Oleh :
Kelompok 4
Kadek Ayu Trishanti Devi (2271121048)
Cokorda Agung Prasetya Dwipayana (2271121017)
Komang Ayu Trisna Paramita (2271121062)
Pasien laki-laki berusia 39 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Tabanan dengan keluhan timbul bercak kemerahan pada kulit pasien.
Bercak kemerahan yang berbentuk bulat muncul pada kulit area paha kanan dan punggung kiri. Keluhan dikatakan muncul secara tiba-tiba sejak 2 hari
sebelumnya, namun pasien tidak mengingat riwayat konsumsi obat sebelumnya. Keluhan dirasakan muncul terus-menerus setiap kali berulang dan
terkadang menimbulkan rasa perih sehingga mengganggu tidur pasien. Keluhan pertama kali dirasakan sejak bulan Juni tahun 2023 dan ini merupakan
kejadian berulang yang ke-3 kalinya. Awalnya muncul 1 bercak kemerahan berbentuk bulat pada paha kanan berwarna merah muda, lalu dirasakan
bercak tersebut semakin lama berubah menjadi merah keunguan dan semakin lebar diikuti dengan muncul 1 bercak lainnya di paha kanan tersebut dan 1
bercak pada punggung kiri. Keluhan bercak kemerahan dikatakan muncul selalu pada area kulit yang sama yaitu paha kanan dan punggung kiri.
Sebelumnya pasien sudah pernah ke RS Kasih Ibu dan diberikan obat, setelah menggunakan obat yang diberikan bercak tersebut memudar. Faktor yang
memperingan keluhan pasien yaitu saat mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter Sp.KK dan tidak ada faktor yang memperberat keluhan pasien.
Keluhan penyerta lain yaitu pasien juga mengeluhkan merasakan bibir dan kelaminnya yang terasa tebal, sedangkan keluhan seperti demam dan gatal
disangkal oleh pasien.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pertama kali mengalami keluhan yang serupa berupa munculnya bercak kemerahan pada kulit area paha kanan dan punggung kiri disertai dengan bibir dan
kelaminnya yang terasa tebal pada bulan Juni tahun 2023 dan ini merupakan kejadian berulang yang ke-3 kalinya dengan lokasi bercak yang sama. Riwayat
pengobatan yaitu Methylprednisolone 3x8 mg PO, Cetirizine 1x10 mg PO, dan Desoksimethasone 0,25% salep. Pasien memiliki riwayat alergi obat yaitu
Eritromisin, sedangkan riwayat alergi makanan disangkal. Riwayat penyakit kulit dan kelamin lainnya, serta riwayat penyakit kronis seperti Hipertensi, Asma, DM
disangkal oleh pasien.
Tidak terdapat keluhan yang serupa pada keluarga pasien. Riwayat penyakit kulit dan kelamin pada keluarga disangkal. Riwayat penyakit kronis seperti DM,
Hipertensi, Asma disangkal. Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
Pasien merupakan seorang polisi yang beraktivitas dengan intensitas ringan-sedang. Pasien aktif berolahraga dan pola makan teratur yaitu 3 kali sehari. Riwayat
merokok tidak ada, namun pasien memiliki riwayat minum alkohol dimana terakhir pada tanggal 31 Desember 2023.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
STATUS PRESENT
● Rambut : Hitam, lurus, pendek
● Keadaan Umum : Sakit ringan ● Kepala : Normocephali
● Kesadaran : Compos Mentis ● Mata : Anemis (-/-), Ikterus (-/-)
● GCS : E4 V5 M6 ● THT : kesan tenang
● Tekanan Darah : 120/80 mmHg
● Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-/-)
● Nadi : 80 x/menit
○ Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
● Suhu : 36,6 o C
○ Pulmo : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
● RR : 20 x/menit
● Abdomen : Distensi (-), Bising Usus (+) Normal, Timpani (+),
● SpO2 : 98% on RA
Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien tidak teraba
● Ekstremitas : Akral hangat (++/++), edema (--/--)
● Kuku : Bentuk normal, warna normal, kuku sendok (-)
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS DERMATOLOGIS
Farmakologi : Non-Farmakologi :
● Fixed Drug Eruption (FDE) adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah
mukokutan yang terjadi akibat pemberian atau pemakaian jenis obat-obatan
tertentu yang biasanya ditandai dengan munculnya lesi berulang pada
tempat yang sama dan tiap pemakaian obat akan menambah jumlah dari
lokasi lesi.
● Lesi FDE secara klasik berupa makula atau plak eritematosa keunguan
soliter atau multipel berbatas tegas yang muncul berulang di tempat yang
sama setelah terpapar kembali dengan obat penyebab.
● FDE dapat berkembang dari 30 menit sampai dengan 8 hingga 16 jam setelah konsumsi obat.
● Setelah fase akut awal yang berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu, maka terjadi hiperpigmentasi yang berwarna keabu-abuan.
● Pada saat paparan ulang dengan obat penyebab, lesi biasanya muncul pada lokasi yang sama dan lesi yang baru juga dapat muncul.
● FDE termasuk dalam reaksi hipersensitivitas tipe 4 tipe lambat yang terjadi setelah pemberian obat penyebab. Hal ini diduga mengakibatkan kerusakan pada
lapisan basal kulit dan aktivasi Sel T CD8+.
● Pelepasan mediator inflamasi khususnya interferon (IFN)-gamma, menyebabkan perekrutan sel efektor lainnya termasuk Sel T CD4+ dan neutrofil. Respon
tersebut menghasilkan kerusakan yang lebih luas pada keratinosit dan melanosit yang terlihat pada lesi yang berevolusi sepenuhnya.
● Ketika penggunaan obat dihentikan, sel-sel inflamasi mengalami apoptosis dan regenerasi lapisan basal yang rusak terjadi. Lokal makrofag melakukan
fagositosis terhadap melanin yang bocor, tetapi tetap berada di lapisan epidermis sehingga berkontribusi terhadap hiperpigmentasi yang berkepanjangan.
● Produksi lokal IL-15 menghasilkan pembentukan Sel T CD8+ efektor-memori yang akan tetap berada dalam konsentrasi tinggi di lapisan basal epidermis
untuk waktu yang lama bahkan tanpa adanya rangsangan antigen.
● Pada paparan ulang terhadap obat penyebab, reaktivasi segera Sel T CD8+ terjadi, sehingga menyebabkan cedera epidermis lokal melalui pelepasan IFN-
gamma dan mediator sitotoksik lainnya.
● Adanya peri-lesi sel T memori dalam jumlah yang banyak dapat menjelaskan berulangnya FDE terjadi pada lokasi yang sama. Oleh karena itu pengujian
tempel hanya memberikan hasil positif bila dilakukan pada kulit yang sebelumnya terkena.
DIAGNOSIS FIXED DRUG ERUPTION
Diagnosis FDE biasanya berdasarkan pada gambaran klinis yang khas. Hal ini didukung oleh anamnesis adanya riwayat pemberian obat baru-baru ini dan
keterlibatan lokasi erupsi yang sama.
ANAMNESIS
● Riwayat terpapar obat, adanya hubungan antara timbulnya erupsi dengan penggunaan obat;
● Lesi muncul berulang pada predileksi yang sama setelah pajanan obat penyebab.
● Kelainan timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari setelah masuknya obat;
● Umumnya asimptomatik, tetapi dapat juga terasa agak perih seperti tersengat atau terbakar, gatal, demam dan lemas.
● Penghentian obat yang diikuti dengan perbaikan klinis merupakan petunjuk bahwa erupsi disebabkan oleh obat tersebut.
PEMERIKSAAN FISIK
● Lesi FDE umumnya terfiksasi berupa makula atau plak eritematosa-keunguan berbentuk bulat atau oval, berbatas tegas, soliter atau multipel, yang perlahan
menjadi hiperpigmentasi. Lesi selalu muncul di tempat yang sama saat obat kembali dikonsumsi. Hiperpigmentasi dapat menetap bahkan setelah obat
penyebab dihentikan.
● Predileksi tersering di mukosa daerah bibir, tangan, kaki dan genitalia.
PEMERIKSAAN PENUNJANG FIXED DRUG
ERUPTION
Sampai saat ini belum diketahui pemeriksaan penunjang yang spesifik dan cukup sensitif untuk mengetahui obat yang menyebabkan FDE.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan, yaitu :
● Skin Patch Test : pengujian tempel pada kulit / skin patch test merupakan alternatif yang lebih aman daripada uji provokasi oral
dan bermanfaat pada erupsi yang luas atau pada pasien yang menolak tes oral. Hal ini dilakukan di lokasi FDE yang sebelumnya dan
pada area kulit yang normal sebagai kontrol. Hasil test dikatakan positif jika pada lokasi yang sama timbul reaksi berupa eritema,
edema, vesikel, atau pembentukan bula.
● Uji Provokasi Obat : uji provokasi obat per oral dilakukan untuk mengidentifikasi obat penyebab, namun memiliki risiko
memperparah kondisi oleh karena re-eksposur terhadap obat tersebut. Umumnya direkomendasikan untuk memulai dengan dosis
sub-terapeutik dan perlahan-lahan ditingkatkan menjadi dosis terapeutik jika tidak terjadi reaksi. Dalam kasus dimana terdapat
beberapa obat yang dicurigai, maka satu obat harus diuji dalam satu waktu, dimulai dengan agen yang paling tidak dicurigai. Untuk
menghindari hasil false negative, maka disarankan untuk menunggu 4-6 minggu setelah resolusi lesi sebelumnya. Jika tidak terjadi
reaksi, maka tesnya negatif dan obat tersebut dianggap aman untuk digunakan.
TATA LAKSANA FIXED DRUG ERUPTION
● Pada dasarnya FDE akan membaik bila penyebabnya diketahui dan segera
disingkirkan. Namun apabila terpapar dengan obat yang menyebabkan erupsi,
maka FDE dapat berulang kembali.
● Pada beberapa hari pertama, erupsi pada kulit tampak memberat, namun
selanjutnya akan mereda dan sembuh tanpa meninggalkan skar dalam waktu 1-
2 minggu atau lebih.
REFERENSI
● Heelan, K., Sibbald, C. and Shear, N. H. (2019) ‘Chapter 45 :: Cutaneous Reactions to Drugs’, in
Fritz’s Patrick Dermatology in General Medicine 9th Ed, pp. 749–762.
● McClatchy, J. et al. (2022) ‘Fixed drug eruptions – the common and novel culprits since 2000’,
JDDG - Journal of the German Society of Dermatology, 20(10), pp. 1289–1302. doi:
10.1111/ddg.14870.
● Menaldi, S.L.S., Bramono, K. and Indriatmi, W., 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh.
● SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar (2014) ‘Fixed Drug Eruption’, in
PPK SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah, pp. 95–97.
● Widaty, S. et al. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
Jakarta: PERDOSKI
- TERIMA KASIH -