan CT-scan kepala atau rontgen dada khususnya pada
pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Jika pasien memiliki riwayat
penyalahgunaan obat dengan jarum suntik, skrining HIV, hepatitis B, dan C harus
dilakukan.