Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

DENGUE FEVER

Disusun Oleh :

Muhamad Tariq Akbar

19710101

Pembimbing :

dr. Yunika Nurtyas, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

RSU DR WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK

“Dengue Fever”

Oleh:

Muhamad Tariq Akbar 19710101

Laporan kasus ini telah diujikan dan dipresentasikan di depan dokter pembimbing
SMF Ilmu Penyakit Dalam kepaniteraan klinik RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo
kota Mojokerto pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 10 November 2021

Mengetahui

Dokter Pembimbing

dr. Yunika Nurtyas, Sp.A

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan kasus dengan topik
”Dengue Fever”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Yunika Nurtyas, Sp.A. Selaku
pembimbing yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan


semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian ini. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telah ilmiah ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Mojokerto, 10 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I

LAPORAN KASUS 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1. DENGUE FEVER 8

2.1.1. DEFINISI DENGUE FEVER…...…………….


………………………………..8
2.1.2. PATOGENESIS DENGUE FEVER…….………………8
2.1.3. MANIFESTASI KLINIS DENGUE FEVER…….
…………………………………….....…..10
2.1.4. DIAGNOSIS DENGUE FEVER……………………….12
2.1.5. PENATALAKSANAAN DENGUE FEVER…………..14

BAB III

KESIMPULAN…………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..18

iii
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitaas Pasien

Nama Pasien : An. K

Usia : 4 tahun

Jenis kelamin : Laki - Laki

Alamat : SASAP 07/03 MODONGAN SOOKO

Pekerjaan : Belum Sekolah

Suku : Jawa

Agama : Islam

Tanggal MRS : 30 September 2021

1.2. Anamnesa

 Keluhan Utama :
Demam naik turun

 Riwayat Penyakit Sekarang :


 Pasien datang ke IGD RSUD Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tanggal
30 September 2021 diantar orang tuanya. Pasien datang dengan keluhan
demam naik turun sejak kurang lebih sekitar 2 minggu yang lalu. Dan
pasien mengalami demam tinggi terus menerus saat tanggal 26 Oktober
2021 malam hari. Keluhan juga disertai nafsu makan menurun, minum
baik. Pusing (-), Mimisan (-), Gusi berdarah (-), Nyeri sendi (-), Memar
(-), Mual (-), Muntah (+) tidak berdarah, BAB konsistensi padat tidak
berdarah 1 x sehari dan BAK 4-5x sehari.

1
2

 Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak ada penyakit seperti ini sebelumnya

 Riwayat Penyakit Keluarga :


DM (-), HT(-), PJK(-)

 Riwayat Pengobatan :
Sirup Paracetamol 3x1 120 mg/5 ml

 Riwayat Sosial dan Kebiasaan :


Pasien senang bermain di teras rumah saat malam hari

 Riwayat Imunisasi :
Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus

 Riwayat Tumbuh kembang :


 Tengkurap : 4bln
 Duduk : 7bln
 Berdiri : 13bln
 Berjalan : 13bln
 Berbicara : 16bln
 Merangkak : 9bln

1.3 Pemeriksaan Fisik


 Kesadaran : Composmentis, 4-5-6
 Keadaan umum : Lemah

 Vital sign :
Nadi : 132x/menit
Suhu : 39,5o C
SP O2 : 98%
3

RR : 24x/menit
Tekanan Darah: Tidak dievaluasi
 Kepala leher :
a/i/c/d : -/-/-/-
Konjungtiva hiperemis (-/-)
Edema palpebra (-/-)
 Thorax :
Cor : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-)
Pulmo : Gerak napas simetris, retraksi dinding dada (-),
fremitus raba simetris (+/+), sonor (+/+), ronkhi (-/-), wheezing
(-/-)
 Abdomen :
Inspeksi : Flat, jejas (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepatomegaly (-)
splenomegaly (-)
Perkusi : Timpani, shifing dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
 Ekstremitas :
Inspeksi : Edema (-), jejas (-)
Palpasi : Akral hangat, CRT < 2 detik, Pitting Oedema (-)

1.4 Diagnosis

 Diagnosis Klinis : Dengue Fever

1.5 Diagnosis Banding

 DHF
 Demam Tifoid
4

1.6 Planning

 Planning Terapi
Infus D5 ½ Saline 950cc/24 jam
Inj Parasetamol 3 x 120 mg
Inj. Ranitidin 2 x 12 mg
Inj. Ondansetron 3 x 1,2 mg
Koreksi Na : NaCI 3% 152 CC/ 8 jam

 Planning Diagnosa
o Laboratorium (30 September 2021)
Darah lengkap
Imunoserology
Tes Widal
(30 September 2021)
INDIKATOR HASIL SATUAN NILAI
RUJUKAN
Leukosit L 3.34 103/uL 4.50-13.50
Hemoglobin 10.6 g/dL 10.7-14.7
Eritrosit 4.08 106/uL 3.70-5.70
Hematokrit 32.0 % 31.0-43.0
Trombosit L 121 103/uL 217-497
MPV 8.6 fL 9.0-13.0
MCV 78.4 fL 72.0-88.0
MCHC 33.1 g/L 32.0-36.0
Neutrofil 37.4 % 17.0-60.0
Monosit 16.8 % 1.0-11.0
Jumlah Monosit 0.80 103/uL 0-0.7
Ratio N/L 0.77 - < 3.13
Glukosa Sewaktu 89 mg/Dl 50-90
Kalsium 8.82 mg/dl 8.80-10.80
Natrium L 126.5 mmol/L 136.0-145.0
Kalium 3.76 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida darah 102.1 mmol/L 98.0-107.0
Antigen SARS- Negatif - Negatif
CoV-2
5

Salmonella typhi O Negatif - Negatif


Salmonella typhi H Negatif - Negatif
Salmonella Negatif - Negatif
paratyphi AO
Salmonella Negatif - Negatif
paratyphi BO

(01 November 2021)

INDIKATOR HASIL SATUAN NILAI


RUJUKAN
Leukosit 8.38 10 /uL
3
4.50-13.50
Hemoglobin 10.6 g/dL 10.7-14.7
Eritrosit 4.08 106/uL 3.70-5.70
Hematokrit 32.0 % 31.0-43.0
Trombosit L 121 103/uL 217-497
MPV 8.6 fL 9.0-13.0
MCV 78.4 fL 72.0-88.0
MCHC 33.1 g/L 32.0-36.0
Neutrofil 37.4 % 17.0-60.0
Monosit 13.2 % 1.0-11.0
Jumlah Monosit 0.80 103/uL 0-0.7
Ratio N/L 0.77 - < 3.13
Glukosa Sewaktu 89 mg/Dl 50-90
Kalsium 8.82 mg/dl 8.80-10.80
Natrium L 126.5 mmol/L 136.0-145.0
Kalium 3.76 mmol/L 3.5-5.1
Chlorida darah 102.1 mmol/L 98.0-107.0

1.7 Follow Up
(01-11-2021) (hari sakit ke-6)

S O A P
Pasien KU: Lemah Dengue Terapi:
mengatakan TTV : Fever hari  Inf. D5 ½ 1100 cc/
demam tidak Nadi : 96 x/menit ke-6 24 Jam
ada, nafsu Suhu :37.6oC  Inj.Parasetamol 3 x
makan belum RR :20 x/menit
6

membaik, Lab : 120 mg


minum baik. A/i/c/d: -/-/-/-  Inj.Ranitidin 2 x 12
Pusing (-), Thorax mg
Mimisan (-), dbn  Inj.Ondansetron 3
gusi berdarah (-), Abdomen x 1.2 mg
Mual (-), Hepatomegaly (-)  Koreksi Nacl 3%
Muntah (-), BAB Splenomegaly (-) 152 cc/8 Jam
tidak ada hari ini Extremitas
dan BAK 3x CRT <2 detik, Diagnosa :
sehari. Akral hangat,  Darah Lengkap:
 Leukosit : 8.38
 Hematokrit : 36.8
 Trombosit : L 53
 Natrium : L 134.

(02-011-2021) (hari sakit ke-7)

S O A P
Pasien KU: Lemah Dengue Terapi:
mengtakan TTV : Fever hari  Inf. D5 ½ 950 cc/
demam tidak Nadi : 92 x/menit ke-7 24 Jam
ada, nafsu Suhu :37.5oC  Inj.Parasetamol 3
makan membaik, RR :20 x/menit x 120 mg
minum baik. Lab :  Inj.Ranitidin 2 x
Pusing (-), A/i/c/d: -/-/-/- 12 mg
Mimisan (-), Thorax  Inj.Ondansetron 3
gusi berdarah (-), dbn x 1.2 mg
Mual (-), Abdomen Diagnosa :
Muntah (-), BAB Hepatomegaly (-)  Darah Lengkap:
tidak ada hari ini Splenomegaly (-)  Leukosit : 7.04
dan BAK 2x Extremitas
 Hematokrit : 32.6
sehari. CRT <2 detik,
7

Akral hangat,  Trombosit : L 52


Convalesen
petechial rash (+)

(03-11-2021) (hari sakit ke-8)

S O A P
Pasien tidak KU: Lemah Dengue Terapi:
demam, nafsu TTV : Fever hari - Inf. D5 ½ 950 cc/
makan baik, Nadi : 92 x/menit ke-8 24 Jam
minum baik. Suhu :37,4oC - Inj.Parasetamol 3
Pusing (-), RR :20 x/menit x 120 mg
Mimisan (+), A/i/c/d: -/-/-/- - Inj.Ranitidin 2 x
gusi berdarah Thorax 12 mg
(-), Mual (-), Dbn - Inj.Ondansetron 3
Muntah (-), Abdomen x 1.2 mg
BAB konsistensi Hepatomegali (-) - Inj.Transamin 100
padat 1 x sehari Splenomegali(-) mg/ml
dan BAK 3x Extremitas Diagnosa :
sehari. CRT <2 detik, - Darah Lengkap:
Akral hangat, - Leukosit : 5.54
Convalesen - Hematokrit : L 30
Petechial rash (+) - Trombosit : L 54
Tangan dan kaki Tindakan:
- KRS paksa karena
pasien selalu ingin
pulang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dengue Fever

2.1.1 Definisi
Demam Dengue (DD) adalah suatu penyakit demam akut
berlangsung 2-7 hari (kadang-kadang bifasik) disertai dua atau lebih
manifestasi tersebut di bawah :
 nyeri kepala
 nyeri retro-orbital
 mialgia/artralgia
 ruam manifestasi perdarahan (ptekie, tes torniket positif)
 leukopenia

Bila disertai serologi suportif atau terjadi pada lokasi serta waktu yang
sama dengan kasus dengue lain yang sudah dikonfirmasi, maka diagnosis
menjadi definitif. Pada anak, DD biasanya ringan, namun pada anak /
dewasa penyakit tampil berat disertai nyeri pada tulang dan penyembuhan
dengan rasa lelah yang berkepanjangan serta depresi. Suatu kasus DD
dikonfirmasi secara kriteria laboratoris (isolasi virus dengue, kadar
antibodi yang mengalami peningkatan 4 kali atau lebih), antigen virus
dengue atau sekuensi genomik positif. (IDAI,2012)

2.1.2. Patogenesis

Respon Imun Humoral

Respon humoral diperankan oleh limfosit B dengan menghasilkan


antibodi spesifik terhadap virus dengue. Antibodi spesifik untuk virus
dengue terhadap satu serotipe tertentu juga dapat menimbulkan reaksi
silang dengan serotipe lain selama enam bulan. Antibodi yang dihasilkan
dapat menguntungkan dalam melindungi dari terjadinya penyakit, namun

8
9

sebaliknya dapat pula menjadi pemicu terjadinya infeksi yang berat


melalui mekanisme antibodi-dependent enhancement (ADE).
Antibodi anti dengue yang umumnya dibentuk berupa
imunoglobulin (Ig) G dengan aktivitas yang berbeda. Antibodi terhadap
protein E dapat bekerja baik untuk netralisasi maupun berperan dalam
mekanisme ADE. Antibodi terhadap protein NS1 berperan dalam
menghancurkan (lisis) sel yang terinfeksi melalui bantuan komplemen
(complement-dependent lysis). terlihat bahwa antibodi terhadap protein
prM pada virion imatur juga berperan dalam mekanisme ADE.
Virus dengue mempunyai empat serotipe yang secara antigenik
berbeda, Infeksi virus dengue primer oleh satu serotipe tertentu dapat
menimbulkan kekebalan yang menetap untuk serotipe yang bersangkutan
(antibodi homotipik). Pada saat yang berbeda secara bersamaan, sebagai
bagian dari kekebal.an siiang (cross immunity) akan dibentuk antibodi
untuk serotipe lain (antibodi heterotipik).Apabila kemudian terjadi infeksi
oleh serotipe yang, maka antibodi heterotipik yang bersifat non atau
subneutralisasi berikatan dengan virus atau partikel tertentu dari virus
serotipe yang baru membentuk kompleks imun. Kompleks imun akan
berikatan dengan reseptor Fey yang banyak terdapat terutama pada
monosit dan makrofag, sehingga memudahkan virus menginfeksi sel.
Virus bermultiplikasi di dalam sel dan selanjutnya virus keluar dari sel,
sehingga terjadi viremia. Kompleks imun juga dapat mengaktifkan
kaskade sistem komplemen untuk menghasilkan C3a dan C5a yang
berdampak langsung terhadap peningkatan permeabilitas vaskular.

Respon imun selular

Respon imun selukar yang berperan yaitu limfosit T (sel T). Sama
dengan respon imun humoral, respon sel T terhadap infeksi virus Respon
imun Selular dengue dapat menguntungkan sehingga tidak menimbulkan
penyakit atau hanya berupa infeksi ringan, namun sebaliknya juga dapat
terjadi hal yang merugikan bagi pejamu. Sel T spesifik untuk virus
dengue dapat mengenali sel yang terinfeksi virus dengue dan
10

menimbulkan respons yang beragam berupa proliferasi sel,


menghancurkan sel yang terinfeksi, serta memproduksi berbagai sitokin.
Pada penelitian in vitro, diketahui bahwa baik sel T CD4 maupun sel T
CD8 dapat menyebabkan lisis sel target yang terinfeksi dengue. Dalam
menjalankan Fungsi sel T CD4 lebih banyak sebagai penghasil sitokin
dibandingkan kan dengan fungsi menghancurkan sel sebaliknya, sel T
CDS lebih berperan untuk lisis target sel dibandingkan dengan produksi
sitokin.
Pada infeksi seckunder oleh virus dengue serotipe yang berbeda,
memori sel T memori memiliki aviditas yang lebih besar terhadap
serutipe yang sebelumnya dibandingkan dengan serotipe virus yang baru.
Fenomena ini disebut sebagai aoriginal antigenic sin. Dengan demikian,
fungsi lisis terhadap virus yang haru tidak optimal, sedangkan produksi
sitokin berlebihan. Sitokin yang dihasilkan oleh sel T pada umumnya
berperan dalam memacu respons inflamasi dan meningkatkan
permeabilitas sel endotel vascular

2.1.3 Manifestasi Klinis


Demam dengue sering ditemukan pada anak-anak besar, remaja,
dan dewasa. Setelah melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari
(rentang 3-14 bari), timbul gejala berupa demam, mialgia, sakit punggung,
dan gejala konstitusional lain yang tidak spesifik seperti rasa lemah
(malaise), anoreksia, dan gangguan rasa kecap. . Demam pada umumnya
timbul, tinggi (39°C-40°C), terus-menerus (pola demam kurva kontinua),
bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7 hari. Pada hari ketiga sakit pada
umumnya suhu tubuh turun,namun masih di atas normal, kemudian suhu
naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai pola demam bifasik. Demam
disertai mialgia, sakit punggung (karena gejala ini, demam dengue pada
masa lalu disebut sebagai breakbone fever), artralgia, muntah, fotofobia
(mata seperti silau walau terkena cahaya dengan intensitas rendah) dan
nyeri retroorbital pada saat mata digerakkan atau ditekan. Gejala lain
11

dapat berupa gangguan pencernaan (diare atau konstipasi), nyeri perut,


sakit tenggorok, dan depresi.
Pada hari sakit ke-3 atau 4 ditemukan makulopapular atau
rubeliformis, ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari
perhatian orang tua. Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan
tangan berupa ruam makulopapular dan petekie diselingi bercak bercak
putih (pulau putih di lautan merah), dapat disertai rasa gatal yang disebut
sebagai ruam konvalesens. Manifestasi perdarahan pada umumnya sangat
ringan berupa uji torniket yang positif (210 petekie dalam area 2,8 × 2,8
cm) atau beberapa petekie spontan. Pada beberapa kasus demam berdarah
dapat terjadi perdarahan masif. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan
jumlah leukosit yang normal, namun pada beberapa kasus leukositosis
pada awal demam, namun kemudian terjadi leukopenia dengan jumlah
PMN yang turun, dan ini berlangsung selama fase demam. Jumlah
trombosit dapat normal atau menurun (100.000-150.000/mm³), jarang
ditemukan jumlah trombosit kurang dari 50.000/mm'. Peningkatan nilai
hematokrit sampai 10% mungkin ditemukan akibat dehidrasi karena
demam tinggi, muntah, atau karena asupan cairan yang kurang.
Pemeriksaan serum biokimia pada umumnya normal, SGOT, dan SGPT
dapat meningkat.

Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Lama sakit dan beratnya penyakit bervariasi antara individu. Masa


konvalesens berlangsung singkat dan pulih segera, namun rasa lemah dan
mialgia kadang berlangsung lama. Pada pasien remaja masa
penyembuhan dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu yang sering
disertai rasa letih dan depresi. Bradikardia dapat ditemukan pada masa
konvalesens. Manifestasi perdarahan berat seperti perdarahan saluran
cerna, epistaksis masif, hipermenore lebih jarang ditemukan, namun
apabila ditemukan dapat merupakan penyebab kematian teruta-ma pada
anak besar. Demam dengue dengan manifestasi perdarahan harus
dibedakan dari demam berdarah dengue.
12

2.1.4. Diagnosis

Diagnosis klinis demam dengue


 Demam 2-7 hari yang timbul memaksa, tinggi, terus-menerus,
bifasik. Manifestasi perdarahan baik spontan seperti petekie,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan
atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif.
 Nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
 Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah atau di
sekitar rumah.
 Leukopenia <4.000/mm
 Trombositopenia <100.000/mm
Apabila ditemukan gejala demam dengan adanya dua atau lebih tanda dan
gejala lain, diagnosis demam dengue dapat ditegakkan.

Perlu mendapat perhatian bahwa yang disebut adalah tidak


didahului oleh demam ringan, misalnya anak pulang sekolah belum
demam, kemudian tidur, bangun tidur anak menderita demam tinggi di
atas 38,5°C. Demam terus-menerus berarti perbedaan subu terendah
dengan suhu tertinggi kurang dari l°C Masalah yang timbul dalam menilai
pola demam ini adalah tidak selalu orang tua mengukur kenaikan demam
13

dan pengaruh pemberian obat penurun panas oleh orang tua. Tingginya
demam dapat diperkirakan melalui pertanyaan mengenai akibat demam
terhadap pasien, seperti anak rewel/gelisah, kulit terutama pada wajah
(lushing) dan fotofobi. Efek obat penurun panas, pada umumnya hanya
sebentar, paling lama sesuai dengan masa obat, setelah itu demam kembali
meningkat. Adanya epistaksis pada anak yang biasa epistaksis, harus
dicari petunjuk lain, misalnya pemeriksaan tourniquet atau tanda dan
gejala perdarahan lain.
Kriteria Diagnosis Laboratoris laboratorik diperlukan untuk
surveilans epidemiologi, terdiri atas: Probable dengue, apabila diagnosis
klinis oleh hasil pemeriksaan serologi anti dengue. Confirmed dengue,
apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome virus Dengue
dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen dengue pada pemeriksaan NS1,
atau apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari
negatif menjadi positif) pada pemeriksaan serologi berpasangan.
Isolasi virus dengue memberi nilai yang sangat kuat dalam
konfirmasi diagnosis klinis, namun karena memerlukan teknologi yang
canggih dan prosedur yang rumit pemeriksaan ini bukan merupakan
pemeriksaan yang rutin dilakukan.
14

2.1.5. Tatalaksana

Periode febris

Apabila penderita infeksi Virus Dengue datang pada periode febris,


saat/ketika belum/tidak dapat dibedakan Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic
Fever, maka pengobatan yang dapat diberikan adalah sbb :

 Antipiretik Parasetamol sebagai pilihan, dengan dosis 10 mg/BB/kali tidak


lebih dari 4 kali sehari. Jangan memberikan aspirin dan brufenibuprofen,
sebab dapat menimbulkan gastritis dan atau perdarahan.
 Antibiotik tidak diperlukan
 Makan disesuaikan dengan kondisi nafsu makannya.
 Apabila penderita ditetapkan rawat jalan, maka kalau dalam perjalanan
didapat keluhan dan tanda klinis seperti di bawah ini dianjurkan untuk
segera datang ke rumah sakit untuk pengobatan selanjutnya.
15

Gejala dan tanda yang dimaksud adalah :

1. Nyeri abdomen
2. Tanda perdarahan di kulit, petekiae dan ekimosis
3. Perdarahan lain seperti epistaksis dan perdarahan gusi
4. Penderita tampak loyo dan pada perabaan terasa dingin
 Kebutuhan cairan harus dipenuhi. Pemberian cairan dapat diberikan per
oral, akan tetapi apabila penderita tidak mau minum, muntah terus, atau
panas yang terlalu tinggi maka pemberian cairan intravena menjadi
pilihan.

Apabila cairan intravena dijadikan pilihan terapi, maka dikenal formula untuk
memenuhi cairan rumatan yaitu formula Halliday Segar dengan rincian sbb :

Berat Badan (Kg) Cairan Rumatan (Volume)/ 24 jam

1-10 100 CC/Kg BB

10-20 1000 CC + 50 CC/Kg BB di atas 10 Kg

> 20 1500 CC + 20 CC/Kg BB di atas 20 Kg

Setiap derajat C peningkatan temperatur, cairan ditambah 12 % dari kebutuhan


rumata. Untuk cairan rumatan ini dapat diberikan solutio DS ½ Saline untuk anak
usia >3 tahun atau D5 ¼ Saline untuk penderita berumur <3 tahun.

Lakukan observasi secara cermat setiap 6 jam atas tanda vitalnya, dengan tujuan
untuk mendeteksi tanda-tanda kebocoran plasma (plasma leakage), yang
mengarah ke dengue haemorhagic fever.

Periode afebris
Demam Dengue
Kebanyakan penderita Demam Dengue, setelah panas turun,
merasa/tampak lebih segar, timbul nafsu makan dan akan segera sembuh tanpa
disertai komplikasi, sehingga tidak ada pengobatan khusus. Kadang timbul gejala
klinis “confalescence petechial rash" pada tangan atau kaki dengan memberi
16

kesan seperti sarung tangan atau kaus kaki. Dalam prasentase yang kecil periode
konfalesence ini membutuhkan waktu agak panjang.
BAB III

KESIMPULAN

Pasien An. K dengan usia 4 tahun dan berat badan 12 kg datang ke IGD

RSUD Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tanggal 30 Oktober 2021. Pasien

datang dengan keluhan demam sejak tanggal 26 oktober malam hari disertai nafsu

makan menurun, untuk minum anak tersebut masih mau, BAB 1 kali sehari

konsistensi padat, BAK lancar.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan suhu pasien 39.5℃ , untuk

pemeriksaan fisik yang lain didapatkan mimisan pada tanggal 3 November 2021.

Pada pemeriksaan penunjang, didapatkan leukopenia 134 103/uL

trombositopenia 168 103/uL, Hematokrit 32% (dbn), Hiponatremia 127.5

mmol/L. Selama perawatan pasien mendapatkan Infus D5 ½ Saline 950cc/24 jam

Inj Parasetamol 3 x 120 mg, Inj. Ranitidin 2 x 12 mg, Inj. Ondansetron 3 x 1,2

mg, Koreksi Na : NaCI 3% 152 CC/ 8 jam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2014). Pedoman Diagnosis dan


Tatalaksana Infeksi Virus Dengue Pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2010). Tatalaksana Mutakhir Kasus


Demam Pada Anak. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia

18

Anda mungkin juga menyukai