SPONDILITIS TUBERKULOSIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah
satu syarat menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Bedah RS Islam
Jemursari Surabaya
Disusun oleh:
Pembimbing:
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Spondilitis Tuberkulosis
Oleh :
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
Lembar Judul..................................................................................................................i
Lembar Pengesahan.......................................................................................................ii
Daftar Pustaka..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
BAB II LAPORAN KASUS.........................................................................................2
2.1 Identitas Pasien......................................................................................................2
2.2 Anamnesis..............................................................................................................2
2.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................................................3
2.4 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................5
2.5 Diagnosa Kerja.......................................................................................................9
2.6 Planning.................................................................................................................9
BAB III TINJAUAN PUSTAKA................................................................................12
3.1 Epidemiologi Tuberkulosis..................................................................................12
3.2 Definisi Spondilitis Tuberkulosis.........................................................................12
3.3 Etiologi Spondilitis Tuberkulosis.........................................................................12
3.4 Patofisiologi Spondilitis Tuberkulosis.................................................................13
3.5 Klasifikasi Spondilitis Tuberkulosis....................................................................16
3.6 Diagnosis Spondilitis Tuberkulosis.....................................................................18
3.7 Tatalaksana Spondilitis Tuberkulosis..................................................................22
BAB IV RESUME.......................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) sudah ada sejak ribuan tahun lalu, namun sampai saat
ini masih merupakan masalah besar di mayoritas negara berpenghasilan rendah.
TB dapat menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan benar.
LAPORAN KASUS
2.2. Anamnesis
Keluhan Utama : Kedua tungkai tidak bisa digerakkan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kedua tungkai tidak
bisa di gerakkan sejak 13 juli 2021, awalnya kedua kaki terasa tebal,
makin lama makin terasa lemas sampai tidak bisa diangkat sama sekali.
Kaki melemah tidak bisa dipakai berjalan, kadang untuk BAK terasa
sakit. Tidak ada kelemahan lengan ataupun pelo.
Riwayat Alergi : -
TD : 128/86 mmHg
RR : 22 x/m
Temp : 36.1°C
GDA : 369
Tinjauan Pustaka
Kasus TB terbagi menjadi dua, yaitu TB paru dan TB ekstra paru. Salah
satu ekstra paru, yaitu spondylitis tuberkulosa (Kusmiati, 2019). Spondilitis
tuberkulosa merupakan 50% dari seluruh tuberculosis tulang dan sendi yang
terjadi. Insidens ditemukan sebanyak 70% dan terutama terjadi pada usia 2-10
tahun dengan perbandingan yang sama antara wanita dan pria (Rasjad, 2012).
Perjalanan infeksi pada vertebra melalui 2 jalur utama yaitu arteri dan
vena, serta jalur tambahan. Jalur utama berlangsung secara sistemik mengalir
sepanjang arteri ke perifer masuk ke dalam korpus vertebra, berasal dari arteri
segmental lumbal yang memberikan darah ke separuh dari korpus yang
berdekatan, di mana setiap korpus diberi nutrisi oleh 4 buah arteri. Di dalam
korpus ini berakhir sebagai end artery sehingga perluasan infeksi korpus
vertebra sering dimulai di daerah paradiskus. Jalur kedua adalah melalui
pleksus Batson,
yaitu sebuah anyaman vena epidural dan peridural. Vena dari korpus vertebra
mengalir ke pleksus Batson pada daerah perivertebral. Pleksus ini
beranastomosa dengan pleksuspleksus pada dasar otak, dinding dada,
interkostal, lumbal dan pelvis. Jika terjadi aliran balik akibat perubahan tekanan
pada dinding dada dan abdomen maka basil dapat ikut menyebar. Jalur ketiga
adalah penyebaran perkontinuitatum dari abses paravertebral yang telah
terbentuk, dan menyebar sepanjang ligamentum longitudinal anterior dan
posterior ke korpus vertebra yang berdekatan (Muntean, 2020).
Abses dingin (cold abscess) dibentuk dari koleksi produk pencairan dan
eksudatif reaktif. Abses dingin sebagian besar berisi serum, lekosit, material
kaseosa, debris tulang dan basil tuberkel. Cold abscess terbentuk jika infeksi
telah menyebar ke otot psoas atau jaringan ikat sekitarnya. Pembentukan abses
paravertebral terjadi pada hampir setiap kasus. Dengan kolapsnya korpus
vertebra maka jaringan granulasi tuberkulosa, bahan perkejuan dan tulang
nekrotik serta sumsum tulang akan menonjol keluar melalui korteks dan
berakumulasi di bawah ligamentum longitudinal anterior. Cold abscesss ini
kemudian berjalan sesuai dengan pengaruh gaya gravitasi sepanjang bidang
fasial dan akan tampak secara eksternal pada jarak tertentu dari tempat lesi
aslinya (Muntean, 2020).
RESUME
Tn BC usia 54 thn Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kedua tungkai tidak bisa
di gerakkan sejak 13 juli 2021, awalnya kedua kaki terasa tebal, makin lama makin terasa
lemas sampai tidak bisa diangkat sama sekali. Kaki melemah tidak bisa dipakai berjalan,
kadang untuk BAK terasa sakit. Tidak ada kelemahan lengan ataupun pelo.
Panas- , bapil -, mual-, muntah-, sesak disangkal. Pasien sempat dibawa ke RS A dan
dicurigai GBS. Pasien belum vaksin covid.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik, compos mentis.
Pemeriksaan motoric ditemukan kelemahan pada lower extremity R3/L1.
Planning diagnose yang dilakukan, meliputi darah lengkap, GDA/GDP, serum
iron, TIBC dan ferritin, smear sputum mikroskopis BTA, rontgen vertebrae thoracal
AP/PA. Terapi pada pasien meliputi Infus PZ 14 tpm, pemasangan brace, tab.
Paracetamol 3x500 mg (p.r.n), OAT kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR), tab. Pyridoxine 2
x 10 mg, tab. RCI Novorapid 24 unit. Maintanance 3 x 6 unit sc (sebelum makan) 21.00
untuk gulah darah.
Monitoring pada pasien meliputi keadaan umum, vital sign, sensorik, motoric
dan otonom, efek samping obat dan operasi, kepatuhan minum obat. Pasien dianjurkan
untuk bedrest, mobilisasi rutin agar tidak terjadi decubitus, meningkatkan daya tahan
tubuh dengan makan makanan bergizi dan minum obat secara teratur sesuai anjuran
dokter.
BAB V
KESIMPULAN
Rasjad, C. (2012). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. In Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Sjamsuhidajat, & Jong, D. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah. In Penerbit Buku Kedokteran
Egc.