UNIVERSITAS BOSOWA
DISUSUN OLEH :
MAGFIRAH TUZZAHRAH
4522112025
DOSEN PEMBIMBING :
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:
Nim : 4522112025
Pembimbing
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi Tengkorak
a. Tampilan anterior
Tampak anterior tengkorak meliputi dahi superior, dan inferior, orbit, daerah
hidung, bagian wajah antara orbit dan rahang atas, rahang atas, dan rahang
bawah1 (Gambar 1)
Gambar 1. Tampak anterior tengkorak.
(Drake RL, 2019)
1) Tulang frontal
Dahi terdiri dari tulang frontal, yang juga membentuk bagian superior tepi
setiap orbit.Hanya di atas tepi orbit di setiap sisi adalah lengkungan superciliary
yang terangkat. Ini lebih jelas pada pria daripada wanita. Di antara lengkungan-
lengkungan ini ada depresi kecil (glabella). Terlihat jelas di bagian medial tepi
superior tiap orbit adalah foramen supra-orbital. Secara medial, tulang frontal
menonjol secara inferior membentuk bagian tepi medial orbit. Secara lateral,
proses zygomatik dari tulang frontal memproyeksikan secara inferior
membentuk tepi lateral atas dari orbit. Proses ini berartikulasi dengan proses
frontal tulang zygomatik.1
3) Maxillae
Bagian wajah antara orbit dan gigi atas dan setiap rahang atas dibentuk oleh
maksila yang berpasangan. Secara superior, setiap rahang atas berkontribusi
pada lingkar inferior dan medial orbit. Secara lateral, proses zygomatik dari
setiap rahang atas berartikulasi dengan tulang zygomatik dan secara medial,
proses frontal dari setiap rahang atas berartikulasi dengan tulang frontal. Di
bagian inferior, bagian dari setiap rahang atas, di samping bukaan rongga hidung,
adalah badan rahang atas. Pada permukaan anterior badan rahang atas, tepat di
bawah tepi inferior orbit, terdapat foramen infra-orbital (Tabel 8.1). Secara
inferior, setiap rahang atas berakhir sebagai proses alveolar, yang berisi gigi dan
membentuk rahang atas.1
4) Rahang bawah
Rahang bawah (mandibula) adalah struktur paling inferior pada pandangan
anterior tengkorak. Terdiri dari badan mandibula di anterior dan ramus
mandibula di posterior. Ini bertemu di posterior pada sudut mandibula. Semua
bagian mandibula ini terlihat, sampai batas tertentu, pada pandangan anterior.
Tubuh mandibula secara sewenang-wenang dibagi menjadi dua bagian 1:
a) Bagian bawah adalah pangkal mandibula.
b) Bagian atas adalah bagian alveolar mandibula.
Bagian alveolar mandibula berisi gigi dan diserap kembali saat gigi dicabut.
Pangkal mandibula memiliki garis tengah yang membengkak (tonjolan mental) di
permukaan anterior tempat kedua sisi mandibula bertemu. Tepat di samping
tonjolan mental, di kedua sisi, ada benjolan yang sedikit lebih menonjol (tuberkel
mental). Secara lateral, foramen mental (Tabel 8.1) terlihat di tengah antara
batas atas bagian alveolar mandibula dan batas bawah dasar mandibula.
Melanjutkan foramen ini adalah punggungan (garis miring) melewati dari depan
ramus ke badan mandibula. Garis miring merupakan titik perlekatan otot yang
menekan bibir bawah.1
b. Tampilan lateral
Tampak lateral tengkorak terdiri dari dinding lateral kranium, yang meliputi
bagian lateral calvaria dan kerangka wajah, dan separuh rahang bawah (Gambar
2) Tulang yang membentuk bagian lateral dari kalvaria meliputi tulang frontal,
parietal, oksipital, sphenoid, dan temporal.1
a) Tulang yang membentuk bagian kerangka wajah yang terlihat
termasuk tulang hidung, rahang atas, dan zygomatik.
b) Mandibula merupakan bagian yang terlihat dari rahang bawah.
1) Tulang oksipital
Secara sentral bagian datar atau skuamosa dari tulang oksipital adalah
struktur utama pada gambaran tengkorak ini (Gbr. 8.20). Ini berartikulasi secara
superior dengan tulang parietal berpasangan di jahitan lambdoid dan lateral
dengan setiap tulang temporal di jahitan okipitomastoid. Sepanjang jahitan
lambdoid, pulau-pulau kecil dari tulang (tulang sutural atau tulang cacing) dapat
diamati. Beberapa landmark tulang terlihat di tulang oksipital. Ada proyeksi garis
tengah (tonjolan oksipital eksternal) dengan garis lengkung memanjang ke lateral
(garis nuchal superior). Titik paling menonjol dari tonjolan oksipital eksternal
adalah inion. Sekitar 1 inci (2,5 cm) di bawah garis nuchal superior, dua garis
tambahan (garis nuchal inferior) melengkung secara lateral. Memanjang ke
bawah dari tonjolan oksipital eksternal adalah puncak oksipital eksternal. 1
2) Tulang temporal
Secara lateral, tulang temporal terlihat pada tampilan posterior tengkorak,
dengan proses mastoid menjadi fitur yang menonjol (Gbr. 8.20). Di perbatasan
inferomedial dari setiap proses mastoid adalah takik (takik mastoid), yang
merupakan titik perlekatan untuk perut posterior otot digastrik. 1
d. Tampilan superior
Tulang frontal, tulang parietal, dan tulang oksipital terlihat dalam pandangan
superior dari tengkorak (Gambar 4). Tulang-tulang ini membentuk bagian
superior dari calvaria atau calva (kopiah). Pada arah anterior ke posterior 1:
a) Tulang frontal yang tidak berpasangan berartikulasi dengan tulang
parietal yang berpasangan pada jahitan koronal.
b) Kedua tulang parietal berartikulasi satu sama lain di garis tengah di
jahitan sagital.
c) Tulang parietal berartikulasi dengan tulang oksipital yang tidak
berpasangan pada jahitan lambdoid.
Persimpangan jahitan sagital dan koronal adalah bregma, dan pertemuan
jahitan sagital dan lambdoid adalah lambda. Satu-satunya foramina yang terlihat
dalam pandangan tengkorak ini mungkin adalah foramina parietal berpasangan,
di posterior, satu di setiap tulang parietal tepat di lateral jahitan sagital. Tulang
penyusun calvaria memiliki struktur yang unik, terdiri dari tabel internal dan
eksternal yang padat dari tulang kompak yang dipisahkan oleh lapisan tulang
spons.1
Gambar 4. Tampak superior tengkorak
(Drake RL, 2019)
e. Tampilan inferior
Dasar tengkorak terlihat pada pandangan inferior dan meluas ke anterior dari
gigi insisivus tengah ke posterior ke garis nuchal superior dan lateral ke proses
mastoid dan lengkungan zygomatik (Gambar 5). Untuk tujuan deskriptif sering
disebut pangkal tengkorak dibagi menjadi1:
1) Bagian anterior, yang meliputi gigi dan langit-langit keras,
2) Bagian tengah, yang memanjang dari belakang langit-langit keras ke
batas anterior foramen magnum, dan
3) Bagian posterior, yang memanjang dari tepi anterior foramen magnum
ke garis nuchal superior.
Gambar 5. Tampak inferior tengkorak
(Drake RL, 2019)
a. Skull AP
Gunakan matras dan kepala pasien harus posisi datar, disangga oleh alas
tipis yang bersifat radiolusen (misalnya karet busa). Jangan gunakan bantal.
Pusatkan ke pangkal hidung di antara kedua mata. Kemudian, pusatkan sinar dan
sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.2
Kontrol kualitas
Orbita harus terlihat simetris, dengan os nasale pada tengah-tengah foto.
Mandibula harus tampak sama pada kedua sisi. Os petrosa yang putih harus
terdapat di bagian bawah orbita.3
b. Skull Lateral
Skull lateral untuk menilai keseluruhan tulang skull 4
Contoh posisi pasien telentang-sinar mendatar.
Gunakan matras dan kepala pasien harus posisi datar, disangga oleh alas
tipis yang bersifat radiolusen (misalnya karet busa). Jangan gunakan bantal biasa.
Garis yang dibentuk sudut luar mata dan liang telinga harus tegak lurus terhadap
meja pemeriksaan kemudian pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika
mungkin.5
c. Waters
Waters untuk menilai sinus paranasal terutama sinus maksilaris 4
Contoh proyeksi sinus dan wajah semiaksial atau hidung PA
Atur posisi pasien. Beritahu pasien agar membuka mulut selebar mungkin
dan menempelkan dagu pada tempat kaset. Miringkan kepala pasien 45º ke
belakang kemudian pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.
Jika pasien tidak mampu duduk, gunakan posisi telentang.5
Waters View of the Nasal Sinuses6
d. Caldwel
Caldwel untuk menilai sinus paranasal terutama sinus frontalis 4
Contoh proyeksi sinus dan wajah PA
Atur posisi pasien. Garis yang dibentuk tepi bawah tulang mata dengan
liang telinga harus tegak lurus terhadap tempat kaset. Kemudian pusatkan sinar
dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin.5
e. Schuller
Posisi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Pada posisi ini
perluasan pneumatisasi mastoid serta struktur trabekulasi dapat tampak dengan
jelas. Posisi ini juga memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis
auditorius eksterna.7
f. Stenvers
Beritahu pasien agar membuka mulut selebar mungkin. Jika pasien tidak mampu
mempertahankan posisi membuka mulut, tempatkan sepotong kayu lunak atau
gabus diantara barisan gigi atau gusi atas dan bawah. Garis antara tepi bawah
tulang mata dan liang telinga harus tegak lurus terhadap meja pemeriksaan.
Kemudian pusatkan sinar dan sejajarkan lagi arah sinar jika mungkin. 5
Clementschitsch view of the mandible
Kalung, anting, pin/jepit rambut, tindik pada lidah, kaca mata, alat bantu
pendengar dan benda lain yang berpotensi mengaburkan informasi radiograf
harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan. 8,5 Kemudian
pasien diberikan penjelasan terperinci mengenai prosedur pengambilan
radiograf.8
Pasien diharuskan melepas kalung, anting, pin/jepit rambut, tindik pada lidah,
kaca mata, alat bantu pendengar dan benda lain yang berpotensi mengaburkan
informasi radiograf harus dilepas terlebih dahulu sebelum dilakukan
pemeriksaan.8,11 Kemudian pasien diberikan penjelasan terperinci mengenai
prosedur pengambilan radiograf dan mengisi surat informed consent.9
- Ada data foto (No foto, tanggal pembuatan foto, no rekam medik) 9
- Densitas cukup
- Cek posisi9
a. Pada proyeksi lateral, sendi temporomandibularis harus saling menumpuk
c. pada proyeksi frontal, sutura sagitalis harus berada di tengah dan tepi tulang
kepala haruslah simetris
- ada fraktur
-anatomi sinus (sinus maxillaris, sinus sphenoidalis, sinus forntalis dan sinus
ethmoidalis) - ada tidaknya perselubungan
a. Fraktur Tengkorak
Fraktur tengkorak disebabkan oleh benturan langsung terhadap
tengkorak. Diklasifikasikan sebagai linear, depresi, atau basal. Tipe tergantung
pada besaran kekuatan yang mengenai dan rasio antara kekuatan dengan area
benturan.13
Fraktur basis kranii adalah trauma pada dasar tengkorak atau basis kranii bisa
terjadi secara langsung maupun tidak langsung, sehingga ada beberapa fraktur
basis kranii yang terjadi sebagai akibat jejas lokal. Trauma langsung biasanya
terjadi di daerah oksipital, mastoid, supraorbital, sedangkan yang tidak langsung
biasanya terjadi pada wajah yang selanjutnya kekuataan tenaganya dihantarkan
melalui tulang-tulang wajah atau rahang bawah. 14
Gambaran klinis
Linear
· Seringkali tanpa disertai cedera otak, maka relatif asimptomatis.
· Jika garis fraktur melewati sinus, sutura atau lekuk dura atau vaskular,
terdapat peningkatan risiko komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
Depresi
· Depresi tulang dapat dipalpasi. Hal ini sulit ditemukan jika terdapat
hematoma di atasnya. Pada fraktur terbuka, fragmen depresi dapat
terlewati karena mobilitas dari kulit kepala.
· Risiko cedera otak meningkat dengan kedalaman dari depresi. Sekitar
25% pasien akan datang dengan penurunan kesadaran. Defisit
neurologis tergantung pada cedera otak yang didapat.
· Terdapat peningkatan risiko kejang dan meningitis.
Basis
· Tanda klinis mencakup hemotimpanum (darah didalam kanalis
akustikus), rhinorrhoea, otorrhoeo, Battles's sign (hematoma retro-
aurikuIa), Racoon eyes (ekimosis periorbita) dan defisit saraf kranial (lll,
IV, dan V).
· Kertas saring berguna pada pasien dengan epistaksis untuk
mendiagnosis rhinorrhoea. Jika ditaruh di atas kertas saring, cairan
serebrospinal akan meluas dan tampak seperti cincin lusen di sekitar
darah.
Gambaran radiologi
· Foto polos tengkorak merupakan pemeriksaan awal dan beberapa
dilanjutkan ke pemerikaan CT.
· Fraktur linear akan tampak sebagai garis hitam berbatas tegas. Dapat
disalah artikan sebagai garis sutura atau alur vaskular. AIur vaskular
biasanya bercabang, memiliki batas sklerotik dan lokasinya tertentu.
· Fraktur depresi seringkali sulit dilihat. Cari adanya peningkatan atau
densitas ganda yang berhubungan dengan tulang yang tumpang tindih,
jika fraktur terproyeksi secara tangensial.
· Fraktur basis tengkorak tidak terlihat dengan baik pada foto polos. cari
adanya fluid level di dalam sinus sfenoid. Jika terdapat kecurigaan,
pasien harus diperiksa dengan CT. 13
B. Sinusitis
1) Sinusitis akut
Gambaran radiografi terlihat opasitas di dalam sinus paranasal, air-fluid level 16
2) Sinusitis kronis
Gambaran radiografi terlihat penebalan mukosa sinus paranasal 16
Gambaran klinis
Maksila
. Umumnya berhubungan dengan cedera wajah yang masif dan cedera organ
lain. Pasien datang dengan pembengkakan jaringan lunak yang masif, mobilitas
mid-face dan maloklusi. Rhinorrhoea cairan serebrospinaI
dapat terjadi sekunder akibat robekan dura.
. Epistaksis yang signifikan dapat terjadi dan membahayakan baik jalan
nafas maupun sirkulasi serta memerlukan intervensi.13
Malar
· Zigoma dapat mengalami fraktur secara tersendiri atau lebih sering
meluas ke foramen infra-orbital dengan gangguan pada sutura
zigomatiko-temporal dan zigomatiko-frontal (fraktur tripod).
· Perhatikan adanya pendataran pipi, lekukan yang teraba, kerusakan
saraf infra-orbital dan diplopia.
· Pemeriksaan intra-oral dapat memperlihatkan iregularitas tulang di atas
dan di belakang gigi molar atas.
Fraktur infra-orbital (blow out)
· Emfisema enoftalmus dan orbital dapat terlihat. Diplopia dapat terjadi
sekunder akibat jeratan terhadap otot okular (atau lemak orbita).
· Cedera bola mata tidaklah jarang, misal ablasio retina
Mandibula
· Nyeri, nyeri tekan dan lekukan yang terpalpasi dapat ditemukan.
Maloklusi juga umum ditemukan. Lokasi fraktur dapat teriadi berjauhan
dari lokasi impaksi.
· Mati rasa pada bibir menyokong adanya kerusakan n. alveolar inferior.
Gambaran radiologi
Maksila
· Dilakukan foto facial view. Fraktur kadang-kadang sulit dilihat.
· CT scan seringkali bermanfaat untuk menggambarkan jumlah dan luas
fraktur. Berguna dalam perencanaan pembedahan dan tindak lanjut
berikutnya.
Malar
· Facial view ditambah submentovertex (SMV) view untuk
menggambarkan arkus zigomatikus.
lnfra-orbital
· Facial view dapat memperlihatkan gambaran tear drop sign,
yangmenunjukkan adanya jaringan lunak yang herniasi ke sinus
makilaris. Opasifikasi komplit dari sinus maksilaris terjadi sekunder
akibat perdarahan dan edema, dan jika unilateral, harus
dipertimbangkan sebagai fraktur sekunder sampai dibuktikan
sebaliknya.
· Depresi dari dasar orbita dapat terlihat.
· Udara dalam jaringan lunak dapat terlihat pada emfisema orbita.
Mandibular
· Konfirmasi dengan pemeriksaan panoramik yang dikombinasi dengan
posisi antero-posterior (AP).
· Condylar view dapat memperlihatkan fraktur atau dislokasi sendi
temporomandibular (TMJ). CT koronal berguna pada kesulitan
memperlihatkan fraktur kondiloid.
D. Mastoiditis
1) Mastoditis akut
2) Mastoditis kronis
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Foto X-ray kepala digunakan pada beberapa indikasi untuk menilai tulang
kepala, wajah, dan sinus serta mastoid. Pengetahuan mengenai posisi pasien
untuk pemeriksaan sangat dibutuhkan untuk pemeriksaan dan anatomi kepala
harus dikuasai untuk interpretasi hasil yang benar.
2. Saran
1. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AW. Gray’s Anatomy for Students, 4th
Edition. Gray’s Anatomy for Students. 2019. 843-851 p.
2. Sandstrom, Staffan. Harald Ostensen dan Hoiger Pettersson(ed).
2003. The WHO Manual of Diagnostic Imaging.
3. Palmer, P.E.S., dkk. 2014.Sistem Radiologi Dasar Organisasi
Kesehatan Dunia Petunjuk Membaca Foto untuk Dokter Umum.
Jakarta: EGC
4. Martadiani, Elysanti Dwi dan Pante Putu Yuli Anandasari. 2017. Buku
Panduan Belajar Koas Radiologi. Denpasar: Udayana University Press
5. Sandstrom S. WHO Manul Pembuatan Foto Diagnostik Teknik &
Proyeksi ( The WHO Manual of Diagnostic Imaging : Radiographic
Technique and Projections). Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta EGC.
2010
6. Moeller, Torsten B. dan Emil Reif. 2000. Pocket Atlas of Radiographic
Anatomy. New York: Thieme
7. Faradilla, Nova. 2009. Diagnosis Radiologi di Bidang THT.
8. Santoso, Tania. 2018. Prevalensi Morfologi Kondilus Mandibula
Berdasarkan Klasifikasi Chaudhry Ditinjau dari Radiografi Panoromik.
9. Supriyanto E. Pelayanan Administrasi Radiologi. Standar Prosedur
Operasional. RS. Jiwa Daerah Surakarta Desember 2014.
10. Ilyas M, Rauf R. Panduan Keterampilan Klinik (CSL) Foto X-Ray Skull
& Lumbosacral. Universitas Hasanuddin. Makassar. 2017.
11. Soetikno, Ristaniah D. 2011. Radiologi Emergensi. Bandung: PT.
Refika Aditama
12. Sastrawan, Agus Dwi., Endang Sjamsudin dan Ahmad Faried. 2017.
Penatalaksanaan emergensi pada trauma oromaksilofasial disertai
fraktur basis kranii anterior
13. Augesti, Gita., Rasmi Zakiah dan Mukhlis Imanto. 2016. Sinusitis
Maksilaris Sinistra Akut Et Causa Dentogen.