Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS

TERATOMA SACROCOCCYGEAL

Siti Nurkomala Sari (1918012005)

Preceptor:
dr. Risal Wintoko, Sp. B

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
Status Pasien

Nama : By. Ny. AP Nama : Tn. I Nama : Ny. AP


Umur : 5 hari Umur : 33 Tahun Umur : 28 tahun
JK : Laki-laki Pendidikan : SLTP Pendidikan : IRT
BB : 3200 g Pekerjaan : Buruh Tani Pekerjaan :SMA
TB : 49 cm
Alamat : Ogan 5, Lampung

Utara
Bangsa : WNI
Agama : Islam
No. RM : 64.55.35
ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan dengan cara alloanamnesis di ruang Perinatologi RSAM


tanggal 04 Januari 2021 pukul 13.20 WIB

KELUHAN UTAMA

Benjolan pada bokong sejak lahir

KELUHAN TAMBAHAN

Tidak ada
ANAMNESIS

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke IGD RSAM pada 3 januari 2021 dengan keluhan adanya benjolan pada bokong
sejak lahir. Benjolan kurang lebih seukuran kepalan tangan orang dewasa dan terdapat rambut
pada benjolan. Bentuk benjolan seperti bayi disangkal, terdapat tulang pada benjolan disangkal,
jari-jari disangkal. Saat benjolan disentuh teraba kenyal. Keluhan demam disangkal.

Bayi lahir dari ibu G3A1P1 di bidan secara normal dengan usia gestasi 39 minggu BB 3200 gram
PB 49. Saat lahir bayi langsung menangis kuat, bergerak aktif, terdapat lubang anus, dan tidak
ada kelainan genitalial. Setelah lahir pasien dirawat dirumah selama 1 hari. Pasien mau menyusu
pada ibu. BAB (+), BAK (+). Kemudian oleh bidan disarankan untuk segera dibawa ke RS.
Handayani. Di RS. Handayani dirawat selama 1 hari, selama dirawat bayi diberikan obat suntik
dan diambil darah. Pasien dirujuk ke RSAM untuk dilakukan penangan lebih lanjut. Saat diUGD
pasien diambil darah dan berikan obat suntik.
ANAMNESIS

RIWAYAT KEHAMILAN IBU


Ibu rutin ANC setiap 1 bulan, pernah USG 1x saat usia kandungan 2 bulan dan dikatakan tidak ada
kelainan. Riwayat perdarahan saat kehamilan dan persalinan disangkal, DM dan hipertensi
disangkal, riwayat demam dan minum obat saat hamil disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis

• Keadaan Umum : Sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis
• Keadaan Gizi : Baik (BB/U : -2SD sd. 2SD)
• Kulit : Normal

Tanda vital

• Pernafasan : 47x/ menit


• Nadi : 130x/ menit
• Suhu : 36,50 C
• Saturasi O2: 98%
Kepala dan Wajah
• Bentuk kepala : Normocephal
• Konjungtiva : Normal
• Sklera : Normal
• Reflek cahaya : +/+
• Pupil : Isokor
• Telinga : Sekret (-) Perdarahan (-)
• Hidung : Sekret (-)
• Tenggorokan : Deviasi (-)
• Mulut : Sianosis (-), Kering (-)
• Gigi : Perdarahan Gusi (-)

Leher
• Bentuk : Normal, Simetris
• Trakea : Tidak ada deviasi
• KGB : Pembesaran (-)
• JVP : Tidak dilakukan
Thorax
• Inspeksi : Normothorax, Datar, Retraksi (-)
• Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS IV midclavicula, Nyeri
tekan sulit dinilai
• Perkusi : tidak dilakukan
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronki (-/-), BJ I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-)

Abdomen
• Inspeksi : Cembung
• Auskultasi : Bising usus (+)
• Perkusi : tidak dilakukan
• Palpasi : Nyeri tekan sulit dinilai
Lumbal (Flank Area)
• Inspeksi : Normal, Massa (-), penonjolan atau malformasi (-)
• Palpasi : Nyeri tekan sulit dinilai
• Perkusi: Tidak dilakukan
• Auskultasi : Tidak dilakukan

Genitalial

• dbn
• Pada regio sacrum terdapat massa berambut berukuran sekitar 23
cm padat dan kenyal.
Ektremitas
• Ekstremitas
• Superior : dalam batas normal, deformitas (-)
• Inferior : dalam batas normal, deformitas (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap
(04/01/2021)

Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan


Hemoglobin 17,7 15,2 – 23,6 g/dL
Leukosit 13.300 5000-21.000 /μL
Eritrosit 4,9 4,3 – 6,3 juta/μL
Hematokrit 50 44 – 72 %
Trombosit 347.000 217.000 – 497.000 /μL
MCV 102 98 - 122 fL
MCH 36 33 – 41 pg
MCHC 35 31 – 35 g/dL
Hitung Jenis
0 0-1 %
Basofil
0 0-1 %
Eosinofil
0 0-8 %
Batang
45 17 - 60 %
Segmen
36 20 - 70 %
Limfosit
19 1 – 11 %
Monosit
Pemeriksaan Penunjang
Kimia
(04/01/2021)
Parameter Hasil Nilai rujukan Satuan
SGOT 34 <97 U/L
SGPT 17 <49 U/L
GDS 144 <140 mg/dL
Ureum 25 11 – 36 mg/dL
Creatinin 0,24 <0,85 mg/dL
Natrium 139 131 - 144 mmol/L
Kalium 5,1 3,2 –5,5 mmol/L
Calcium 8,1 7, 6 – 10,4 mg/dL
Chlorida 109 97 - 108 mmol/L
Pemeriksaan Penunjang
Ro Thorax

• Radiography cor dan pulmo dalam batas normal


Diagnosis Banding :
Tumor regio sacrum susp Teratoma Sacrococcygeal
 Meningokel
 Mielomeningokel

Diagnosis Kerja :
Teratoma Sacrococcygeal

Tatalaksana
Bedah: Reseksi tumor
Tatalaksana

Medikamentosa
• IVFD D10 280cc/ 24 jam
• Ampicillin 2x150 mg
• Gentamisin 1x 15 mg

Nonmedikamentosa
• Puasa
• Reseksi tumor
Prognosis
Que ad vitam : dubia ad bonam
Que ad functionam : dubia ad bonam
Que ad sanam : dubia ad bonam
Post Reseksi Tumor
ANALISIS KASUS
Tumor regio sacrum susp Teratoma sacrococcygeal
 Meningokel
 Mielomeningokel
Kemunkinan meningokel dan
mielomeningokel dapat
disingkirkan
Tumor regio sacrum susp Teratoma Sacrococcygeal
 Meningokel
 Mielomeningokel

Diagnosis Kerja:
Teratoma Sacrococcygeal
Pemberian antibiotik
sudah tepat
Keputusan tindakan
reseksi tumor sudah
tepat
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Teratoma adalah massa yang terdiri atas 3 lapisan germ cell,
yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Secara histologis,
teratoma dibagi menjadi teratoma matur dan imatur, dengan
komponen primitive neuroglial tissue dan neuroepithelial
rosettes yang dominan.

Teratoma sakrokoksigeal adalah tumor yang berada di tulang


sakrum dan koksiks, terbentuk dari hasil multiplikasi sel
totipotent nodus Hansen, dan biasa ditemukan pada neonatus.
Epidemiologi
 Tomor yang sangat jarang
 Insiden adalah1 dari 30.000-40.000 kelahiran hidup
 Sering pada perempuan dari pada laki-laki dengan
perbandingan 4: 1
 Bagian yang paling sering terdapat teratoma pada
neonatus adalah: gonad (10-35%), mediastinal (10-12%),
retroperitoneal (3-5%), cervical (3-6%), presakral (3-5%),
SSP (2-4%)
Etiopatogenesis
 Teratoma terbentuk dari lapisan sel germinal
 Menjadi sangat besar seiring dengan perkembangan fetus
 Muncul dari primitif knot dari hanse node terdiri dari sel
totipoten yang seharusnya menghilang atau tidak signifikan
pada akhir minggu keempat embrionik di daerah sacrococcygeal
 Semula terletak dibagian posterior embrio yang bermigrasi
secara caudal pada minggu pertama kehidupan didalam ekor
embrio, akhirnya terhenti di anterior tulang ekor (coccyx)
Etiopatogenesis
 Sel-sel ini dapat meluas kepostero-inferior masuk daerah
gluteal dan/ atau postero-superior masuk rongga
abdomenopelvik
 Sel pleuripoten tidak dapat dikontrol olah pengaturan
embrionik dan berdiferensiasi masuk kedalam jaringan
yang tidak biasa ditemukan pada daerah sacrococcygeal
sehingga timbul teratoma
Klasifikasi
Klasifikasi teratoma sacrococcygeal menurut American
Academy of Pediatrics Surgery Section Survey:
 Tipe I ditemukannya massa eksternal dengan komponen internal
yang tidak ada atau minimal.
 Tipe II ditemukannya massa dominan di eksternal dengan
perluasan ke internal sampai daerah presakral.
 Tipe III ditemukannya massa eksternal dan internal dengan
perluasan ke intraabdominal.
 Tipe IV ditemukannya massa internal tanpa komponen eksternal.
Klasifikasi
Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan histologi
 Matur: jaringan yang berdiferensiasi baik seperti otak, kulit dan tulang.

 Imatur : neuroplia, struktur seperti tabung saraf selain komponen matur.


Mereka memiliki insiden keganasan yang tinggi. Ada empat kategori tergantung
pada jumlah jaringan yang belum matang dan tingkat aktivitas mitosis.

 Teratoma dengan komponen ganas: teratoma ini mengandung satu atau lebih
tumor sel germinal ganas. Misalnya koriokarsinoma, germinoma, karsinoma
embrional, tumor sinus endodermal; selain jaringan yang matur atau imatur.
Gambaran Klinis

 Anamnesis
• Massa yang menonjol antara coccyx dan anus, retrorektal, atau
retroperitoneum
• Teratoma intrapelvis: gangguan BAK
 Pemeriksaan Fisik
• Adanya massa pada gluteus , ulserasi anus yang terdorong kearah
anterior
• Rectal toucher: dapat membantu untuk menentukan tipe teratoma
Pemeriksaan Penunjang
 AFP ( Alpha Fetoprotein)
• Untuk mendeteksi keganasan
• Meningkat pada 8 bulan pertama kehidupan
 USG
• Untuk deteksi dini (rata-rata usia kehamilan 24 minggu)
• Membantu melihat perkembangan tumor
• Mendeteksi komplikasi
• Menetapkan manajemen
 MRI
• Dapat menggambarkan ukuran dan karakteristik tumor dan hubungan struktur
lainnya
 CT-Scan
• Tidak direkomendasikan karena efek radiasi pada neonatus
Tatalaksana

 Pre Operatif
– Evaluasi tanda vital
– Cek elektrolit, GDS
– Berikan cairan IV line yang mengandung dextrose dan elektrolit
– Pasien dipuasakan
– Injeksi antibiotik spektrum luas
– Evaluasi kelainan bawaan lain yang mungkin menyertai
Tatalaksana
 Operatif: Reseksi lengkap
 Teratoma imatur: reseksi lengkap dan tulang ekor dilanjutkan
dengan kemoterapi . Perlu pemeriksaan tindak lanjut rutin dengan
prosedur pencitraan dan tes penanda tumor dari alfa-fetoprotein
Prognosis
 Teratoma dapat membaik jika dapat dideteksi pada prenatal, rencana
penanganan intrapartum, dan waktu dilakukan pembedahan reseksi
 Prognosis baik jika telah dilakukan reseksi yang adekuat. Prognosis
buruk jika terdapat jaringan malignan.
 Lesi kistik memiliki prognosis yang lebih baik dari pada lesi padat,
wanita juga memiliki prognosis yang lebih baik dari pada pria. Lesi
yang didiagnosis pada usia dua bulan, lebih cenderung mengandung
jaringan ganas. Teratoma sakrokoksigeal cenderung bermetastasis ke
hati, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Kekambuhan telah
ditemukan setelah 40 tahun reseksi.
Daftar Pustaka
Woodward PJ, Sohaey R, Kennedy A, Koeller KK. A comprehensive review of fetal tumors with
pathologic correlation. RadioGraphics. 2005;25:215-42.

Aly at al. Sacrococcygeal Teratoma: A Neonatal Surgical Problem Annals of Pediatric Surgery. Vol 2, No
2. 2006

Wells RG, Sty JR. Imaging of sacrococcygeal germ celltumors. Radiographics 1990;10:701–713.

Vital et al. Sacrococcygeal teratoma: case report. Medwave.2015 May;15(4):e6137 doi:


10.5867/medwave.2015.04.6137

Yoon et al. Sacrococcygeal teratomas in newborns: a comprehensive review for the. Acta Radiologica.
2018. Vol. 59(2) 236–24
radiologists

Anda mungkin juga menyukai