Anda di halaman 1dari 28

Lembar Belajar Mahasiswa 4

Judul: Tidak bisa berhenti minum alkohol


SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 19 tahun sedang dirawat di Bangsal NAPZA RSJ dengan kejang
setelah minum alkohol. Satu sampai dua hari sebelum masuk RSJ pasien merasakan
mual, anoreksia, keringat berlebihan, cemas, dan insomnia (sindroma ketergantungan
fisik dan psikis). Gejala-gejala tersebut biasanya mereda dengan minum alkohol. Pasien
tersebut memiliki keinginan kuat untuk selalu mengkonsumsi alkohol dan kesulitan
dalam menghentikan minum alkohol. Terdapat riwayat sering bertengkar dengan
keluarga dan membolos sekolah. Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan,
tekanan darah 135/85 mmHg, suhu 37,5oC, laju pernafasan 26 x/menit, dan nadi 84
x/menit. Tim medis melakukan penatalaksanaan kepada pasien dan memberikan terapi
farmakologi dan psikoterapi.
STEP 1
STEP 2
1. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum alcohol?
2. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih, cemas
dan insomnia?
3. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos sekolah
dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
6. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
7. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?
8. Apa yang dimaksud dengan gangguan mental organic?
9. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
10. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
11. Apa saja klasifikasi gangguan mental akibat ketergantungan alcohol?
12. Apa saja tanda dan gejala gangguan mental organic?
STEP 3
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mental organic?
Gangguan Mental Organik adalag gangguan jiwa yang berkaitan dengan gangguan
organic spesifik, gangguan pada sistemik/otak,
Menurut DSMV : Delirium , Demensia, Gangguan Kognitif, dan yang tidak dapat
diklasifikasikan.
Gambaran utama :
-Gangguan fungsi kognitif, daya ingat, daya piker,daya belajar
- Gangguan sensorium : gangguan kesadaran, perhatian
- Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang tertentu : muncul persepsi
atau halusinasi, isi piker timbul waham, suasana yang depresi, gembira ,cemas
Klasifikasi :
- F00. Demensi pada penyakit Alzheimer
- F01. Demensia vaskuler
- F02. Demensia pada penyakit lain
- F03. Demensi dengan penyakit tidak terdeteksi
- F04. Sindrom amnestic organic yang bukan karena alcohol atau zat psikoaktif
- F05. Delirium yang bukan karena alcohol/ zat psikoaktif
- F06. Gangguan mental lain karena kerusakan dan disfungsi otak atau karena penyakit
fisik
- F07. Gangguan Kepribadian dan perilaku yang diakibatkan penyakit atau disfungsi
otak
- F09. Gangguan mental organic atau gangguan simtomatik yang tidak terdeteksi

Gangguan mental simtomatik pengaruh sekunder ke otak dan gangguan primernya dari
luar otak/sistemik.
Gangguan Mental Organik menggunaka 2 kode blok :
- Sindrom psiko patologik : demensia
- Gangguan yang mendasari : penyakit Alzheimer

2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum alcohol?
- Karena adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin dengan GABA yang
ditimbulkan seringnya konsumsi alcohol, akan menurunkan aktivitas GABA.
Asetilkolin menyebabkan depolarisasi jika berlebihan akan menimbulkan kejang,
sedangkan GABA dapat menekan kejang. Akhirnya risiko kejang meningkat .
- Kejang dapat disebabkan pada kondisi hipoglikemi, pada alcohol dapat menyebabkan
hipoglikemi karena akan meningkatkan kadar NADH dalam tubuh. Kelebihan NADH
akan mengganggu proses gluconeogenesis, jika proses tersebut dihambat produksi
glukosa akan menurun. Pada otak sumber utama adalah glikogen yang didapat dari
gluconeogenesis, maka akan menurunkan fungsi otak dan mengganggu hubungan
antar neurotransmitter menjadi tidak seimbang.
- Kejang terjadi ketika seseorang menglami putus zat selama beberapa waktu tertentu
baru muncul gejala seperti takikardi, kejang, dll. Gejala akan hilang jika meminum
alcohol lagi, karena sudah mengalami ketergantungan.

3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih, cemas
dan insomnia?
- Pasien kecanduan minum alcohol : alcohol  GIT (lambung), pada lambung terdapat
barrier, pada alcohol dapat merudak pertahanan barrier ketika ada kerusukan atau
pertahanan mukosa lambung menurun akan menyebabkan pepsin asam merusak
barrier lambung, asam lambung menjadi meningkat  anoreksia.
Ketika lambung sudah meradang  akan mengirim impuls ke otak melalui nervus
vagus dan reseptor 5HT3  menimbulkan respon mual
- Alkohol masuk hingga ke lambung  lambung sekresi mucus  katup pylori
menutup  lama diabsorbsi oleh lambung  memicu spasme pylorus mual dan
muntah. Karena mencegah agar tidak masuk ke usus halus karena pertahanannya
lebih lemah.
- Kadar alcohol yang dapat menimbulkan mual jika >10%, normalnya kadar 10 %
dalam tubuh masih dapat ditolerasi.
- Hipotalamus bertanggung jawab untuk control suhu tubuh dan keringat, alcohol
memiliki efek untuk merangsang vasodilasi pembuluh darah perifer di hipotalamus
dan memicu kulit untuk produksi keringat berlebih.
- Alkohol memiliki efek pseudo cushing syndrome, ketika tingginya kadar kortisol
dalam tubuh  hiperkortisolism  cemas, depresi, meningkatkan tekanan darah
- Rapid Eye Movement pada fase tidur, alcohol mampu mengganggu REM
menurunkan sehingga mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan pada fase tidur dalam,
alcohol tidak membantu masalah tidur.

4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?


- Remaja yang terjerumus minum alcohol karena akibat pergaulan yang
awalnya mencoba-coba, dan lama lama kebiasaan. Remaja yang kecewa
dengan kondisi keluarganya dan melakukan apa saja demi menjaga hubungan
baik.
- Adanya ajakan dari teman dan melihat film yang modern dan mendorong
remaja untuk minum alcohol
- Alcohol mudah didapatkan dan dikonsumsi oleh remaja
- Faktor individu/ perorangan : obat dapat mengatasi semua persoalan harapan
dalam memperoleh efek obat yang ada
- Dapat mengurangi rasa sakit/ketidaknyamanan
- Tekanan generasi muda agar diakui dalam kelompoknya
- Sebagai pernyataan tidak puas terhadap system atau norma yang berlaku
- Sebagai pernyataan sudah dewasa atau ikut zaman
- Ingin coba-coba
- Kurang pengawasan ortu
Faktor lingkungan :
- Berada dilingkunganpengedar
- Bersekolah ditempat rawan
- Bergaul dengan pengedar

Pendapat lain mengatakan :


- Faktor kemudahan untuk mendapatkan zat psikotropika, factor khasiat NAPZA yang
diharapkan oleh pengkonsumsinya
- Toleransi alkohlo dapat terjadi pada peminum alcohol, pada peminum alcohol berat
akanada indikasi untuk menambahkan dosis.
- Paparan etanol/alcohol yang berulang dapat menurunkan sensitivitas glutamate,
GABA, serotonin, dan dopamine
- Neuron dapat menghilangkan resptor dari dinding sel dengna proses yang disebut
down regulation dapat mengurangi jumlah penempellan pada resptor
- Jika meminum alcohol rutin misal pada jam 7 malam maka akan membentuk suatu
pola di otak, dan bila tiba-tiba tidak minum maka akan merasa tidak enak badan dan
ketergantungan alcohol untuk menghilangkan gejala.
- Reward system : sekumpulan struktur neuron yang teraktivasi di otak saat
mengkonsumsi NAPZA. Di otak ada VTA yang teraktivasi saat konsumsi alcohol dan
zat aditif lain  teraktivasi  mengeluarkan dopamine, VTA terhubung dengan
nucleus akumben (mesolimbic pathway), mesokortikal pathway (VTA Prefrontal
korteks, VTA  Amygdala). Dopamine akan keluar jika ada pleasure/kenikmatan ,
oleh karena itu jika sudah mengkonsumsi alcohol ingin konsumsi lagi. Dopamine
juga dapat keluar sebelum reward ada (menurut pendapat lain).
- Nucleus akumben berkaitan dengan motivasi.

5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos sekolah
dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
- Etanol yang terkandung dalam alcohol mengaktivasi pengeluaran dopamine 
efek senang candu. Adanya stressor psikososial, saat konsumsi alcohol dapat
menimbulkan euphoria, otak akan berpikir alcohol dapat mengurangi tekanan dan
masalah.
- Etanol juga dapat menghambat GABA.
- Sindrom ketergantungan fisik : Diketahui jika ada toleransi atau gejala putus zat
(symptom withdrawal), toleransi itu ketika menurunnya pengaruh dari NAPZA atau
alcohol setelah pemakaian berulang, sehingga tubuh membutuhkan lebih agar
menimbulkan efek yang sama.
- Sindrom ketergantungan psikis : keadaan dimana pemakai alkohol memiliki
keinginan/dorongan yang kompulsif dalam menggunakan alcohol sehingga timbul efek
candu dan ketergantungan.

6. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?


- Dapat menyebabkan ketrgantungan/adiksi sehingga sulit lepas dari alkohl. Saat
berusaha untuk mengurangi konsumsi alcohol  gejala putus zat
- Mengacaukan siklus tidur, alcohol membuat tidur tidak nyenyak, bangun di malam
hari
- Berdampak pada system saraf pusat memperlambat sinyal di otak, mempengaruhi
suasana hati, gg. Memori, koordinasi dan cara bicara
- Mengganggu pencernaan , merusak pertahanan, memperlambat metabolism,
kembung, diare, berpotensi meningkatkan asam lambung dan heart burn, dan melukai
lambung
- Kerusakan hati, peradangan pada hati karena dpaksa untuk bekerja secara berlebih 
sirosis hati
- Merusak pancreas, memicu produksi enzim yang tidak wajar  peradangan 
pankreatitis
- Membuat jantung sulit untuk meompa aliran darah  timbul penyakit jantung spt
gagal jantung, serangan jantung.
- Alkohol  lambung untuk absorbs, 90% di metabolism oleh hati  peradangan di
hati, 10% lewat ginjal. Alkohol mempengaruhi membrane dari neuron, jangka pendek
meningkatkan fluiditas, jangka Panjang mengakibatkan kaku/rigid. Pada membrane
banyak terdapat kanal, jangka Panjang akan menganggu.
- resptor asetilkohol, nikotinik, serotonin, dan GABA akan dieksitasi oleh alcohol,
resptor glutamate akan diinhibisi.
- Efek perilaku, kadar 0,05% akan menyebabkan isi piker, daya nilai dan
pengendaliannya melonggar dan kadang mengganggu, 0,1% gerakan motoric
volunteer menjadi tampat kikuk, 0,2% fungsi seluruh area motoric akan mengalami
penurunan dan bagian otak yang mengendalikan perilaku dan emosi terganggu. 0,3%
menjadi gaduh gelisah dan stupor. 0,4-0,5% dapat menimbulkan koma. Gejala ini
timbul pada seseorang non alkoholik, jika orang alkoholik toleransinya berbeda.
- Pada negara yang melegalkan 0,1-0,5% kadar alcohol

7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?


Dx multiaxial :
- Axis I : F.10 gg. Mental dan perialku akibat alcohol, sindrom ketergatungan alkohol
- Axis II : tidak ada diagnosis
- Axis III : tidak ada
- Axis IV : masalah psikososial dan lingkungan lain
- Axis V : 60 (gejala sedang dan disabilitas ringan)

 Sindrom ketergantungan (F10.2)


Kriteria dx menurut PPDGJ : Ditemukan 3 gejala atuu lebih satu tahun sebelumnya,
gejalanya berupa :
- Adanya keinginan kuat memkasa atau kompulsif untuk menggunakan zat
psikoaktif,
-Kesulitan dalam mengendalikan perilaku dalam menggunakan zat psikoaktif sejak
mulai hingga usaha penghentian/ dalam tingkat sedang menggunakan,
-Keadaan putus zat secara fisiologis.
- Terbukti adanya toleransi (Dari awal hingga minum ada peningkatan dosis
penggunaannya)
- Secara progresif akan mengalami kesenanan disebabkan penggunaan zat psikoaktif
- Tetap menggunakan zat tersebut meskipun sadar walaupun merugikan.
 Keadaan putus zat (F10.3)
Gejala fisik bervariasi, yang paling khas saat pasien lapor merasa gejala mereda saat
konsumsi alcohol, salah satunya gejala psikologis.
Pasien sebelumnya mengalami putus zat merasakan gejala  konsumsi lebih 
kejang
8. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
Etiologi :
- Etiologi Organobiologik
Primer
Penyakit otak (serebral) seperti gangguan degenerative, infeksi pada otak, cedera
kranial, gangguan cerebrovaskular, trauma kapitis, epilepsy, neoplasma, toksik
(NAPZA), dan herediter.
Sekunder
Penyakit sistemik (Ekstracerebral) seperti gangguan metabolism yang menyerang
otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh, endokrin/hormonal,
infeksi sistemik atau penyakit autoimun.

- Etiologi Psikologik
Seperti krisis yaitu suatu kejadian yang mendadak; konflik, suatu pertentangan batin;
tekanan khususnya dalam dirinya, seperti kondisi fisik yang tidak ideal; frustasi, suatu
kegagalan dalam mencapai tujuan; dan sudut pendidikan dan perkembangan seperti
salah asih, salah asah, salah asuh; dan tak perpenuhinya kebutuhan psikologik seperti
rasa aman, nyaman, perhatian, kasih sayang.

- Etiologi Sosio-kultural
Problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, problem hokum / criminal dan problrm
psikososial lainnya.

- Teori psikodinamik
tentang gangguan terkait alkohol berpusat pada hipotesis mengenai superego yang
terlalu keras. Menurut teori psikoanalitik, orang dengan superego keras yang
menghukum diri berpaling ke alkohol sebagai cara mengurangi stress, biasanya pada
kepribadian seorang pemalu, penyendiri, tidak sabaran, iritabel. cemas, hipersensitif,
dan terepresi secara seksual. ada tingkat yang tidak terlalu teoretis, alkohol mungkin
disalahgunakan sebagian orang untuk mengurangi ketegangan, ansietas, dan nyeri
psikis. Konsumsi alkohol juga dapat menimbulkan perasaan berkuasa dan peningkatan
harga diri.
Teori Sosiokultural
Beberapa situasi sosial biasanya mengarah ke minum berlebihan, dalam situasi ini,
minum secara sering dan berlebihan sering dianggap normal dan diharapkan secara
sosial.
Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Seperti halnya faktor budaya dapat memengaruhi kebiasaan minum, begitu pula
kebiasaan dalam satu keluarga, khususnya, kebiasaan minum orang tua. Namun,
sejumlah bukti mengindi- kasikan bahwa kebiasaan minum dalam keluarga yang
memengaruhi kebiasaan minum anak-anaknya tidak terlalu berkaitan langsung dengan
timbulnya gangguan terkait alkohol dibanding yang diperkirakan sebelumnya. Dari
sudut pandang perilaku, aspek penguatan positif dari alkohol dapat menginduksi
perasaan sehat dan euforia serta dapat mengurangi rasa takut dan ansietas, yang dapat
mendorong untuk minum lebih lanjut.
Teori Genetik
Teori biologis dengan dukungan terbaik tentang alkoholisme berpusat pada genetika.
Salah satu temuan yang mendukung kesimpulan genetik adalah risiko mengalami
masalah alkohol serius tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi pada kerabat dekat
seorang alkoholik. Angka masalah alkohol meningkat seiring dengan bertambah
banyaknya jumlah kerabat yang alkoholik, keparahan penyakit mereka, serta
kedekatan hubungan genetik dengan orang yang diteliti. Angka kesamaan, atau
konkordansi, untuk masalah terkait alkohol berat meningkat pada keturunan dari orang
tua alkoholik, bahkan bila anak-anaknya dipisahkan dari orang tua biologis segera
setelah lahir dan dibesarkan tanpa mengetahui masalah dalam keluarga biologis.
Risiko mengalami kesulitan terkait alkohol yang berat tidak meningkat bila diasuh
oleh keluarga angkat yang alkoholik.
Komorbid :
- Gangguan kepribadian anti sosial , memiliki hubungan yang erat dengan konsumsi
alcohol,
- Gangguan mood , 30-40% orang yang memilki gangguan terkait alcohol memiliki
kriteria untuk gg. Mood
- Anxietas , sekitar 25-30% peminum alcohol memenuhi kriteria anxietas, sebenernya
berupaya untuk mengurangi gejala, menimbulkan perasaan senang

9. Apa saja klasifikasi gangguan mental akibat ketergantungan alcohol?


Menurut PPDGJ : F10-F19 ( Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif)
F10. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alcohol
F11 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioid
F12.Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoid
F13. Gangguan mental dan perilaku akibat sedative atau hipnotika
F14. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein
F16. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap
F19. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat
psikoaktif lainnya

10. Apa saja tanda dan gejala gangguan mental organic?


Gambaran utama :
-Gangguan fungsi kognitif, daya ingat, daya piker,daya belajar
- gangguan sensorium : gangguan kesadaran, perhatian
- sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang tertentu : muncul persepsi
atau halusinasi, isi piker timbul waham, suasana yang depresi, gembira ,cemas

11. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan,
tekanan darah 135/85 mmHg, suhu 37,5oC, laju pernafasan 26 x/menit, dan nadi 84
x/menit PF DBN
Tidak ditemukan adanya kelainan, hanya ada permasalahan dalam konsumsi alcohol.
12. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
13. Tahapan dalam penyalahgunaan napza

STEP 4
STEP 5
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mental organic?
2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum
alcohol?
3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih,
cemas dan insomnia?
4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos
sekolah dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
6. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
8. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
9. Apa saja klasifikasi gangguan mental akibat ketergantungan alcohol?

10. Apa saja tanda dan gejala gangguan mental organic?


11. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
12. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
13. Tahapan dalam penyalahgunaan napza?
STEP 6
STEP 7
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mental organic?
Gangguan Mental Organik adalah gangguan jiwa (dengan tanda dan gejala psikotik maupun
non-psikotik) yang ada kaitannya dengan faktor organik spesifik (penyakit/gangguan tubuh
sistemik atau gangguan otak.

2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum
alcohol?
 Ethanol mampu menekan syaraf pusat, mempengaruhi fungsi faal tubuh maupun
perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat
menenangkan, menghilangkan rasa sakit dan membius, tetapi juga dapat
merangsang dan rasa gembira yang berlebihan.
 Alkoholisme terjadi akibat nafsu untuk mengkonsumsi alcohol yang bersifat
kompulsif, sehingga penderita akan meminum alcohol secara berlebihan dan
menjadi kebiasaan. Alcohol yang diminum dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan perasaan tenang, misalnya penderita akan lebih mudah
mengekspresikan emosi seperti rasa senang, sedih, dan marah, sedangkan
konsumsi alcohol dalam jumlah banyak dapat menyebabkan ekspresi jiwa yang
lebih bebas akibatnya fungsi fisik motoriknya terganggu, misalnya bicara cadel,
pandangan kabur sampai tidak sadarkan diri.
 Neurotransmitter yang berperan dalam jalur kesenangan adalah dopamine dan
serotonin. Jalur dopamine menghasilkan hadiah, euphoria, dan kesenangan.
Jalur serotonin berperan terhadap mood, memori dan tidur. Ketika korteks
prefrontal menerima stimulus yang diinterpretasikan sebagai hadiah  maka
impuls akan diteruskan ke VTA (Ventral Tegmental Area)  kemudian
melepaskan dopamine ke seluruh system jalur kesenangan.
 Alkohol, etanol dengan sifat kimianya mampu menembus sawar darah otak 
sehingga dapat mengaktivasi pengeluaran dopamine secara langsung dari system
mesolimbic  sehingga terjadi efek kekosongan  etanol juga meningkatkan
pengeluaran dopamine secara tidak langsung melalui penghambatan
pengeluaran neurotransmitter GABA,  peningkatan dopamine oleh alcohol
menyebabkan seseorang mengalami euphoria.
 Laki-laki memiliki resiko menyalahgunakan alkohol lebih tinggi dari perempuan.
Hal ini karena laki-laki lebih cenderung memiliki kromosom satu dan empat yang
mengkode reseptor-reseptor GABAA , serotonin 1b, DRD4, tryptophan
hydroxilase dan neuropentida Y daripada perempuan. Kromosom ini merupakan
faktor genetik yang mempengaruhi midbrain (otak alkohol) dimana dapat
membuat seseorang menjadi ketagihan alkohol dan zat-zat adiktif lainnya.
3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih,
cemas dan insomnia?
 MUAL
Tubuh seseorang memiliki alat pelindung terhadap banyaknya kandungan
alcohol, jika konsentrasi alcohol di lambung terlalu tinggi maka mucus disekresi
dan katup pilorik akan menutup  sehingga ini akan memperlambat absrobsi
dan mencegah alcohol masuk ke usus halus, yang tidak memiliki hambatan
absorbs yang signifikan  dengan demikian sejumlah besar alcohol dapat tetap
tidak diabsorbsi dalam lambung selama berjam-jam  lebih lanjut spasme
pylorus sering menyebabkan mual dan muntah.
Alkohol bersifat agak larut lemak sehingga zat ini dapat berdifusi melalui
Membrane lemak sel epitel yang melapisi bagian dalam lambung dan dapat
masuk ke darah melalui kapiler submucosa. Namun, alcohol diserap bahkan lebih
cepat oleh mukosa usus halus karena luas permukaan untuk penyerapan di usus
halus yang jauh lebih besar. Karena itu, peyerapan alcohol terjadi lebih lambat
jika pengosongan lambung tertunda sehingga alcohol lebih lama berada di
lambung yang penyerapannya lambat.
 ANOREKSIA
Menurut [ CITATION LMO04 \l 1033 ] alkohol dapat mempengaruhi sistem opioid
endogen di otak  Opioid endogen bertanggung jawab atas munculnya sensasi
menyenangkan (pleasure) dan memperkuat efek yang ditimbulkan dari alcohol
 Selanjutnya, opioid akan merangsang sistem dopamin yang ada di otak 
Dopamin sendiri bertugas mengatur berbagai perilaku apetitif manusia 
Kemudian, pengaruh alkohol akan memunculkan berbagai keinginan seperti
makan, minum, hubungan seksual dan keinginan mengonsumsi zat psikoaktif 
Konsumsi alkohol akan menganggu regulasi sistem dopamin dan dapat
menimbulkan keinginan yang tidak terkendali salah satunya kehilangan nafsu
makan dan minum.

 SINDROM KETERGANTUNGAN
Berhubungan dengan sindrom putus zat  6 bulan pertama sehari satu gelas 
lama kelamaan meningkat  mengakibatkan toleransi  sensitisasi dari alcohol
berefek berkurang tiap harinya dan timbul gejala2 yang bertolak belakang 
kejang, delirium, hiperaktifitas otonom seperti cemas dan berkeringat
 BERKERINGAT
Konsumsi alkohol yang banyak menurunkan fungsi respons dari tubuh, Saat
minum alkohol, tubuh akan terasa hangat  karena sifat alkohol yang
melebarkan pembuluh darah atau disebut vasodilator  terutama pembuluh
darah kapiler di bawah permukaan kulit  sehingga hal ini mengakibatkan
volume darah akan meningkat di permukaan kulit  sehingga merubah suhu
pada pembuluh darah  sehingga rangsangan tersebut akan diteruskan oleh
saraf simpatik kekelenjar keringat  sehingga membuat pasien merasa lebih
hangat dan tubuh akan berkeringat  kondisi ini bisa dilihat dari wajah
seseorang yang menjadi kemerahan saat minum alcohol.
Sumber : Wand, L. M. (2004). Physiology & Behaviour. Opioids and alcoholism; Pengaruh
Alkohol Terhadap Kesehatan, SEMNAS Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja 2012.; Farmakologi Klinik di University of Iowa, Amerika Serikat, dr.
William Haynes; Dampak Mengkonsumsi Alkohol terhadap Kesehatan Lambung,
Majority | Volume 8 | Nomor 2 | Desember 2019.
4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?
 Ketergantungan meminum alcohol dapat disebabkan oleh beberapa factor salah
satunya yaitu dari factor individu. Ketika seseorang itu mudah murung, pendiam,
pemalu, sering depresi maka percaya diri mereka akan berkurang  sehingga
akibatnya mereka sering dibully oleh teman-temannya  Hal ini akan mudah
dipengaruhi oleh orang lain, salah satunya adalah untuk meminum alcohol 
sehingga seseorang tersebut lama kelamaan akan merasakan hal yang beda dan
keenakan  sehingga lama kelamaan seseorang akan kecanduan akan alcohol,
 dan berupaya untuk mendapatkannya dengan cara apapun  sehingga
mereka berani melakukan apapun/menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan barang tersebut.
 Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).

Sumber : Efek Dari Pecandu Alkohol Terhadap Peningkatan Kerusakan Hati, Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta, BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober
2011; TINGKAT STRES DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA LAKI-
LAKI, Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos
sekolah dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
 Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).

 Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).

Sumber : Efek Dari Pecandu Alkohol Terhadap Peningkatan Kerusakan Hati, Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta, BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober
2011; TINGKAT STRES DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA LAKI-
LAKI, Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
6. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?

7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?


 Diagnosis Multiaksial
Axis 1 : sindrom ketergantungan alkohol/alcohol withdrawal syndrome
Axis 2 : tidak ada gangguan
Axis 3: tidak ada diagnosis
Axsis 4: Bertengkar dengan keluarga dan membolos sekolah
Axsis 5: 60 (mutakhir)

Kriteria diagnosis
No Intoksikasi alkohol Sindrom ketergantungan Sindrom putus obat
. (withdrawal syndrome)
1. Baru saja menggunakan Berlaku selama 12 bulan Penghentian atau
alkohol atau 1 tahun pemutusan obat sudah
lama dan berat
2. Perilaku maladaptive/ Manifestasi : 2 atau lebih tanda
perilaku yang fisiologis - Peningkatan berikut ini yang
berubah secara klinis konsumsi alcohol berkembang dalam
berkembang selama dari biasa beberapa jam sampai
atau setelah meminum - Ada keinginan beberapa hari dari
alkohol menetap atau kriteria di poin 1 :
kegagalan dari - Hiperaktivitas
penghentian otonom
meminum alcohol - Peningkatan
- Peningkatan waktu tremor tangan
yang dihabiskan - Insomnia
untuk mencari - Mual muntah
menggunakan atau - Halusinasi atau
sembuh dari ilusi
efeknya - Penglihatan raba
- Keinginan atau atau dengar
ngidam untuk - Agitasi
mengonsumsi psikomotor
alcohol - Kecemasan
- Kegagalan - Kejang grandma
memenuhi
kewajiban peran
- Penggunaan
berlanjut walau ada
masalah sosial
karena alcohol
- Ada penurunan
aktifitas sosial,
pekerjaan, dan
rekreasi
- Penggunaan alcohol
berulang walau
dalam situasi yang
berbahaya
- Melanjutkan
penggunaan walau
mengetahu resiko
yang berbahaya
- Toleransi /
penurunan
sensitifitas dari
alcohol (minum
banyak tapi ga
mabuk)
- Gejala putus obat
3. 1 atau lebih tanda Gejala dalam kriteria
berikut ini selama atau poin ke-2
segera setelah menyebabkan
penggunaan alcohol : penderitaan secara
- Bicara cadel klinis atau gangguan
- Inkoordinasi fungsi social
- Gaya berjalan
tidak mantap
- Nystagmus
- Gangguan atensi
dan daya ingat
- Stupor atau koma
4. Gejala tidak disebabkan Gejala tidak
kondisi medis umum disebabkan kondisi
dan tidak diterangkan medis umum dan tidak
oleh gangguan mental diterangkan oleh
lain gangguan mental lain
5. Penggunaan Penghentian
berlebihan, efek yang penggunaan secara
muncul yaitu efek mendadak, munculnya
farmakologisnya efek berlawanan
dengan efek intoksikasi

8. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?


 Menurut WHO (1996) factor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja
ada beberapa, Antara lain sebagai berikut :
 a. Factor Individu/Perorangan
1) Adanya kepercayaan bahwa obat dapat mengatasi semua persoalan.
2) Harapan untuk dapat memperoleh kenikmatan dari efek obat yang
ada.
3) Untuk dapat menghilangkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang
dirasakan
4) Bagi generasi muda adanya tekanan kelompok sebaya untuk dapat
diterima/diakui dalam kelompoknya.
5) Sebagai pernyataan tidak puas terhadap system atau nilai sosial yang
berlaku.
6) Sebagai pernyataan sudah dewasa atau ikut zaman (mode).
7) Ingin coba-coba.
8) Kurang pengawasan dari orangtua.
 b. Factor Lingkungan
1) Tempat tinggal berada di lingkungan peredaran atau pemakaian
narkotika, psikotropika atau zat Adiktif lainnya.
2) Bersekolah di tempat atau di lingkungan yang rawan terhadap obat
yang
sering digunakan.
3) Bergaul dengan para pengedar dan pemakai.
9. Apa saja klasifikasi gangguan mental akibat ketergantungan alcohol?
 Klasifikasi
- gangguan penggunaan alcohol
- ketergantungan alcohol
- penyalahgunaan alcohol
- gangguan terinduksi akohol
- intoksikasi alcohol
- delirium pada intoksikasi alcohol
- delirium pada putus alcohol
- demensia persisten yang berinduksi alcohol
- gangguan psikotik yang terinduksi alcohol dengan waham
- gangguan psikotik yang terinduksi alcohol dengan halusinasi
- gangguan mood yang terinduksi alcohol
- gangguan anxietas yang terinduksi alcohol
- disfungsi sexual yang terinduksi alcohol
- gangguan tidur yang terinduksi alcohol
Sumber :Max Bayard, M.D., Jonah Mcintyre, M.D., Keith R. Hill, M.D., and Jack Woodside,
Jr., M.D., East Tennessee State University, James H. Quillen College of Medicine,
Johnson City, TennesseeAm Fam Physician.  2004  Mar  15;69(6):1443-1450; Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi III (PPDGJ III). 2013.
10. Apa saja tanda dan gejala gangguan mental organic?
 GMO memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a. gangguan sensorium dapat berupa penurunan kesadaran, fluktuasinya
kesadaran, dan kesadaran berkabut
b. gangguan fungsi kognitif dapat berupa gangguan daya ingat, daya piker
c. 3P terganggu, yaitu gangguan dalam pemusatan, pertahankan dan pengalihan
perhatian
d. gangguan dalam orientasi, waktu, tempat dan orang
e. gangguan persepsi , antara lain berupa halusinasi
f. gangguan isi pikiran, antara lain berupa waham
g. gangguan mood, , antara lain berupa depresif, euphoria, dan cemas
 Macam-macam

Sumber :Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5,
Dr.dr.Rusdi Maslim SpKj,MKes. Tahun 2013 halaman 20-21; Cahyaningsih FR, Anisa
Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun, Medula |
Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020, Bagian Ilmu Kedokteran Kesehatan Jiwa,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.

11. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
 Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan, tekanan darah 135/85
mmHg : hipertensi
 Konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan efek
antiansietas dan menyebabkan kehilangan inhibisi perilaku dalam suatu rentang
dosis yang luas. Tanda intoksikasi pada tiap individu bervariasi, mulai dari efek
eksitasi dan meluapluap hingga perubahan mood yang tidak terkontrol dan
gejolak emosi yang dapat disertai kekerasan. Pada kasus intoksikasi yang lebih
lanjut, fungsi sistem saraf pusat secara umum akan terganggu dan kemudian
menimbulkan kondisi anestesi umum pada tubuh. Akan tetapi, batas antara efek
anestetik dan efek letalnya dari kecil.8 Etanol adalah molekul yang larut dalam
air dan diserap dengan cepat pada saluran pencernaan. Puncak konsentrasi
etanol dalam darah dapat dicapai dalam waktu 30 menit setelah ingesti etanol
dalam keadaan lambung kosong. Volume distribusi untuk etanol mendekati total
air dalam tubuh (0,5-0,7 l/kg). Karena absorpsi dari usus halus lebih cepat
dibandingkan dari lambung seperti penundaan pengosongan lambung, misalnya,
karena adanya makanan dalam lambung, dapat memperlambat absorpsi etanol.
Dengan dosis alkohol secara oral yang setara, wanita memiliki konsentrasi
puncak yang lebih tinggi daripada pria. Hal ini disebabkan karena wanita
memiliki total kadar air tubuh yang lebih rendah dari pria dan karena perbedaan
dalam first-pass metabolism.
 Metabolisme alkohol menjadi senyawa acetaldehyde dalam tubuh dibagi
menjadi 2 jalur, yaitu melalui :
1. Jalur alkohol dehidrogenase
2. Jalur Microsomal Ethanol-Oxidizing System (MEOS).
 Acetaldehyde lalu dioksidasi menjadi asetat oleh proses metabolisme yang
ketiga. Jalur utama untuk metabolisme alkohol melibatkan alkohol
dehidrogenase (ADH), golongan cytosolic enzyme yang mengkatalisis konversi
alkohol menjadi acetaldehyde. Enzim ini terletak terutama di hepar, namun
sejumlah kecil ditemukan di organ lain seperti otak dan lambung. Selama
konversi etanol oleh ADH menjadi acetaldehyde, ion hidrogen ditransfer dari
etanol ke kofaktor nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+ ) untuk membentuk
NADH. Oksidasi alkohol yang dihasilkan melebihi reducing equivalents di hepar.
Kelebihan produksi NADH berkontribusi pada gangguan metabolisme pada
alkoholisme kronis, dan merupakan penyebab dari asidosis laktat maupun
hipoglikemia pada keracunan alkohol akut. Microsomal Ethanol-Oxidizing System
(MEOS) disebut juga mixed function oxidizing system, menggunakan NADPH
sebagai kofaktor dalam metabolisme etanol dan terdiri dari sitokrom P450 atau
disebut juga sebagai CYP seperti CYP2E1, CYP1A2 dan CYP3A4. Konsumsi alkohol
kronis akan menginduksi aktivitas MEOS. Akibatnya, konsumsi alkohol kronis
tidak hanya menimbulkan peningkatan yang signifikan dalam metabolisme
etanol, tetapi juga dalam metabolisme obat lain yang dilakukan oleh sitokrom
P450 dalam sistem MEOS, serta pembentukan produk sampingan beracun dari
reaksi sitokrom P450 seperti toksin, radikal bebas dan H2O2. Sebagian besar
acetaldehyde yang terbentuk dari alkohol dioksidasi di hepar dengan reaksi yang
dikatalis oleh mitochondrial NAD-dependent aldehyde dehydrogenase (ALDH).
Produk dari reaksi ini adalah asetat, yang akan dimetabolisme lebih lanjut
menjadi CO2 dan air atau digunakan untuk membentuk asetil KoA. Kombinasi
NADH yang meningkat dan asetil KoA yang lebih tinggi mendukung sintesis asam
lemak serta penyimpanan dan akumulasi triasilgliserida. Jumlah badan keton
dalam tubuh yang meningkat kemudian memperparah kondisi asidosis laktat
pada tubuh. Metabolisme etanol melalui jalur CYP2E1 menyebabkan
peningkatan NADP. Hal ini membatasi ketersediaan NADPH untuk regenerasi
glutathione (GSH) yang tereduksi sehingga meningkatkan stres oksidatif. Alkohol
merangsang peningkatan aksis hypothalamic pituitary adrenocortical (HPA).
Aktivasi aksis HPA merupakan komponen utama dari respon stres. Peningkatan
aksis HPA dipengaruhi oleh sejumlah variabel termasuk genotipe, jenis kelamin,
dan parameter dosis. Berdasarkan studi klinis dan praklinis, disregulasi fungsi
aksis HPA berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas sistem stres
ekstrahipothalamik di otak, sehingga secara signifikan mempengaruhi motivasi
untuk perilaku alcohol self-administration.
 Pengaruh konsumsi alkohol terhadap individu berbeda-beda. Akan tetapi
terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol
Concentration- BAC) dan tingkatan efek yang ditimbulkannya. Euphoria ringan
dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya
konsentrasi alkohol di dalam darah. Orang yang aktif mengkonsumsi alkohol
beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik, sehingga mereka
mengabaikan efek buruknya. Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah
"mabuk" atau "teler", dimana kondisi ini sebenarnya adalah karakteristik
intoksikasi alkohol yang dapat menyebabkan cedera, kecacatan dan kematian.
Konsumsi alkohol yang berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, henti
nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol menyebabkan
hilangnya produktivitas kerja akibat disorientasi dan kecelakaan akibat
berkendara dalam keadaan disorientasi tersebut. Konsumsi alkohol juga memiliki
kaitan terhadap perilaku kekerasan dan tindak kriminal. Sebanyak 70%
narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan, dan
lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang kemudian menetap menjadi hipertensi,
kerusakan jantung, stroke, kanker payudara, kerusakan hati, kanker saluran
pencernaan dan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu alkohol juga dapat
menyebabkan impotensi dan berkurangnya kesuburan, kesulitan tidur,
kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan, gangguan
ingatan dan gangguan konsentrasi. Penggunaan alkohol yang terus menerus
dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah keadaan
dimana seseorang yang mengkonsumsi alkohol harus meningkatkan dosis
penggunaan alkohol dari jumlah kecil menjadi jumlah besar, untuk mendapatkan
pengaruh yang sama. Ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan seseorang yang mengkonsumsinya,
dimana apabila konsumsi tersebut dihentikan, dapat menyebabkan berbagai
rentang gangguan kesehatan fisik dan psikis serta penurunan produktivitas hidup
pada orang dengan ketergantungan terhadap konsumsi alkohol tersebut.
Seseorang yang ketergantungan secara fisik terhadap alkohol, akan mengalami
gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi jumlah
penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6-24 jam setelah konsumsi yang
terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah
gemetar, mual, cemas, depresi, berkeringat, nyeri kepala dan sulit tidur.
12. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
 Psikoedukasi
Dapat diberikan terutama kepada keluarga pasien dan juga kepada pasien.
Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga pasien perlu dilakukan agar keluarga
tahu mengenai keadaan pasien, penyebab keadaan pasien saat ini, rencana
terapi terhadap pasien kedepan, prognosis pasien serta tindakan apa saja yang
dapat membantu perkembangan pasien selanjutnya. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat mempengaruhi prognosis
kepada pasien selanjutny
 Konseling
Masalah emosional adalah alasan utama yang mendasari alkoholisme. Minuman
beralkohol membantu melupakan hal masalah yang sedang mereka hadapi
meski hanya sementara. Selama masa pengobatan, seorang konselor akan
membantu pasien mengatasi masalah emosional. Mereka juga akan memberi
dukungan selama masa sulit menjalani putus alkohol.
 Kelompok dukungan
Banyak kelompok dukungan, seperti Alcoholics Anonymous (AA), memberikan
dukungan dan jalan keluar bagi pasien. Kelompok ini membiarkan mereka
berbagi tentang tujuan dan hambatan mereka dengan orang-orang yang melalui
peristiwa yang sama. Mereka berada di lingkungan aman yang tidak akan
menghakimi mereka. Memiliki tempat atau kelompok yang membuat pasien
merasakan dukungan, dapat membantu mereka untuk tetap termotivasi dalam
mempertahankan keadaan tidak mabuk.

 Farmakologi

Benzodiazepin

Benzodiazepin (BZD) bekerja dengan memodulasi pengikatan GABA ke reseptor


GABA-A, meningkatkan masuknya ion klorida dan memberikan efek
penghambatan yang mirip dengan etanol.

Semua BZD dimetabolisme di hati dengan oksidasi dan / atau glukuronidasi, dan
beberapa di antaranya membentuk metabolit aktif secara farmakologis yang
bertanggung jawab untuk durasi kerja yang lama, seperti diazepam,
chlordiazepoxide, dan clorazepate. Oleh karena itu, BZD dan metabolit aktifnya
dapat dikategorikan menurut durasi efeknya: kerja pendek (<10 jam seperti
lorazepam, oxazepam, dan midazolam), kerja menengah (10-24 jam sebagai
clonazepam), atau kerja panjang (> 24 jam; clobazam, clorazepate, dan
diazepam). Metabolisme BZD terutama dikatalisis oleh isoenzim CYP yang
mungkin menjadi target interaksi obat-obat.

Masalah Obat Jalur Dosis Keterang


klinis an
Gemetara chlordiazepoxi Oral 25- Dosis
n dan de 100 awal
agitasi mg dapat
ringan tiap 4- diulangi
sampai 6 jam tiap 2 jam
sedang sampai
pasien
tenang;
dosis
selanjutn
ya harus
ditentuka
n secara
individual
dan
dititrasi
Halusinos Diazepam Oral 5-20 Berikan
is Lorazepam Oral mg sampai
Agitasi chlordiazepoxi Intrave tiap 4- pasien
parah de na 6 jam tenang;
2-10 dosis
mg selanjutn
tiap 4- ya harus
6 jam ditentuka
0,5 n secara
mg/kg indivisual
pada dan
12,5 dititrasi
mg/m
nt
Kejang Diazepam Intrave 0,15
putus na mg/kg
pada
2,5
mg/m
nt
Delirium Lorazepam Intrave 0,1
tremens na mg/kg
pada
2,0
mg/m
nt

Non ‐ benzodiazepin

Antipsikotik termasuk fenotiazin dan butirofenon, seperti haloperidol


Agen antiepilepsi karbamazepin (CBZ) pada dosis harian 800 mg dengan rejimen
tetap atau tapered selama 5-9 hari
Sumber : National Institute on Drug Abuse: “Principles of Adolescent Substance Use Disorder
Treatment: A Research-Based Guide.”
 Terapi epilepsi sebelumnya yaitu phenitoin 3 × 100mg intra oral, phenobarbital
3x60mg intra oral dan asam folat 2 × 1mg intra oral, pasien sempat kejang
beberapa kali karena lupa minum obat, dosis kemudian disesuaikan berdasarkan
berat badan dan keteraturan jadwal minum obat. Obat kejang saat ini yaitu
phenitoin 2 × 200mg intra oral, phenobarbital 1 × 90mg intra oral, dan asam folat
2 × 400mcg intra oral. Selama perawatan hingga perawatan dirumah pasien tidak
mengalami kejang. Kadar obat anti epilepsi yang tinggi atau kombinasi obat
tertentu dapat mencetuskan gejala psikotik, beberapa jenis obat tersebut yaitu
ethosuximide, phenitoin, zonisamide, topiramate, dan vigabatrin.
 Terapi dari sejawat psikiatri yaitu risperidon 2 × 1 mg intra oral dan haloperidol
2,5 mg intra muskular bila pasien gelisah. Terapi saat perawatan dirumah
dilanjutkan dengan risperidon 2 × 1 mg intra oral. Penanganan gangguan psikotik
pada epilepsi yaitu penanganan masalah psikiatri, optimalisasi obat anti epilepsi
untuk mencegah kejang berulang dan memulai terapi farmakologis anti psikotik
berdasarkan beratnya gejala, perilaku dan fungsi sehari-hari. Kondisi psikotik
yang muncul akan lebih baik bila ditangani dengan obat anti psikotik sedini
mungkin tanpa menunggu munculnya gejala yang lebih berat.
 Penanganan pada kondisi akut dapat diberikan dopamine-blocker intra muskular
seperti haloperidol dan promethazine. Pada kondisi ini dapat diberikan obat anti
psikotik generasi pertama yaitu phenothiazines, butyrophenones (seperti
haloperidol), benzamides, thipins, dan obat anti psikotik generasi kedua yaitu
serotonin-dopamine antagonis (seperti risperidon), dibenzodiazepines, dan
dopamine system stabilizer. Obat anti psikotik pilihan yang dapat diberikan yaitu
risperidon, olanzapine, dan quetiapine, sedangkan haloperidol dan pimozide
adalah jenis anti psikotik tipikal dengan risiko rendah mencetuskan bangkitan
dan tidak ada laporan kasus bangkitan akibat penggunaan jenis obat ini.
Clozapine, loxapine, dan chlorpromazine adalah jenis obat anti psikotik yang
dihindari karena dapat mencetuskan bangkitan.
 Tujuan utama penanganan pada kasus ini adalah mencegah kejang berulang
dengan mengoptimalkan dosis obat anti kejang sehingga mencegah gangguan
psikotik muncul kembali.
Sumber : Gangguan mental organik pada epilepsy, NPA Putri Mahadewi, Anna Marita, NK
Putri Ariani, MEDICINA 2018, Volume 49, Number 2: 217-221 P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321;
Kapita Selekta Edisi IV II
13. Tahapan dalam penyalahgunaan napza?

Anda mungkin juga menyukai