Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

PSORIASIS VULGARIS

Pembimbing:

dr. Enda Esthy L. Sitepu, M.ked(DV)., Sp.DV

Penyusun:

Asriana Timang

(112022005)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


SMF KULIT & KELAMIN RS BAYANGKARA POLDA LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA
WACANA PERIODE 19 JUNI – 22 JULI 2023

1
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 IDENTITAS
Nama : Tn. M
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Jl. KS Tubun Rawalaut
Pekerjaan : TNI/Polri
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah

1.2 ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis di UGD RS Bayangkara Polda Lampung, pada hari
Sabtu, 17 Juni 2023 pukul 21.05 WIB
Keluhan Utama
Gatal di seluruh tubuh
Keluhan Tambahan
Gatal disertai dengan rasa panas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang laki – laki berusia 36 tahun datang ke UGD RS Bayangkara Polda
Lampung dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 5 hari SMRS. Pasien
mengatakan awalnya gatal dan timbul seperti ketombe pada kulit kepala dan terasa
gatal sejak 2 bulan yang lalu kemudian, pasien hanya menggunakan shampo anti
ketombe (Selsun) setelah itu sembuh.
2 minggu kemudian timbul bercak kemerahan berbatas tidak tegas disertai rasa
gatal lalu menyebar ke tubuh bagian dada dan perut kemudian ke punggung dan ke
kedua tangan dan juga kaki. Rasa gatal tersebut di sertai juga dengan sensasi seperti
terbakar dan seperti tertarik jika terkena air maupun berkeringat dan juga jika terkena
sinar matahari selain itu pasien juga mengatakan nyeri terutama saat bergerak. Pasien
membeli obat sendiri di apotek yaitu Ketoconazole tab 20mg, Ketoconazole cream
2%, Mexon (Dexamethason 0,5mg dan Dexchlorpheniramine Maleate) setelah
meminum dan menggunakan obat dan cream tersebut sempat membaik namun

2
kambuh lagi. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini
ataupun penyakit kulit lainnya. Pasien juga tidak mempunyai riwayat alergi terhadap
obat – obatan, makanan, maupun udara.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi, pasien meminum obat amlodipin 5mg
namun pasien tidak mengkomsumsi obat secara teratur.
Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan seperti ini.
1.3 STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi :
• BB : 85 kg
• TB : 169 cm
• IMT : 29,8 (Obesitas 1)
TTV
o Tekanan Darah : 183/103 mmHg
o Nadi : 108 x/menit, reguler
o Pernapasan : 22 x/menit
o Suhu : 36,7 ºC
o SpO2 : 98%
Kepala : Normocephali, pertumbuhan rambut merata
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
THT : Normotia, tidak ada sekret pada telinga dan hidung, faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang, lidah tidak terdapat kelainan
Leher : Kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening tidak teraba pembesaran
Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara nafas vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen : Supel, bising usus normoperistaltik
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time (CRT) <2 detik
Kuku : Bersih, lempeng kuku kuat

3
1.4 STATUS DERMATOLOGIKUS

Pemeriksaan Fisik Kulit


1. Warna kulit : Sawo matang
2. Suhu kulit : Normotermi
3. Lokasi : Regio Abdomen
4. Penyebaran : Generalisata
5. Efluoresensi : Plak eritematosa dengan skuama, ukuran numular, batas difus, jumlah
multiple, susunan diskret.

4
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Laboratorium (IGD, 17 Juni 2023)

HEMATOLOGI
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 15,7 Pria: 14 -18 gr %
Wanita: 12 – 15 gr %
Hematokrit 45% Pria: 40 – 54 %
Wanita: 35 – 49 %
Eritrosit 5,3 Pria: 4,6 – 6,0 jt ul
Wanita: 4,0 – 5,4 jt ul
• MCV 85 80 – 94 fl
• MCH 29 29 – 32 pg
• MCHC 34 32 – 36 g/dl
Retikulosit 0,5 – 2,5 %
Leukosit 10.300 4.500 – 11.500 ul
Hitung jenis leukosit
• Basofil 0 0–2%
• Eosinofil 0 1–3%
• Neutrofil batang 2 2–6%
• Neutrofil segmen 85 50 – 70 %
• Limfosit 9 18 – 42 %
• Monosit 4 2 – 11 %
Trombosit 306.000 159 – 400 rb ul
LED Pria: 0 – 15 mm
Wanita: 0 – 20 mm
Golongan darah

5
1.6 RESUME
Seorang laki – laki berusia 36 tahun datang ke UGD RS Bayangkara Polda
Lampung dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 5 hari SMRS. Pasien
mengatakan awalnya gatal dan timbul seperti ketombe pada kulit kepala dan terasa
gatal sejak 2 bulan yang lalu kemudian, pasien hanya menggunakan shampo anti
ketombe (Selsun) setelah itu sembuh. 2 minggu kemudian timbul bercak kemerahan
berbatas tidak tegas disertai rasa gatal lalu menyebar ke tubuh bagian dada dan perut
kemudian ke punggung dan ke kedua tangan dan juga kaki. Rasa gatal tersebut di
sertai juga dengan sensasi seperti terbakar dan seperti tertarik jika terkena air maupun
berkeringat dan juga jika terkena sinar matahari selain itu pasien juga mengatakan
nyeri terutama saat bergerak. Pasien membeli obat sendiri di apotek yaitu
Ketoconazole tab 20mg, Ketoconazole cream 2%, Mexon (Dexamethason 0,5mg dan
Dexchlorpheniramine Maleate) setelah meminum dan menggunakan obat dan cream
tersebut sempat membaik namun kambuh lagi. Pasien mengatakan sebelumnya tidak
pernah mengalami hal seperti ini ataupun penyakit kulit lainnya. Pasien juga tidak
mempunyai riwayat alergi terhadap obat – obatan, makanan, maupun udara.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan warna kulit sawo matang, suhu kulit
normotermi, lokasi regio abdomen, penyebaran generalisata, Plak eritematosa dengan
skuama, ukuran numular,batas difus, jumlah multiple, susunan diskret.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 15,7g%, Leukosit 10.300 uL,
Hematokrit 45%, Trombosit 306.000 /uL.

1.7 Working Diagnosis


 Psoriasis Vulgaris
1.8 Differential Diagnosis
1. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik ialah kelainan kulit papuloskuamosa. Dengan predileksi di
daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan
dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban
lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma dengan penyebaran lesi mulai dari
derajat ringan misalnya, ketombe sampai dengan bentuk eritroderma.
2. Dermatitis numularis

6
Dermatitis numularis merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis, ditandai
dengan lesi yang berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong, berbatas tegas
dengan efluoresensi berupa papulovesikel yang biasa mudah pecah sehingga
membasah (oozing).
1.9 Anjuran Pemeriksaan
1. Histopatologi
2. Fenomena tetesan lilin
3. Fenomena auspitz
1.10 Penatalaksanaan
Medika mentosa
o CTM (0 – 1 – 1)
o Gentamisin cream 0,1%
o Carmed urea 20% (2 – 3 x/hari)
o Betametasone cream 0,1% (2 x/hari)
Non-medikamentosa
o Hindari paparan sinar matahari
o Menggunakan sabun mandi bayi
o Hindari menggunakan handuk yang sama dengan orang lain
o Hindari makanan yang dapat menyebabkan faktor pencetus
1.11 Prognosis
ad vitam : dubia ad bonam
ad functionam : dubia ad bonam
ad sanationam : dubia ad bonam

Kontrol Poli Klinik Post Ranap


1. Kontrol I (Selasa, 27 Juni 2023)
S: Pasien mengatakan timbul ruam baru pada daerah wajah dan kulit terasa kering,
gatal (+) dan berdarah jika di garuk, nyeri (+) saat bergerak.
O:
TD: 177/117 mmHg
Nadi: 98 x/menit
Napas: 22 x/menit
Suhu: 36,8℃

7
SpO2: 99%
A: Psoriasis vulgaris

P:
o Cetirizine tab 10mg (0 – 0 - 1)
o Carmed 20% Lotion 2x1
o Betametazone 0,1% cream
o Gentamisin 0,1%

2. Kontrol II (Rabu, 5 Juli 2023)


S : Keluhan bertambah timbul ruam pada kedua punggung tangan gatal (-), gatal (+)
pada wajah, badan dan kaki
O:
TD: 157/113 mmHg
Nadi: 109 x/menit
Napas: 22 x/menit
Suhu: 36,2℃
SpO2: 95%
A: Psoriasis vulgaris
P:
o Cetirizine tab 10mg No.VII (0 – 0 - 1)
o Carmed 20% Lotion No.II (2x1)

8
o Betametazone 0,1% cream No.II
o Multivit tab No.I (1x1)
BAB II
DAFTAR PUSTAKA

 DEFENISI
Kata psoriasis berasal dari bahasa Yunani “psora” yang berarti gatal. Psoriasis
merupakan suatu penyakit kulit yang bersifat kronik residif dengan gambaran klinik
bervariasi. Kelainan ini dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan ditandai
bercak-bercak eritema berbatas tegas,ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis
berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin, tanda auspitz
dan fenomena kobner.1
Penyakit ini secara klinis tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh manapun sehingga dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.1

 EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia prevalensi penderita psoriasis mencapai 1-3 persen (bahkan bisa
lebih) dari populasi penduduk Indonesia. Jika penduduk Indonesia saat ini berkisar
200 juta, berarti ada sekitar 2-6 juta penduduk yang menderita psopriasis yang hanya
sebagian kecil saja sudah terdiagnosis dan tertangani secara medis.1
Laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama untuk terjadinya
psoriasis vulgaris. Sebuah penelitian di Jerman menunjukkan awal penyakit psoriasis
puncaknya terjadi pada onset usia 22 tahun pada pria dan 16 tahun pada wanita,
jarang terjadi pada usia dibawah 10 tahun, dan terbanyak pada kisaran 15-30 tahun.2,3

 ETIOLOGI
Penyebab psoriasis tidak diketahui, tetapi faktor genetik berperan dalam
penyakit ini. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis risiko mendapatkan psoriasis
12%, sedangkan jika salah satu orang tuanya menderita psoriasis maka resikonya
mencapai 34-39%.1
Ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit ini,
yaitu:4

9
 Faktor- faktor psikis, seperti stres dan gangguan emosis. Penelitian menyebutkan
bahwa 68% penderita psoriasis menyatakan stress, dan kegelisahan menyebabkan
penyakitnya lebih berat dan hebat. Stres psikis juga merupakan faktor pencetus utama.
 Infeksi fokal. Infeksi menahun di daerah hidung dan telinga, tuberkulosis paru,
dermatomikosis, arthritis dan radang menahun ginjal.
 Penyakit metabolik, seperti diabetes mellitus yang laten.
 Gangguan pencernaan, seperti obstipasi.
 Faktor cuaca. Beberapa kasus menunjukkan tendensi untuk menyembuh pada musim
panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh dan lebih hebat.

 PATOGENESIS
Untuk beberapa dekade, psoriasis merupakan penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperplasia sel epidermis dan inflamasi dermis. Karakteristik tambahan
berdasarkan perubahan histopatologi yang ditemukan pada plak psoriatik dan data
laboratorium yang menjelaskan siklus sel dan waktu transit sel pada epidermis.
Epidermis pada plak psoriasis menebal dan hiperplastik, dan terdapat maturasi
inkomplit sel epidermal di atas area sel germinatif. Replikasi yang cepat dari sel
germinatif sangat mudah dikenali, dan terdapat pengurangan waktu untuk transit sel
melalui sel epidermis yang tebal. Abnormalitas pada vaskularisasi kutaneus ditandai
dengan peningkatan jumlah mediator inflamasi, yaitu limfosit, polimorfonuklear,
leukosit, dan makrofag, terakumulasi di antara dermis dan epidermis. Sel-sel tersebut
dapat menginduksi perubahan pada struktur dermis baik stadium insial maupun
stadium lanjut penyakit.2
Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua tipe: psoriasis tipe I dengan awitan
dini bersifat familial, psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan
HLA. Psoriasis tipe I berhubungan dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6. Psoriasis
tipe II berkaitan dengan HLA-B27 dan Cw2, sedangkan psoriasis pustulosa
berkorelasi dengan HLA-B27.1 Faktor imunologik, juga berperan. Defek genetik pada
psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel
penyaji antigen (dermal), atau keratinosit. Keratinosit psoriasis matang umumnya
penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang terutama terdiri atas limfosit T
CD4 dengan sedikit sebukan limfositik dalam epidermis. Sedangkan lesi baru

10
umumnya lebih banyak didominasi oleh limfosit T CD 8. Pada lesi psoriasis terdapat
sekitar 17 sitokin yang produksinya bertambah. Sel Langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali dengan adanya
pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel Langerhans. Pada
psoriasis pembentukan epidermis lebih cepat, hanya 3 – 4 hari, sedangkan kulit
normal lamanya 27 hari.1

 GEJALA KLINIS
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi
eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada scalp,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku
serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema
yang meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumsrip dan merata tetapi pada
stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat
di pinggir.1

Gambar 1. Predileksi Psoriasis


Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner
(isomorfik). Kedua yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan yang terakhir
tak khas, hanya kira-kira 47% yang positif dan didapati pula pada penyakit lain,
misalnya liken planus dan veruka plana juvenilis. Fenomena tetesan lilin adalah
1

skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang
digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat dengan

11
pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik
yang disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya demikian: skuama yang
berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya
habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan
tampak perdarahan yang berbintik-bintik melainkan perdarahan yang merata. Trauma
pada kulit penderita psoriasis, misalnya garukan, dapat menyebabkan kelainan yang
sama dengan psoriasis dan disebut fenomen kobner yang timbul kira-kira setelah 3
minggu.1

Gambar 2. Fenomena Tetesan Lilin

Gambar 3. Auspitz Sign

12
Gambar 4. Fenomena Koebner
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis, yaitu:
a) Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe
plak karena lesi-lesinya umumnya berbentuk plak.

Gambar 5. Psoriasis Vulgaris

b) Psoriasis Gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
diseminata, umumnya setelah infeksi Streptococcus di saluran napas bagian atas
sehabis influenza atau morbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga
dapat timbul setelah infeksi yang lain baik bakterial maupun viral. 1 Pada pasien
dengan kulit yang gelap, lesi predominan ungu dan abu-abu.

13
Gambar 6. Psoriasis Gutata
c) Psoriasis Pustulosa
Ada 2 pendapat mengenai psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri, kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk
psoriasis pustulosa, bentuk lokalisata, dan generalisata. Bentuk lokalisata, contohnya
psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber). Sedangkan bentuk generalisata, contohnya
psoriasis pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch).1 Psoriasis pustulosa
palmoplantar bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau telapak kaki
atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustule kecil steril dan
dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.1

Gambar 7. Psoriasis Pustulosa

14
Psoriasis pustulata generalisata akut (von Zumbusch) dapat ditimbulkan oleh
berbagai faktor provokatif, misalnya obat yang tersering karena penghentian
kortikosteroid sistemik. Obat lain contohnya, penisilin dan derivatnya, serta antibiotik
betalaktam yang lain, hidroklorokuin, kalium iodide, morfin, sulfapiridin,
sulfonamide, kodein, fenilbutason, dan salisilat. Faktor lain selain obat ialah
hipokalsemia, sinar matahari, alkohol, stres emosional, serta infeksi bakterial dan
virus. Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah mendapat
psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah menderita psoriasis.
Gejala awalnya ialah kulit nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum berupa demam,
malese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada makin eritematosa. Setelah
beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan eritematosa pada kulit yang normal.
Dalam beberapa jam timbul banyak pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam
sehari pustul-pustul berkonfluensi membentuk lake of pus berukuran beberapa cm.
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus menerus dan dapat menjadi eritroderma.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis, kultur pus dari pustul steril.1
Pustul besar spongioform terjadi akibat migrasi neutrofil ke atas stratum malphigi, di
mana neutrofil ini beragregasi di antara keratinosit yang menipis dan berdegenerasi.3
d) Psoriasis Kuku
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni sebanyak kira-kira
50%, yang agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-
lekukan miliar. Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya
terangkat karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya (hiperkeratosis subungual), dan
onikolisis.

15
Gambar 8. Psoriasis Kuku
e) Psoriasis Arthritis
Di samping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat pula
menyebabkan kelainan pada sendi. Penyakit ini umumnya bersifat poliartikular,
tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30 –
50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks.
Kelainan pada mukosa jarang ditemukan. 1 Psoriasis arthritis diklasifikasikan menjadi
5 subgrup: (1) asimetris oligoartrikular arthritis, ditemukan pada 70% pasien dengan
arthritis dan ditandai dengan sausage-shaped digits, (2) keterlibatan sendi
metakarpofalangeal simetris, (3) keterlibatan sendi interfalang distal, dengan
deformitas swan neck, (4) arthritis mutilans, ditandai dengan resorpsi tulang, dan (5)
spondilitis atau spondiloarhtropati. Usia puncak seiktar 40 tahun, dan sering kali onset
bersifat akut.2

16
Gambar 9. Psoriasis Arthritis

 HISTOPATOLOGI
Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni parakeratosis dan
akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang disebut pula abses
Munro. Selain itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di subepidermis. 1
Aktivitas mitosis sel epidermis tampak begitu tinggi, sehingga pematangan
keratinisasi sel-sel epidermis terlalu cepat dan stratum korneum tampak menebal. Di
dalam sel-sel tanduk ini masih ditemukan inti sel (parakeratosis). Di dalam stratum
korneum dapat ditemukan kantong-kantong kecil yang berisikan sel radang
polimorfonuklear yang dikenal sebagai mikro abses Munro. Pada puncak papil dermis
didapati pelebaran pembuluh darah kecil yang disertai oleh sebukan sel radang
limfosit dan monosit.4

 DIAGNOSIS
Diagnosis didasarkan pada gambaran klinis berupa papul dan plak eritematosa khas
dengan skuama tebal berwarna perak pada tempat-tempat yang klasik. Pada kasus
psoriasis gutata dapat ditemukan riwayat infeksi tenggorokan karena streptokokus;
riwayat psoriasis pada keluarga juga membantu, khususnya bila lesi awal yang
ditemukan. Cari lekukan kuku sebagai temuan tambahan. Kadang-kadang diperlukan
biopsi untuk membedakan penyakit ini dari penyakit papuloskuamosa lainnya. Ambil
spesimen biopsi dari lesi yang belum diobati dan yang paling berkembang.

17
 DIAGNOSIS BANDING
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas,
maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatosis
eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya selalu diingat, bahwa psoriasis
terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis,
fenomena tetesan lilin, dan fenomena Auspitz.1
a. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik ialah kelainan kulit papuloskuamosa. Dengan predileksi di
daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan
dengan malasesia, terjadi gangguan imunologis mengikuti kelembaban
lingkungan, perubahan cuaca, ataupun trauma dengan penyebaran lesi mulai
dari derajat ringan misalnya, ketombe sampai dengan bentuk eritroderma.
b. Dermatitis numularis
Dermatitis numularis merupakan peradangan kulit yang bersifat kronis,
ditandai dengan lesi yang berbentuk mata uang (koin) atau agak lonjong,
berbatas tegas dengan efluoresensi berupa papulovesikel yang biasa mudah
pecah sehingga membasah (oozing).
 TATALAKSANA
 Topikal
Terapi-terapi topikal yang digunakan untuk penatalaksanaan psoriasis meliputi
preparat ter, kortikosteroid topikal, antralin, calcipotriol, derivat vitamin D topikal dan
analog vitamin A, imunomodulator topikal (takrolimus dan pimekrolimus), dan
keratolitik (seperti asam salisilat). Terapi-terapi tersebut merupakan pilihan untuk
penderita-penderita dengan psoriasis plak yang terbatas atau menyerang kurang dari
20% luas permukaan tubuh.Terapi topikal digunakan secara tunggal atau kombinasi
dengan agen topikal lainnya atau dengan fototerapi.1

a. Preparat ter
Preparat ter biasanya kurang efektif jika digunakan tunggal. Hasilnya akan
lebih baik jika dikombinasikan dengan terapi sinar ultraviolet. Preparat ter
berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi.1
b. Kortikosteroid topikal

18
Kortikosteroid topikal member hasil yang baik. Potensi dan vehikulum
bergantung pada lokasinya. Pada scalp, muka dan daerah lipatan digunakan
krim, di tempat lain digunakan salap. Pada daerah muka, lipatan, dan genitalia
eksterna dipilih potensi sedang. Bila diberikan potensi kuat pada muka dapat
member efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan dilipatan
berupa striae atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas digunakan salap
dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung lama penyakit. Jika telah
terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya dikurangi.1
c. Emolien
Efek emolien adalah melembutkan permukaan tubuh selain lipatan, juga pada
ekstremitas atas dan bawah. Biasanya digunakan salep dengan bahan dasar
vaselin, fungsinya juga sebagai emolien dengan akibat meninggikan daya
penetrasi bahan aktif. Emolien yang lain adalah lanolin dan minyak mineral.
Jadi emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis.1
 Sistemik
a) Metotreksat
Metotreksat adalah antagonis asam folat yang menghambat dihydrofolat
reductase. Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian metotreksat akibat
penurunan tiamin dan purin. Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal,
sebagai anti inflamasi dan immunosupresif sehingga kontraindikasi pada
pasien dengan infeksi sistemik. Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan
topikal dan fototerapi tidak berhasil.5
b) Etretinat dan Asitretin
Etrinat merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Cara
kerjanya belum diketahui pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi
proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit normal.1
Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika
belum terjadi perbaikan dosisnya dapat dinaikkan menjadi 1½ mg/kgBB. Efek
sampingnya sangat banyak diantaranya pada kulit; selaput lendir pada mulut,
mata, hidung kering: peninggian lipid darah; gangguan fungsi hepar;
hyperostosis; dan terotogenik. Merupakan retinoid aromatic, digunakan bagi
psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek
sampingnya. Dosisnya 1mg/KgBB, Cara kerjanya belum diketahui pasti. Pada

19
psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis
dan kulit normal.1

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa .Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, ed.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta : FK-UI. 2007. Hal. 189-196.
2. Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In : Feedberg IM et al, Editors. Psoriasis
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th Edition. New York : The
McGraw-Hill Companies; 2008. p. 169-193.

20
3. Griffiths C, Camp R, Barker J. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Editors.
Rook’s Textbook Of Dermatology. 7th Edition. Volume 1-4. USA:Blackwell
Publishing. Massachusetts; 2004. p. 35.1-68.
4. Kerkhof P, Schalkwijk J. Psoriasis. In : Bolognia JL, Rapini RP, eds. Dermatology.
2ndEdition. Vol. 1. Phiadelphia : Mosby; 2003. p. 125-40.
5. James WD, Berger TG, Elder JT. Psoriasis. Andrew’s Desease of The skin, Clinical
Dermatology. 10 ed. New York: Sauders Elsevier; 2006. p.193-201.

21

Anda mungkin juga menyukai