RS GUNUNG MARIA
Jln. Sejahtera No. 282, Tomohon
Sulawesi Utara – Indonesia
P. (0431) 351008
F. (0431) 352414
E-mail: rsgunungmaria@yahoo.co.id
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing:
Dokter Internsip:
Mengetahui,
Dokter Pendamping Internship
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Anugerah Keselamatan dan Belas
Kasih-Nya yang telah memampukan penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan
kasus dengan judul “Congestive Heart Failure”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas dalam Program Internsip Dokter Indonesia di Rumah Sakit Umum
Gunung Maria Tomohon.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah
mudah untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Penulis sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran karena penyusunan tugas ini
masih jauh dari kata sempurna. Semoga ini bisa bermanfaat bagi setiap orang yang
membacanya. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II LAPORAN KASUS 3
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 18
BAB IV PENUTUP 20
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I
PENDAHULUAN
mortalitas dan morbiditas yang tinggi di negara maju maupun negara berkembang
termasuk Indonesia. Di Indonesia, usia pasien gagal jantung relatif lebih muda
dibanding Eropa dan Amerika disertai dengan tampilan klinis yang lebih berat. 1
Prevalensi dari gagal jantung sendiri semakin meningkat karena pasien yang mengalami
kerusakan jantung yang bersifat akut dapat berlanjut menjadi gagal jantung kronik. World
gagal jantung di dunia, termasuk Asia diakibatkan oleh meningkatnya angka perokok,
tingkat obesitas, dislipidemia, dan diabetes. Angka kejadian gagal jantung meningkat
juga seiring dengan bertambahnya usia. Menurut studi yang dilakukan Framingham,
insiden tahunan pada laki–laki dengan gagal jantung (per 1000 kejadian) meningkat dari
memiliki insiden gagal jantung yang relatif lebih rendah dibanding pada laki–laki
cukup. Gagal jantung juga adalah sindrom klinis, di tandai oleh sesak napas dan fatik
baik saat istirahat atau saat aktivitas yang di sebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung.
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. SK
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 62 tahun
Tanggal lahir : 19 September 1959
Agama : Protestan
Suku Bangsa : Minahasa
Alamat : Kumelembuay Ling.
VI, Tomohon
Nomor Rekam Medis : 193137
II. Anamnesis
Pasien datang ke IGD RSU Gunung Maria pada tanggal 31 Agustus 2022
pukul 09.29 dengan keluhan lemah badan sejak beberapa hari SMRS, lemah badan
disertai rasa mual jika makan, namun tidak ada keluhan nyeri ulu hati dan muntah.
Kaki membengkak (+), sesak nafas (+) saat beraktivitas namun tidak ditemukan
nyeri dada.
Nafsu makan pasien baik. BAB dan BAK normal. Saat ini pasien juga tidak
memiliki keluhan demam, batuk ataupun pilek.
E. RIWAYAT KEBIASAAN
Merokok (+)
Minum Alkohol (+)
Narkoba (-)
F. RIWAYAT ALERGI
Keadaan Umum
GCS : E4 V5 M6
Tanda - tanda
vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
SpO2 : 96%
Berat badan : 49 kg
Tinggi badan : 157 cm
Skala nyeri : VAS 0
Status Generalis
an
Thorax Jantung
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V, 1cm dari linea
midklavikula sinistra
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik, turgor kulit kembali normal,
Edema tungkai (+)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (31/08/2022)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 14.2 g / dL 11.00 – 15.00
Hematocrit 47.8 % 37.00 - 47.00
Differential
ParameterCount Hasil Nilai Normal
Basophil 0.2 % 0.0 – 1.00
Eosinophil 0.21 % 0.5 – 5.00
Neutrophil 91.9 % 50-70
Natrium 146 mEq/L 135 – 147
Lymphocyte 3.3 % 20 – 40
Monocyte 3.7 % 3-12
EKG (08/02/2022)
Interpretasi:
Atrial Fibrilasi RVR
HR 122bpm
LAD (Left Anterior Ascending)
Poor R Wave
Kesan: Irama Sinus Takikardi
Pemeriksaan Radiologi:
Aorta normal.
Tulang-tulang intak.
VII. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana IGD (31/8/22)
○ IVFD NS 8tpm
○ Ceftriaxone 1x2gr IV
○ Ranitidin 2x1 amp IV
○ Furosemide 1-0-0 IV
○ Aspilet 80mg 0-1-0
○ Bisoprolol 2,5mg 1-0-0
VIII. PROGNOSIS
(-/-) Thorax :
IFVD NS 8tpm
Furosemide 1-0-0 IV
Spironolakton 1x25mg
(-/-) Thorax :
IFVD NS 8tpm
02 3L/m
Furosemide 1-0-0 IV
Spironolakton 1x25mg
Lanzoprazole 2x1
Diet lunak
PEMERIKSAAN LAB 2/9-22
Tanggal 03/09/2022 (09.00)
(-/-) Thorax :
IFVD NS 8tpm
O2 3L/m
Furosemide 1-1-0 IV
Spironolakton 1x25mg
Digoxin 1x0,25mg
(-/-) Thorax :
IFVD NS 8tpm
O2 k/p
Furosemide 1-1-0 IV
Spironolakton 1x25mg
Digoxin 1x0,25mg
(-/-) Thorax :
(Infus terlepas)
Lymphocyte L 1.4 % 20 – 40
Laboratorium (6/09/2022)
Tanggal 07/09/2022 (09:00)
(-/-) Thorax :
Miconazole zalf
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DAN
Tanda khas gagal jantung: takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
DAN
Tanda objektif gangguan struktur atau fungsional jantung saat istirahat, kardiomegali,
suara jantung tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam gambaran ekokardiografi,
kenaikan konsentrasi peptida natriuretik.
GEJALA TANDA
Tipikal Spesifik
• Sesak nafas • Peningkatan JVP
• Ortopneu • Refluks hepatojugular
• Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe • Suara jantung S3 (gallop)
• Toleransi aktivitas yang • Apex jantung bergeser ke lateral
berkurang • Murmur jantung
• Cepat lelah
• Bengkak pada pergelangan kaki
Etiologi dari CHF ialah Hipertensi, Penyakit arteri coroner, infark miokardium, kelainan
katup, penyakit jantung kongenital, kardiomiopati, endocarditis, miokarditis, merokok dan
diabetes.
Klasifikasi CHF berdasarkan ACCF/AHA meliputi: a) Orang yang beresiko terjadinya
CHF tanpa kelainan struktur dari jantung atau gejala dari CHF, b) Ada kelainan struktural dari
jantung tapi tanpa tanda dan gejala dari CHF, c) Ada kelainan struktural dari jantung dengan
gejala dari CHF, d) Gejala yang berat dari CHF dan perlu intervensi spesialisasi. NYHA
meliputi: 1) Tanpa limitasi aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang biasa tidak menimbulkan gejala
CHF, 2) Sedikit limitasi aktivitas fisik, hilang saat istirahat. Aktifitas fisik yang biasa
menimbulkan gejala CHF, 3) Terjadi limitasi aktivitas fisik. Saat istirahat, tidak ada
keluhan. Aktivitas fisik yang lebih ringan dari aktifitas fisik biasa menimbulkan gejala CHF, 4)
Setiap aktivitas fisik yang dilakukan menimbulkan gejala CHF, bahkan saat istirahat juga
menimbulkan keluhan.
Gagal Jantung Kongestif diawali dengan gangguan otot jantung yang tidak bisa berkontraksi
secara normal seperti infark miokard, gangguan tekanan hemodinamik, overload volume, ataupun
gejala simptomatis yang minimal. Hal ini disebabkan oleh mekanisme kompensasi tubuh yang
disebabkan oleh cardiac injury ataupun disfungsi ventrikel kiri. Beberapa mekanisme yang terlibat
diantaranya: (1) Aktivasi Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) dan sistem saraf adrenergik dan (2)
peningkatan kontraksi miokardium. Sistem ini menjaga agar cardiac output tetap normal dengancara
retensi cairan dan garam. Ketika terjadi penurunan cardiac output maka akan terjadi perangsangan
baroreseptor di ventrikel kiri, sinus karotikus dan arkus aorta,kemudian memberi sinyal aferen ke
sistem syaraf sentral di cardioregulatory center yang akan menyebabkan sekresi Antidiuretik
Hormon (ADH) dari hipofisis posterior. ADH akan meningkatkan permeabilitas duktus kolektivus
sehingga reabsorbsi air meningkat. Kemudian sinyal aferen juga mengaktivasi sistem syaraf
simpatis yang menginervasi jantung, ginjal, pembuluh darah perifer, dan otot skeletal. Stimulasi
simpatis pada ginjal menyebabkan sekresi renin. Peningkatan renin meningkatkan kadar angiotensin
II dan aldosteron. Aktivasi RAAS menyebabkan retensi cairan dan garam melalui vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Mekanisme kompensasi neurohormonal ini berkontribusi dalam perubahan
fungsional dan struktural jantung serta retensi cairan dan garam pada gagal jantung kongestif yang
lebih lanjut.
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Tindakan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap merupakan bagian penting dalam tata
Diuretik direkomendasikan pada pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala
kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan
hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien untuk
ACE-I harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel
kiri 40 % kecuali ada kontraindikasi. ACE-I memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup,
mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka
kelangsungan hidup. ACE-I terkadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia,
hipotensi simtomatik, batuk, dan angioedema (jarang). Oleh sebab itu, ACE-I hanya diberikan pada
Kecuali terdapat kontraindikasi, penyekat B harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri � 40 %. Penyekat B memperbaiki fungsi ventrikel dan
kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan
menurunkan mortalitas.
Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoxin dapat digunakan untuk
memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat B) lebih diutamakan.
Pada pasien gagal jantung simtomatik, fraksi ejeksi ventrikel kiri � 40 % dengan irama sinus,
digoksin dapat mengurangi gejala, menurunkan angka perawatan rumah sakit karena perburukan
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini dilaporkan pasien laki-laki dengan congestive heart failure (CHF) dengan
gejala klinis sesak nafas saat beraktivitas, sesak berkurang saat istirahat dan cepat lelah. Pada
pasien ini ditemukan pula edema tungkai yang merupakan gejala tipikal pada pasien CHF.
Pasien mempunyai riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Berdasarkan pemeriksaan penunjang, tidak ada kriteria spesifik untuk CHF pada EKG.
Pada kasus ditemukan irama sinus takikardi , HR 122bpm, Atrial Fibrilasi RVR (respon
ventrikel cepat), Left Anterior Descending (arteri yang menyuplai darah ke bagian arteri depan
sebelah kiri yang menurun). Pasien dengan CHF rata-rata memiliki nilai elektrolit yang normal,
pada kasus ditemukan Na 146, K 3,9 dan Cl 109. Rontgen foto thorax dapat membantu dalam
diagnosis CHF yaitu Kardiomegali. Pada pasien ini dilakukan rontgen foto thorax dimana
didapatkan kesan kardiomegali disertai dilatation aortae, Atherosclerosis aortae. Susp. Efusi
pleura sinistra DD/ Pleural reaction.
Pasien di diagnosis CHF fc II-III berdasarkan New York Heart Association (NYHA)
dimana terdapat batasan aktivitas ringan dan aktivitas bermakna, tidak terdapat keluhan saat
istrahat, namun aktivitas fisik sehari-hari & aktivitas ringan menimbulkan kelelahan, berdebar
atau sesak nafas.
Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan seperti: diet
rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis,
menghindari rokok, dan olahraga teratur.
American Heart Association (AHA) memberikan terapi farmakologi yang kepada pasien gagal
jantung dengan gejala yang berat dan terdapat tanda gagal jantung serta memiliki komplikasi adalah
berupa pemberian obat golongan diuretic, ACE inhibitor, B-blocker, nitrat dan digitalis. Terapi yang
diberikan kepada pasien adalah oksigenasi 3 liter per menit, pemberian oksigen untuk pencegahan
hipoksia serta mengurangi beban jantung pada pasien yang mengalami sesak napas.
Pada pasien diberikan Furosemide 1x40mg per 24 jam. Diuretik direkomendasikan pada
pasien gagal jantung dengan tanda klinis atau gejala kongesti. Tujuan dari pemberian diuretik
adalah untuk mencapai status euvolemia (kering dan hangat) dengan dosis yang serendah mungkin,
yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien untuk menghindari dehidrasi atau retensi.
Pada pasien diberikan Digoxin 1x0,25mg yang bermaanfaat untuk aritmia. Pada pasien gagal
jantung dengan fibrilasi atrial, digoxin dapat digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang
cepat, walaupun obat lain (seperti penyekat B) lebih diutamakan. Aspilet 1x80mg diberikan untuk
mencegah terjadinya thrombus di jantung dan mencegah terjadinya emboli. Bisoprol juga diberikan
kepada pasien 1x2,5mg sebagai B eta Blocker untuk memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas
hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan menurunkan
mortalitas.
BAB IV
PENUTUP
Gagal jantung merupakan sindrom klinik yang bersifat kompleks, dapat berakibat dari gangguan pada
fungsi miokard (fungsi sistolik dan diastolik), penyakit katup ataupun perikard, atau hal-hal yang dapat
membuat gangguan pada aliran darah dengan adanya retensi cairan, biasanya tampak sebagai kongesti paru,
edema perifer, dispnu, dan cepat lelah. Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas. Tindakan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap
Darmojo B. Penyakit kardiovaskuler pada lanjut usia. Dalam : Darmojo B, Martono HH,
Braunwald E. Heart Failure and Cor Pulmonal. In: Kasper DL,Braunwald E, Fauchi AS et.al,
Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinanto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, Lubis AC.
2015. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia. Jakarta: PP PERKI.
Go AS, Mozaffarian D, Roger VL, Benjamin EJ, Berry JD, et al. Heart disease and
stroke statistics – 2013 update: a report from the American Heart Asociation. Circulation.
2013;127:e6–e245.
McMurray JJ, Adamopoulos S, Anker SD, et al. ESC guidelines for the diagnosis
and treatment of acute and chronic heart failure 2012: the Task Force for the diagnosis and
treatment of acute and chronic heart failure 2012 of the European Society of Cardiology.
Developed in collaboration with the Heart Failure Association of the ESC (HFA). Eur J
Heart Fail 2012; 14:803 – 869.
Ho KK, Pinsky JL, Kannel WB, Levy D. The epidemiology of heart failure: The
Framingham Study. J Am Coll Cardiol 1993;22(4 Suppl A):6A-13.
Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, et al. 2013 ACCF/AHA guideline for the
management of heart failure: a report of the American College of Cardiology
Foundation/American Heart Association task force on practice guidelines. J Am Coll Cardiol
2013;62(16):e155.
Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE Jr, Colvin MM, Drazner MH,
Filippatos GS, Fonarow GC, Givertz MM, Hollenberg SM, Lindenfeld J, Masoudi FA,
McBride PE, Peterson PN, Stevenson LW, Westlake C. 2017 ACC/AHA/HFSA focused
update of the 2013 ACCF/ AHA guideline for the management of heart failure: a report
of the American College of Cardiology/ American Heart Association Task Force on Clinical
Practice Guidelines and the Heart Failure Society of America. J Cardiac Failure.
2017;23:628–651.