Anda di halaman 1dari 8

Materi XI Psikofarmakologi

Pokok Bahasan : Pengertian Psikofarmakologi Penjelasan penyakit jiwa, neurotransmitter dan penggunaan obat-obat psikotropik Gejala sasaran dalam pengobatan gangguan jiwa Pengelompokan obat psikotropika Efek samping obat psikotropika

Pendahuluan Sejak dekade 19801990an banyak sekali perkembangan baru di bidang psikofarmakologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari obat-obatan yang berpengaruh terhadap fungsi-fungsi mental dan perilaku (psychoactive drugs) yang dipantau dengan banyaknya obat yang masuk obat-obatan golongan tersebut dalam pasaran farmasi Indonesia. Dengan sendirinya akan diikuti gencarnya promosi dari perusahaan farmasi tersebut, dengan menggunakan macam-macam dalih yang memperkuat dukungan untuk menggunakan obat tersebut (Maslim dalam Ardani, Rahayu dan Sholichatun, 2007). Disamping itu, ada kenyataan dalam masyarakat yang menyalahgunakan obat psikotropik untuk kepentingan diri sendiri (non medical use) yang menyertai masalah sosial, seperti tindakan kriminal dan kenakalan remaja, menyebabkan ada pandangan yang mengkhawatirkan manfaat kehadiran obat psikotropik dan menimbulkan citra buruk dari obat tersebut.

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Penyakit Jiwa, Neurotransmitter, dan Penggunaan Obat-Obatan Psikotropik Psikofarmakologi adalah ilmy yang mempelajari efek obat pada perilaku manusia dan bagaimana efek itu terjadi melalui perubahan aktifitas neural (saraf). Psikofarmakologi mempelajari obat-obatan khusus yang dinamakan obak psikotropik, obat yang memiliki efek pada otak dan memiliki dampak terapeutik langsung pada proses mental. Menurut Olson (dalam Ardani, Rahayu dan Sholichatun, 2007) penyakit atau gangguan jiwa adalah penyakit neurotransmisi atau penyaliran listrik-kimiawi-listrik antar neuron. Ia membedakannya ke dalam dua kelompok berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya. Pertama, karena banyak terlalu banyak neurotransmisi. Kedua, terlalu sedikit neurotransmisi. Penyakit atau gangguan jiwa karena terlalu banyak neurotransmisi dapat disebabkan oleh dua hal : pertama, neuron terlalu mudah terangsang (hyperexcitable). Kedua, terlalu banyaknya neurotransmitter pada reseptor pasca sinaps. Masyarakat seringkali tidak dapat membedakan antara obat psikotropika dengan narkotika. Obat psikotropika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku. Obat psikotropika biasanya digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik. Obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada susunan syaraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri. Obat narkotika biasanya digunakan untuk analgesic (anti rasa sakit), antitusif (mengurangi batuk), anti pasmodik (mengurangi rasa mulas dan mual) dan pramedikasi anastesi dalam praktek kedokteran (Maslim dalam Ardani, Rahayu dan Sholichatun, 2007). Ada beberapa hal yang mungkin terjadi yang berkaitan dengan penggunaan obat psikotropika yang diberikan oleh dokter: o Adakalanya pasien mengurangi dosis yang dianjurkan dengan alasan terganggu oleh rasa kantuk yang disebabkan obat. Beberapa pasien lain menganggap bahwa hanya dengan sekali minum obat mereka

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

akan sembuh, inilah yang menyebabkan obat yang diberikan oleh dokter menjadi sia-sia. o Pemberian obat psikotropika haruslah sesuai dengan dosis tertentu dan memperhatikan efek samping yang mungkin terjadi. Bila suatu obat tidak cocok, pasien perlu kembali ke dokter yang sama untuk mendapatkan penjelasan mengenai obat tersebut. o Beberapa pasien dan keluarga sangat percaya pada obat sehingga melupakan atau mengabaikan psikoterapi. Yang perlu diiingat adalah bahwa tujuan dari pemberian obat psikotropika ialah menghilangkan atau mengurangi gejala sasaran bukan menyembuhkan. o Beberapa pasien lain tidak berani mengkonsumsi obat psikotropika karena takut ketergantungan. Pasien-pasien ini selalu menghindar dari psikiater bahkan memilih untuk mengambil pengobatan alternatif.

Gejala dan Sasaran dalam Pengobatan Gangguan Jiwa Diatas telah disebutkan bahwa obat-obatan psikotropik tidak menyembuhkan suatu penyakit atau gangguan melainkan hanya untuk mengurangi atau menghilangkan gejalan sasaran. Berikut adalah beberapa gejala sasaran untuk beberapa gangguan jiwa. 1. Gangguan Depresi Gejela sasaran pada gangguan depresi ialah : simtom neurovegetatif (tidur, nafsu makan) simtom psikomotor (ekspresi wajah, tangan, tubuh secaa keseluruhan) Perubahan suasana hati Perubahan konsentrasi, atensi dan memori Pikiran depresif, rasa bersalah, ruminasi (terus menerus mengingat hal-hal tak enak dari masa lalu)

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Simtom psikotik

Semua simtom ini menyebabkan kelemahan sosial. Pengobatan untuk dilakukan untuk mengurangi terjadinya gejala sasaran diatas dengan tujuan memperbaiki penyesuaian sosial. Menurut penelitian, symptom yang paling cepat efek intervensinya adalah simtom neurovegetatif yaitu 10 14 hari. Untuk simtom psikomotor, dengan dosis yang tepat perubahan dapat terjadi dalam 714 hari. 2. Gangguan Mania Gejala sasaran pada gangguan mania adalah : Kegiatan psikomotorik yang tinggi (yang harus dikurangi) Pressure of speech yaitu bicara cepat, mengalir dan penuh semangat yang sulit untuk dihentikan Kurang tidur dan istirahat

3. Gangguan Psikosis Gejala sasaran pada gangguan psikosis yang berhubungan dengan gejala / simtom arousal, afek, aktivitas psikomotor, pikiran (formal dan isi) dan penyesuaian sosial. Simtom arousal ditandai oleh agitasi, kecemasan, kewaspadaan (vigilance) dan disorientasi. Simtom-simtom sasaran ini dapat hilang dalam waktu 35 hari. Simtom afektif, meliputi: agresifitas, kecemasan, depresi, membual (grandiosity), negatifisme, kecenderungan bunuh diri. Simtom afektif ada yang bersimtom arousal dan dapat membaik 13 minggu. Gangguan motorik yang sifatnya tingkah laku, agitasi akan cepat hilang, namun katatonia, hiperaktitas sukar hilang.

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Simtom gangguan berpikir normal, terbagi atas gangguan kelancaran berpikir dan simtom negative. Gangguan kelancaran berpikir adalah asosiasi longgar. Simtom simtom dapat berubah dengan perbaikan dalam gangguan afektif dan arousal. Simtom negative yakni pikiran miskin, sikap non komunikatif, cenderung tidak dapat berubah sedramatis yang tersebut diatas. Gangguan isi pikiran meliputi: delusi, halusinasi, pikiran paranoid, perasaan terhadap hal-hal yang tidak nyata. Bila akut dapat hilang dalam beberapa hari hingga 1 minggu. 4. Gangguan Kecemasan Kecemasan atau anxiety merupakan pola perasaan dan tingkah laku yang kompleks. Pola ini mencakup 3 komponen utama, yaitu : reaksi subjektif atau reaksi kognitif misalnya khawatir, bimbang; tingkah laku yang tampak atau overt behavior misalnya badan gemetar; reaksi fisiologis internal misalnya meningkatnya denyut jantung atau keluar keringat dingin. Ketiga komponen ini saling berinteraksi misalnya cemas akan berpidato di depan kelas akan meningkatkan denyut jantung. Sebaliknya jantung yang berdebar keras bisa semakin meningkatkan kecemasan.

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Ada kecemasan yang adaptif (normal), ada yang maladaptive (abnormal). Kecemasan adaptif sifatnya konstruktif karena mampu mendorong motivasi seseorang untuk meningkatkan efisiensi dan prestasi. Misalnya cemas mendapat nilai jelek dalam ujian akan memotivasi mahasiswa untuk belajar. Sebaliknya kecemasan yang berlebihan sangat merugikan misalnya atlit yang sangat cemas saat bertanding justru akan terganggu performancenya karena membuatnya sering melakukan kesalahan. Kecemasan yang berlebihan adalah satu kecemasan maladaptive. Berikut ini akan dibahas masalah bebeberapa gangguan kecemasan (anxiety disorder) yang dicirikan oleh kecemasna yang maladaptive yaitu : gangguan panic (GP) gangguan fobia (GF) gangguan obsesif kompulsif (GOK) gangguan stress pasca trauma (GSPT) gangguan stress menyeluruh (GCM)

Sesuai dengan sebutannya, gangguan kecemasan ditandai oleh kecemsan dan tingkah laku menghindar pada GP dan GCM dengan agoraphobia, gejala tingkah laku menghindar yang lebih menonjol. Pada GF, penderita mengalami kecemasan bila dihadapkan pada objek atau situasi yang menakutkan. Pada GOK, kecemasan dialami bila penderita berusaha menahan obsesi maupun kompulsinya. Sedangkan pada GSPT gejala yang menonjol adalah pengulangan kembali pengalaman traumatic diikuti gejala kecemasan dan tingkah laku menghindar.

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Gangguan kecemasan merupakan jenis gangguan mental yang paling banyak diderita adalah gangguan fobia sosial. Sedangkan dilihat dari jumlah penderita yang paling banyak mencari pertolongan adalah penderita gangguan panik.

Pengelompokan Obat Psikotropik Menurut Maramis (dalam Ardani, Rahayu dan Sholichatun, 2007), obat psikotropik dikelompokkan menjadi 4 kelompok : 1. Penenang (tranquilizer), kelompok obat ini mempunyai efek anti cemas, anti tegang dan anti agitasi 2. neuroletik (melumpuhkan saraf), memiliki efek anti schizophrenia, anti psikosa dan juga anti ccemas, anti tegang dan anti agitasi. 3. Anti depresan. Terdiri dari dua kelompok; kelompok timoleptika dan thimerelika. Kelompok pertama menurunkan depresi dan juga menimbulkan efek anti cemas, anti tegang dan anti agitasi. Kelompok kedua mengurangi depresi dan mengaktifasi dan menghilangkan hambatan. 4. Psikomimetika (meniru psikosis). Efek yang ditimbulkan adalah gejala psikotik. Efek Samping Obat Psikotropika Efek samping obat psikotropika bermacam-macam, antara lain terjadi hipotensi ortostatik yakni tekanan darah turun ketika seseorang dalam posisi berdiri. Ada juga efek samping berupa gejala neorologik, seperti gemetar, gejala penyakit Parkinson, gangguan pengendalian gerakan antara lain; pada gerakan mata, lidah (sering keluar tidak terkendali), sukar menelan.

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Efek samping lain adalah gangguan autinimik, fegetatif atau hormonal, seperti mengantuk, lelah, mulut kering detak jantung menjadi cepat, sukar buang air kecil dan buang air besar, gangguan menstruasi, perasaan mabuk, penurunan potensi seks. Ada juga efek samping berupa gangguan psikiatrik, misalnya menjadi hipomanik (gembira berlebihan), atau terlihatnya sindroma otak organik akut.

Kesimpulan Psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari efek obat pada perilaku manusia dan bagaimana efek tiu terjadi melalui perubahan aktivitas neural (saraf). Psikofarmakologi mempelajari obat-obatan khusus yang dinamakan obat psikotropik, obat yang efeknya pada otak, yang memiliki dampak terapeutik langsung pada proses mental. Penyakit atau gangguan jiwa adalah penyakit neurotransmisi atau penyaliran listrik-kimia-listrik antar neuron. Ia membedakannya ke dalam dua kelompok berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya. Beberapa gejala sasaran untuk beberapa gangguan jiwa aalah gangguan depresi, gangguan mania, gangguan psikosis, gangguan kecemasan. Efek samping obat psikotropika bermacam-macam, antara lain terjadinya hipotensi ortostatik yakni tekanan darah turun ketika seseorang dalam posisi berdiri. Ada juga efek samping berupa gejala neurologik, seperti gemetar, gejala penyakit Parkinson, gangguan pengendalian gerakan antara lain; pada gerakan mata, lidah (sering keluar tidak terkendali), sukar menelan. Obat psikotropik dikelompokkan menjadi empat kelompok : penenang, neuroletik (melumpuhkan saraf), anti depresan, psikomimetika (meniru psikosis).

11

Psikologi Klinis dan Kesehatan Filino

Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana

Anda mungkin juga menyukai