Anda di halaman 1dari 18

KAMAL MUQTADIR RISQ

4517111032

ANATOMI, FISIOLOGI, DAN PATOFISIOLOGI SKELETON AXIALE DAN APPENDICULARE

1. SKELETON AXIALE
A. CRANIUM
1) NEURO CRANIUM
- Os. Occipitale (1)
Os occipitale yang tidak berpasangan terdiri dari Squama occipitalis, dua Partes
Iaterales, dan satu Pars basilaris. Keempat bagian ini membatasi Foramen magnum. Di
permukaan dalam Squama occipitalis, Sulcus sinus sagittalis superioris dan Sulci sinus
transversi bertemu di Protuberantia occipitalis interna. Lebih lanjut, Sulcus sinus
sigmoidei dan Sulcus sinus occipitalis, terlihat di permukaan dalam. Di atas dan bawah
Protuberantia occipitalis, permukaan dalam Squama occipitalis masing-masing
membentuk Fossa cerebralis dan Fossa cerebellaris. Bersama dengan Corpus ossis
sphenoidalis, Pars basilaris ossis occipitalis membentuk CIivus.

- Os. Parietal (2)


Di aspek frontal atas, Os frontale berhubungan dengan Os parietale dan Os
Sphenoidale melalui Sutura Coronalis. Os parietale berhubungan dengan Os Occipitale
di sutura lambdoidea dan dengan os sphenoidale di Sutura spenoparietalis.
Terlihat dari posterior, kedua Ossa Parietale bertemu di garis tengah di Sutura
Sagittalis, berhubungan di posterior dengan Os occipitale di sutura Lambdoidea, dan
dipisahkan di lateral dari Ossa temporalia oleh Sutura parietomastoidea.

CATATAN KLINIS

Gaya fisis eksternal yang berlebihan dapat menyebabkan fraktur Cranium. Fraktur
Cranium dapat dibedakan lebih lanjut menjadi: :

- Fraktur linier yang memperlihatkan garis-garis fraktur yang jelas

- Fraktur Cranium split dengan banyak fragmen tulang (fraktur impresi dengan
bagian-bagian tulang mengarah ke dalam dan dapat menyebabkan kompresi atau
robeknya Dura mater serta cedera jaringan otak)

- Fraktur diastatik (dengan garis fraktur yang melibatkan Sutura dan menyebabkan
melebarnya Sutura).

-Fraktur Basis cranii

Semua fraktur yang menyebabkan luka terbuka di kulit kepala dan fraktur yang
mengenai Sinus paranasales atau telinga tengah dianggap sebagai fraktur terbuka
dengan risiko infeksi. Fraktur jenis ini memerlukan intervensi bedah.
- Os Temporale (2)
Sepasang Os temporale adalah bagian dari Viserocranium dan Neurocranium.
Tulang ini ikut membentuk sisi lateral dan Basis cranii. Dapat dibedakan adanya Pars
squamosa, Pars tympanica, dan Pars petrosa (Os petrosum).
Pars squamosa yang berbentuk skuama terhubung dengan Os parietale melalui
Margo parietalis-nya. Proc. zygomaticus menonjol anterior dan superior dari Meatus
dan memanjang ke arah anterior.
Pars petrosa berbatasan dengan Ossa parietale dan occipitale. Lubang luar di
tengah adalah Meattis acusticus externus. Di aspek posterior kaudalnya terdapat Proc.
mastoideus. Telinga tengah dan dalam terletak di dalam Pars petrosa (tidak terlihat).
Rute aksesnya adalah Meatus asticus internus, foramen stylomastoideum, dan Canalis
muculomastubarius.
Pars tympanica membentuk bagian tulang dari dinding Meatus asticus externus.
Sebagai struktur trerbentuk cincin, bagian ini berkaitan dengan Partes squamosa dan
petrosa. Pars tympanica membatasi Meatus asticus externus di sisi frontal, kaudal, dan
posteriornya serta meluas ke membrana tympanica.
Pars petrosa berbentuk seperti piramid dengan ujungnya (Apex partis petrosae)
mengarah ke anterior medial dan dasarnya mengarah ke Proc. Mastoideus. Facies
anterior adalah bagian dari Fossa cranii media dan mengandung Eminentia arcuata
yang menonjol; di dalam Facies posterior terdapat Porus acusticus internus yang
merupakan pintu masuk ke Meatus acusticus internus. Permukaan posterior Pars
petrosa memperlihatkan indentasi/lekukan oleh Sulcus sinus sigmoidei. Foramen
mastoideum juga terletak di sini. Di permukaan dalam (Facies cerebralis) Pars
squamosa terlihat Sulcus arteriosi dari A. meningea media.
Facies inferior ossis temporalis mencekung untuk menjadi Fossa jugularis dan,
bersama dengan Os occipitale, membatasi Foramen jugulare. Takik di batas antara Pars
squamosa dan Pars petrosa menunjukkan titik awal Canalis musculotubarius. Selain itu,
tampak Apertura externa canalis carotici dan Proc. styloideus. Foramen
stylomastoideum membuka ke sisi lateral posterior. Tepat di depan Meatus acusticus
externus, Pars squamosa mengandung Fossa mandibularis yang di aspek rostralnya,
dibatasi oleh Tuberculum articulare.

CATATAN KLINIS

Pada fraktur Basis cranii, garis fraktur melintasi lubang-lubang di Basis cranii.
Karena itu, pembuluh darah dan saraf yang berjalan melalui lubang-lubang ini
dapat mengalami cedera yang menghasilkan komplikasi kelumpuhan saraf dan
perdarahan. Selain itu, fraktur Basis cranii dapat mengenai Sinus frontalis,
sphenoidalis, . dan ethmoidalis (Liquor cerebrospinalis [LCS] dan/atau darah keluar
dari hidung). Fraktur Basis cranii lateral sering mengenai Os petrosum (LCS keluar
dari Meatus acusticus externus
- Os Frontale (1)
Os frontale, yang terletak paling anterior pada Calvaria, ikut serta membentuk
dinding Orbita dan rongga hidung (Cavitas nasi). Os frontale yang tidak berpasangan ini
memiliki empat bagian yaitu Squama frontalis yang tidak berpasangan, Partes orbitales
yang berpasangan dan Pars nasalis yang tidak berpasangan Di atas Margo supraorbitalis
terdapat Arcus superciliaris yang menonjol, suatu fenotipe yang umumnya lebih
berkembang pada pria daripada wanita. Di garis tengah antara kedua Arcus, tulang
mendatar dan menciptakan Glabella (daerah di antara kedua alis). Di batas medial
Orbita sering terdapat Foramen supraorbitale atau yang lebih jarang, lncisura frontalis.

- Os Sphenoidale (1)
Os sphenoidale yang tidak berpasangan menghubungkan Viserocranium dengan
Neurocranium. Dari Corpus ossis sphenoidalis muncul dua pasang tulang berbentuk
sayap (Alae). Alae minores terletak di atas. Alae majores di bawah, dan di bawahnya
menonjol Procc. pterygoidei. Bagian tengah Os sphenoidale mengandung Sinus
sphenoidales. Crista sphenoidalis membagi bagian anterior Corpus menjadi dua
belahan.
Ala minor dan Ala major ossis sphenoidalis ikut serta membentuk Fissura
orbitalis superior. Di kedua sisi, Proc. pterygoideus terbagi menjadi Lamina medialis
yang lebih kecil dan Lamina lateralis yang lebih besar, yang membentuk lncisura
(Fissura) pterygoidea dan menutupi Fossa pterygoidea. Hamulus pterygoideus adalah
perluasan Lamina medialis ke kaudal. Di pangkalnya, Canalis pterygoideus menembus
Os sphenoidale dan masuk ke dalam Fossa pterygopalatina.
Bagian tengah Os sphenoidale terdiri dari Sella turcica dengan Fossa
hypophysialis. Tuberculum sellae membentuk batas anterior Fossa hypophysialis dan
meluas ke lateral menjadi Proc. clinoideus medius. Sulcus prechiasmaticus dan Jugum
sphenoidale terletak di depan Tuberculum sellae. Clivus membentuk bagian posterior
dari Sella turcica yang berbentuk pelana, dan Proc. clinoideus posterior mencerminkan
ujung lateral yang meninggi dari batas atasnya. Di daerah Sella turcica dan di batas
anteriornya, Canalis opticus menembus AIa minor. Foramina rotundum, ovale, dan
spinosum menembus Ala major secara bilateral dalam arah anterior kranial ke posterior
kaudal.

- Os Eithmoidale (1)
Os ethmoidale dan Ossa nasalia berhubungan dengan Os frontale di posisi
medial anterior dan kaudal serta membentuk sebagian dari rangka hidung. Sinus
frontalis terletak di dalam Os frontale.

CATATAN KLINIS

Lamina orbitalis ossis ethmoidalis yang setipis kertas (papyracea) dan terletak di
antara Orbita dan Sinus ethmoidalis tidak dapat menahan penyebaran peradangan
dari Cellulae ethmoidales ke dalam orbita yang dapat berkembang menjadi
flegmon Orbita. Peradangan premolar kedua dan/atau molar pertama dapat
menyebabkan peradangan odontogenik Sinus maxillaris (sinusitis maksilaris)
2) VISCERO CRANIUM
- Os Maxilla (2)
Rahang atas (Maxilla) dapat dibagi menjadi Corpus maxillae, proc. frontalis
(terhubungan dengan Os frontale), Proc. zygomaticus (terhubungan dengan Os
zygomaticum), Proc. palatinus, dan Proc. alveolaris. Proc. Alveolaris membentuk batas
bawah Maxilla dan terdiri dari Alveoli gigi (Alveoli dentales) yang mengandung akar gigi.
Batas anterior kantong-kantong gigi yang menonjol dinamai Juga alveolaria. Foramen
infraorbitale terletak di Corpus maxillae, tepat di bawah Margo infraorbitalis.

CATATAN KLINIS

Kecelakaan mobil merupakan salah satu penyebab tersering fraKtur midfasial, yang
diklasifikasikan menurut LE FORT:

- LE FORT l: garis fraktur horizontal disertai terpisahnya Maxilla bagian alveolar


secara tersendiri ("Palatum mengapung”)

- LE FORT ll: garis {raktur piramidal yang mengenai Maxilla dI Regio infraorbitalis;
Os ethmoidale, Basis cranii bagian anterior, dan Os nasale juga dapat terkena

- LE FORT lll: garis fraktur transversal dengan disosiasi kraniofasial

- Os Mandibula (1)
Mandibula yang tidak berpasangan terdiri dari Corpus mandibulae dan dua
Ramus mandibulae. Masing-masing Ramus terbagi menjadi Proc. coronoideus dan
Proc. condylaris. Corpus mandibulae terdiri dari pangkal/dasar dan Pars alveolaris yang
dipisahkan oleh Linea obliqua yang turun dari Proc. coronoideus dalam arah oblik
anterior. Bagian frontal Pars alveolaris terdiri dari dagu (Mentum) dan Protuberantia
mentalis, Tubercula mentalia bilateral, dan Foramlna mentalia.
Corpus mandibulae dan Ramus mandibulae menyatu di Angulus.
Caput mandibulae terletak di atas Proc. Condylaris
Foramen mandibulae terletak di bagian dalam Ramus mandibulae. Di depannya,
Linea mylohyoidea membentuk suatu krista bertingkat yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya M. mylohyoideus dan membatasi ketinggian dasar/lantai mulut.
Spina mentalis terletak di bagian dalam Mandibula dekat dengan garis tengah.
Cekungan-cekungan tulang mencerminkan Fossa digastrica di bawah dan lateral dari
Spina mentalis dan Fovea sublingualis dan Fovea submandibularis di atas Spina
mentalis. Di bagian dalam Angulus mandibulae ditemukan Tuberositas pterygoidea.
Tanggalnya gigi-terutama pada usia lanjut-menyebabkan regresi Pars alveolaris
mandibulae. Hal ini dapat berlanjut hingga Foramen mentale menjadi terletak di batas
atas Mandibula yang tidak lagi bergigi. Angulus mandibulae memiliki sudut yang jauh
lebih lebar daripada Mandibula dengan gigi.
Pada neonatus, Symphysis mandibulae menghubungkan kedua segmen
Mandibula. Sudut antara Corpus dan Ramus mandibulae masih sangat besar.
CATATAN KLINIS

Selain fraktur hidung, fraktur Mandibula sering terjadi karena lokasinya yang
terpajan di daerah kepala. Struktur berbentuk U menjelaskan berbagai tipe fraktur
Mandibula, terutama di level gigi taring (Dens caninus) dan geraham (molar) ketiga.
Ekstravasasi darah dari Mandibula berkumpul di jaringan longgar dasar mulut,
menyebabkan bintik-bintik perdarahan kecil di bawah kulit (ekimosis), dan
merupakan ciri fraktur Mandibula. Tanpa rekonstruksi prostetik yang benar maka
tanggalnya gigi menyebabkan regresi Pars alveolaris mandibulae di daerah gigi
yang hilang. Pemasangan prostesis gigi ke Pars alveolaris yang telah mengalami
regresi berat sangatlah sulit dan sering memerlukan rekonstruksi tulang

- Os Zygomaticum (2)
Os zygomaticum membentuk sebagian besar dari batas lateral dan batas bawah
Orbita.
Aspek medial Maxilla berhubungan dengan Os frontale, aspek lateralnya
berkontak dengan Os zygomaticum. Spina nasalis anterior menonjol di garis tengah
anterior. Os zygomaticum berperan membentuk kontur daerah pipi (Regio buccalis).
Os temporale dan Os zygomaticum membentuk Arcus zygomaticus, yang
menjembatani Fossa temporalis. Pars tympanica ossis temporalis terletak di bawah
dasar Proc. zygomaticus dan tepat berbatasan dengan Pars squamosa. Di
permukaannya terletak Porus acusticus externus.

- Os Nasalis (2)
Pasangan tulang-tulang hidung (Os nasale) berhubungan dengan Os frontale
melalui Sutura frontonasalis dan ke masing-masing melalui Sutura internasalis.
Di Viscerocranium, Os nasale memiliki batas kranial dengan Os f rontale dan
batas posterior dengan Maxilla.

CATATAN KLINIS

Fraktur Os nasale dan rangka tulang rawan hidung penunjangnya adalah salah
satu fraktur tersering di daerah wajah. Kita dapat membedakan antara fraktur
hidung terbuka dan tertutup. Fraktur terbuka melibatkan bagian-bagian tulang
yang menembus kulit dan jaringan lunak. Septum nasi dan Conchae nasales juga
dapat terkena. Fraktur rangka hidung biasanya terjadi karena pertengkaran fisik,
kecelakaan mobil, seni bela diri misalnya karate, tinJu, dan berbagai olah raga tim.

- Os Lacrimalis (2)
Bagian atas Os lacrimale membentuk Fossa sacci lacrimalis antara Maxilla dan
Os ethmoidale.
Os lacrimale juga merupakan bagian dari dinding lateral dan ikut membentuk
batas anterior Sinus maxillaris.

- Os Vomer (1)
Vomer membentuk bagian terbesar rangka Septum nasi osseum. Tulang datar
dan trapezoid ini berhubungan di kranial dengan Lamina perpendicularis ossis
ethmoidalis dan di aspek posterior melalui Ala vomeris dengan Os sphenoidale. Di
kaudal, Pars cuneiformis vomeris berbatasan dengan Proc. palatinus maxillae dan
Lamina horizontalis ossis palatinus.

CATATAN KLINIS

Trauma (hidung terpukul atau terbentur} atau pertumbuhan abnormal Maxilla


dapat menyebabkan deviasi septum. Lebih dari 60% populasi memiliki setidaknya
deviasi septum yang ringan. Deviasi septum terutama menghambat bernapas
melalui hidung (Nasus). Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan hidung (Nasus)
menghangatkan, membersihkan, dan melembabkan udara yang melewati hidung
(Nasus). Akibatnya, pasien dengan gangguan bernapas melalui hidung, terpaksa
bernapas melalui mulut yang menyebabkan mengorok dan meningkatnya
kerentanan terhadap infeksi. Ventilasi Sinus paranasales yang kurang memadai
dapat menyebabkan sinusitis dengan postnasal drip dan kemungkinan peradangan
Larynx dan cabang/pohon bronkus (Arbor bronchialis). Pada usia lanjut, hal ini
dapat menyebabkan hipoksia dan kemudian menjadi penyakit kardiovaskular

- Os Palatinae (1)
Os palatinum terletak posterior dari Maxilla dan terdiri dari dua lempeng:
Lamina horizontalis yang membentuk bagian posterior Palatum (Palatum osseum), dan
Lamina perpendicularis yang terbentang ke atas secara vertikal (tegak lurus terhadap
Lamina horizontalis) dan merupakan batas posterior medial Sinus maxillaris.

- Os Concha Nasalis Inferior (1)


Maxllla dan Os palatinum membentuk lantai dan sebagian dinding lateral
{lantai: Lamina horizontalis; dinding lateral: Lamina perpendicularis). Os lacrimale juga
merupakan bagian dari dinding lateral dan ikut membentuk batas anterior Sinus
maxillaris. Concha nasalis inferior melekat ke ketiga tulang ini dan membagi dinding
hidung menjadi saluran hidung tengah (Meatus nasi medius) dan inferior (Meatus nasi
inferior) yang masing-masing terletak di atas dan di bawah Concha nasalis ini

B. STERNUM
Sternum terdiri dari Manubrium dan Corpus sterni, dan Proc. xiphoideus. Ujung atasnya
membentuk Incisura jugularis yaitu batas ventral atas Apertura thoracis superior dan bersendi
dengan Clavicula melalui lncisurae claviculares dan dengan Costae l-Vll melalui lncisurae
costales. Manubrium dan Corpus sterni dihubungkan oleh Symphysis [Synchondrosis]
manubriosternalis, sedangkan Corpus sterni dan Proc. xiphoideus bersendi melalui Symphysis
xiphosternalis. Proc. xiphoideus dapat terbelah.
Hanya bagian insersi kostosternum yang merupakan sendi sejati. Sering dijumpai
sinkondrosis (Costae l, Vl, dan Vll).

CATATAN KLINIS

Biopsi sumsum tulang dapat diperoleh dari Sternum, panggul ; (Pelvis), dan Crista iliaca.
Aplikasi pungsi sternum untuk biopsi diagnostik sumsum tulang kini jarang dilakukan dan
diganti oleh pungsi Crlsta iliaca. Pungsi sternum berfungsi untuk mengevaluasi sel-sel
sumsum tulang pada penyakit hematopoietik. Lokasi pungsi adalah garis median Corpus
sterni antara perlekatan costae ll-lll. Daerah pertemuan kostosternum dan dua pertiga
bawah Corpus sterni tidak boleh dipungsi karena kemungkinan adanya sinkondrosis dan
Fissura sterni congenita (lubang di sternum) akibat fusi tak-sempurna pasangan pita-pita
Sternum. Pungsi jarum di bagian-bagian ini dapat menyebabkan cedera iantung.

C. COSTAE
Costae lll-X memiliki bentuk khas. Bagian kepala iga (Caput costae) berbentuk baji dan
memiliki dua permukaan sendi (Facies articulares capitis costae). Tuberculum costae memiliki
satu permukaan (Facies articularis tuberculi costae). V., A., dan N. intercostalis berjalan dekat
dengan Sulcus costae. Suatu invaginasi di ujung ventral Corpus costae memfasilitasi kontak
dengan tulang rawan iga.
Costae I, ll, Xl, dan Xll menyimpang dari struktur tipikal. lga I buntung, lebar, dan
memperlihatkan lengkung yang paling kuat; bagian kepala (Caput) memiliki hanya satu

CATATAN KLINIS

Anomali iga sering terjadi:

-lga servikal dijumpai pada sekitar 1 % populasi. Primordial iga di vertebra servikalis ke-7
(C7) membesar. Selain pembesaran terisolasi Proc. transversus, uni- atau bilateral, mungkin
terdapat iga-iga tambahan yang dapat berhubungan dengan Sternum. Penekanan iga
servikal pada bagian bawah Plexus brachialis dapat menyebabkan gangguan sensorik dan
defisit motorik di regio inervasi N. ulnaris.

-Iga berkepala dua berasal dari dua iga berbeda yang menyatu.

-Pada iga bifida, bagian anterior iga terbagi menjadi dua bagian.

-Melebarnya arteri-arteri antar-iga (Aa. lntercostaies) di Sulcus costae sewaktu stenosis


lsthmus aortae menyebabkan atrofi tekanan pada tulang iga yang disebut erosi (usures) iga.

permukaan sendi. lga ll memperlihatkan hanya alur Sulcus costae dan Tuberositas musculi
serrati anterioris yang menandai origo M. serratus anterior. Bagian kepala (Caput) costae Xl-Xll
hanya memiliki satu permukaan sendi. Kedua Costae ini tidak terhubung dengan Arcus costalis,
memperlihatkan ujung ventral yang meruncing, dan tidak memiliki Tuberculum costae.

D. COLLUMNA VERTEBRALIS
Columna vertebralis membentuk sekitar 40% tinggi manusia, yang seperempat di
antaranya disebabkan oleh Disci intervertebrales. Columna vertebralis terdiri dari 24 vertebra
prasakral (tujuh Vertebrae cervicales, dua belas Vertebrae thoracicae, lima Vertebrae lumbales)
serta dua bagian sinostotik, Os sacrum dan Os coccygis. Vertebrae thoracicae berhubungan
dengan dua belas pasang Costae, sakrum bersendi dengan Ossa coxae. Pada posisi tegak, gaya
fisik meningkat dari kranial ke kaudal sepanjang Columna vertebralis.
Jika dilihat dalam bidang sagital, Columna vertebralis memiliki lengkung khas: -
- Lordosis servikal (lengkung konveks ventral)
- Kifosis Thorax (lengkung konveks dorsal)
- Lordosis lumbal (lengkung konveks ventral)
- Kifosis sakral (lengkung konveks dorsal)
Lordosis dan kifosis masing-masing adalah istilah medis untuk lengkung-lengkung konveks
Columna vertebralis ke arah ventral dan dorsal. Dalam beberapa bulan pertama kehidupan
setelah lahir, semua bagian Columna vertebralis memperlihatkan lengkung konveks dorsal.
Lordosis servikal berkembang seiring dengan kemampuan untuk duduk tegak dan lordosis
lumbal terbentuk ketika belajar berjalan.
Lengkung-lengkung vertebra hanya terbentuk setelah pelvis condong ke depan akibat
kemampuan berjalan dengan dua kaki yang dipelajari pada usia 1-2 tahun. Sebelum adanya
kemampuan berjalan tegak ini, semua bagian Columna vertebralis memperlihatkan lengkung
konveks dorsal.
CATATAN KLINIS

Lengkungan tulang belakang yang berlebihan dalam bidang frontal (skoliosis) selalu
patologik. Deformitas pertumbuhan tulang belakang ini menyebabkan lengkungan lateral
yang menetap, torsi, dan rotasi Columna vertebralis yang tidak dapat diluruskan secara
fisiologis oleh pemakaian otot-otot. Skoliosis adalah salah satu penyakit ortopedik paling tua
yang diketahui. Meskipun telah dilakukan berbagai upaya ilmiah dan klinis, namun sampai
saat ini, masalah yang berkaitan dengan skoliosis belum teratasi secara memuaskan. Karena
panjang tungkai yang tidak sama, maka sebagian besar populasi mengalami skoliosis ringan.

1) VERTEBRAE CERVICALES
Vertebra cervicalis V merupakan contoh struktur tipikal Vertebrae cervicales lll-Vl.
Kecuali Vertebra cervicalis Vil, Proc. spinosus memiliki dua ujung tajam. Proc. transversus
berukuran pendek, memiliki satu Foramen transversarium dan berakhir di lateral dalam
suatu Tuberculum anterius dan Tuberculum posterius, dengan Sulcus nervi spinalis terletak di
antaranya. Foramen vertebrale berukuran besar dan berbentuk segitiga. Corpus vertebrae
lebih panjang dalam sumbu transversal daripada sumbu sagital dan sama lebarnya di depan
dan belakang.
Vertebra cervicalis Vll memiliki Proc. transversus yang panjang dengan hanya
Tuberculum posterius dan Proc. spinosus yang panjang dan tidak terbagi.
Vertebrae cervicales lll-Vl memiliki struktur khas, sedangkan Vertebrae cervicales l, ll,
dan Vll menyimpang dari struktur ini. Permukaan atas memperlihatkan suatu bibir yang
menonjol ke atas di kedua sisi (Unci corporis). Unci corporis juga diberi nama Procc. uncinati
dan bersendi di Articulatio (Hemiarthrosis) uncovertebralis dengan bagian lateral dan kaudal
Corpus vertebrae di atasnya.
Proc. spinosus yang panjang dan tidak terbagi pada Vertebra cervicalis Vll dapat mudah
diraba di leher sehingga dinamai Vertebra prominens. Namun, vertebra servikal ini dapat
salah disangka sebagai Vertebra thoracica I yang bahkan memiliki Proc. spinosus yang lebih
mencolok. Permukaan sendi (Facies articularis superior atau inferior) tonjolan vertebra (Proc.
articularis superior atau inferior) bersendi dengan pasangannya di Articulatio zygapophysialis.

CATATAN KLINIS

Fraktur odontoid atau fraktur Pars interarticularis (disebut sebagai fraktur orang yang
digantung) menimbulkan risiko penekanan Medulla spinalis bagian servikal dan paling sering
terjadi karena kecelakaan lalu Iintas. Fraktur odontoid juga dapat mengenai anak bertubuh
kecil dan sulit didiagnosis.

2) VERTEBRAE THORACICAE
Lengkung vertebra (Arcus vertebrae) dibagi dajam pediculus arcus vertebrae dan Lamina
arcus vertebrae. Dari lengkungan tersebut keluar Procc. transversi bilateral dan Proc.
spinosus ke dorsal. Permukaan sendi terletak di kranial dan kaudal serta ikut serta dalam
pembentukan sendi vertebra (sendi zigapofisialis). Aspek lateral pada kranial dan kaudal dari
Corpus vertebrae masing-masing memiliki sebuah fovea untuk persendian Caput costae
(Fovea costales superior dan inferior). Pada Articulatio costotransversaria di Proc.
transversus, Fovea costalis bersendi dengan permukaan sendi Tuberculum Costae pada Costa
yang sesuai.
Gambaran permukaan sendi untuk Caput costae (Foveae costales superior dan inferior),
permukaan sendi zigapofisialis yang terletak hampir di bidang frontal (Procc. articulares
superior dan inferior), permukaan (Foveae costales) untuk persendian dengan Tuberculum
costae iga, Incisura vertebralis inferior dan proc. spinosus yang mengarah tajam ke bawah.
Permukaan sendi Procc. articulares meluas melebihi Corpus vertebrae di kranial dan
kaudal.
Vertebra thoracica Xll memiliki Fovea costalis tunggal bilateral dan memperlihatkan
kemiripan struktur dengan Vertebrae lumbales; proc. articularis inferior mengarah ke lateral.
selain itu, vertebra ini memiliki Procc. mamillares dan accessorii.

CATATAN KLINIS

-Herniasi diskus posterolateral atau osteofit yang disebabkan degenerasi sendi vertebra
akibat osteoartritis, dapat menyebabkan menyempitnya Foramen intervertebrale dan
penekanan Radicis nervorum spinalis yang menimbulkan defisit.

-lga lumbal dapat menimbulkan nyeri karena hubungan topografisnya yang dekat dengan
ginjal.

-Pemisahan Arcus vertebrae lateral menyebabkan terpisahnya Procc. articulares inferiores


dengan bagian posterior Arcus dan Proc. spinosus dari bagian vertebra lainnya (juga dikenal
sebagai spondilolisis).

-Pemisahan isthmus dapat menyebabkan vertebra selip (spondilolistesis).

3) VERTEBRAE LUMBALES
Vertebrae lumbales berukuran lebih besar dan secara struktural lebih padat untuk
menahan gaya tekanan yang semakin meningkat akibat berat tubuh. Procc. spinosi
berbentuk bulat, pendek, dan mengarah hampir lurus ke belakang. Arcus vertebrae pada
Vertebrae lumbales adalah pangkal Procc. costales (berasal dari iga primordial yang menyatu
dengan vertebra), Procc. accessorii yang bervariasi besarnya, Procc. articulares superiores
(menunjang permukaan sendi atas, Facies articulares), Procc. mamillares (sisa Proc.
transversus), dan Proc. articulares inferiores dengan permukaan sendi bawah (Facies
articulares).
Permukaan sendi Procc. articulares superiores saling berhadapan lini menjadi penyebab
mengapa mereka tidak jelas terlihat dari samping dan bersendi dengan Procc. articulares
inferiores vertebra di atasnya.
Pediculus arcus vertebrae secara proporsional sangat besar dibandingkan dengan
ukuran Vertebra Iumbalis. Di aspek Iateral Arcus, terlihat berbagai tonjolan (procc. costales,
accessorii, mamillares, dan articulares superiores dan inferiores) serta proc. spinosus yang
kuat di posterior. Jjka dilihat dari sisi ventral, Vertebra lumbalis memiliki badan (Corpus
vertebrae) yang besar dengan permukaan intervertebra atas dan bawah yang mencolok
(Facies intervertebralis superior dan inferior). permukaan sendi zigapofisialis meluas
melewati bagian kranial dan kaudal Corpus vertebrae.

CATATAN KLINIS

Kifosis didefinisikan sebagai Columna vertebralis yang melengkung konveks ke dorsal. Di


Columna vertebralis daerah Thorax, kelengkungan ringan ini bersifat fisiologis, namun di
Columna vertebralis daerah servikal dan lumbal hal ini selalu patologik. Kifosis yang
mencolok menyebabkan terbentuknya punuk (gibbus) dan terdapat dalam berbagai bentuk
(mis. pada awal , masa kanak-kanak sebagai humpback; pada remaja sebagai kifosis remaja
atau juvenilis [penyakit SCHEUERMANN]; pada dewasa melalui hilangnya elastisitas dan
degenerasi Discus sebagai kifosis senilis. Kifosis kongenital biasanya terjadi akibat
hemivertebra atau vertebra yang menyatu. Lordosis non-fisiologis yang hebat disebut
hiperlordosis dan terutama terjadi di Columna vertebralis daerah lumbal.

4) VERTEBRA SACRALIS
Permukaan dorsal (Facies dorsalis) memperlihatkan lima tonjolan longitudinal dengan
intensitas berbeda-beda yang dibentuk oleh fusi prosesus-prosesus vertebra yang
bersesuaian. Crista sacralis mediana terjadi karena penyatuan Procc. spinosi, Crista sacralis
medialis terbentuk karena fusi Procc. articulares, dan Crista sacralis lateralis mencerminkan
penyatuan prosesus lateral rudimenter. Crista sacralis mediana berakhir di atas Hiatus
sacralis yang mencerminkan lubang kaudal Canalis vertebralis. Pada anak, lubang ini
digunakan untuk anestesia sakrum.
Permukaan pelvis (Facies pelvina) memperlihatkan tepi-tepi vertebra sakral yang
bersatu (Linae transversae) dan Foramina sacralia anteriora yang berpasangan, tempaf
cabang-cabang saraf spinal keluar. Pars lateralis os sacrum terletak lateral dari Foramina
sacralia anteriora. Terlihat dari atas, Basis ossis sacri adalah permukaan kontak untuk Discus
intervertebralis dengan Vertebra lumbalis V. Discus intervertebralis ini meluas ke pelvis dan,
bersama dengan cincin anterior Bassis ossis sacri, diberi nama Promontorium Lateral dari
Basis ossis sacri, Alae ossis sacri meluas sebagai bagian kranial dari Partes laterales. Terletak
posterior dari Basis adalah Canalis sacralis yang berbentuk segitiga dan lateralnya adalah
Proc. articulares superiores untuk persendian dengan Vertebra lumbalis V.
Gambaran lateral memperlihatkan Facies auricularis, yaitu bagian persendian dengan Os
coxae (Articulatio sacroiliaca). Tuberositas ossis sacri terletak di aspek dorsalnya dan
berfungsi sebagai daerah insersi untuk ligamen-ligamen.
Pada orang dewasa, sisa Disci intervertebrales masih dapat dijumpai. Selain itu, fusi tak-
sempurna Vertebrae sacrales sering ditemukan.
Pria memiliki Os sacrum yang sedikit lebih panjang dan sempit daripada wanita. Bentuk
Os sacrum wanita yang lebih lebar daripada pria menguntungkan selama persalinan.
Os Sacrum pria lebih melengkung daripada Os Sacrum wanita.

CATATAN KLINIS

Fraktur di bagian antarsendi (interartikular, isthmus) menyebabkan perubahan gambaran


"Scotty dog", misalnya kalung anjing, akibat adanya bagian yang lisis, Umumnya, Kerusakan
akibat cedera olah raga terjadi terutama di Pars interarticularis setinggi L4 dan L5 (isthmus).
Jika tidak terjadi fraktur pars interarticularis ventral, vertebra kranial bergeser terhadap
vertebra kaudal akibat perubahan kongenital atau degeneratif posisi permukaan sendi.
Semua keadaan-keadaan yang disebut di atas (termasuk fraktur Pars interarticularis)
dinamai spondilolistesis (vertebral slippage)

5) VERTEBRA COCCYGIS
Os. coccygis terbentuk dari tiga sampai empat vertebra tetapi dapat juga terbentuk dari
lima vertebra rudimenter seperti terlihat di sini. Os coccygis terhubung ke Os sacrum melalui
Cornua coccygea dan Corpus vertebrae rudimenter.
Ukuran Vertebrae coccygeae berkurang dari kranial ke kaudal. Dari semua Vertebrae
coccygeae, hanya Vertebra coccygea I yang strukturnya mirip vertebra tipikal.

6) DISCUS INTERVERTEBRALES
Di daerah lateral Disci intervertebrales cervicales mulai terbentuk celah uncovertebral
pada dekade pertama kehidupan. Antara usia 5 dan 10 tahun. celah ini mulai terlihat dan
memiliki karakter mirip sendi sehingga dinamai sendi uncovertebral. Meskipun menghasilkan
peningkatan fLeksibilitas Columna vertebralis daerah servikal pada usia yang lebih muda,
sendi uncovertebral ini kemudian dapat ruptur total dan karenanya dapat berdampak negatif
pada mobilitas leher
Discus intervertebralis terdiri dari nukleus yang mirip gel di bagian tengah (Nucleus
pulposus), suatu sisa Chorda dorsalis, dan sebuah cincin fibrosa (Anulus fibrosus) yang
mengelilingi Nucleus pulposus.

CATATAN KLINIS

Perubahan degeneratif Discus intervertebralis paling sering terjadi di regio lumbal dan
servikal pada Columna vertebralis. Hal ini dapat menyebabkan menonjol atau prolapsnya
diskus (slipped disc, herniasi Nucleus pulposus). Jaringan diskus biasanya bergeser ke
posterior dan lateral, jarang posteromedial, ke dalam Canalis vertebralis sehingga terjadi
penekanan Radicis nervorum spinalis (sindrom radikular spinal). Yang paling sering terkena
adalah segmen S1, L5, dan L4. Pada Columna vertebralis daerah servikal, slipped disc dapat
terjadi pada ruptur Discus intervertebralis, yang muncul dari celah uncovertebral.

7) ATLAS DAN AXIS


Atlas tidak memiliki Corpus vertebrae. Selama pembentukannya, Corpus vertebrae
menyatu dengan axis untuk membentuk Dens. Lengkung vertebra anterior (Arcus anterior
atlantis) terletak anterior dari dens dan bersendi dengan dens. Di lengkunE vertebra
posterior (Arcus posterior atlantis), Proc. Spinosus diganti oleh sebuah Tuberculum posterius
kecil. Facies articularis superior pada Atlas sering terpisah menjadi dua bagian. Dibandlngkan
dengan vertebra lain, Atlas memiliki Proc. transversus yang sedikit iebih panjang.
Fovea dentis bersendi dengan Dens axis dan terletak di baglan dalam Arcus anterior
atlantis. Facies articulares inferiores memiliki struktur yang dangkal, cekung, dan miring
membentuk sudut 30o terhadap bidang transversal. Foramen transversarium merupakan
gambaran tipikal vertebra servikal dan memfasilitasi lewatnya A. vertebralis.
Potongan median memungkinkan kita melihat Canalis vertebralis. Atlas dan axis
bersendi melalui Fovea dentIs dan Facies articularis anterior di Articulatio atlanto-axialis
mediana. Arcus posterior atlantis jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan Arcus vertebrae
axis.
Keistimewaan yang membedakan Axis dari Vertebrae servicale lain adalah Dens. Sisi
depan dan belakang Dens ditutupi oleh permukaan sendi (Facies articulares anterior et
posterior). Permukaan sendi Procc. articulares superiores melandai ke arah luar dan Proc.
articulares inferiores terletak dalam suatu sudut oblik terhadap bidang frontal. Dimulai daii
Vertebra cervicalis lll, permukaan sendi Procc. articulares superiores juga mengambil posisi
oblik terhadap bidang frontal. Tonjolan transversal axis (Proc. transversus) pendek dan
tonjolan spinosus (Proc. spinosus) sering terbagi dua.

CATATAN KLINIS

Perubahan-perubahan degeneratif Vertebrae cervicales sering terjadi seiring dengan


pertambahan usia dan muncul sebagai Osteochondrosis intervertebralris dengan spondilofit
dorsai yang dapat menyebabkan penyempitan Canalis vertebralis disertai penekanan
Medulla spinalis. Artrosis di sendi zigapofisial (zigapophyseal joint) dan celah uncovertebral
disertai pembentukan osteofit menyebabkan menyempitnya Foramen intervertebrale
dan/atau Foramen transversarjurn dengan ge.lala-gejala mirip penekanan saraf spinal serta
tekanan pada A. vertebralis dan plexus saraf simpatis. Fraktur terisolasi Arcus atlantis
terjadi terutama akjbat kecelakaan kendaraan bermotor. lnsidens kelainan ini telah
berkurang dalam tahun-tahun terakhir karena membaiknya tingkat keamanan di kendaraan
(kantong udara atau air bag). Fraktur harus dibedakan dari varian Atlas. Berbeda dari variasi
seperti adanya Canaiis arteriae vertebralis atau kelainan seperti asimilasi Atlas (fusi dengan
dasar kranium), pembentukan celah di regio Arcus vertebrae sering terjadi.
2. SKELETON APPENDICULARE
A. EXTREMITAS SUPERIOR
1) CLAVICULA
Membandingkan kedua clavicula saja sering kali tidak mudah dilakukan. Dengan
mengetahui bahwa Extremitas sternalis agak gemuk padat dan Extremitas acromialis lebih
runcing sudah sangat membantu. Bila diposisikan pada rangka, konveksitas sternal
mengarah ke ventral. Sisi inferior tulang ini memperlihatkan dua apofisis khas untuk tempat
pelekatan kedua bagian Lig. Coracoclaviculare. Yang terletak di medial adalah Tuberculum
conoideum, dan di sebelah lateralnya terdapat Linea trapezoidea.

2) SCAPULA
Scapula adalah tulang pipih dengan tiga pinggiran dan tiga sudut. Tonjolan pada bagian
dorsal yang berbentuk huruf T, Spina scapulae, berperan sebagai apofisis yang penting
untuk pelekatan otot.

CATATAN KLINIS

N. suprascapularis berjalan di lncisura scapulae yang dijembatani oleh Lig. transversum


scapulae superius. Osifikasi ligamentum dapat menyebabkan kompresi saraf yang
mengakibatkan melemahnya otot-otot dependen (M. supraspinatus dan M. infraspinatus).
Otot-otot tersebut penting untuk melakukan gerakan abduksi dan rotasi eksternal lengan.

3) HUMERUS
Caput humeri membentuk sudut 150 0-1800 dengan sumbu corpus humeri (sudut
collodiaphyseal), selain itu caput memperlihatkan retrotorsi 150-300 dan rotasi posterior
relatif terhadap sumbu melalui distal dari condylus. Tuberculum majus dan Tuberculum
minus masing-masing terletak di lateral dan medial corpus proximal.
Sulcus nervi radialis membentuk spiral di corpus humerus sebelah dorsal yang dilewati
oleh N. radialis. Sisi posterior Epicondylus medialis memperlihatkan Sulcus nervi ulnaris
tempat N. ulnaris dapat mengalami iritasi mekanis ("tulang lucu").

CATATAN KLINIS

Fraktur Humerus relatif sering terjadi karena terjatuh. Pembuluh darah yang menyuplai (Aa.
Circumflexae humeri anterior dan posterior) dan N. axillaris yang melengkung di sekitar
Humerus dapat rusak pada fraktur proksimal. N. radialis dapat mengalami cedera pada
fraktur bagian corpus atau pembedahan fraktur-fraktur tersebut, menyebabkan lesi N.
radialis yang jelas secara klinis (paralisis nervus radialis). Di regio ini, saraf juga dapat rusak
karena kompresi ("park bench paralysis" atau "Saturday night palsy”). Fraktur distal dapat
menyebabkan kerusakan pada N. ulnaris yang berjalan di Sulcus ulnaris. Karena saraf sangat
terpajan di lokasi ini sehingga lesi pada N. ulnaris merupakan lesi saraf yang paling sering
terjadi pada ekstremitas atas.
4) ULNA
Menentukan Ulna pada suatu sisi tubuh berdasarkan posisi lncisura radialis yang
menunjuk ke arah lateral.

5) RADIUS
Menentukan Radius pada suatu sisi tubuh berdasarkan posisi Processus styloideus radii
yang mengarah ke lateral. Namun, lncisura ulnaris, menunjuk ke arah ulnar.

6) OSSA MANUS
Tangan (Manus) terdiri dari pergelangan tangan (Carpus dengan Ossa carpi), metacarpus
(Metacarpus dengan Ossa metacarpi) dan jari-jari (Digiti dengan Ossa digitorum). Jari-jari
terdiri dari beberapa phalanges. Tulang-tulang pada pergelangan membentuk Sulcus carpi
yang menjadi dasar canalis carpi. Canalis carpi dibatasi oleh Os scaphoideum dan Os
trapezium pada sisi radial serta Os pisiforme dan Os hamatum pada sisi ulnar.
Pergelangan tangan (Carpus) terdiri dari deretan proksimal dan distal. Dari radial ke
ulnar deretan proksimal terdiri dari Os scaphoideum, Os lunatum dan Os triquetrum. Os
pisiforme berdekatan dengan triquetrum pada sisi palmar. Perhatian, Os pisiforme bukan
bagian Ossa carpi tetapi berperan sebagai Os sesamoideum untuk tendo M. flexor carpi
ulnaris. Deretan distal terdiri dari Os trapezium, Os trapezoideum, Os capitatum, dan Os
hamatum.

B. EXTREMITAS INFERIOR
1) PELVIS
Articulatio sacroiliaca dan Symphysis pubica menghubungkan dua Ossa coxae dan Os
sacrum. Cincin stabil yang terbentuk dari penghubungan ini melindungi visera lewat peran
Os ilium dan memindahkan bobot tubuh ke ekstremitas bawah.
Linea terminalis bermula dari Symphysis pubica, melalui Pecten ossis pubis dan
berlanjut melewati Linea arcuata hingga Promontorium. Linea terminalis mengelilingi pintu
masuk panggul (Apertura pelvis superior) dan memisahkan pelvis semu kranial (besar)
(Pelvis major) dari pelvis sejati kaudal (kecil) (Pelvis minor). Promontorium merupakan
bagian Columna vertebralis yang menonjol paling jauh ke pintu dalam panggul. Pintu luar
panggul (Apertura pelvis inferior) dibatasi oleh margo inferior Symphysis pubica di bagian
anterior, Tuber ischiadicum di bagian lateral, dan ujung Os coccygis di bagian posterior.
Bentuk pelvis menunjukkan perbedaan antar jenis kelamin. Pada laki-laki, pintu dalam
panggul lebih berbentuk seperti hati. Sudut pubik yang lebih kecil dinamakan sebagai
Angulus subpubicus Pada perempuan, pintu dalam panggul berbentuk oval transversa.
Selain itu, Arcus pubis, jarak antara Tuber ischiadicum, dan Ala ossis ilii pada perempuan
lebih besar ketimbang laki-laki.
Diameter bagian dalam berikut digunakan untuk menentukan lebar pintu masuk
panggul: diameter konjugata obstetrik (Diameter vera), yakni jarak antara aspek posterior
Symphysis pubica dan Promontorium, kemudian Diameter transversa, yakni jarak antara
titik Linea terminalis yang paling lateral di kedua sisi, lalu Diameter obliqua ldan ll, yang
menghubungkan Articulatio sacroiliaca di masing-masing sisi dengan titik Linea terminalis
yang paling distal.
Yang paling penting adalah Diameter vera yang menghubungkan aspek posterior
Symphysis pubica dan Promontorium.
Diameter internal lain yang bermakna klinis adalah Diameter transversa. Diameter
eksternal yang lain (Distantiae) tidaklah memiliki relevansi klinis yang bermakna sehingga
tidak diperlihatkan.

CATATAN KLINIS

Karena pintu masuk panggul dan pelvis sejati merupakan bagian dari jalan lahir, penentuan
berbagai diameter panggul sangat penting di dalam kehamilan untuk menilai kemungkinan
persalinan per vaginam. Diameter yang terpenting bagi perlintasan kepala janin adalah
Diameter vera (istilah klinis: Conjugata vera; setidaknya 11 cm). Diameter ini bisa dinilai
lewat pemeriksaan Diameter diagonalis via pemeriksaan dalam vagina, yang terentang mulai
dari Margo inferior symphysis pubica hingga mencapai Promontorium dan panjangnya 1.5
cm lebih panjang dari Conjugata vera. Bila dicurigai terjadi ketidaksesuaian antara kepala
janin dan jalan lahir, dimensi Conjugata vera dengan tepat ditentukan lewat MRl. Selama
sectio caesarea berlangsung, Conjugata vera rutin diperiksa untuk menilai apakah persalinan
berikutnya bisa dikerjakan per vaginam. Selama kehamilan, Symphysis pubica dan Articulatio
sacroiliaca menjadi lebih longgar karena kerja hormon relaxin, yang dihasilkan di dalam
plasenta dan ovarium. Oleh sebab itu, Conjugata vera terdilatasi sekitar 1 cm selama
persalinan.

2) OS COXAE
Os coxae terdiri atas tiga bagian, yakni Os ilium, Os ischium, dan Os pubis. Os ilium
menyusun panggul semu, sementara Os ischium dan Os pubis menyusun cincin tulang di
sekitar Foramen obturatum, masing- masing dari sisi posterior dan anterior. Facies
auricularis berperan sebagai permukaan artikulasi bagi Articulatio sacroiliaca. Discus
interpubicus melekat dengan Facies symphysialis.
Ketiga bagian Os coxae, yakni Os ilium, Os ischium, dan Os pubis, turut berkontribusi
dalam pembentukan Acetabulum.
Ketiga bagian Os coxae (Os ilium, Os ischium, Os pubis) dihubungkan oleh sinkondrosis
kartilaginosa berbentuk huruf y di Acetabulum. Sinkondrosis kartilaginosa ini menyatu
antara usia 13 hingga 18.
CATATAN KLINIS

Bila tungkai bawah yang teregang terkena trauma dan hantaman bertenaga tinggi, bisa
terjadi fraktur Fossa acetabuli disertai dislokasi Caput femoris (fraktur sentral - dislokasi
panggul). Perkembangan Os coxae serta osifikasi sinkondrosis kartilaginosa di area
Acetabulum pada remaja harus senantiasa dipikirkan ketika i mengamati citra radiografi
anak dan remaja untuk mencegah salah persepsi antara sinkondrosis kartilaginosa dan celah
fraktur Acetabulum.

3) FEMUR
Di proksimal Corpus femoris, terletak Trochanter major di sisi lateral dan Trochanter
minor di dorsomedial.
Linea aspera berperan sebagai apofisis origo M. quadriceps femoris serta insertio
beberapa otot kelompok adductor.
Collum femoris mengalami rotasi ke arah anterior dengan sudut 12- 14 o terhadap sumbu
yang menghubungkan antara Condylus medialis dan Condylus lateralis (sumbu transversa
kedua Condylus). Sudut ini dinamakan sudut torsi Femur. Pada bayi, besar sudut ini
mencapai sekitar 30 o.
Bila sudut torsi Femur bertambah, tungkai akan mengalami rotasi ke media, sehingga
jari kaki mengarah ke dalam pada saat berjalan. Bila sudut torsi Femur lebih kecil daripada
12 o, jari kaki akan mengarah ke luar.
Lapisan luar Substantia compacta yang padat menyelubungi lapisan dalam Substantia
spongiosa dan Cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi sumsum tulang.
Collum femoris membentuk sudut 126o dengan Corpus femoris. Sudut ini dinamakan
sudut caput-collum-diafisis atau sudut CCD. Pada neonatus, besar sudut CCD adalah 150 o.
Peningkatan sudut CCD menyebabkan Coxa valga, sementara penyusutan sudut CCD
menyebabkan Coxa vara.
Trabeculae spongiosa bersifat trajektorial, artinya trabekula ini menempatkan diri
sejajar dengan gaya kompresi dan traksi maksimal (dinamakan trajektori). Coxa valga
menyebabkan gaya kompresi menjadi lebih besar sehingga terjadi penguatan Trabeculae
spongiosa medial dan, pada saat bersamaan, reduksi trabeculae spongiosa lateral.
Pada coxa vara, peningkatan gaya traksi menyebabkan terjadinya penguatan Trabeculae
spongiosa lateral dan, pada saat bersamaan, reduksi Trabeculae spongiosa medial. Akibat
meningkatnya beban pelengkungan (bending stress)l, corticalis di bagian dalam Collum
femoris menjadi lebih tebal.
Untuk memahami gerak fleksirekstensi di sendi lutut, pengetahuan tentang berbagai
permukaan artikular di Condyli femoris perlu dikuasai. Terhadap sumbu Corpus femoris,
permukaan artikular terletak di sisi dorsal (retroposisi). Selain itu, kelengkungan Condyli
femoris lebih terlihat di bagian posterior (radius kelengkungannya lebih kecil) ketimbang di
anterior (radius kelengkungannya lebih besar), sehingga tampaklah kelengkungan spiral
Fenomena ini lebih jelas terrihat di condylus medialis daripada condylus lateralis

CATATAN KLINIS

Perubahan sudut caput-collum-diafiseal (CCD) dapat membatasi pergerakan. Pada Coxa


vara, terjadi penurunan gerak abduksi. Perubahan gaya yang bekerja pada permukaan
artikular sendi seperii Coxa valga atau Coxa vara menyebabkan peningkatan gesekan
4) TIBIA
Permukaan artikular proksimal bergeser ke dorsal terhadap sumbu Corpus tibiae
(retroposisi). Selain itu, permukaan artikular bergeser miring ke dorsal sebesar 3 o-7o
(retroversi). Retroversi terlihat lebih jelas di Condylus medialis ketimbang Condylus lateralis
dan juga terlihat jelas di tepi medial permukaan artikular.
Permukaan artikular kedua Condylus secara bersamaan disebut Facies articularis
superior.

5) FIBULA
Sewaktu menentukan posisi fibula, orientasi yang digunakan berGgantung pada fakta
bahwa Facies articularis capitis fibulae dan Facies articularis malleoli lateralis mengarah ke
medial.

6) OSSA PEDIS
Kaki (Pes) tersusun atas Tarsus dengan Ossa tarsi, Metatarsus dengan Ossa metatarsi,
dan jari kaki (Digiti) yang terdiri atas beberapa phalanges. Tarsus tersusun atas Talus,
Calcaneus, Os naviculare, Os cuboideum, dan tiga Ossa cuneiformia. Secara klinis, kaki
bagian depan dibedakan dengan kaki bagian belakang. Keduanya dipisahkan oleh satu garis
artikular di Articulationes tarsometatarsales.
Sinus tarsi merupakan rongga kosong yang dibentuk oleh Sulcus tali dan Sulcus calcanei.
Trochlea tali Iebih luas di sisi posterior daripada anteriornya.

CATATAN KLINIS

Articulatio tarsi transversa (istilah klinis: sendi CHOPART; biru) dan Articulationes
tarsometatarsales (istilah klinis: sendi LISFRANC, merah) merupakan tempat-tempat yang
dianjurkan dipakai sebagai lokasi amputasi bedah pada kasus cedera, frostbite atau defisit
perfusi dengan nekrosis jaringan. Kadang-kadang bisa terjadi luksasi di sendi-sendi ini.

Anda mungkin juga menyukai