org/beritalengkap/pressreleasepenanganankegawatdaruratangangguan
jiwapsikiatri/
Pengurus Pusat
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
Indonesian Psychiatric Association
Press Release PP PDSKJI
Terkait dengan maraknya pemberitaan di media massa akhirakhir ini yang menyebutkan istilahistilah
sebagai berikut :
Gangguan Jiwa
Pemasungan
Gila
Suntik membuat gila dan halunasi
Pemberian Obat Injeksi ( efek utama, efek samping : mengantuk )
Mengalumonia delusional
Peran pskiater dalam menentukan suntik mati
Persetujuan tindakan medis
Maka untuk kepentingan edukasi kepada masyarakat, kami menjelaskan bahwa :
1. Gangguan Jiwa
Definisi gangguan jiwa menurut pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di indonesia ke
III ( PPDGJ III ) adalah : adanya sekumpulan gejala atau perilaku yang dapat ditemukan secara klinis,
yang menimbulkan penderitaan ( distress) dan terganggunya fungsi seseorang.
Sedangkan orang yang mengalami gangguan jiwa disebut orang dengan gangguan jiwa ( ODGJ ).
Menurut Undangundang kesehatan Jiwa , ODGJ adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku dan perasaan yang termanifestasi dalam sekumpulan gejala dan atau perubahan
perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalakan fungsi
orang sebagai manusia.
2. Pemasungan
Adalah segala bentuk tindakan yang menghalangi setiap orang dengan gangguan jiwa memperoleh dan
melaksanakan hakhaknya sebagai warga negara. Hakhak tersebut meliputi hak memperoleh
kehidupan sosial. Pemasungan dilakukan dengan cara menggunakan cara pengikatan atau pengisolasian
. pengikatan merupakan semua metode manual yang menggunakan materi atau alat mekanik yang
dipasang atau ditempelkan pada tubuh dan membuat tidak dapat bergerak dengan mudah atau yang
mebatasi kebebasan dalam menggerakkan tangan , kaki atau kepala. Pengisolasian merupakan tindakan
mengurung sendirian tanpa persetujuan atau dengan paksa, dalam suatu ruangan atau area tersebut.
3. Gila
Istilah gila tidak dikenal dalam ilmu kedokteran jiwa , namun masyarakat awam sering menyebutkan
kata gila untuk seseorang dengan ketidakmampuan menilai realita, misalnya seseorang dengan gejala
gejala waham dan halusinasi.
4. Pemberian obat termasuk suntikan
Pemberian obat dengan suntikan bertujuan untuk meredakan atau mengatasi gejala waham, halunasi
dan gaduh gelisah. Pemberian obat dengan suntikan adalah merupakan bagian dari standar pelayanan
kedokteran jiwa / psikiatri. Dalam kondisi yang berpotensi membahayakan diri sendiri atau orang lain
atau pasien tidak koperatif dalam pengobatan, psikiater dapat memberikan obat suntikan/injeksi
tersebut dengan tujuan diperoleh efek dan manfaat yang cepat dan melakukan perawatan secara rawat
inap.
Jadi pemberian obat dengan cara suntikan bukan menyebabkan pasien “ menjadi gila dan
berhalusinasi,” namun sebaliknya pemberian obat dengan cara suntikan dapat mengendalikan dan
memperbaiki gejala gangguan jiwa secara cepat.
5. Pemberian Obat suntikan/injeksi
Pemberian obat baik dengan cara diminum atau disuntik bertujuan mengendalikan penyakit dan gejala
gejalanya . Namun demikian, beberapa obat yanng diperoleh ODGJ menimbulkan gejala yang kurang
menyenangkan diluar tujuan utama manfaat obat tersebut. Misalnya mengantuk yang berlebihan atau
turunnya tekanan darah.
6. Megalomania delusional
Untuk menentukkan seseorang memiliki waham ( delusion ) atau tidak, seorang pskiater harus
melakukan serangkaian wawancara dan pemeriksaan yang seksama dan akurat. Psikiater tidak dapaat
menentukkan ada tidaknya gangguan jiwa hanya dengan mendengar atau melihat tayangan yang ada di
media massa dan membuat kesimpulan.
7. Peran psikiater dalam menentukkan suntik matti
Di Indonesia saat ini tidak kenal aturan tentang euthanasia, sehingga psikiater tidak bisa memeberikan
pendapat atau rekomendasi perihal suntik mati.
8. Persetujuan rawat inap
Setiap orang yang akan mendapat penatalaksanaan medis perlu membuat persetujuan tindakan medis.
Hal ini juga berlaku bagi ODGJ yang memerlukan perawatan inap di RS.
Namun, bila ODGJ berada dalam keadaan yang tidak cakap akibat penyakitnya maka pesetujuan
tindakan medis dapat diberikan oleh :
1. Suami/Istri
2. Orang tua, anak, atau saudara sekandung yang paling sedikit berusia 17 tahun.
3. Wali, atau
4. Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundangundangan.
https://dokmud.wordpress.com/2009/10/27/pengobatandipsikiatri/
Pengobatan Dalam psikiatrik terdiri dari :
1. Pengobatan fisik
2. Pengobatan Mental ( Psikotherapi )
ü Pengobatan Fisik :
1. Obat – obat ( Psikotroppik )
2. ECT ( Electro Convulsion therapi )
ü Psikotropika :
Adalah obat yang bekerja secara selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas
mental & prilaku, digunakan untuk therapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf
kualitas terhadap pasien
ü Narkotika :
Adalah obat yang bekerja secera selektif pada SSP dan mempunyai efek utama terhadap penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,
digunakan untuk analgesik, epitutis, anti spasmodik dan premedikasi anestesi dalam praktek
kedokteran
ü Zat Psikoaktif
Zat yang menimbulkan sindrom ketergantungan
ü Jenis Obat Gejala sasaran
– Anti Psikosis – Psikosis
– Anti depresi – Depresi
– Anti Mania – Mania
– Anti Insomnia – Insomnia panik
– Anti Obsesif Kompulsif – Obsesif Kompulsif
ü Efek Primer à Efek pada gejala sasaran
Efek sekunder à Efek samping
Keduaduanya à Bersamasama digunakan untuk tujuan
therapi
Efek idiosinkerasi à Hipersensitivitas (Fungsi Individual)
Efek Fotik à Disebabkan Over dosis
Anti Psikotik
1. 1. Chlopromazine ( Largotil, Progmotil )
– Bentuk : – Tablet : 25 mg, 100 mg
– Suntikan : 25 mg/cc
– Indikasi :
– Anti psikosis
– Premedikasi dalam anesstesi
– Mengurangi gejala emesis
– Kontra iindikasi :
– Tidak boleh diberikan pad pasien
– Koma
– Efek samping :
1. Kardiovaskuler
Hipotensi ortostatik, aritmia kordis, takikardi
1. Hematologi
Agranulositosis, Thrombositopenia
1. Extra pyramidal :
– Parkinsonisme
Jalan tidak stabil, tangan gemetar, otototot ksku, hipersalivasi
– Diskinesia
Gerakan sterotipi yang berirama pada lidah dan mulut
– Distonia
Kesulitan untuk membuka mulut & menelan
– ( Diskenia Tandiv ) – Irreversibel – Gerakan berulang invollunter pada lidah, wajah, mulut, rahang,
dan anggota gerak menghilang pada waktu tidur
1. Mata & Kulit
– Penglihatan berkabut, bola mata terbalik ke atas
– Reaksi kulit alergi, ikterik
– Gangguan otonomik ( Lainnya ) : Mulut kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat,
sakit kepala
1. 2. Trufloferatine
– Bentuk : Tablet 1 mg – 5 mg
– Indikasi : Bisa diberikan pada pasien dengan gangguan organik & gejala psikotik menarik diri
– Kontra indikasi : Pasien koma, kelainan darah, kelainan fungsi sumsum tulang, gangguan hepar
– Efek samping : Gejala extra pyramidal
1. 3. Thioridazine
– Bentuk : Tablet 10 mg, 24 mg, 50 mg, 100 mg
– Indikasi : Psikosis, Amnesis
– Konta iindikasi : Koma, kelainan darah, terhadap plenofzine
– Efek Samping : Calopomazine
1. 4. Flupemazine
– Bentuk : tablet 1 mg, 2,5 mg, 5 mg. Sediaan 25 mg/clorozine, alogemazine, delanout
– Indikasi : Psikosis
– Konta Indikasi : Lihat Klorpomazine
– Efek samping : Ekstrapyramidal lebih cepat timbul
– Suntikan : 5 mg/cc
1. 5. Haloperidol ( Serenace, Haldol, Govosil )
– Bentuk : Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg
Suntikan 5 mg/cc
Cairan 2 mg/cc/20 tetes
– Indikasi : Anxietas, Psikosomatis, psikosis mania
– Kontaindikasi : Lihat Chlorpomazine
– Efek Samping : Ekstrapyramidal
Anti Depresi
Jenis Anti Depressan :
1. 1. Golongan TRISIKLIK
– Anti triptilline ( Amytriptilline ) : 25 mg tablet
– Imipramine ( Tofranil ) : 25 mg tab
– Amineptir ( Survector ) : 100 mg tab
1. 2. Golongan TETRASIKLIK
– Maprotiline ( Ludiomil ) : 10, 25, 50, 75 mg tab
– Mianserine ( Tolvon ) : 10, 30 mg tab
– Amoxapine ( Asendine ) : 100 mg tab
1. 3. Golongan MAO REVERSIBEL ( Mono Amino Oxidase )
– Moclobemide
1. 4. Golongan ATYPICAL
– Trazodone
1. 5. Golongan SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitor )
– Sertraline ( Zolopt ) : 50 mg
– Fluoxetine ( Prozoc ) : 20 mg
– Fluvoxamine ( Luvox ) : 50 mg
Mekanisme kerja :
– Menghambat reuptake aminergik neurotransmitter
– Menghambat penghancuran oleh enzim mono aminae oxidase terjadi peningkatan jumlah cairan
aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron SSP
Hipotesa :
Depresi disebabkan oleh defisiensi realtif salah satu dari beberapa aminergic neurotransmitter ( Non
adrenaline, dopamin, serotonin ) pada sinaps neouron
Efek Samping :
1. Sedasi / rasa kantuk
2. Anti kolinergik, mulut kering, retensi urin, msts ksbur, takikardi
3. Anti adrenergik alpha : Perubahan EKG, hipotensi
4. Neurotoksis : Tremor, gelisah, agitasi
Kontra Indikasi :
1. Penyakit jantung koroner
2. Galukoma, retensi urine, hypertrofi prostat, epilepsi
3. Ibu hamil / menyusui
Anti Mania
– Lithium carbonale ( 250 – 500 mg tab )
– Carbamazine / legretol ( 200 mg tab )
Menaikkan maskorinik activity, menghambat cyclic AMP & phosphornosisid
Efek Samping :
– Mulut kering / haus
– Gangguan gastro intestinal
– Kelemahan otot
– Tremor
Kontra Indikasi :
Ibu hamil
Anti Anxietas
Jenis :
– Diazepam ( Valium ) : 2 mg/tab.
5 mg/injeksi
– Chlordiazepoxide ( Etabrium ) : 5,10 mg / tab
– Frisium ( Clubazam ) : 10 mg
– Xanac ( AlphaZolam ) : 0,25mg & 0,5 mg/tab
– Sulfiride ( Dogmasil ) : 50 mg/tab
– Buspiron ( Buspar ) : 10 mg/tab
Hypotesa :
Anxietas disebabkan hiperaktivitas noerutransmitter pada sistem llimbik di otak
Neurotransmitter :
Dopamin, serotonin, Non adrenaline
Kerja :
Obat tersebut menekan kerja atau hiperaktivitas neurotransmitter ini
Efek Samping :
– Sedasi ( Kantuk )
– Glaukoma
– Myastenia gravis
– Chronic Pulmonary Insufisiensi
– Chronic renal
– Hepatic Disease
– Kehamilan
Anti Insomnia
Jenis :
– Nitrazepam ( Magadon ) : 5 mg/tab
– Estazolam ( Esilgan ) : 1,2 mg / tab
Efek Samping :
Supresi SSP pada saat tidur
Kontra indikasi :
– Kronik Respiratory Disease
– Congestive Heart Failure
– Sleep Apneu Syndrom
– Kehamilan ( Teratogenik )
Lama pemberian :
1 – 2 minggu untuk pencegahan pemakaian obat lama : Dapat menimbulkan sleep EEG yang
menetap selama 6 bulan
Anti Obsesif Kompulsif
Jenis :
– Flomoxamine ( Luvox ) : 50 mg/tab
– Clemipramine ( Ampranil ) : 25 mg/tab
– Setraline ( Zoloft ) : 20 mg/tab
Hypotesa :
Berkaitan dengan hipersensitivitas di serotoninergik reseptor di SSP
Mekanisme kerja :
Menghindari reuptake serotonin, sehingga hipersensitivitas berurang
Efek Samping :
– Sedasi
– Ancholinergik
– Neurotoxic
– Hypertensi ( Anti adrenergik alfha )
Kontra Indikasi :
Idem dengan anti depresan
Anti Panik
Jenis :
Idem dengan anti cemas / anxietas & depresi
Lama Pemberian : 6 – 12 bln
Kekambuhan timbul biasanya setelah 3 bulan obat diberikan
Efek Samping :
– Sedasi
– Anti Cholinergik
– Anti adrenergik
– Neurotoksik
Kontra Indikasi :
– Kehamilan
– Menyusui
– Usia lanjut
– Penyakit organik