UNIVERSITAS PATTIMURA
Disusun Oleh:
2022-84-175
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
satu syarat untuk menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik oada bagian Ilmu
Penyusunan laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Rita S.
Tanamal, Sp. KK. selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikam laporan kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan laporan kasus ini kedepannya.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat ilmiah bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
Laporan Kasus
Pendahuluan
dapson dan muncul secara tiba-tiba dalam 2-8 minggu penggunaan dengan
terjadinya setidaknya dua dari beberapa gejala berikut yaitu: demam, erupsi kulit,
jarang terjadi, akan tetapi dapat terjadi dengan variasi waktu antara 48 jam-6
pada awal tahun 1950 di Nigeria dan diberi nama oleh Allday dan Barnes pada
sekitar 1,4% dengan angka mortalitas mencapai 9,9% dengan rentan usia 5-84
tahun, dan kegagalan fungsi hati sebagai penyebab utama kematian yang paling
sering. Menurut penelitian yang dilakukan di Cina oleh Tian WW, dkk (2012)
tingkat kejadian dapson sekitar 1% dengan angka mortalitas mencapai 11,1% dan
di Indonesia sendiri telah dilaporkan satu kasus dapsone hypersensitivity
yang digunakan dalam pengobatan “Hansen’s Desease”. Obat ini adalah salah
satu obat yang paling aman pada pasien kusta. Terlepas dari tingkat keamanan,
dapson dikaitkan dengan efek samping seperti anemia hemolitik, dermatitis alergi,
(DHS).2,3
tipe lambat dan jarang ditemukan. Patogenesis pada sindrom ini masih belum
begitu jelas akan tetapi sindrom ini diperkirakan disebabkan oleh metabolit
dapson yang adalah hasil dari dua jalur metabolisme yaitu: 1. Jalur N-asetilasi dan
dari efek samping yang ditimbulkan oleh dapson akan tetapi pada jalur N-
dan berperan dalam kejadian anemia hemolitik serta sindrom dapson. Penyebab
metabolisme pada hati akibat penurunan proses asetilasi dan peningkatan proses
menjadi faktor risiko dan prediktor sindrom dapson. Hal tersebut juga ditemukan
pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh populasi di Cina, akan
tetapi masih diperlukan untuk penelitian lebih lanjut terkait hal ini. 1,14
menunjukkan setidaknya dua dari tanda atau gejala berikut: 1. Demam, 2. Erupsi
glukokortikoid yang lebih dari satu bulan. Apabila pasien tidak dapat diberikan
hiperglikemia, dan psikosis berat maka dapat diberikan imunosupresan lain seperti
Wanat, datang ke RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tanggal 13 Februari 2023
(No.RM: 17 07 18) dan konsul dari dokter penyakit dalam dengan keluhan kulit
Autonamnesis
keluhan kulit wajah terkelupas dan kemerahan pada seluruh tubuh serta lemas
yang dirasakan sejak 2 minggu SMRS. Riwayat higienitas dirumah baik, mandi
serta mengganti pakaian secara rutin. Di rumah, keluraga tidak ada yang
mengkonsumsi MDT MB sejak satu bulan yang lalu pada tanggal 01 Januari
2023, dan telah putus obat sejak 02 Februari 2023 (keluhan muncul di minggu ke-
5 pada bulan ke-2 penggunaan terapi), kemudian muncul keluhan kulit terkelupas
pada wajah pasien. Serta keluhan kemerahan pada kulit pasien, terasa panas, dan
mual. Pasien juga mengeluhkan mati rasa pada 4 anggota geraknya sejak satu
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
(E4V5M6)
TTV : TD: 100/60 mmHg, Nadi: 102×/menit, RR: 22×/menit,
Inguinal : TDP
Genitalia : TDP
Status dermatologis
Pemeriksaan Penunjang
DARAH LENGKAP
Golongan Darah A
Rhesus +/positif - -
a. Fungsi ginjal
b. Fungsi hati
Cl 96 mmol/l 94-111
a. Hepatitis
HBsAg Non
- 135-147
Kualitatif reaktif
b. Anti HIV
Normal
Kesimpulan
Incloclusive -
HIV
Resume
diseluruh tubuh sejak 2 minggu yang lalu, disertai dengan kemerahan pada
seluruh kulit, terasa panas, dan mual. Pasien memiliki riwayat penyakit yaitu
morbus hansen (MH) dan menggunakan terapi MDT MB. Pasien menggunakan
terapi MDT MB sejak satu bulan yang lalu pada tanggal 01 Janurai 2023, dan
telah putus obat sejak 02 Februari 2023 (keluhan muncul di minggu ke-5 pada
bulan ke-2 penggunaan terapi). Kemudian muncul keluhan kulit terkelupas pada
wajah pasien yang disertai kemerahan pada kulit, terasa panas, dan mual.
hiperpigmentasi (+), skuama (+), eritema (+) pada regio facialis, regio ekstremitas
Diagnosis Banding:
2. Eritroderma
Diagnosis Sementara: Dapsone Hypersensitivity Syndrome
Penatalaksanaan
- Hepa Q 3×1
sabun bayi
- MDT MB dihentikan
Prognosis
Visite pasien A:
14/Feb/2022 - MH tipe MB on terapi
S: - Erupsi obat alergi ec.
Kulit wajah mengelupas Dapson
O: P:
Squama tersebar - Transfusi PRC
general, macula - Injeks Ceftriaksone 2×1
hiperpigmentasi, eritem gr/iv
pada lesi - Injeksi
TTV: Methilprednisolone 62,5
- TD : 100/60 mmHg mg/iv
- Nadi : 102x/menit Catatan:
- RR : 22x/menit - Pemeriksaan darah rutin,
- Suhu : 39,°C fungsi hati, albumin,
- SpO2 : 96% free ureum, kreatinin telah
room air dilakukan pengambilan
darah sejak tanggal 13
Februari 2023
- Obat Topikal sudah
diberikan sejak tanggal
13 Februari 2023
Visite patients A:
18/Feb/2023 - MH tipe MB on terapi
S: - Erupsi obat alergi ec.
Mati rasa pada area lesi, Dapson
seperti tertusuk P:
O: - Transfusi PRC
Squama tersebar - Injeksi
general, macula Methilprednisolone 31,25
hiperpigmentasi, eritem mg (0,5cc)/iv
pada lesi, - Bibir kering: Kenalog in
TTV: orabase 2×1
- TD : 100/60 mmHg - Injeksi Ceftriaxone 1 gr
- Nadi : 80x/menit Catatan:
- RR : 22x/menit - Obat Topikal sudah
- Suhu : 38,5°C diberikan sejak tanggal
- SpO2 : 90% free 13 Februari 2023
room air
Visite patients A:
24/Feb/2023 - MH tipe MB on terapi
S: - Erupsi obat alergi ec.
Mati rasa pada area lesi, Dapson
gatal berkurang, bercak P :
kemerahan (-), dan sisik - Injeksi methilprednisolon
berkurang, sklera ikterik 31,25 mg (0,5 cc)/iv
(+) - Bibir kering: Kenalog in
O: orabase (2×1)
Squama tersebar - Desoksimetason:
general, macula Mikonazole 1:1 2×app
hiperpigmentasi pada - Stop MDT sampai
bekas lesi keluhan utama membaik
TTV:
- TD : 100/60 mmHg
- Nadi : 89x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36.4°C
- SpO2 : 99% Free
Room Air
Visite patients A:
Room Air
Pembahasan
dirujuk ke RSUD Dr. M. Haulussy Ambon pada tanggal 13 Februari 2023 dengan
keluhan kulit mengelupas dan kemerahan pada seluruh kulit yang disertai dengan
mati rasa pada 4 anggota geraknya sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
telah putus obat sejak 1 bulan yang pada tanggal 01 Januari 2023. Berdasarkan
literatur yang dilakukan oleh Lorenz (2012) rentan usia kejadian DHS adalah 5-83
tahun, tingkat insidensi didapatkan bahwa kasus DHS paling sering terjadi pada
laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 171 (59,2%) kasus dibandingkan pada
salah satu kandungannya adalah dapson. Menurut kepustakaan etiologi pada DHS
belum diketahui dengan jelas. Terdapat tiga hipotesis yang diajukan yaitu: respon
DHS ini. Beberapa penelitian lain juga mengatakan terdapat perbedaan produksi
dan detoksifikasi metabolit reaktif juga ikut berperan penting pada reaksi
dapson berupa anti-dapson. Selain itu juga, terdapat Human Leukocyte Antigen
DHS.12,15
pada seluruh permukaan kulit, eritema pada regio ekstremitas atas dan facial, serta
skuama pada regio facialis. Berdasarkan kepustakaan adanya temuan dua dari
gejala klinis berupa demam, erupsi kulit, limfadenopati, anemia hemolitik, dan
keterlibatan organ seperti hepatomegali, adanya ikterus, dan/atau fungsi hati yang
abnormal dapat mengindikasikan terjadinya DHS. 1,5-8 DHS memiliki trias klasik
yang dapat dikenali yaitu: demam, keterlibatan beberapa organ dalam berupa hati,
ginjal, hematologi, dan lainnya, serta timbulnya erupsi kulit. Pada pasien terdapat
SGOT/SGPT, terdapat juga keterlibatan organ ginjal yang ditandai dengan kadar
penurunan kadar kreatinin, dan pada sistem hematologi ditandai dengan lemas dan
anemia.12,16
eritrosit 2,06 juta/uL, hematokrit 20,6%, MCV 100,0 fL, MCH 32,0 pg, leukosit
11,23 ribu/uL, eosinifil 12,2%, neutrofil 45,2%, monosit 11,7%, kreatinin 0,6
mg/dL, SGOT 674 U/L, SGPT 934 U/L, bilirubin total 14,6 mg/dl, bilirubin direct
11,0 mg/dl, bilirubin indirect 3,6 mg/dl sedangkan yang lainnya masih dalam
anemia, limfositosis, eosinophilia, dan adanya peningkatan enzim hati yang hal ini
mendiagnosa DHS:7
dengan manifestasi klinis pada kulit dengan atau tanpa keterlibatan pada mukosa.
Pada penyakit ini, reaksi klinis yang ditimbulkan dalam waktu singkat serta
manifestasi paling sering dari reaksi obat alergik.22 Manifestasi paling sering dari
drug eruption. Yang paling berat adalah Sindrom Steven-Jhonson, dan nekrosis
nodusum.17 Pada reaksi erupsi obat alergik, dari gambaran klinis dapat ditemui
hanya akan bertahan selama 24 jam kemudian hilang secara perlahan dengan
predileksi dapat terjadi pada seluruh tubuh untuk urtikaria dan daerah bibir,
eritema universal dan biasanya disertai dengan skuama. Berdasarkan definisi yang
diberikan maka mutlak harus ada eritema, sedangkan skuama tidak selamanya
akan merasakan dingin serta menggigil. Pada reaksi eritema di eritroderma ini
memiliki onset yang cepat yang mana terjadi segera hingga dua minggu sejak
pemberian obat sistemik, dan apabila dihubungkan pada skenario. 18 Pada pasien
bila dibandingkan dengan eritroderma menunjukan begitu jelas berupa onset dari
perjalanan penyakit pasien ini. Pada eritroderma terjadi dengan segera hingga dua
minggu setelah paparan sedangkan pada pasien ini telah diberikan dan menjalani
terapi dapson dengan segera.1 Pemberian steroid sistemik berupa prednisone oral
pemberhentian dapson dan pemberian steroid, gejala klinis yang tampak pada
perawatan lesi kulit, dan manajemen sepsis perlu untuk dilakukan. Pemberian
antihistamin oral juga bisa diberikan untuk mengurangi rasa gatal, dan pemberian
DHS.19-20
Ringkasan
seorang wanita berusia 34 tahun dengan keluhan utama kulit mengelupas hamper
di seluruh tubuh, disertai kemerahan pada seluruh kulit, terasa pamas dan disertai
hiperpigmentasi (+), skuama (+), eritema (+) pada regio facialis, regio ekstremitas
dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
6. Goh CL, Pan JY. Dapsone. In: Fitzpatrick’s Dermatology. 9th ed. United
8. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K.
Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 8th ed. New York: McGraw-
Hill; 2012.
9. James WD, Elston DM, Treat JR, Rosenbach MA, Neuhaus IM. Contact
dermatitis and drug eruptions. In: Andrew’s Diseases of the Skin: Clinical
11. Khare AK, Bansal NK, Meena HS. Dapsone syndrome--a case report. Indian
Journal of Leprosy [Internet]. 1995;59(1): hal 106–9. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S0377-1237(17)30972-3
12. Craig J, MacRae C, Melvin RG, Boggild AK. Case report: a case of type 1
13. Kesari HV, Gawali UP, Agharia MAM. Dapsone hypersensitivity syndrome:
14. Anggraini DI. Erupsi obat alergi : tinjauan kasus sindrom hipersensitivitas
obat pada pasien dalam pengobatan morbus hansen allergic drugs eruption :
17. Putra IB. Drug Allergic Eruption. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Erupsi Obat Alergikpsi Obat Alergik. 2008; hal 1–26.
18. Djuanda A. Eritroderma. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed.
228–31.
19. Bolognia JL, Schaffer J V, Cerroni L. Medical therapy: other systemic drugs.
In: Callen JP, Cowen EW, Hruza G, Jorizzo JL, Lui H, Requena L, et al.,
hal 150–5.
22. Budianti WK. Erupsi obat alergik. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th
hal 190–5.
LAMPIRAN