Anda di halaman 1dari 22

i

BAGIAN ILMU DERMATOVENEROLOGI LAPORAN KASUS


FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2023
UNIVERSITAS BOSOWA

MORBUS HANSEN MULTIBASILER DENGAN


REAKSI ENL

Disusun Oleh :

Magfirah Tuzzahrah
4522112025

Dosen Pembimbing:
dr. Sitti Nur Rahmah, Sp.KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN
ii

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Magfirah Tuzzahrah


Nim : 4522112025
Judul : Morbus Hansen Multibasiler dengan reaksi
ENL

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik Bagian Ilmu Dermatovenerologi Fakultas Kedokteran Universitas
Bosowa.

Makassar, 30 Maret 2023

Pembimbing

dr. Sitti Nur Rahmah, Sp.KK


iii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Halam Pengesahan ii

Daftar Isi iii

BAB I LAPORAN KASUS 1

BAB II FOLLOW UP 8

BAB III DIARE AKUT PADA ANAK 12

A. Pendahuluan 12

B. Definisi 13

C. Epidemiologi 14

D. Etiologi 15

E. Klasifikasi 16

F. Faktor Resiko 17

G. Patofisiologi 18

I. Penatalaksanaan 30

BAB IV PENUTUP 31

DAFTAR PUSTAKA 32
1

BAB I

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : NY. S
Usia : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Jl. Gunung Jati, Bulukkumba
No. Telepon : 0812434775
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Bangsa Suku : Makassar
No. Rekam Medik : 103903
Bangsal : Perawatan RSTajuddin Chalid
Tgl Masuk RS : Kamis, 16 Maret 2023
Diagnosa Masuk : Susp. Reaksi ENL Berat +
Gangguan Elektroli
Diagnosa Keluar : MH Multibasiler dengan Reaksi ENL
Berat.

II. ANAMNESIS

Seorang laki - laki berusia 38 tahun diantar oleh isterinya ke Rumah

Sakit Tajuddin Chalid pada tanggal 16 Maret 2023 dengan keluhan bercak

kemerahan pada kulit dibeberapa lokasi pada tubuh, yang dirasakan sejak

5 hari yang lalu sebelum masuk RS, bercak kemerahan awalnya muncul

berupa bintil-bintil kemerahan didaerah kedua lengan kemudian bercak

bertambah banyak dan meluas ke tungkai bawah (paha-telapak kaki).


2

Keluhan yang menyertai rasa gatal dan nyeri, gatal di rasakan hilang

timbul dan memberat pada saat pasien melakukan aktifitas di pabrik.

Pasien mengatakan keluhan serupa sudah pernah dialami sebelumnya

dan berobat kedokter specialis kulit dan kelamin sekitar 2 tahun yang lalu.

Keluhan demam (+), mual (+), muntah tidak ada, riwayat penyakit

penyerta GERD ada, riwayat DM dan alergi tidak ada, riwayat pengobatan

sebelumnya ada pasien mengatakan diberikan obat minum dalam bentuk

kapsul, pengobatan MDT selama 6 bulan, sudah stop sekitar 1 tahun.

Riwayat penyakit yang sama dikeluarga tidak ada. Riwayat kontak dengan

penderita yang sama tidak ada.

1. KELUHAN UTAMA :

Bercak kemerahan dibeberapa lokasi pada tubuh (+)

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Morbus Hansen Multibasiler dengan Reaksi ENL

3. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :

Gastroesophageal reflux disease (GERD)

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :

-
3

A. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis:

Keadaan Umum : Baik

GCS : Compos Mentis

Tekanan Darah : 110/60 mmHg

Nadi : 93 kali/menit

Pernapasan : 24 kali/menit

Suhu : 37,6oC

SpO2 : 96%

B. PEMERIKSAAN FISIS SISTEMATIS

MUKA : Simetris Bilateral

Kepala : Normocephal, luka (-), hematom (-)

Rambut : Hitam, tidak mudah rontok

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : Deformitas (-), Othorea (-)

Hidung : Deformitas (-), Epistaksis (-), Rinore (-)

Bibir : Pucat (-), sianosis (-)


4

Lidah : Lidah kotor (-)

PEMERIKSAAN STATUS DERMATOLOGIS:


5

1. Lokasi : extremitas superior

(Regio Brachii Dextra dan Sinistra)

2. Effloresensi : Lesi hiperpigmentasi/eritema, Plak eritematous,

Nodul eritem, Skuama, Ulkus.


6
7

1. Lokasi : extremitas inferior Femuralis & Kruris Dextra dan

Sinistra

2. Effloresensi : Lesi hiperpigmentasi/eritem, Nodul eritem, plak

eritematous, berskuama dan Krusta


8

REFLEKS FISIOLOGIS:

KPR : +/+

APR : +/+

BPR : +/+

TPR : +/+

KEKUATAN :

TONUS : Normal

REFLEKS PATOLOGIS : Tidak ada

LAIN-LAIN :-

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG:

1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium (hari Kamis, 16 Februari 2023)

Pemeriksaan darah Tepi :

- WBC : 45.29 x 103µL


- RBC : 3.26 x 106µL
- HGB : 8.3 g/dL
- HCT : 25.8%
- MCV : 79.1 fL
- MCH : 25.5 pg
- MCHC : 32.2 g/dL
- PLT : 437 x 103µL
- NEUT : 40.15 x 103µL
9

- LYMPH : 2.23 x 103µL


- MONO : 1.95 x 103µL
- EOS : 0.92 x 103µL
KIMIA
- SGOT : 17 U/L
- SGPT : 7 U/L
- Albumin : 3.02 g/dl
- Ureum : 21 mg/dl
- Kreatinin : 0.69 mg/dl
- GDS : 92 mg/dl
ELEKTROLIT
- Na : 132 mmol/L
- K : 3.7 mmol/L
- Cl : 100 mmol/L
BTA
- BTA : 13/4
- Hasil : Positif
10

BAB II

FOLLOW UP PASIEN

Tanggal : Kamis 16 Februari 2023

S O A P

Pasien KU : Sakit Sedang Reaksi ENL ü IVFD NaCl 0,9 18


mengeluh -TD : 112/63 mmHg tpm
Gatal dan -Nadi : 83 x/menit ü Dexamethasone 1
nyeri pada -Pernafasan : 20x/menit Amp 5mg/12/iv
kedua lengan -Suhu : 37,6oC ü Natrium
dan tungkai -SpO2 : 94% Diclofenak
Pem lab: 50mg/12/oral
HGB : 8,3 g/dl. ü Paracetamol
WBC : 45,29x10^3/uL 500mg/8jam/oral
ü Ofloxacin
400mg/24jam/oral
ü Rifampicin
600mg/24jam/oral
ü Cek BTA (jika
positif MH)
ü Cek Albumin
11

RESUME PASIEN:

Keluhan Utama: Bercak kemerahan (+), Gatal (+), Nyeri (+)

Seorang laki - laki berusia 38 tahun diantar oleh isterinya ke

Rumah Sakit Tajuddin Chalid pada tanggal 16 Maret 2023 dengan

keluhan bercak kemerahan pada kulit dibeberapa lokasi pada tubuh, yang

dirasakan sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS, bercak kemerahan

awalnya muncul berupa bintil-bintil kemerahan didaerah kedua lengan

kemudian bercak bertambah banyak dan meluas ke tungkai bawah (paha-

telapak kaki). Keluhan yang menyertai rasa gatal dan nyeri, gatal di

rasakan hilang timbul dan memberat pada saat pasien melakukan aktifitas

di pabrik. Pasien mengatakan keluhan serupa sudah pernah dialami

sebelumnya dan berobat kedokter specialis kulit dan kelamin sekitar 2

tahun yang lalu. Keluhan demam (+), mual (+), muntah tidak ada, riwayat

penyakit penyerta GERD (+), riwayat DM dan alergi tidak ada. Nafsu

makan kurang (+), mual muntah tidak ada, BAB dan BAK normal, riwayat

pengobatan sebelumnya ada pasien mengatakan diberikan obat minum

dalam bentuk kapsul, pengobatan MDT selama 6 bulan, sudah stop


12

sekitar 1 tahun. Riwayat penyakit yang sama dikeluarga tidak ada.

Riwayat kontak dengan penderita yang sama tidak ada.

DIAGNOSIS KERJA: MH Multibasiler dengan Reaksi ENL Berat.

TATALAKSANA:

- - IVFD NaCl 0,9% 18 tpm

- Dexamethasone 1 Amp 5mg/12jam/iv

- Natrium diclofenac 50mg/12jam/oral 2dd1

- Paracetamol 500mg/8jam/oral 3dd1

- Ofloxacin 400mg/24jam/oral 2dd1

- Rifampicin 600mg/24jam/oral 2dd1

KONSULTASI MEDIS :

EDUKASI :

- Jauhkan dari asap rokok.

- Jaga Personal Higine.

- Potong kuku untuk terhindar dari infeksi berulang


13

BAB III

Morbus Hansen

A. Pendahuluan1,2,

Definisi :

Lepra (Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit infeksi


kronik yang disebabkan oleh M. leprae yang bersifat intraseluler
obligat.
Penyakit kusta awalnya menyerang saraf perifer, selanjutnya
dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas bagian atas,
sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang,dan testis, kecuali
susunan saraf pusat

B. Epidemiologi

Mycobacterium leprae merupakan bakteri dari


kelas Schizomycetes, ordo Actinomycetales,
famili Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Mycobacterium
leprae berbentuk batang dengan bentukan bulat di kedua ujungnya,
berukuran panjang 1,5-8 mikron dan diameter 0,2-0,5
mikron. Mycobacterium leprae berwarna merah dengan pewarnaan
Ziehl Nielsen. Mycobacterium leprae tidak dapat dikultur di media
manapun.
Mycobacterium leprae utamanya menginfeksi sel makrofag dan sel
schwann. Mycobacterium leprae bereproduksi dengan cara
14

pembelahan biner dan berlangsung sangat lambat (setiap 12-14 hari).


Suhu yang diperlukan untuk bakteri tersebut bertahan dan proliferasi
antara 27-30 C, sehingga insidensi bakteri lebih tinggi pada area
permukaan seperti kulit, saraf perifer, dan saluran napas
atas. Mycobacterium leprae dapat bertahan selama 9 hari di
lingkungan. 
C. KLASIFIKASI

Klasifikasi Zona Spektrum Kusta

Ridley & TT B BB BL LL
Jopling T
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa

WHO Pausibasilar Multibasilar (MB)


(PB)

Keterangan:

TT : Tuberculoid polar

BT : Borderline Tuberculoid

BB : Mid Borderline

BL : Borderline Lepromatous

LL : Lepromatosa polar

F. Diagnosis6
15

Diagnosis lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus


Hansen, harus dicurigai pada pasien yang datang dengan keluhan lesi
kulit disertai gangguan sensorik, apalagi jika berasal dari daerah
endemik seperti Indonesia. Tanda utama (cardinal sign) dari lepra
adalah lesi kulit (hipopigmentasi atau eritema) yang mati rasa,
penebalan saraf tepi yang disertai gangguan neurologis seperti mati
rasa, kelemahan otot dan kulit kering, serta ditemukannya bakteri
tahan asam (BTA) pada apusan kulit.

Pemeriksaan Fisik

Sensitivitas test : Gunakan sepotong kapas yang sudah dipilin pada


ujungnya. Berikan penjelasan pada pasien bila merasakan sentuhan maka
pasien harus menunjuk bagian mana yang terasa. Pasien ditutup matanya
saat melakukan pemeriksaan. Lesi di kulit diperiksa secara bergantian
dengan kulit yang normal untuk mengetahui apakah ada anestesi atau
hipestesia.
Selain itu, Untuk mendiagnosis penyakit pada paru – paru
dibutuhkan pemeriksaan berkala seperti :

Anamnesis

Keluhan Utama :

Anamnesis yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis lepra di


antaranya:
 Keluhan lesi pada kulit seperti bercak merah atau putih yang tidak
gatal dan mati rasa
 Kulit mengkilap dan bersisik
 Ada bagian kulit yang tidak berambut dan tidak berkeringat
 Adanya rasa kesemutan, nyeri, atau rasa ditusuk-tusuk pada
anggota gerak
 Kelemahan anggota gerak dan kelumpuhan
16

 Adanya cacat atau deformitas 


 Luka yang sulit sembuh
 Lahir dan tinggal di tempat endemis lepra
 Lesi kulit tidak sembuh dengan pengobatan biasa.

Pemeriksaan Penunjang:

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan


bakteriologis untuk mengetahui apakah ada basil tahan asam (BTA)
pada kerokan kulit atau tidak. Pemeriksaan bakteriologis dapat dilakukan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama seperti Puskesmas.

Pengambilan sampel kerokan kulit untuk pemeriksaan bakteriologis


bisa dilakukan pada cuping telinga atau lesi kulit yang paling aktif (lesi kulit
yang meninggi dan berwarna kemerahan). Sampel kerokan kulit dapat
diambil dari 2 sampai 3 tempat yang berbeda. Pemeriksaan ini dapat
membantu menentukan klasifikasi pada pasien lepra baru, membantu
menilai hasil pengobatan, serta sebagai evaluasi pada pasien relapse. 

Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel untuk kerokan kulit pada lepra adalah:
 Cuci tangan dan pasang handscoon
 Bersihkan bagian kulit yang akan dikerok dengan menggunakan
alkohol
 Jepitlah kulit dengan erat menggunakan jempol dan telunjuk
 Buat insisi dengan panjang 5 mm dan dalam 2 mm. Kulit tetap
dijepit supaya tidak berdarah. Putar pisau skalpel 90 derajat, lalu
kerok irisan tersebut sekali atau dua kali untuk mengumpulkan
cairan dan bubur jaringan.
 Lepas jepitan pada kulit dan bersihkan dengan kapas alkohol
 Buatlah apusan kerokan kulit di kaca objek berbentuk lingkaran
dengan diameter 8 mm
 Ulangi di tempat kulit yang lain
 Tutup luka pasien
 Biarkan kaca objek kering beberapa saat di suhu ruangan
17

 Fiksasi dengan melewatkan kaca objek diatas api sebanyak 3 kali


 Tulis identitas pasien dan kirim sampel ke laboratorium
Sampel akan dilakukan pewarnaan dengan teknik Ziehl-Nielsen. BTA
akan terlihat seperti bentukan batang panjang dengan kedua ujungnya
membulat serta berwarna merah. Hasil pembacaan bakteriologis akan
ditulis dalam bentuk indeks bakteri

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus


Hansen, adalah menggunakan obat antilepra seperti dapson dan
rifampicin. Pada tahun 1982, WHO menetapkan regimen terapi yang
digunakan baik untuk pasien lepra pausibasiler (PB) ataupun pasien lepra
mulitibasiler (MB) adalah MDT (Multi Drug Therapy).
MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat antilepra dimana salah
satunya adalah rifampicin yang merupakan obat bakterisidal kuat. Obat
antilepra selain rifampicin bersifat bakteriostatik yaitu menghambat
pertumbuhan bakteri. Pengobatan MDT tidak mengobati kecacatan yang
sudah terjadi. Pengobatan MDT bertujuan untuk memutuskan rantai
penularan, mencegah terjadinya cacat atau mencegah kecacatan
bertambah parah, memperpendek masa pengobatan, mencegah
terjadinya resistensi kuman serta meningkatkan keteraturan berobat.
18

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus Morbus Hansen Multibasiler dengan Reaksi


ENL (Eritema Nodosum Leprosum) pada laki - laki usia 38 tahun yang
datang ke Rumah Sakit Tajuddin Chalid. Pasien datang dengan keluhan
utama Bercak kemerahan dibeberapa lokasi pada tubuh, yang dirasakan
sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS. Gejala klinis dan pemeriksaan
status dermatologis mengarah pada Morbus Hansen Multibasiler dengan
Reaksi ENL. Pasien mendapatkan terapi obat sistemik dan oral sesuai
dengan penatalaksanaan Morbus Hansen.
19

Daftar Pustaka

1. WHO. Global leprosy update 2015: time for action, accountability

and inclusion. Weekly Epidemiological Record. 2016;91:405-420.


2. Douglas JT, Cellona RV, Fajardo TT Jr, Abalos RM, Balagon MV,

Klatser PR. Prospective study of serological conversion as a risk


factor for development of leprosy among household contacts. Clin
Diagn Lab Immunol. 2004;11:897-900.
3. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
lingkungan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Program
Pengendalian Penyakit Lepra. 2012. Kementerian Kesehatan RI.
4. Smith, Darvin S. Leprosy. Medscape, 2018.
https://emedicine.medscape.com/article/220455-overview
5. Lastoria JC. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and

etiopathogenic aspects. An Bras Dermatol. 2014;89(2):205-18.


6. Ghorpade A. Inoculation (tattoo) leprosy: a report of 31 cases. J Eur
Acad Dermatol Venereol. 2002;16:494-9.
7. Job CK, Jayakumar J, Kearney M, Gillis TP. Transmission of
leprosy: a study of skin and nasal secretions of household contacts
of leprosy patients using PCR. Am J Trop Med Hyg. 2008;78:518-
21.
8. Prevedello FC, Mira MT. Leprosy: a genetic disease? An Bras
Dermatol. 2007;82:451-9. 
9. Mendonça VA, Costa RD, Melo GEBA, Antunes CM, Teixeira AL.
Immunology of leprosy. An Bras Dermatol. 2008;83:343-50.

Anda mungkin juga menyukai