Gangguan mental simtomatik pengaruh sekunder ke otak dan gangguan primernya dari
luar otak/sistemik.
Gangguan Mental Organik menggunaka 2 kode blok :
- Sindrom psiko patologik : demensia
- Gangguan yang mendasari : penyakit Alzheimer
2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum alcohol?
- Karena adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin dengan GABA yang
ditimbulkan seringnya konsumsi alcohol, akan menurunkan aktivitas GABA.
Asetilkolin menyebabkan depolarisasi jika berlebihan akan menimbulkan kejang,
sedangkan GABA dapat menekan kejang. Akhirnya risiko kejang meningkat .
- Kejang dapat disebabkan pada kondisi hipoglikemi, pada alcohol dapat menyebabkan
hipoglikemi karena akan meningkatkan kadar NADH dalam tubuh. Kelebihan NADH
akan mengganggu proses gluconeogenesis, jika proses tersebut dihambat produksi
glukosa akan menurun. Pada otak sumber utama adalah glikogen yang didapat dari
gluconeogenesis, maka akan menurunkan fungsi otak dan mengganggu hubungan
antar neurotransmitter menjadi tidak seimbang.
- Kejang terjadi ketika seseorang menglami putus zat selama beberapa waktu tertentu
baru muncul gejala seperti takikardi, kejang, dll. Gejala akan hilang jika meminum
alcohol lagi, karena sudah mengalami ketergantungan.
3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih, cemas
dan insomnia?
- Pasien kecanduan minum alcohol : alcohol GIT (lambung), pada lambung terdapat
barrier, pada alcohol dapat merudak pertahanan barrier ketika ada kerusukan atau
pertahanan mukosa lambung menurun akan menyebabkan pepsin asam merusak
barrier lambung, asam lambung menjadi meningkat anoreksia.
Ketika lambung sudah meradang akan mengirim impuls ke otak melalui nervus
vagus dan reseptor 5HT3 menimbulkan respon mual
- Alkohol masuk hingga ke lambung lambung sekresi mucus katup pylori
menutup lama diabsorbsi oleh lambung memicu spasme pylorus mual dan
muntah. Karena mencegah agar tidak masuk ke usus halus karena pertahanannya
lebih lemah.
- Kadar alcohol yang dapat menimbulkan mual jika >10%, normalnya kadar 10 %
dalam tubuh masih dapat ditolerasi.
- Hipotalamus bertanggung jawab untuk control suhu tubuh dan keringat, alcohol
memiliki efek untuk merangsang vasodilasi pembuluh darah perifer di hipotalamus
dan memicu kulit untuk produksi keringat berlebih.
- Alkohol memiliki efek pseudo cushing syndrome, ketika tingginya kadar kortisol
dalam tubuh hiperkortisolism cemas, depresi, meningkatkan tekanan darah
- Rapid Eye Movement pada fase tidur, alcohol mampu mengganggu REM
menurunkan sehingga mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan pada fase tidur dalam,
alcohol tidak membantu masalah tidur.
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos sekolah
dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
- Etanol yang terkandung dalam alcohol mengaktivasi pengeluaran dopamine
efek senang candu. Adanya stressor psikososial, saat konsumsi alcohol dapat
menimbulkan euphoria, otak akan berpikir alcohol dapat mengurangi tekanan dan
masalah.
- Etanol juga dapat menghambat GABA.
- Sindrom ketergantungan fisik : Diketahui jika ada toleransi atau gejala putus zat
(symptom withdrawal), toleransi itu ketika menurunnya pengaruh dari NAPZA atau
alcohol setelah pemakaian berulang, sehingga tubuh membutuhkan lebih agar
menimbulkan efek yang sama.
- Sindrom ketergantungan psikis : keadaan dimana pemakai alkohol memiliki
keinginan/dorongan yang kompulsif dalam menggunakan alcohol sehingga timbul efek
candu dan ketergantungan.
- Etiologi Psikologik
Seperti krisis yaitu suatu kejadian yang mendadak; konflik, suatu pertentangan batin;
tekanan khususnya dalam dirinya, seperti kondisi fisik yang tidak ideal; frustasi, suatu
kegagalan dalam mencapai tujuan; dan sudut pendidikan dan perkembangan seperti
salah asih, salah asah, salah asuh; dan tak perpenuhinya kebutuhan psikologik seperti
rasa aman, nyaman, perhatian, kasih sayang.
- Etiologi Sosio-kultural
Problem keluarga, problem dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan,
ekonomi, akses ke pelayanan kesehatan, problem hokum / criminal dan problrm
psikososial lainnya.
- Teori psikodinamik
tentang gangguan terkait alkohol berpusat pada hipotesis mengenai superego yang
terlalu keras. Menurut teori psikoanalitik, orang dengan superego keras yang
menghukum diri berpaling ke alkohol sebagai cara mengurangi stress, biasanya pada
kepribadian seorang pemalu, penyendiri, tidak sabaran, iritabel. cemas, hipersensitif,
dan terepresi secara seksual. ada tingkat yang tidak terlalu teoretis, alkohol mungkin
disalahgunakan sebagian orang untuk mengurangi ketegangan, ansietas, dan nyeri
psikis. Konsumsi alkohol juga dapat menimbulkan perasaan berkuasa dan peningkatan
harga diri.
Teori Sosiokultural
Beberapa situasi sosial biasanya mengarah ke minum berlebihan, dalam situasi ini,
minum secara sering dan berlebihan sering dianggap normal dan diharapkan secara
sosial.
Faktor Perilaku dan Pembelajaran
Seperti halnya faktor budaya dapat memengaruhi kebiasaan minum, begitu pula
kebiasaan dalam satu keluarga, khususnya, kebiasaan minum orang tua. Namun,
sejumlah bukti mengindi- kasikan bahwa kebiasaan minum dalam keluarga yang
memengaruhi kebiasaan minum anak-anaknya tidak terlalu berkaitan langsung dengan
timbulnya gangguan terkait alkohol dibanding yang diperkirakan sebelumnya. Dari
sudut pandang perilaku, aspek penguatan positif dari alkohol dapat menginduksi
perasaan sehat dan euforia serta dapat mengurangi rasa takut dan ansietas, yang dapat
mendorong untuk minum lebih lanjut.
Teori Genetik
Teori biologis dengan dukungan terbaik tentang alkoholisme berpusat pada genetika.
Salah satu temuan yang mendukung kesimpulan genetik adalah risiko mengalami
masalah alkohol serius tiga sampai empat kali lipat lebih tinggi pada kerabat dekat
seorang alkoholik. Angka masalah alkohol meningkat seiring dengan bertambah
banyaknya jumlah kerabat yang alkoholik, keparahan penyakit mereka, serta
kedekatan hubungan genetik dengan orang yang diteliti. Angka kesamaan, atau
konkordansi, untuk masalah terkait alkohol berat meningkat pada keturunan dari orang
tua alkoholik, bahkan bila anak-anaknya dipisahkan dari orang tua biologis segera
setelah lahir dan dibesarkan tanpa mengetahui masalah dalam keluarga biologis.
Risiko mengalami kesulitan terkait alkohol yang berat tidak meningkat bila diasuh
oleh keluarga angkat yang alkoholik.
Komorbid :
- Gangguan kepribadian anti sosial , memiliki hubungan yang erat dengan konsumsi
alcohol,
- Gangguan mood , 30-40% orang yang memilki gangguan terkait alcohol memiliki
kriteria untuk gg. Mood
- Anxietas , sekitar 25-30% peminum alcohol memenuhi kriteria anxietas, sebenernya
berupaya untuk mengurangi gejala, menimbulkan perasaan senang
11. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan,
tekanan darah 135/85 mmHg, suhu 37,5oC, laju pernafasan 26 x/menit, dan nadi 84
x/menit PF DBN
Tidak ditemukan adanya kelainan, hanya ada permasalahan dalam konsumsi alcohol.
12. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
13. Tahapan dalam penyalahgunaan napza
STEP 4
STEP 5
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan mental organic?
2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum
alcohol?
3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih,
cemas dan insomnia?
4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos
sekolah dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
6. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
8. Apa etiologi dan factor resiko dari scenario?
9. Apa saja klasifikasi gangguan mental akibat ketergantungan alcohol?
2. Mengapa pasien dibawa ke bangsal RSJ dengan keluhan kejang setelah minum
alcohol?
Ethanol mampu menekan syaraf pusat, mempengaruhi fungsi faal tubuh maupun
perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat
menenangkan, menghilangkan rasa sakit dan membius, tetapi juga dapat
merangsang dan rasa gembira yang berlebihan.
Alkoholisme terjadi akibat nafsu untuk mengkonsumsi alcohol yang bersifat
kompulsif, sehingga penderita akan meminum alcohol secara berlebihan dan
menjadi kebiasaan. Alcohol yang diminum dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan perasaan tenang, misalnya penderita akan lebih mudah
mengekspresikan emosi seperti rasa senang, sedih, dan marah, sedangkan
konsumsi alcohol dalam jumlah banyak dapat menyebabkan ekspresi jiwa yang
lebih bebas akibatnya fungsi fisik motoriknya terganggu, misalnya bicara cadel,
pandangan kabur sampai tidak sadarkan diri.
Neurotransmitter yang berperan dalam jalur kesenangan adalah dopamine dan
serotonin. Jalur dopamine menghasilkan hadiah, euphoria, dan kesenangan.
Jalur serotonin berperan terhadap mood, memori dan tidur. Ketika korteks
prefrontal menerima stimulus yang diinterpretasikan sebagai hadiah maka
impuls akan diteruskan ke VTA (Ventral Tegmental Area) kemudian
melepaskan dopamine ke seluruh system jalur kesenangan.
Alkohol, etanol dengan sifat kimianya mampu menembus sawar darah otak
sehingga dapat mengaktivasi pengeluaran dopamine secara langsung dari system
mesolimbic sehingga terjadi efek kekosongan etanol juga meningkatkan
pengeluaran dopamine secara tidak langsung melalui penghambatan
pengeluaran neurotransmitter GABA, peningkatan dopamine oleh alcohol
menyebabkan seseorang mengalami euphoria.
Laki-laki memiliki resiko menyalahgunakan alkohol lebih tinggi dari perempuan.
Hal ini karena laki-laki lebih cenderung memiliki kromosom satu dan empat yang
mengkode reseptor-reseptor GABAA , serotonin 1b, DRD4, tryptophan
hydroxilase dan neuropentida Y daripada perempuan. Kromosom ini merupakan
faktor genetik yang mempengaruhi midbrain (otak alkohol) dimana dapat
membuat seseorang menjadi ketagihan alkohol dan zat-zat adiktif lainnya.
3. Mengapa pasien 2 hari sebelum mengeluhkan mual, anoreksia, keringat berlebih,
cemas dan insomnia?
MUAL
Tubuh seseorang memiliki alat pelindung terhadap banyaknya kandungan
alcohol, jika konsentrasi alcohol di lambung terlalu tinggi maka mucus disekresi
dan katup pilorik akan menutup sehingga ini akan memperlambat absrobsi
dan mencegah alcohol masuk ke usus halus, yang tidak memiliki hambatan
absorbs yang signifikan dengan demikian sejumlah besar alcohol dapat tetap
tidak diabsorbsi dalam lambung selama berjam-jam lebih lanjut spasme
pylorus sering menyebabkan mual dan muntah.
Alkohol bersifat agak larut lemak sehingga zat ini dapat berdifusi melalui
Membrane lemak sel epitel yang melapisi bagian dalam lambung dan dapat
masuk ke darah melalui kapiler submucosa. Namun, alcohol diserap bahkan lebih
cepat oleh mukosa usus halus karena luas permukaan untuk penyerapan di usus
halus yang jauh lebih besar. Karena itu, peyerapan alcohol terjadi lebih lambat
jika pengosongan lambung tertunda sehingga alcohol lebih lama berada di
lambung yang penyerapannya lambat.
ANOREKSIA
Menurut [ CITATION LMO04 \l 1033 ] alkohol dapat mempengaruhi sistem opioid
endogen di otak Opioid endogen bertanggung jawab atas munculnya sensasi
menyenangkan (pleasure) dan memperkuat efek yang ditimbulkan dari alcohol
Selanjutnya, opioid akan merangsang sistem dopamin yang ada di otak
Dopamin sendiri bertugas mengatur berbagai perilaku apetitif manusia
Kemudian, pengaruh alkohol akan memunculkan berbagai keinginan seperti
makan, minum, hubungan seksual dan keinginan mengonsumsi zat psikoaktif
Konsumsi alkohol akan menganggu regulasi sistem dopamin dan dapat
menimbulkan keinginan yang tidak terkendali salah satunya kehilangan nafsu
makan dan minum.
SINDROM KETERGANTUNGAN
Berhubungan dengan sindrom putus zat 6 bulan pertama sehari satu gelas
lama kelamaan meningkat mengakibatkan toleransi sensitisasi dari alcohol
berefek berkurang tiap harinya dan timbul gejala2 yang bertolak belakang
kejang, delirium, hiperaktifitas otonom seperti cemas dan berkeringat
BERKERINGAT
Konsumsi alkohol yang banyak menurunkan fungsi respons dari tubuh, Saat
minum alkohol, tubuh akan terasa hangat karena sifat alkohol yang
melebarkan pembuluh darah atau disebut vasodilator terutama pembuluh
darah kapiler di bawah permukaan kulit sehingga hal ini mengakibatkan
volume darah akan meningkat di permukaan kulit sehingga merubah suhu
pada pembuluh darah sehingga rangsangan tersebut akan diteruskan oleh
saraf simpatik kekelenjar keringat sehingga membuat pasien merasa lebih
hangat dan tubuh akan berkeringat kondisi ini bisa dilihat dari wajah
seseorang yang menjadi kemerahan saat minum alcohol.
Sumber : Wand, L. M. (2004). Physiology & Behaviour. Opioids and alcoholism; Pengaruh
Alkohol Terhadap Kesehatan, SEMNAS Universitas Pendidikan Ganesha,
Singaraja 2012.; Farmakologi Klinik di University of Iowa, Amerika Serikat, dr.
William Haynes; Dampak Mengkonsumsi Alkohol terhadap Kesehatan Lambung,
Majority | Volume 8 | Nomor 2 | Desember 2019.
4. Mengapa pasien memiliki keinginan kuat untuk selalu konsumsi alcohol?
Ketergantungan meminum alcohol dapat disebabkan oleh beberapa factor salah
satunya yaitu dari factor individu. Ketika seseorang itu mudah murung, pendiam,
pemalu, sering depresi maka percaya diri mereka akan berkurang sehingga
akibatnya mereka sering dibully oleh teman-temannya Hal ini akan mudah
dipengaruhi oleh orang lain, salah satunya adalah untuk meminum alcohol
sehingga seseorang tersebut lama kelamaan akan merasakan hal yang beda dan
keenakan sehingga lama kelamaan seseorang akan kecanduan akan alcohol,
dan berupaya untuk mendapatkannya dengan cara apapun sehingga
mereka berani melakukan apapun/menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan barang tersebut.
Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).
Sumber : Efek Dari Pecandu Alkohol Terhadap Peningkatan Kerusakan Hati, Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta, BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober
2011; TINGKAT STRES DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA LAKI-
LAKI, Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
5. Bagaimana hubungan riwayat sering bertengkar dengan keluarga dan membolos
sekolah dengan konsumsi alcohol terus-menerus?
Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).
Pecandu alkohol sering dihubungkan dengan masalah kontrol diri yang rendah.
Hal tersebut dikarenakan seorang pecandu alkohol yang sangat peka terhadap
minuman keras dapat mengalami perubahan tingkah laku yang nyata, yaitu
menjadi agresif dan cenderung melawan orang lain walaupun ia hanya
mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Seseorang yang berada dalam pengaruh
alkohol ini sering tidak mampu untuk mengendalikan diri (melakukan kontrol
diri) sehingga sering melakukan tindakan yang emosional yang menimbulkan
suatu tindakan kriminal (perkelahian).
Sumber : Efek Dari Pecandu Alkohol Terhadap Peningkatan Kerusakan Hati, Fakultas
Kedokteran UPN Veteran Jakarta, BINA WIDYA, Volume 23 Nomor 1, Edisi Oktober
2011; TINGKAT STRES DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA LAKI-
LAKI, Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
6. Apa saja efek yang ditimbulkan alcohol pada tubuh?
Kriteria diagnosis
No Intoksikasi alkohol Sindrom ketergantungan Sindrom putus obat
. (withdrawal syndrome)
1. Baru saja menggunakan Berlaku selama 12 bulan Penghentian atau
alkohol atau 1 tahun pemutusan obat sudah
lama dan berat
2. Perilaku maladaptive/ Manifestasi : 2 atau lebih tanda
perilaku yang fisiologis - Peningkatan berikut ini yang
berubah secara klinis konsumsi alcohol berkembang dalam
berkembang selama dari biasa beberapa jam sampai
atau setelah meminum - Ada keinginan beberapa hari dari
alkohol menetap atau kriteria di poin 1 :
kegagalan dari - Hiperaktivitas
penghentian otonom
meminum alcohol - Peningkatan
- Peningkatan waktu tremor tangan
yang dihabiskan - Insomnia
untuk mencari - Mual muntah
menggunakan atau - Halusinasi atau
sembuh dari ilusi
efeknya - Penglihatan raba
- Keinginan atau atau dengar
ngidam untuk - Agitasi
mengonsumsi psikomotor
alcohol - Kecemasan
- Kegagalan - Kejang grandma
memenuhi
kewajiban peran
- Penggunaan
berlanjut walau ada
masalah sosial
karena alcohol
- Ada penurunan
aktifitas sosial,
pekerjaan, dan
rekreasi
- Penggunaan alcohol
berulang walau
dalam situasi yang
berbahaya
- Melanjutkan
penggunaan walau
mengetahu resiko
yang berbahaya
- Toleransi /
penurunan
sensitifitas dari
alcohol (minum
banyak tapi ga
mabuk)
- Gejala putus obat
3. 1 atau lebih tanda Gejala dalam kriteria
berikut ini selama atau poin ke-2
segera setelah menyebabkan
penggunaan alcohol : penderitaan secara
- Bicara cadel klinis atau gangguan
- Inkoordinasi fungsi social
- Gaya berjalan
tidak mantap
- Nystagmus
- Gangguan atensi
dan daya ingat
- Stupor atau koma
4. Gejala tidak disebabkan Gejala tidak
kondisi medis umum disebabkan kondisi
dan tidak diterangkan medis umum dan tidak
oleh gangguan mental diterangkan oleh
lain gangguan mental lain
5. Penggunaan Penghentian
berlebihan, efek yang penggunaan secara
muncul yaitu efek mendadak, munculnya
farmakologisnya efek berlawanan
dengan efek intoksikasi
Sumber :Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5,
Dr.dr.Rusdi Maslim SpKj,MKes. Tahun 2013 halaman 20-21; Cahyaningsih FR, Anisa
Wahyuni | Gangguan Mental Organik pada Laki-Laki Usia 17 Tahun, Medula |
Volume 9 | Nomor 4 | Januari 2020, Bagian Ilmu Kedokteran Kesehatan Jiwa,
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
11. Apa hubungan dari hasil pemeriksaan fisik dengan gejala yang dialami pasien?
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan kelainan, tekanan darah 135/85
mmHg : hipertensi
Konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah sedang dapat menyebabkan efek
antiansietas dan menyebabkan kehilangan inhibisi perilaku dalam suatu rentang
dosis yang luas. Tanda intoksikasi pada tiap individu bervariasi, mulai dari efek
eksitasi dan meluapluap hingga perubahan mood yang tidak terkontrol dan
gejolak emosi yang dapat disertai kekerasan. Pada kasus intoksikasi yang lebih
lanjut, fungsi sistem saraf pusat secara umum akan terganggu dan kemudian
menimbulkan kondisi anestesi umum pada tubuh. Akan tetapi, batas antara efek
anestetik dan efek letalnya dari kecil.8 Etanol adalah molekul yang larut dalam
air dan diserap dengan cepat pada saluran pencernaan. Puncak konsentrasi
etanol dalam darah dapat dicapai dalam waktu 30 menit setelah ingesti etanol
dalam keadaan lambung kosong. Volume distribusi untuk etanol mendekati total
air dalam tubuh (0,5-0,7 l/kg). Karena absorpsi dari usus halus lebih cepat
dibandingkan dari lambung seperti penundaan pengosongan lambung, misalnya,
karena adanya makanan dalam lambung, dapat memperlambat absorpsi etanol.
Dengan dosis alkohol secara oral yang setara, wanita memiliki konsentrasi
puncak yang lebih tinggi daripada pria. Hal ini disebabkan karena wanita
memiliki total kadar air tubuh yang lebih rendah dari pria dan karena perbedaan
dalam first-pass metabolism.
Metabolisme alkohol menjadi senyawa acetaldehyde dalam tubuh dibagi
menjadi 2 jalur, yaitu melalui :
1. Jalur alkohol dehidrogenase
2. Jalur Microsomal Ethanol-Oxidizing System (MEOS).
Acetaldehyde lalu dioksidasi menjadi asetat oleh proses metabolisme yang
ketiga. Jalur utama untuk metabolisme alkohol melibatkan alkohol
dehidrogenase (ADH), golongan cytosolic enzyme yang mengkatalisis konversi
alkohol menjadi acetaldehyde. Enzim ini terletak terutama di hepar, namun
sejumlah kecil ditemukan di organ lain seperti otak dan lambung. Selama
konversi etanol oleh ADH menjadi acetaldehyde, ion hidrogen ditransfer dari
etanol ke kofaktor nicotinamide adenine dinucleotide (NAD+ ) untuk membentuk
NADH. Oksidasi alkohol yang dihasilkan melebihi reducing equivalents di hepar.
Kelebihan produksi NADH berkontribusi pada gangguan metabolisme pada
alkoholisme kronis, dan merupakan penyebab dari asidosis laktat maupun
hipoglikemia pada keracunan alkohol akut. Microsomal Ethanol-Oxidizing System
(MEOS) disebut juga mixed function oxidizing system, menggunakan NADPH
sebagai kofaktor dalam metabolisme etanol dan terdiri dari sitokrom P450 atau
disebut juga sebagai CYP seperti CYP2E1, CYP1A2 dan CYP3A4. Konsumsi alkohol
kronis akan menginduksi aktivitas MEOS. Akibatnya, konsumsi alkohol kronis
tidak hanya menimbulkan peningkatan yang signifikan dalam metabolisme
etanol, tetapi juga dalam metabolisme obat lain yang dilakukan oleh sitokrom
P450 dalam sistem MEOS, serta pembentukan produk sampingan beracun dari
reaksi sitokrom P450 seperti toksin, radikal bebas dan H2O2. Sebagian besar
acetaldehyde yang terbentuk dari alkohol dioksidasi di hepar dengan reaksi yang
dikatalis oleh mitochondrial NAD-dependent aldehyde dehydrogenase (ALDH).
Produk dari reaksi ini adalah asetat, yang akan dimetabolisme lebih lanjut
menjadi CO2 dan air atau digunakan untuk membentuk asetil KoA. Kombinasi
NADH yang meningkat dan asetil KoA yang lebih tinggi mendukung sintesis asam
lemak serta penyimpanan dan akumulasi triasilgliserida. Jumlah badan keton
dalam tubuh yang meningkat kemudian memperparah kondisi asidosis laktat
pada tubuh. Metabolisme etanol melalui jalur CYP2E1 menyebabkan
peningkatan NADP. Hal ini membatasi ketersediaan NADPH untuk regenerasi
glutathione (GSH) yang tereduksi sehingga meningkatkan stres oksidatif. Alkohol
merangsang peningkatan aksis hypothalamic pituitary adrenocortical (HPA).
Aktivasi aksis HPA merupakan komponen utama dari respon stres. Peningkatan
aksis HPA dipengaruhi oleh sejumlah variabel termasuk genotipe, jenis kelamin,
dan parameter dosis. Berdasarkan studi klinis dan praklinis, disregulasi fungsi
aksis HPA berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas sistem stres
ekstrahipothalamik di otak, sehingga secara signifikan mempengaruhi motivasi
untuk perilaku alcohol self-administration.
Pengaruh konsumsi alkohol terhadap individu berbeda-beda. Akan tetapi
terdapat hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol
Concentration- BAC) dan tingkatan efek yang ditimbulkannya. Euphoria ringan
dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya
konsentrasi alkohol di dalam darah. Orang yang aktif mengkonsumsi alkohol
beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik, sehingga mereka
mengabaikan efek buruknya. Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah
"mabuk" atau "teler", dimana kondisi ini sebenarnya adalah karakteristik
intoksikasi alkohol yang dapat menyebabkan cedera, kecacatan dan kematian.
Konsumsi alkohol yang berat dapat menyebabkan penurunan kesadaran, henti
nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol menyebabkan
hilangnya produktivitas kerja akibat disorientasi dan kecelakaan akibat
berkendara dalam keadaan disorientasi tersebut. Konsumsi alkohol juga memiliki
kaitan terhadap perilaku kekerasan dan tindak kriminal. Sebanyak 70%
narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan, dan
lebih dari 40% kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol.
Konsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang kemudian menetap menjadi hipertensi,
kerusakan jantung, stroke, kanker payudara, kerusakan hati, kanker saluran
pencernaan dan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu alkohol juga dapat
menyebabkan impotensi dan berkurangnya kesuburan, kesulitan tidur,
kerusakan otak dengan perubahan kepribadian dan suasana perasaan, gangguan
ingatan dan gangguan konsentrasi. Penggunaan alkohol yang terus menerus
dapat menimbulkan toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah keadaan
dimana seseorang yang mengkonsumsi alkohol harus meningkatkan dosis
penggunaan alkohol dari jumlah kecil menjadi jumlah besar, untuk mendapatkan
pengaruh yang sama. Ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol menjadi
bagian yang penting dalam kehidupan seseorang yang mengkonsumsinya,
dimana apabila konsumsi tersebut dihentikan, dapat menyebabkan berbagai
rentang gangguan kesehatan fisik dan psikis serta penurunan produktivitas hidup
pada orang dengan ketergantungan terhadap konsumsi alkohol tersebut.
Seseorang yang ketergantungan secara fisik terhadap alkohol, akan mengalami
gejala putus alkohol apabila menghentikan atau mengurangi jumlah
penggunaannya. Gejala biasanya terjadi mulai 6-24 jam setelah konsumsi yang
terakhir. Gejala ini dapat berlangsung selama 5 hari, diantaranya adalah
gemetar, mual, cemas, depresi, berkeringat, nyeri kepala dan sulit tidur.
12. Apa saja tatalaksana farmakologi dan psikoterapi yang diberikan pada pasien?
Psikoedukasi
Dapat diberikan terutama kepada keluarga pasien dan juga kepada pasien.
Psikoedukasi kepada pasien dan keluarga pasien perlu dilakukan agar keluarga
tahu mengenai keadaan pasien, penyebab keadaan pasien saat ini, rencana
terapi terhadap pasien kedepan, prognosis pasien serta tindakan apa saja yang
dapat membantu perkembangan pasien selanjutnya. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa dukungan keluarga sangat mempengaruhi prognosis
kepada pasien selanjutny
Konseling
Masalah emosional adalah alasan utama yang mendasari alkoholisme. Minuman
beralkohol membantu melupakan hal masalah yang sedang mereka hadapi
meski hanya sementara. Selama masa pengobatan, seorang konselor akan
membantu pasien mengatasi masalah emosional. Mereka juga akan memberi
dukungan selama masa sulit menjalani putus alkohol.
Kelompok dukungan
Banyak kelompok dukungan, seperti Alcoholics Anonymous (AA), memberikan
dukungan dan jalan keluar bagi pasien. Kelompok ini membiarkan mereka
berbagi tentang tujuan dan hambatan mereka dengan orang-orang yang melalui
peristiwa yang sama. Mereka berada di lingkungan aman yang tidak akan
menghakimi mereka. Memiliki tempat atau kelompok yang membuat pasien
merasakan dukungan, dapat membantu mereka untuk tetap termotivasi dalam
mempertahankan keadaan tidak mabuk.
Farmakologi
Benzodiazepin
Semua BZD dimetabolisme di hati dengan oksidasi dan / atau glukuronidasi, dan
beberapa di antaranya membentuk metabolit aktif secara farmakologis yang
bertanggung jawab untuk durasi kerja yang lama, seperti diazepam,
chlordiazepoxide, dan clorazepate. Oleh karena itu, BZD dan metabolit aktifnya
dapat dikategorikan menurut durasi efeknya: kerja pendek (<10 jam seperti
lorazepam, oxazepam, dan midazolam), kerja menengah (10-24 jam sebagai
clonazepam), atau kerja panjang (> 24 jam; clobazam, clorazepate, dan
diazepam). Metabolisme BZD terutama dikatalisis oleh isoenzim CYP yang
mungkin menjadi target interaksi obat-obat.
Non ‐ benzodiazepin