STEP 1
1. Anoreksia
- Gangguan makan yg ditandai dg rasa takut berlebihan bila bb bertambah, dan ggn
persepsi pd bentuk tubuhnya
- Ggn secara emosional yg berkaitan dngn bb
- Gejala ; upaya mempertahankan bb dibawah normal dgn menahan lapar dan olahraga
berlebihan
2. Insomnia
- Ggn tidur yg menyebabkan sulit tidur / tidak cukup tidur meskipun punya banyak
waktu untuk melakukannya
- Gejala ; mengantuk pd siang hari, mudah lelah, sulit fokus
- Kualitas dan kuantitas tidur tidak efektif
3. Sindroma ketergantungan
- Sikap dan keyakinan bahwa kelompok tidak bisa memecahkan masalah sndiri tanpa
bantuan org lain
- Keinginan untuk amat kuat untuk menggunakan obat psikoaktif, alkohol, tembakau
- Mempengaruhi fisiologis, perilaku, kognitif pengguna napza, riwayat pengguna napza
dan mudah kambuh
4. Cemas
- Keadaan khawatir yg mengeluhkan sesuatu yg buruk akan terjadi
- Keadaan emosional yg tidak menyenangkan ; respon fisiologis yg timbul sbg
antisipasi bahaya yg tidak nyata / hayalan
- Tangan dan kaki berkeringat dingin, jantung berdebar
5. Psikis
- Kondisi mental yg mmpengaruhi emosi, pikiran, hingga cara kerja otak
STEP 2
1. Mengapa pasien kejang setelah minum alkohol ?
2. Apakah gejala dan tanda sindroma ketergantungan ?
3. Apakah etiologi dan faktor resiko kasus di skenario ?
4. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi pada skenario ?
5. Apa yg membuat pasien ingin mengkonsumsi alkohol dan kesulitan menghentikannya ?
6. Mengapa pasien mengalami mual, anorkesia, berkeringat, cemas, dan insomnia ?
7. Apa diagnosis multiaksial dan diagnosis banding pada skenario ?
8. Apa saja klasifikasi ggn mental dan perilaku akibat penggunaan zaat psikoaktif ?
9. Apa saja efek yg ditimbulkan alkohol ?
10. Mengapa setelah minum alkohol gejala2 tersebut mereda ?
STEP 3
1. Apakah gejala dan tanda sindroma ketergantungan ?
- Keinginan kompusif untuk menggunakan zat psikoaktif
- Kesulitan untuk mengendalikan perilaku ; sejak mulai menggunakan, usaha
menghentikan, tingkat saat menggunkan
- Keadaan secara fisiologis dimana ketika penghentian zat tsbt dgn tujuan
menghilangkan gejala putus zat
- Toleransi berupa peningkatan zat psikoaktif yg digunakan punya efek yg sama dri
dosis yg lebih rendah
- Terdapat manofestasi psikiatri seperti ;
Depresi yg dpt dicetuskan alkohol alkohoisme dg memacu org untuk meminum
sbgi usaha mengurangi gejala depresi
Anxietas ; gejala yg sering muncul saat putus obat parsial sprt ggn panik >
mengkonsumsi alkohol berlebihan sbg mengurangi gejala
Perubahan kepribadian ; trjadi penurunan standar kepekaaan sosial dan perawatan dri
sndiri
Halusinasi ; baik auditorik / visual saat putus obat > gmbaran seperti delirium
- Scra progresif mengabaikan kesenangan trhdap minat yg diakibatkan karna
peningkatan jumlah waktu untuk menggunakan zat psikoaktif / yg lainnya
- Sadar mengkonsumsi hal trsbut bahaya tetapi ia ttp menggunakannya ex ; konsumsi
alkohol > ggn mental
- Penggunaan obat > efek menenangkan yg menurunkan kecemasan > menyebabkan
ketergantungan baik scra fisik/psikis. Jika berlanjut > tubuh toleransi, tubuh butuh
dosis besar untuk efek yg sama. Jika dihentikan scara tiba2 akan mengalami gejala
withdrawl seperti gelisah, cemas, insomnia, kematian. Scara psikis ; merasa harus
menggunakan obat2 itu untuk melakukan aktivitas
7. Apa saja klasifikasi ggn mental dan perilaku akibat penggunaan zaat psikoaktif ?
Ppdgj ; f10-f19
F10 ; akibat penggunaan alkohol
F11 ; akibat opioida
F12 ; akibat kanabinoida
F13 ; akibat sedativa / hipnotika
F14 ; akibat kokain
F15 ; akibat stimulansia lain termasuk kafein
F16 ; akibat halusinogenika
F17 ; akibat penggunaan tembakau
F18 ; akibat pelarut yg mudah menguap
F19 ; akibat penggunaan zat multipel dan zat psikoaktif lain
Diagnosis banding ;
STEP 4
STEP 5
1. Apakah gejala dan tanda sindroma ketergantungan ?
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini
dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
(a) adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan
zat psikoaktif;
(b) kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha
penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
(c) keadaan putus zat secara fisiologis (lihat Flx.3 atau Flx.4) ketika penghentian penggunaan zat
atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut
menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau
menghindari terjadinya gejala putus zat;
(d) terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang
jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol dan opiat yang dosis
hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan bagi
pengguna pemula;
(e) secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan
penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan
atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya;
(f) tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya,
seperti gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat
dari suatu periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaitan dengan
penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-
sungguh, atau dapat diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya
Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan psikologis (misalnya
anxietas, depresi dan gangguan tidur) merupakan gambaran umum dari keadaan putus zat ini.
Sumber: Dawson DA, Goldstein RB, Moss HB, Li TK, Grant BF. Gender Differences in the
Relationship of Internalizing and Externalizing Psychopathology to Alkohol Dependence:
Likelihood, Expression and Course. Drug Alkohol Depend. 2010; 112(1- 2): 9-17
4. Apa yg membuat pasien ingin mengkonsumsi alkohol dan kesulitan menghentikannya ?
Alkohol, umumnya dalam bentuk ethyl alcohol atau etanol
Etanol yang dikonsumsi akan diabsorbsi oleh lambung dan usus lalu terdistribusi dalam cairan
tubuh. Etanol yang telah dikonsumsi akan masuk ke dalam hepar. Tepat di bagian sitosol
(komponen sel di dalam sitoplasma berupa cairan) dari sel hepar, etanol akan mengalami
oksidasi oleh bantuan enzim ADH menjadi asetaldehid (le et al., 2001). Asetaldehid yang
dihasilkan bersifat toksik, karsinogenik, sangat reaktif dan menyebabkan ketergantungan
(Shukla and Saleem, 2006).
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2013 minuman keras terbagi atas
3 golongan berdasarkan persentase kandungan etanol per volume pada suhu 20 0C, yaitu
golongan A dengan kadar etanol 1-5%,
golongan B dengan kadar etanol 5-20% dan
golongan C dengan kadar etanol 20-55%.
5. Mengapa setelah minum alkohol gejala2 tersebut mereda ?
Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan (lihat Flx.2) dan
diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan.
STEP 6
STEP 7