Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

APPENDISITIS

Disusun oleh:
dr. Meydina Andreina
Caesaria

Dibimbing oleh: dr.


Nur Cholis

INTERNSIP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN


PERIODE NOVEMBER 2022 – NOVEMBER 2023
KABUPATEN CIREBON
PIDI PROVINSI JAWA BARAT
BAB I

LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien


Nama : Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 53 tahun
Agama : Islam
Alamat : Arjawinangun
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal Masuk RS : 05 Desember 2022

1.2. Anamnesis
• Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah sejak 1 minggu SMRS
• Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke RSUD Arjawinangun dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri dirasakan semakin parah
hari demi harinya. Awalnya nyeri terasa di ulu hati tapi lama kelamaan
berpindah ke perut kanan bawah. Keluhan disertai dengan penurunan
nafsu makan, mual dan muntah, pasien juga mengeluhkan adanya
demam yang naik turun sejak 3 hari SMRS
• Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya
• Riwayat Penyakit Keluarga:
Anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit serupa.
• Riwayat Pola Hidup:
Pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Pasien ada riwayat
merokok

1
1.3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : sakit sedang
Kesadaran : E4 M6 V5 (compos mentis)
Tanda Vital
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Laju nadi : 88 x/menit
• Laju nafas : 20 x/menit
• Suhu : 37.9°C

• SpO2 : 98%

Status Generalis
• Kepala
Normocephali, distribusi rambut merata dan tidak mudah rontok.
• Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 2mm/2mm,
reflex cahaya +/+, hiperemis -/-
• Telinga
Otorhea -/-, otalgia -/-, nyeri tekan tragus -/-, hiperemis -/-
• Hidung
Secret -/-, epistaksis -/-, pernapasan cuping hidung (-), septum tidak ada
kelainan
• Mulut dan tenggorok
Bibir simetris, sianosis bibir (-), lidah kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-),
mukosa lembab, berwarna merah muda, tonsil T1-T1, detritus (-), faring
dan tonsil tidak hiperemis.
• Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), tiroid tidak membesar, JVP
normal.
• Thorax
Bentuk dan gerak simetris, retraksi dinding dada (-), iktus cordis tidak
terlihat dan teraba, vocal fremitus kanan = kiri, sonor kanan = kiri,

2
suara nafas vesikuler +/+, rhonchi -/-, wheezing -/-, bunyi jantung S1-
S2 murni regular, murmur (-), gallop (-).
• Abdomen
Perut cembung, diskolorasi (-), benjolan pada perut (-), bising usus (+)
normal, (-), defans muscular (-), hepatosplenomegaly (-), nyeri tekan
(+), Mc Burney point (+), Psoas Sign (+), Obturator Sign (+)
• Ekstremitas
Deformitas (-), akral hangat, CRT <2”, arteri dorsalis pedis teraba kuat,
sianosis -/-/-/-, pitting edema -/-.

1.4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
Hemoglobin 15.2 g/dL 13.2-17.3
Leukosit (WBC) 11.0 103/uL 3.8-10.6
Trombosit 272 103/uL 150-440
Hematokrit 45.7 % 40-52
Eritrosit 4.92 106/uL 4.4-5.9

MCV 92.8 fl 80-100


MCH 30.9 pg 26-34
MCHC 33.3 g/dL 32-36
RDW 14.9 % 11.5-14.5
MPV 8.4 fl 7.0-11.0
Hitung Jenis Lekosit
Segmen 64.5 % 28.0-78.0
Basophil 0.4 % 0-1
Eosinophil 2.5 % 2-4
Limfosit 41 % 25-40

3
Monosit 7 % 2-8

1.5. Resume

1.6. Diagnosis
Diagnosis Kerja : Appendisitis Akut
Diagnosis Banding : 1. GEA
2. Urolitiasis
1.7. Tatalaksana
Non-medikamentosa:
 Rawat inap
 Evaluasi keadaan umum dan tanda vital
Medikamentosa:
 Infus RL
 Santagesik 3x1 amp
 Omz 2x40 mg
Advis :
Inj cefobactam 2x1gr
Inj santagesik kp 
1.8. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Apendisitis akut adalah radang yang timbul secara medadak pada apendik,
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui, dan jika tidak
ditangani segera dapat menyebabkan perforasi. Apendisitis merupakan peradangan yang
terjadi pada apendiks veriformis, yang dicetuskan oleh adanya sumbatan lumen apendiks
dikarenakan konsumsi makanan yang rendah serat dan pengaruh konstipasi yang ditandai
dengan terjadinya peradangan mendadak pada umbai cacing.

2.2 Epidemiologi

Insidensi apendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara berkembang
namun selam 30-40 tahun terakhir ini kejadianya sudah menurun secara bermakna.
Apendisitis akut merupakan salah satu kasus emergensi pada bedah umum dengan
prevalensi 100/100.000/tahunya di Eropa dan Amerika, atau 11 kasus/10.000/ tahunnya.
Sekitar 9% pria dan 7% wanita dapat terkena apendisitis selama hidupnya.
2.3 Faktor Risiko

Penelitian Indri U, dkk (2014), mengatakan risiko jenis kelamin pada kejadian
penyakit apendisitis terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan presentase 72,2%
sedangkan berjenis kelamin perempuan hanya 27,8%. Menurut Nurhayati (2011)
mengatakan bahwa pola makan yang kurang serat menyebabkan apendisitis, selain itu bahan
makanan yang dikonsumsi dan cara pengolahan serta waktu makan yang tidak teratur
sehingga hal ini dapat menyebabkan apendisitis. kebiasaan pola makan yang kurang dalam
mengkonsumsi serat yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional appendiks dan
meninggkatkan pertumbuhan kuman, sehingga terjadi peradangan pada appendiks

5
2.4 Patogenesis

2.5 Klasifikasi

 Acute Appendicitis non Obstruktif (mukosal apendisitis)


Inflamasi pada membran mukosa dengan kemerahan, edema dan pendarahan.
 Acute Appendicitis Obstruktif
Pus terkumpul dan menyumbat lumen apendiks sehingga muncul warna kehitaman,
gangren, edema dan dapat menyebabkan perforasi di bagian base atau tip dari apendiks.
Perforasi dapat menyebabkan peritonitus, pembentukan abses apendikular.
 Reccurent Appendicitis
obstruksi berulang dan menyebabkan fibrosis dan adhesi.
 Sub akut Appendicitis
Apendisitis dengan derajat lebih ringan
 Stump Apendisitis
         Sisa apendiks yang dipertahankan hasil laporoskopi sebelumnya

6
Apendisitis Proliferasi nerve fiber intramucous atau -
neurogenik submukosa.

Apendisitis Normal secara makroskopik, -


fokal namun secara histologis adanya
peradangan terbatas pada satu
daerah.

Apendisitis Secara makroskopis, sering -


berulang menebal, sebagian berkilauan
keputihan, atau normal.
(recurrent) Peningkatan jaringan lemak.
Infiltrasi limfositik, hiperplasia
limfoid.

7
2.6 Gambaran klinis

2.7 Diagnosis

3. Pemeriksaan penunjang 1
-
2.8 Diagnosis Banding

2.9 Tatalaksana

2.8 Prognosis

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi W, Syam AF. 2014.


Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam. Jakarta: InternaPublishing.

2. PDPI. 2021. Asma Bronkial & Asma Eksaserbasi Akut. Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia.

3. Global Initiative For Asthma. 2022. Pocket Guide for Asthma Management and
Prevention. GINA.

4. Navarro.2000. Risk Factor For Asthma. Journal Internasional Archieves of


Allergy Immunology.

5. The Calgary Guide (2021). Asthma : Patogenesis.


https://calgaryguide.ucalgary.ca/asthma-pathogenesis/ . Diakses Desember 2022

6. Gill Karen. 2019. What are the signs that you might have asthma?
Https://www.medicalnewstoday.com/articles/324449. Diakses Desember 2022

7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai