Anda di halaman 1dari 23

Presentasi Referat

Gangguan Mental Perilaku Akibat


Penggunaan Zat Stimulansia

Pembimbing : dr. Meidian Sari, Sp.KJ


Penyaji : Eka Oktaviani
NIM : 712018034

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
LATAR BELAKANG
Sejak masa prasejarah -> penggunaan zat -
>mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah
kondisi kesadaran.

Pada tahun 2016, di Indonesia hampir sekitar 2,2% penduduknya


atau setara dengan 4 juta orang penyalagunaan zat tersebut, salah
satunya adalah pemakaian obat-obatan stimulan, Stimulan
menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan.

obat stimulan SSP : amfetamin, kokain, dan kafein.


Obat-obat stimulan tersebut termasuk golongan obat terlarang karena mengakibatkan
pengguna menjadi orang bersifat dan berkelakuan melawan hukum dan ketagihan
1.Apa saja yang termasuk dalam obat-obatan stimulansia ?
2.Bagaimana cara mendiagnosis gangguan mental perilaku akibat
penggunaan zat stimulansia dari segi intoksikasi dan ?
3.Bagaimana terapi pada gangguan mental perilaku akibat
penggunaan zat stimulansia ?

1.Mengetahui apa saja yang termasuk dalam obat-obatan


stimulansia.
2.Mengetahui apa efek yang ditimbulkan dari penggunaan obat
stimulansia.
3.Mengetahui bagaimana mendiagnosis gangguan mental perilaku
akibat pengguaan zat stimulansia.
4.Mengetahui terapi yang diberikan pada kasus gangguan mental
perilaku akibat penggunaan zat stimulansia.
TINJAUAN
PUSTAKA
• Obat-obatan stimulan = bereaksi secara langsung
Definisi •
ataupun tidak langsung terhadap susunan saraf pusat.
Perangsangan SSP oleh obat pada umumnya melalui
dua mekanisme = mengadakan blokade sistem
penghambatan dan meninggikan perangsangan sinaps

• Obat stimulansia bekerja pada sistem saraf dengan


meningkatkan transmisi yang menuju atau meninggalkan
otak.
• Membuat otak lebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus.
Pupil akan berdilatasi (melebar).
• Nafsu makan akan sangat ditekan.
• Secara mental, pengguna akan mempunyai rasa percaya
Efek Obat Stimulansia diri yang berlebih dan merasa lebih senang.
• Meningkatkan denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan
darah.
• Bila berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental dan
kegelisahan, panik, sakit kepala, kejang perut, agresif dan
paranoid.
Penyalaguna Zat Ketergantungan Zat
Penyalagunaan zat adalah pemakaian zat indikasi Menurut WHO (World Health Organization), definisi
medik tanpa petunjuk atau resep dokter, digunakan ketergantungan zat adalah suatu keadaan baik
untuk pemakaian sendiri secara teratur atau berkala, mental maupun fisik, yang diakibatkan oleh adanya
sekurang-kurangnya selama satu bulan dan dapat interaksi antara organisme hidup dan zat
menciptakan keadaan yang tak terkuasai oleh
individu.

Jenis Ketergantungan :
 Ketergantungan fisik adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan gangguan fisik yang terjadi akibat dihentikannya
pemakaian zat.

 Ketergantungan psikis adalah suatu keadaan dimana


suatu zat dapat menimbulkan perasaan puas dan nikmat
sehingga mendorong seorang untuk memakainya lagi
secara terus menerus atau periodik, sehingga diperoleh
kesenangan atau kepuasan terus menerus
 PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III), Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif dikelompokkan dalam F1.

 Kelompok ini berisi gangguan yang bervariasi luas dan berbeda


keparahannya (dan intoksikasi tanpa atau dengan komplikasi,
penggunaan yang merugikan, sindrom ketergantungan, keadaan putus
zat, sampai gangguan psikotik yang jelas dan demensia), dan semua itu
diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif
(dengan atau tanpa resep dokter).
 Indentifikasi dari zat psikoaktif yang digunakan dapat dilihat
berdasarkan data laporan individu, analisis objektif dari spesimen urin,
darah dan sebagainya serta bukti lain seperti adanya sampel obat yang
ditemukan pasien, tanda dan gejala klinis, atau dari laporan pihak
ketiga.

 Banyaknya penggunaan obat menggunakan lebih dari satu jenis obat,


namun bila mungkin diagnosis gangguan harus diklasifikasikan sesuat
dengan zat tunggal (kategori dan zat) yang paling penting digunakannya
(yang menyebabkan gangguan yang nyata),
• Kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem
saraf pusat (SSP) stimulants
• amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya
meningkatkan aktivitas dan gairah hidup,
menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood,
meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan,
dan menurunkan keinginan untuk tidur.
Amfetamin  meningkatkan
pelepasan katekolamin  jumlah
neurotransmiter golongan monoamine
(dopamin, norepinefrin, dan serotonin)
dari saraf pra-sinapsis meningkat 
gejala psikotik
• Pada pengguna kokain, akan terlihat ia tidak mampu
mengendalikan diri.

• Secara mental akan terdapat gejala cemas, agitasi, mudah


marah meledak-ledak, gangguan tidur, mimpi aneh, makan
berlebihan, mudah tersinggung, mual, otot pegal hingga
letargia.
• Pada problem sosial akan terlihat pada masalah intrapersonal,
finansial, pekerjaan dan legal.

• Masalah intrapersonal seperti separasi perkawinan hingga


sampai perceraian, atau pertengkaran dalam rumah tangga.
 Zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi didunia.

 Kafein terkandung dalam minuman, makanan ataupun obat yang


diresepkan serta obat bebas.

 Secangkir kopi umumnya mengandung 100 sampai 150 mg kafein; teh


mengandung kurang lebih sepertiganya. Kokoa, coklat dan minuman ringan
mengandung jumlah kafein yang signifikan, cukup untuk menimbulkan
beberapa gejala intoksikasi kafein pada anak kecil bila mereka makan
sebatang permen atau minuman kola 12 ons.
 Dosis kafein sekitar 100 mg menginduksi euforia ringan pada manusia dan efek
perilaku mencari zat berulang. Namun dosis kafein 300 mg tidak bertindak sebagai
penguat positif, tetapi dapat menimbulkan peningkatan ansietas dan disforia ringan.

 Efek gangguan dan gambaran klinis dari penggunaan kafein adalah gangguan
ansietas dan gangguan waktu tidur
Diagnosis Intoksikasi Zat Amfetamin dan Kokain
Kriteria diagnosis DSM-IV untuk keadaan intoksikasi amphetamin /
kokain

1.Penggunaan amphetamin/kokain baru-baru ini.

2.Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara klinis


signifikan (cth., euforia atau penumpulan afek; perubahan sosiabilitas;
hipervigilans; sensitivitas interpersonal; ansietas, ketegangan, atau
kemarahan; perilaku streotipi; daya nilai terganggu; atau fungsi sosial atau
okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera setelah
penggunaan kokain.

15
Diagnosis Intoksikasi Zat Amfetamin dan Kokain
3.Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera setelah
penggunaan kokain:
a)Takikardia atau bradikardia
b)Dilatasi pupil
c)TD meningkat atau menurun
d)Berkeringat atau menggigil
e)Mual atau muntah
f)Bukti penurunan berat badan
g)Agitasi atau retardasi psikomotor
h)Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung
i)Kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, atau koma.
4.Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah: Dengan gangguan persepsi

16
Diagnosis Intoksikasi Kafein

Kriteria diagnosis DSM-IV untuk intoksikasi kafein.


1.Riwayat baru saja mengkonsumsi kafein, biasanya melebihi 250 mg (lebih dari 2-3 cangkir
kopi seduh)
2.Lima (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan kafein:
a)Gelisah
b)Gugup
c)Eksitasi
d)Insomnia
e)Muka merah
f)Diuresis
g)Gangguan gastointestinal
h)Kedutan otot
i)Alur pikir dan pembicaraan meracau
j)Takikardia atau aritmia jantung
k)Periode tidak merasa lelah
l)Agitasi psikomotor
3.Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial,
okupasional atau area fungsi penting lain yang signifikan secara klinis.
Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain (contoh suatu gangguan ansietas)

17
Kriteria diganosis DSM-IV untuk keadaan putus zat Amfetamin dan
kokain.
1.Penghentian (atau pengurangan) konsumsi kokain/amfetamin (atau zat
terkait) yang telah berlangsung lama dan berat.
2.Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, timbul
dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah kriteria A:
a)Kelelahan
b)Mimpi yang tidak menyenangkan dan sangat jelas
c)Insomnia atau hipersomnia
d)Peningkatan nafsu makan
e)Agitasi atau retardasi psikomotor
3.Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang
secara klinis signifikan dalam fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi
penting lain.
4.Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Kriteria diganosis DSM-IV untuk keadaan putus zat kafein.
1.Konsumsi harian kafein yang berkepanjangan
2.Penghentian mendadak konsumsi kafein atau pengurangan jumlah kafein yang
dikonsumsi, yang segera diikuti sakit kepala dan satu (atau lebih) gejala berikut:
a)Kelelahan atau rasa mengantuk yang nyata
b)Ansietas atau depresi yang nyata
c)Mual dan muntah.
3.Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial,
okupasional atau area fungsi penting lain yang signifikan secara klinis.
Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu kondisi medis
umum (contoh, migren, penyakit virus) dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Suatu pelayanan rehabilitasi dengan memadukan konsep dari
berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga
dapat memfasilitasi korban narkotika dalam mengatasi
masalahnya dari aspek bio, psiko, sosial, dan spiritual.

1. Pendekatan awal
2. Penerimaan
3. Assessment
4. Resosialisasi
5. Penyaluran dan bimbingan lanjut (After care)
6. Terminasi

Terdapat Gangguan Psikotik -> Antipsikotik


Gangguan cemas -> anti-anxietas
Gangguan depresif -> anti-depresan
KESIMPULAN


KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai