Anda di halaman 1dari 31

DEPARTEMEN NEUROLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2023


UNIVERSITAS BOSOWA

CEPHALGIA AKUT

Oleh:

MAGFIRAH TUZZAHRAH
4522112025

Pembimbing:
dr. Ummu Atiah, Sp. S (K)

DEPARTEMEN ILMU NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Magfirah Tuzzahrah

NIM : 4522112025

Judul Laporan Kasus : Cephalgia Akut

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa.

Makassar, 04 Mei 2023

Pembimbing

dr. Ummu Atiah, Sp. S (K)


3

BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. MH
2. Tanggal lahir : 07 Februari 2000
3. Umur : 23 tahun
4. Jenis Kelamin : Laki – laki
5. Status Pernikahan : Belum menikah
6. Alamat : JL. Dusun Bontoramba
7. Pekerjaan : Wiraswasta
8. Suku : Makassar
9. No. RM : 417869
10. Tanggal Masuk RS : 26 April 2023

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Nyeri di kepala bagian kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien laki – laki berusia 23 tahun diantar ke UGD RSUD
Labuang Baji dengan keluhan nyeri kepala bagian kiri dialami
sejak tadi malam setelah kecelakaan. Terdapat luka robek di
telinga bagian kiri. Riwayat pingsan sekitar 2 menit sesaat setelah
kecelakaan. Setelah pingsan pasien lupa kejadian sebelumnya.
Mual ada, Muntah menyemprot ada frekuensi 2x berisi air. Keluar
darah dari telinga dan hidung tidak ada. Terdapat luka goresan di
kepala bagian kiri depan. Riwayat penyakit Hipertensi, DM, dan
Penyakit paru tidak ada.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


4

Riwayat Kejang tidak ada


Riwayat DM tidak ada
Riwayat Hipertensi tidak ada

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat HIpertensi, DM, Kejang tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Kesan : Sakit Sedang
Tekanan Darah : 123/75 mmHg
Nadi : 94 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.5°C
SpO2 : 99%
NPRS saat ini :4–6
- Kepala : Normocephal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
- Thoraks
- Paru : Dalam batas normal
- Jantung : Dalam batas normal
- Abdomen : Dalam batas normal

2. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Fungsi Kortikal Luhur : Orientasi Baik
Rangsang Menings
Kaku Kuduk : Tidak ada
Kernig’s Sign : Negatif
Brudzinski 1 : Negatif
Brudzinski 2 : Negatif
5

3. Pemeriksaan Nervus Kranialis


N. I (Olfaktorius) : Tidak dilakukan

N. II (Optikus) : OD OS
Ketajaman Penglihatan : Normal Normal
Lapangan Penglihatan : Normal Normal
Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan

N. III , IV, VI : OD OS
Celah Kelopak Mata
- Ptosis : Negatif Negatif
- Exopthalmus : Negatif Negatif
Pupil
- Bentuk/Ukuran : Bulat Ø2,5 mm Bulat Ø2,5 mm
- Isokor/Anisokor : Isokor Isokor
- RCL/RCTL : Positif Positif
Gerakan Bola Mata
- Parese ke arah : Negatif Negatif
- Nistagmus : Negatif Negatif

N. V (Trigeminus)
Sensibilitas
- N. V1 : Normal
- N. V2 : Normal
- N. V3 : Normal
Motorik
- Inspeksi/Palpasi (Menggigit) : Normal
- Refleks Dagu/Masseter : Normal
- Refleks Kornea : Positif

N.VII (Facialis)
6

- Kedipan Mata : Dalam batas normal


- Lipatan Nasolabial : Dalam batas normal
- Sudut Mulut : Dalam batas normal
- Mengerutkan Dahi : Dalam batas normal
- Mengerutkan Alis : Dalam batas normal
- Menutup Mata : Dalam batas normal
- Meringis : Dalam batas normal
- Menggembungkan Pipi : Dalam batas normal
- Pengecap 2/3 lidah bagian anterior : Tidak dilakukan

N. VIII (Vestibulocochlearis)
- Pendengaran : Dalam batas normal
- Tes Rinner/Weber : Tidak dilakukan
- Fungsi Vestibularis : Dalam batas normal

N. IX/X (Glossopharingeus/Vagus)
- Posisi Arcus Pharynx (Istirahat/ AAH) : Dalam batas normal
- Reflex Telan/Muntah : Tidak dilakukan
- Pengecap 1/3 lidah bagian posterior : Dalam batas normal
- Suara : Normal

N. XI (Asesorius)
- Memalingkan Kepala Dengan/Tanpa Tahanan : Normal
- Angkat Bahu : Normal

N. XII (Hypoglossus)
- Deviasi Lidah : Dalam batas normal
- Fasikulasi Lidah : Dalam batas normal
- Atrofi Lidah : Dalam batas normal
- Tremor Lidah : Dalam batas normal
7

4. Motorik
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Pergerakan N N  
Kekuatan 5 5 4 4
Tonus N N N N
R. Fisiologis +2 +2 +2 +2
R. Patologis Negatif Negatif Negatif Negatif

a. Reflex Patologis Kanan Kiri


- Hoffman-Tromner : Negatif Negatif
- Babinski : Negatif Negatif

b. Refleks Fisiologis Kanan Kiri


- Biseps : +2 +2
- Triseps : +2 +2
- KPR : +2 +2
- APR : +2 +2

c. Pemeriksaan Nyeri Kanan Kiri


- Laseque Test - -
- Patrick Test - -
- Kontrapatrick Test - -

5. Sensorik
a. Eksteroseptif
- Nyeri : Tidak dilakukan pemeriksaan
8

- Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan


- Rasa Raba Halus : Normal
b. Proprioseptif
- Rasa Sikap : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Rasa Nyeri Dalam : Tidak dilakukan pemeriksaan

6. Otonom
- BAB : Normal
- BAK : Normal

7. Gangguan Koordinasi
- Tes Jari Hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Pegang Jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Tes Disdiadokinesia : Tidak dilakukan pemeriksaan

8. Gangguan Keseimbangan
- Tes Romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
9. Pemeriksaan lain
- Tampak luka pada regio parietal dextra

D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (03/01/2023)
- WBC : 15.94 x 103/µL
- RBC : 4.60 x 106/µL
- HGB : 13.0 g/dL
- HCT : 38.2%
- MCV : 83.0 fL
- MCH : 28.3 pg
- MCHC : 34.0 g/dL
- PLT : 228 x 103/µL
- NEUT : 14.34 x 103/µL
9

- LYMPH : 0.86 x 103/µL


- MONO : 0.70 x 103/µL
Kesan ; Leukositosis

2. Pemeriksaan Radiologi
a. CT Scan Kepala (04/01/2021)

Ekspertise:
- Tampak bercak hiperdens intracerebral disertai edema di
sekitarnya pada regio frontal sinister, HU 50 ± 3.
- Tidak tampak diskontinuitas pada tulang, calvaria cranii
regio parietal menonjol
- Pons dan cerebellum baik
- Sella, suprasellar, dan parasella baik
- Cerebellopontine angel baik
- Tidak tampak midline shift atau mass effect
10

- Sistem ventrikel simetris, tidak tampak penyempitan


ventrikel
- Sinus paranasal bersih
- Air cell mastoid baik
Kesan:
- Contusio cerebri regio frontal
- Tidak tampak fracture pada calvaria cranii
E. Resume
Pasien datang dengan penurunan kesadaran akibat kecelakaan lalu
lintas jatuh dari motor. Ada riwayat vomit frekuensi 5 kali. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan luka pada regio parietale dextra,
pemeriksaan neurologi didapatkan kesadaran pasien somnolen dan
gangguan orientasi. Pada pemeriksaan penunjang lab darah rutin
leukositosis dan hasil ct scan kepala contusio cerebri.

F. Diagnosis Kerja
Diagnosis Klinik : Kesadaran menurun
Diagnosis Topis : Hemisfer serebri
Diagnosis Etiologi : suspek traumatic intracerebral hemorage

G. Penatalaksanaan
Infus Ringer Laktat 20 tpm
1. Ranitidin 50mg/12jam/intravena
2. Sanatagesik 1 gr/8jam/intravena
3. Ondansetron 4mg/ekstra/intravena
4. Citicolin 200mg/12jam/intravena
5. Betahistine 24mg/12jam/oral
6. Dimenhidrinate 50mg/12jam/oral
7. Ceftriaxone 1gr/12jam/intrave

H. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
11

Ad Sanationam : Bonam
Ad Funtionam : Bonam

I. Anjuran
- Pantau keadaan umum dan tanda-tanda vital
- CT Scan kepala non kontras
- Cek lab; darah rutin, gds
J. Follow Up
Hari/Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
Kamis, 5 Perawatan H3 Th/
Januari 2023 S/ IVFD Ringer Laktat 20tpm
- Nyeri kepala ada - Ketorolac 30mg/8jam/iv
- Demam ada - Ceftriaxon 1g/12jam/iv
- Nyeri dan udem pada tungkai - Citicolin 250mg/12j/iv
O/ - Diazepam 5 mg 2x5mg
- TD = 110/70 mmHg - Ranitidin 50mg/12j/iv
- N = 88 x/mnt - Betahistine
- P = 20 x/mnt 24mg/12jam/oral
- S = 37°C - Dimenhidrinate
- GCS = E4M6V5 50mg/12jam/oral
- FKL = Normal - Ondansetron
- Nn. Cranialis = 4mg/ekstra/intravena
Pupil bulat isokor Ø2.5mm ODS - Paracetamol 1gr/ekstra bila
RCL/RCTL positif/positif suhu ≥38
- Sucralfate 500 mg 3x1
- Motorik
N N 5 5 P/
P K
N N 5 5 - Obs nyeri kepala dan
demam
N N R +2 +2
T
N N f +2 +2

- -
Rp
- -
12

- Sensorik = Normal
- Otonom:
BAB = Normal
BAK = Normal

A/
- Contusio cerebri dd traumatic
intracerebri hemoragic
- Elevated white blood cell count
jumat, 6 Januari Perawatan H4 Th/
2023 S/ IVFD Ringer Laktat 20tpm
- Nyeri kepala ada - Natrium 25 mg + diazepam
- Mual ada 1 mg + amitriptiline 25 mg
- Pusing ada encaf ½ tab
- Nyeri pada tungkai ada - Ceftriaxon 1g/12jam/iv
- Citicolin 250mg/12j/iv
O/ - Ranitidin 50mg/12j/iv
- TD = 104/74 mmHg - Betahistine
- N = 62 x/mnt 24mg/12jam/oral
- P = 20 x/mnt - Dimenhidrinate
- S = 36°C 50mg/12jam/oral
- GCS = E4M6V5 - Domperidone 2x1
- FKL = Normal - Paracetamol 1gr/ekstra bila
- Nn. Cranialis = demam
Pupil bulat isokor Ø2.5mm ODS - Natrium bicarbonate 2x1
RCL/RCTL positif/positif
P/
- Motorik - Menunggu hasil ct scan
N N 5 5 kepala
P K
N N 5 5

N N R +2 +2
T
N N f +2 +2
13

- -
Rp
- -

- Sensorik = Normal
- Otonom:
BAB = Normal
BAK = Normal

A/
- Contusio cerebri dd traumatic
intracerebri hemoragic
- Migrain tanpa aura
- Elevated white blood cell count
Sabtu, 7 Januari Perawatan H5 Th/
2023 S/ IVFD Ringer Laktat 20tpm
- Nyeri kepala ada - Ceftriaxon 1g/12jam/iv
- Pusing ada - Citicolin 250mg/12j/iv
- Tidak ada demam - Ranitidin 50mg/12j/iv
- Betahistine
O/ 24mg/12jam/oral
- TD = 100/70 mmHg - Dimenhidrinate
- N = 67 x/mnt 50mg/12jam/oral
- P = 20 x/mnt - Domperidone
- S = 36°C 1tab/8jam/oral
- GCS = E4M6V5 - Paracetamol 1gr/ekstra bila
- FKL = Normal demam
- NRS= 6-7 - Natrium bicarbonate 2dd1
- Nn. Cranialis = - Manitol loading 200 cc
Pupil bulat isokor Ø2.5mm ODS - Santagesik 1gr/8jam/iv
RCL/RCTL positif/positif - IDAK 2 dd 1

- Motorik P/
N N 5 5 - Obs nyeri
P K
N N 5 5 - Manitol loading 200 cc
- Santagesik 1gr/8jam/iv
14

N N R +2 +2 - IDAK 2 dd 1
T
N N f +2 +2

- -
Rp
- -

- Sensorik = Normal
- Otonom:
BAB = Normal
BAK = Normal
Hasil ct scan kepala;
- Contusion cerebri regio frontal sinistra
- Tidak tampak fraktur pada calvaria
cranii

A/
- Contusio cerebri
- Migrain tanpa aura
- Elevated white blood cell count
Minggu, 8 Perawatan H6 Th/
Januari 2023 S/ IVFD Ringer Laktat 20tpm
- Nyeri kepala ada - Manitol loading 100cc/12j/iv
- Pusing berkurang taprring off perhari
- Tidak ada demam - Santagesik 1gr/8jam/iv
- IDAK /12jam/oral
O/ - Ceftriaxon 1g/12jam/iv
- TD = 100/70 mmHg - Citicolin 250mg/12j/iv
- N = 84 x/mnt - Betahistine
- P = 20 x/mnt 24mg/12jam/oral
- S = 36°C - Domperidone
- GCS = E4M6V5 1tab/8jam/oral
- FKL = Normal - Natrium bicarbonate 2dd1
- NRS= 6-7
P/
15

- Nn. Cranialis = - Obs nyeri kepala


Pupil bulat isokor Ø2.5mm ODS - Ganti perban
RCL/RCTL positif/positif

- Motorik
N N 5 5
P K
N N 5 5

N N R +2 +2
T
N N f +2 +2

- -
Rp
- -

- Sensorik = Normal
- Otonom:
BAB = Normal
BAK = Normal
A/
- Contusio cerebri
- Migrain tanpa aura
- Elevated white blood cell count
Senin, 10 Perawatan H8 Th/
Januari 2023 S/ IVFD Ringer Laktat 20tpm
- Nyeri kepala ada perbaikan - Head up 30
- Pusing ada perbaikan - Santagesik 1gr/8jam/iv
- Demam (-) - IDAK /12jam/oral
- Mual dan muntah tidak ada - Ceftriaxon 1g/12jam/iv
- Citicolin 250mg/12j/iv
O/ - Betahistine
- TD = 100/70 mmHg 24mg/12jam/oral
- N = 84 x/mnt - Natrium bicarbonate 2dd1
- P = 20 x/mnt
P/
16

- S = 36°C - Obs Kembali


- GCS = E4M6V5
- FKL = Normal
- Nn. Cranialis =
Pupil bulat isokor Ø2.5mm ODS
RCL/RCTL positif/positif

- Motorik
N N 5 5
P K
N N 5 5

N N R +2 +2
T
N N f +2 +2

- -
Rp
- -

- Sensorik = Normal
- Otonom:
BAB = Normal
BAK = Normal
A/
- Contusio cerebri
- Migrain tanpa aura
- Elevated white blood cell count
17

DISKUSI KASUS

Seorang perempuan berusia 21 tahun datang dengan keadaan


kesadaran menurun akibat kecelakaan lalu lintas jatuh dari motor.
Sebelum dibawa ke IGD RS LB pasien mendapat perwatan luka pada
kepala di klinik UMJ, ada muntah menyemprot sebanyak 4 kali. Saat di
UGD RS LB pasien muntah 1 kali dan mengeluh nyeri kepala. Pasien juga
mengeluh nyeri pada siku kanan dan betis kiri. Pada pemeriksaan
neurologi didapatkan kesadaran GCS E 3M6V4 dan luka pada kepala regio
parietal dextra.

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


radiologi, disimpulkan bahwa pasien mengalami penurunan kesadaran
akibat trauma yang menyebabkan Contusio cerebri. Contusio cerebri atau
memar otak adalah salah satu bentuk cedera sekunder pada traumatic
brain injury dan dikaitkan dengan perdarahan dari aliran pembuluh darah
kapiler, kebocoran pembuluh darah kapiler ke jaringan otak selama
episode traumatik awal.

Tatalaksana awal yang diberikan pada pasien yaitu primary survei,


kemudian dilanjutkan penatalaksanaan keluhan nyeri kepala sembari
memantau tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial akibat
pendarahan dan edema pada otak. Setelah mendapatkan tanda
peningkatan TIK berupa nyeri kepala hebat, mual dan muntah, penurunan
kesadaran pasien kemudian diberikan terapi mannitol.
18
19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Traumatic brain injury mencakup beberapa jenis kerusakan pada


parenkim otak. Salah satu bentuk kerusakan tersebut adalah hemorrhagic
cerebral contusio. Contusio cerebri (memar otak) adalah salah satu
bentuk cedera sekunder pada traumatic brain injury dan dikaitkan dengan
perdarahan dari aliran pembuluh darah kapiler, kebocoran pembuluh
darah kapiler ke jaringan otak selama episode traumatik awal,
pembentukan contusio kemungkinan disebakan oleh proses koagulopati.

Gambar 1. Perbandingan lesi serebri pada Traumatic Brain Injury

B. Epidemiologi

Traumatic brain injury merupakan penyebab kecacatan, kematian dan


beban ekonomi yang signifikan di dunia. Setiap tahun ada sekitar 2,8 juta
TBI di Amerika Serikat, 1/3 terjadi pada anak-anak. Lebih dari 250.000
pasien dirawat di rumah sakit karena TBI non fatal, termasuk 10% rawat
inap pada anak-anak. Lebih dari 2,5 juta pasien dirawat di UGD dengan
20

25% dari evaluasi terkait dengan anak-anak. Lebih dari 50.000 pasien
meninggal akibat TBI dengan 4,5% kematian terkait dengan anak-anak.

Contusio cerebri adalah cedera yang paling umum ditemukan dan


berada di UGD. Angka kematian pasien tanpa contusio cerebri, contusio
cerebri tunggal, dan contusio cerebri multipel masing-masing adalah
3,9%, 7,8%, dan 14,8%. Sekitar 51,6% pasien mengalami contusio
cerebri, dan 49,9% mengalami perdarahan subaraknoid traumatis. TBI
terkait dengan rekreasi paling sering melibatkan contusion cerebri pada
29% kasus diikuti oleh perdarahan subarachnoid traumatis pada 26%,
hematoma subdural pada 25%, dan hematoma epidural pada 23%. 

C. Etiologi

Etiologi contusio cerebri adalah trauma pada kepala.  Beberapa


mekanisme dapat menghasilkan peristiwa traumatis, termasuk kecelakaan
lalu lintas jalan (kendaraan bermotor, sepeda motor, pejalan kaki), air
terjun, cedera olahraga, pengendara sepeda, kekerasan dalam rumah
tangga, cedera ledakan.

D. Patofisiologi

Contusio cerebri atau jejas otak terjadi karena parenkim otak


mengalami edema dan perdarahan. Jejas yang terdapat tepat di titik
trauma disebut jejas coup, sedangkan yang terdapat disisi kontralateral
titik trauma disebut countercoup. Jejas coup umumnya terjadi pada kasus
deselerasi cepat, misalnya kepala dipukul benda keras. Sementara jejas
countercoup misalnya jatuh dari atas gedung. Saat seseorang jatuh dari
suatu ketinggian, kepala mengalami akselerasi akibat gravitasi bumi dan
diikuti deselerasi cepat akibat mengahantam tanah.
21

Gambar 2. Jejas Coup dan Countercoup

Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di


dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringanyang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus. Yang
penting untuk terjadinya lesi contusio ialah adanya akselerasi kepala yang
seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan
gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula
hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak
terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan
asendens retikularis difus.

Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input aferen dan karena itu,
kesadaran hilang selama blockade reversible berlangsung. Timbulnya lesi
contusio di daerah coup, contrecoup, dan intermediate menimbulkan
gejala defisit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang positif
dan kelumpuhan. Setelah kesadaran pulih kembali, penderita biasanya
menunjukkan organic brain syndrome. Lesi akselerasi-deselerasi, gaya
tidak langsung bekerja pada kepala tetapi mengenai bagian tubuh yang
lain, tetapi kepala tetap ikut bergerak akibat adanya perbedaan densitas
tulang kepala dengan densitas yang tinggi dan jaringan otot yang densitas
22

yang lebih rendah, maka terjadi gaya tidak langsung maka tulang kepala
akan bergerak lebih dulu sedangkan jaringan otak dan isinya tetap
berhenti, pada dasar tengkorak terdapat tonjolan-tonjolan maka akan
terjadi gesekan antara jaringan otak dan tonjolan tulang kepala tersebut
akibatnya terjadi lesi intrakranial berupa hematom subdural, hematom
intra serebral, hematom intravertikal, kontra coup kontusio. Selain itu gaya
akselerasi dan deselarasi akan menyebabkan gaya tarik atau robekan
yang menyebabkan lesi diffuse berupa komosio serebri, diffuse axonal
injuri. Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh
darah cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah
menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah.
Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan
gangguan pernafasan bisa timbul.

Gambar 3. Lesi akselerasi-deselerasi


23

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang biasanya terdapat pada pasien contusio


cerebri, yaitu :
a. Kehilangan kesadaran dalam waktu lebih dari 10 menit.
b. Disorientasi ringan
Disorientasi ringan adalah kondisi mental yang berubah dimana
sesseorang yang mengalami ini tidak mengetahui waktu dan
tempat mereka berada saat itu, bahkan bisa saja tidak mengenal
dirinya sendiri.
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial akibat udema
cerebri berupa
 Sakit kepala
Sakit kepala atau nyeri dikepala yang bisa muncul secara
bertahap atau mendadak. Penilaian nyeri pada kepala dengan
menggunakan skala skor nyeri menggunakan VAS (Visual analog
Nyeri) atau NPRS (Numeric Pain Rating Scale).
 Mual dan muntah
Mual atau nausea adalah perasaan ingin muntah, tetapi
tidak mengelurkan isi dalam perut, sedangkan muntah atau
vomiting adalah suatu gerakan ekspulsi yang kuat dari isi lambung
dan gastrointestinal melalui mulut.
24

F. Diagnosis

Penegakan diagnosis contusio cerebri dapat ditentukan melalui hasil


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan menanyakan identitas pasien setelah
itu dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan keluhan utamanya
atau nyerinya. Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi,
dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri;.
Mekanisme trauma, waktu dan perjalanan trauma, pernah pingsan
atau sadar setelah trauma, amnesia retrograde atau anterograde.
Riwayat mabuk, alkohol, narkotika, pernah operasi kepala
sebelumnya. Selanjutnya pertanyaan tambahan mengenai penyakit
penyerta; epilepsi, jantung, asma, hipertensi dan DM serta gangguan
pembekuan darah.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kepala : mencari tanda
 Jejas di kepala meliputi; hematoma sub kutan, luka terbuka, luka
tembus, dan benda asing

 Tanda fraktur basis cranii, meliputi; ekimosis periorbita (brill


hematoma), ekimosis post auricular (battle sign), rhinorea dan
otorhea serta perdarahan di membran tymphani atau
laserasikanalis auditorius
25

Gambar 4. Tanda Fraktur Basis cranii

 Tanda fraktur tulang wajah meliputi; fr. Maxilla (lefort), fr.rima


orbita dan fr. Mandibulla

Gambar 5. Fraktur tulang wajah

 Tanda trauma pada mata meliputi; perdarahan konjungtiva,


perdarahan bilik mata depan, kerusakan pupil dan jejas lain di
mata

 Auskultasi pada arteri karotis untuk menentukan adanya bruit


yang berhubungan dengan diseksi karotis
26

b. Pemeriksaan pada leher dan tulang belakang


Mencari adanya tanda cedera pada tulang belakang dan tulang
servikal serta pada medulla spinalis. Pemeriksaan meliputi jejas,
deformitas, status motorik, dan sensorik.
3. Pemeriksaan Neurologi
Pemeriksaan Neurologi yang dapat dilakukan yaitu :
a. Penilaian tingkat kesadaran; berdasarkan Glasglow Coma Scale
(GCS)

Tabel 1. Glasgow Coma Scale

b. Penilaian Fungsi Kortikal Luhur


c. Pemeriksaan nervus cranialis; terutama N.II dan N.III yaitu
pemeriksaan pupil (ukuran dan bentuk, refleks cahaya, refleks
konsensuil bandingkan kanan dan kiri), tanda-tanda lesi N.VII
perifer.
d. Pemeriksaan funduskopi
27

e. Pemeriksaan motorik dan sensorik : bandingkan kanan dan kiri,


atas dan bawah untuk mencari tanda laserasi
f. Pemeriksaan otonom

4. Pemeriksaan Penunjang
- CT Scan

Pemeriksaan radiologi berupa CT Scan dilakuakan untuk


melihat letak lesi. Pada contusion cerebri didapatkan gambaran titik
perdarahan kecil yang difuse dan edema.

Gambar 6.Contusio pada frontotemporal


kanan
28

G.Penatalaksanaan
1. Terapi Konservatif
a. Head Up 30o

b. Berikan cairan secukupnya (normal saline) untuk resusitasi


korban agar tetap normovolemia, atasi hipotensi yang terjadi
dan berikan transfuse darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl.

c. Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota


tubuh lain, GCS dan pemeriksaan batang otak secara periodik.

d. Berikan obat-obatan analgetik (misal: acetaminophen,


ibuprofen untuk nyeri ringan dan sedang) bila didapatkan
keluhan nyeri pada penderita - Berikan obat-obatan anti muntah
(misal: metoclopramide atau ondansentron) dan anti ulkus
gastritis H2 bloker (misal: ranitidin atau omeprazole) jika
penderita muntah.

e. Berikan Cairan hipertonik (mannitol 20%), bila tampak edema


atau cedera yang tidak operable pada CT Scan. Manitol dapat
diberikan sebagai bolus 0,5 – 1 g/kgBB pada keadaan tertentu,
atau dosis kecil berulang, misalnya (4-6) x 100 cc manitol 20%
dalam 24 jam. Penghentian secara gradual.

2. Operasi
Operasi dilakukan bila didapatkan lesi intrakranial yang indikasi
untuk dilakukan operasi (perdarahan epidural, perdarahan subdural,
perdarahan intraserebral).

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat diakibatkan karena adanya contusio cerebri
adalah dapat menimbulkan terjadinya kejang, hidrosefalus, anosmia
pasca trauma, kecacatan, kehilangan waktu sekolah, gangguan
konsentrasi, perhatian dan memori, defisit kognitif, gangguan stress pasca
trauma, infeksi bahkan sampai kematian.
29

I. Prognosis

Prognosis contusio cerebri dipengaruhi oleh beberapa hal seperti GCS


yang menurun meningkatkan risiko kematian. Usia dan mekanisme
cedera adalah hal yang paling penting dalam hasil akhir. Prediktor
kecacatan adalah periode koma yang lebih lama, untuk cedera kepala
pasien dapat memiliki gangguan konsentrasi, perhatian dan memori.

J. Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dapat diberikan kepada orang tua maupun


masyarakat yaitu penggunaan helm ketika menggunakan kendaraan
bermotor, penggunaan sabuk pengaman ketika naik mobil, hidari
permukaan yang tidak rata saat berkendaradan untuk beberapa olahrga
gunakan helm. Sedangkan Edukasi yang dapat diberikan yaitu penjelasan
kepada pasien dan keluarganya berupa:

a. Perjalanan penyakit dan komplikasi yang mungkin terjadi


b. Terapi dan tindakan yang akan diberikan beserta keuntungan dan
kerugian
c. Tata cara perawatan dan dokter yang merawat.
BAB III

PENUTUP

Contusio cerebri adalah salah satu bentuk cedera sekunder pada


traumatic brain injury dan dikaitkan dengan perdarahan dari aliran
pembuluh mikro, kebocoran pembuluh mikro ke jaringan otak selama
episode traumatik awal, pembentukan contusio kemungkinan disebakan
oleh proses koagulopati. Hal ini dapat disebabkan oleh trauma pada
kepala. Gejala paling sering pada penderita yaitu disorientasi, nyeri/sakit
kepala, mual dan muntah, amnesia post traumatic dan gangguan
pendengaran.

Diagnosis dapat ditegakkan dengan CT scan non kontras regio


calvaria. Tatalaksana dapat diberikan terapi konservatif seperti pemberian
analgesic dan tirah baring, terapi fisik, hingga pembedahan apabila ada
indikasi.
31

DAFTAR PUSTAKA

1. PSBS. 2016. tersaji dalam web (online).


https://spesialis1.ibs.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2020/02/Mod
ul-Trauma-Edit.id_.en-1.pdf .
2. Richard L. Drake, Phd,FAAA. Dkk. Gray Dasar-dasar Anatomi.
2012:Elseiver. Hal 416-445
3. Joel E. Pellot; Orlando De Jesus.2022. Cerebral Contusion.tersaji
dalam web (Online)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK562147/ .
4. Aninditha, Tiara. Dkk. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi
FK UI:2017. hal 387-389
5. Joseph J. Volve. 2018. Contution Hemorraghe. Tersaji dalam jurnal
radiologi (online) https://radiopaedia.org/articles/cerebral-
haemorrhagic-contusion
6. Prof.Dr.dr.S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik; Pemeriksaan Fisik
dan Mental. UI Publishing : 2021.
7. Gaillard F, Baba Y, Yap J, et al. Cerebral hemorrhagic contusion.
Reference article, Radiopaedia.org (Accessed on 15 Jan 2023)
https://doi.org/10.53347/rID-13425

Anda mungkin juga menyukai