Anda di halaman 1dari 38

F1 – GANGGUAN MENTAL AKIBAT ZAT

PENDAHULUAN
Prevalensi penyalahgunaan NAPZA di dunia pada dewasa 0-3%.
Sementara, prevalensi di Indonesia 1,77% . Gangguan Penggunaan
NAPZA terdiri dari 2 bentuk :
• Penyalahgunaan : Penggunaan yang memiliki efek berbahaya
terhadap kehidupan seorang individu, menimbulkan
permasalahan kerja, mengganggu kehidupan interpersonal,
dan memiliki aspek hukum
• Adiksi/ketergantungan : Penggunaan yang mengalami
toleransi, gejala putus zat, tidak dapat menghentikan
kebiasaan dalam menggunakan, serta menggunakan dosis
NAPZA lebih dari diinginkan
Kontinuum penggunaan NAPZA

• Ketersediaan obat
• Peer pressure
• Social Acceptability

Tidak pernah
Coba-coba Rekreasi
pakai

Instrumental Kebiasaan Ketergantungan

• Biologis tubuh Efek merugikan


• kepribadian Recovery ketergantungan

@kkf
Etiologi
Gangguan psikiatrik akibat zat merupakan akibat dai berbagai factor
yang mempengaruhi perilaku penggunaan zat serta hilangnya
judgement dalam membuat keputusan.
• Faktor Psikodinamik
o Teori klasik
§ Initial rush saat orgasme
§ Pertahanan impuls cemas
§ Manifestasi regresi oral
o Formulasi psikodinamik
§ Refleksi dari fungsi ego à ketidakmampuan menghadapi
kenyataan
§ Self-medication
• Alkohol à stress
• Amfetamin à depresi
§ Aleksitimia
§ Faktor Genetik : RFLP, gen terkait produksi dopamine
§ Faktor kimiawi
@kkf
o Reseptor opioid
§ Aktivitas opioid endogen terlalu sedikit (konsentrasi endorphin
rendah)
§ Aktivitas antagonis opioid endogen terlalu tinggi
o Neurotransmitter
§ Katekolamin à dopamine
o Ventral tegmental
area
§ Opioid
o Locus ceruleus
(neuron adrenergic)
§ GABA (Gamma-
aminobutyric Acid)

Ventral tegmental area


(VTA) à nucleus
accumbens dan limbik à
prefrontal korteks
• Pengambilan keputusan
• Perilaku kognitif kompleks
• Ekspresi kepribadian
• Pengaturan perilaku sosial
Penggolongan NAPZA berdasarkan cara kerja
Depresan Stimulan Halusinogen

Alkohol Amfetamin LSD, DMT

Benzodiazepin Metamfetamin Meskalin

Opioid Kokain PCP

Solven Nikotin Ketamin

Barbiturat Khat Kanabis (dosis tinggi)

Kanabis (dosis Kafein Magic mushrooms


rendah)

@kkf
MDMA MDMA

Wawancara psikiatri untuk Substance Abuse


1. Apa yang digunakan?
§ Kapan mulai menggunakan?
§ Kapan terakhir menggunakan?
§ Sesuaikan dengan waktu paruh zat
2. Berapa banyak yang dipakai?
§ Berapa kali sehari/minggu? (disfungsi buruk jika setiap hari)
3. Cara penggunaannya?
§ Suntik, hirup, asap, makan
4. Dapat darimana NAPZAnya? (biasanya multiple drugs, tanya yang
paling sering dipakai)
5. Gejala toleransi dan withdrawal?
6. Pernah berobat? Jika pernah, obatnya apa dan dimana?
7. Ada gejala-gejala lain seperti gejala psikotik?
8. Ada HIV, Hepatitis?
9. Ada gangguan jiwa lain sebelum pakai atau selama pakai?
10. Support system pasien gimana?

Pemeriksaan Fisik dan penunjang untuk substance abuse


@kkf
§ Pupil à intoksikasi metamfetamin : midriasis
§ Hidung à bekas darah, luka (heroin)
§ Drug tracks on skin
§ Cek lab darah
§ Urine (jika negatif, tanya terakhir konsumsi NAPZA apa dan apakah
minum Lasix?

Komponen dari Ketergantungan/Adiksi


§ Preokupasi
§ Toleransi : Peningkatan dosis untuk mendapatkan efek yang sama
o Reseptor Dopamoin
o Depresi Dopamine
§ Withdrawal : Gejala fisik dan psikologik yang menyertai penghentian
zat
o Berkebalikan dengan fungsinya
o Beda dari overdosis à sesuai dengan fungsinya
§ Menghabiskan sebagian besar waktu
§ Distress dan disfungsi menimbulkan hendaya

Substance use Disorder menurut DSM-5


Pola maladaptif dari penggunaan zat yang menyebabkan hendaya
secara klinis dalam kurun waktu 12 bulan, minimal terdapat 2 gejala
diantara berikut :
a) Penggunaan zat dalam jumlah yang lebih besar atau periode
yang lebih lama dari yang diinginkan
@kkf
b) Keinginan terus-menerus atau upaya gagal untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan zat
c) Menghabiskan waktu untuk mendapatkan zat,
menggunakan zat, atau memulihkan diri dari efek zat
d) Craving, dorongan, atau keinginan kuat untuk menggunakan
zat
e) Penggunaan zat berulang yang mengakibatkan masalah
dalam memenuhi kewajiban (rumah, sekolah, pekerjaan)
f) Keperluan untuk terus menggunakan zat walaupun memiliki
masalah sosial, interpersonal persisten dan berulang yang
disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan zat
g) Berkurangnya aktivitas sosial, pekerjaan atau rekreasi
karena penggunaan zat
h) Penggunaan zat berulang meskipun membahayakan fisik
i) Penggunaan zat yang dilanjutkan meskipun mengetahui
adanya masalah fisik atau psikologis yang diakibatkan atau
diperburuk dengan penggunaan zat
Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat
pada PPDGJ-III
F10. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Alkohol
F11. – Opioid
F12. – Kanabinoida
F13. – Sedativa atau Hipnotika
F14. – Kokain
F15. – Stimulansia lain TErmasuk Kafein
F16. – Halusinogenika
F17. – Tembakau
F18. – Pelarut yang Mudah Menguap
F19. – Zat Multipel dan penggunaan zat psikoaktif
lainnya

@kkf
F1x.0 Intoksikasi Akut
.00 Tanpa Komplikasi
.01 Dengan Trauma atau cedera tubuh lainnya
.02 Dengan komplikasi medis lainnya
.03 Dengan delirium
.04 Dengan distorsi persepsi
.05 Dengan Koma
.06 Dengan konvulsi
.07 Intoksikasi patologis
(hanya pada alcohol, onset tiba-tiba agresi dan violence
tidak khas pada individu tersebut, biasa timbul jika
jumlah konsumsi alcohol lebih besar dari normal orang)

Pedoman diagnosis F1x.0 Intoksikasi Akut :


• Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alcohol atau
zat lain sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif,
persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis
lainnya.
• Intensitas intoksikasi akan berkurang dengan sendirinya jika tidak
menggunakan.
• Dose-dependent, kondisi organic tertentu (insufisiensi ginjal atau
hepar

F1x.1 Penggunaan merugikan

Pedoman diagnosis F1x.1 Penggunaan merugikan :


• Adanya pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan yang
dapat berupa fisik (karena suntikan diri sendiri pada kasus hepatitis)
atau mental (episode depresi mayor sekunder akibat konsumsi
alcohol

@kkf
• Belum sampai ketergantungan (F1x.2) dan gejala psikotik (F1x.5),
atau bentuk lain

F1x.2 Sindrom Ketergantungan


.20 KIni abstinen
.21 KIni abstinen, namun di lingkungan yang terlindung
.22 Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi
pemeliharaan
.23 Kini abstinen, tetapi dalam terapi obat aversif
(naltrexone atau disulfiram)
.24 Kini sedang ketergantungan aktif
.25 Penggunaan berkelanjutan
.26 Penggunaan episodic (dipsomania)

Pedoman diagnosis F1x.2 Sindrom Ketergantungan :


• Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala berikut
26
selama 1 tahun sebelumnya:
o Keinginan yang kuat atau dorongan memaksa (kompulsi)
o Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat
termasuk sejak mulai, usaha penghentian atau tingkat
menggunakan
o Keadaan putus zat fisiologis ketiak penghentian penggunaan
zat atau pengurangan
o Adanya toleransi berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama
o Secara progresif mengabaikan minat lain akibat penggunaan,
meningkatkan waktu yang diinvest untuk mencari zat
o Tetap menggunakan zat meskipun berbahaya untuk tubuh

F1x.3 Keadaan Putus zat


.30 Tanpa komplikasi
.31 Dengan Konvulsi
@kkf
Pedoman diagnosis F1x.3 Keadaan Putus zat :
• Salah satu indicator sindrom ketergantungan (F1x.2) dan harus
dipertimbangkan
• Jika ada dan jadi alasan rujukan, ditulis sebagai diagnosis utama
• Gejala fisik bervariasi tergantung zat. Gangguan psikologis
(ansietas, depresi, gangguan tidur) merupakan gambaran umum.
Khas : pasien melaporkan gejala putus zat mereda dengan
meneruskan penggunaan zat
F1x.4 Keadaan Putus zat dengan Delirium
.40 Tanpa komplikasi
.41 Dengan Konvulsi

Pedoman diagnosis F1x.4 Keadaan Putus zat + delirium:


• Kriteria putus zat (F1x.4) + delirium (F05.-)
• Delirium tremens :akibat putus alcohol absolut atau relatif pada
pengguna ketergantungan berat dengan riwayat penggunaan lama.
Onset sesudah putus zat. Keadaan gaduh gelisah toksik yang
berlangsung singkat tetapi dapat membahayakan jiwa disertai
gangguan somatic)
• Gejala prodromal khas : insomnia, gemetar dan ketakutan. Onset
dapat didahului kejang.
• Trias klasik :
o Kesadaran berkabut dan kebingungan
o Halusinasi dan ilusi vivid yang mengenai salah satu
pancaindera
o Tremor berat
• Bisa didapatkan waham, agitasi, siklus tidur terbalik, aktivitas
otonom berlebihan
F1x.5 Gangguan Psikotik
.50 Lir Skizofrenia
.51 Predominan waham
.52 Predominan halusinasi
.53 Predominan polimorfik
@kkf .54 Predominan depresi
.55 Predominan manik
.56 Campuran
Pedoman Diagnosis F1x.5 Gangguan psikotik :
• Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah
penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48 jam) bukan
manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu
onset lambat. JIka onset lebih dari 2 minggu masuk F1x.75)
• Sesuaikan dengan zatnya, jika penggunaan halusinogen jangan
langsung diagnosis Gangguan psikotik namun pertimbangkan
intoksikasi akut.

F1x.6 SIndrom Amnesik


Pedoman diagnosis F1x.6 Sindrom Amnesik :
• Disebabkan oleh zat psikoaktif yang memenuhi kriteria umum
sindrom amnesik organic (F04)
• Syarat utama :
o Gangguan recent memory
o Gangguan time sense (menyusun kronologis kembali)
o Tidak ada gangguan daya ingat segera, gangguan kesadaran,
gangguan kognitif umum
o Adanya riwayat obyektif dair penggunaan alcohol atau zat
kronis (terutama dosis tinggi)

F1x.7 Gangguan psikotik residual atau onset lambat


.70 Flashbacks
.71 Gangguan kepribadian atau perilaku
.72 Ganguan afektif residual
.73 Demensia
.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
.75 Gangguan psikotik onset lambat

@kkf
Pedoman diagnosis F1x.7 :
• Onset gangguan harus langsung berkaitan dengan
penggunaan zat tersebut
• Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku
yang disebabkan oleh alcohol atau zat psikoaktif yang
melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya
PENYALAHGUNAAN ZAT : KANABIS
Nama lain : mariyuana, hashis, cimeng, rasta, marry jane, budha sticks,
bhang). Zat aktif dari kanabis yang menyebabkan efek psikoaktif yaitu
delta-9 THC (cannabinoid). Reseptor Cb-1 terletak di basal ganglia,
cerebellum, hippocampus, hipotalamus, ACC, dan frontal (pada
brainstem tidak ada, sehingga minimal efek pada sistem pernafasan dan
kardio). Pada saat Cb-1 aktif terjadi blockade GABA, NE, asetilkolin,
peningkatan endorphin otak dan peningkatan drastis dopamine (reward
dan learning).
Farmakologi Kanabis
• Satu joint sebesar 0,5-1 g kannabis terdiri dari 50-150 mg THC.
• 5-24% asap sampai pembuluh darah
• 2-3 mg THC menyebabkan high pada pengguna okupasional
sehingga satu joint cukup untuk 2-3 orang.
• THC dan metabolitnya larut lemak à akan bertahan 28 hari dalam
pembuluh darah
Gejala Intoksikasi
• Pada dosis tinggi à ‘high’, euphoria ringan, relaksasi dan
perubahan persepsi, distorsi waktu, dan intensifikasi pengalaman
yang normal
• Peningkatan sosiabilitas
• Gangguan memori jangka pendek dan atensi
• Gangguan pada motoric, koordinasi, waktu reaksi
• Gejala berikut dalam 2 jam penggunaan :
o Injeksi konjungtiva
o Peningkatan nafsu makan
o Mulut kering
o Takikardia

@kkf
• Intoksikasi delirium
o Dosis tinggi THC à halusinasi, waham, gangguan pikir pada
individu normal. Pada yang rentan skizo à memicu skizofrenia

@kkf
• Cannabis Induced Anxiety Disorder

Some users (who are unfamiliar with the effects


) report increased anxiety, panic, a fear of going
mad, and depression after using cannabis

Included some patients who have been given


THC for therapeutic

if they use more potent forms of cannabis than


usual, or if they use the oral route

cannabis is to increase heart rate by 20 to 50


percent , changes in BP à postural hypotension,
Cardiovascular RISK

Gejala Putus Zat Ganja


• Gejala toleransi à berhubungan dengan perubahan fungsi
CB1
• Gejala putus zat : ansietas, insomnia, gangguan nafsu
makan, depresi
• Abrupt withdrawal à 6 jam tidak dapat istirahat à 12 jam
iritabilitas. Insomnia dan restlessness menetap sampai 28
hari.

@kkf
Efek samping penggunaan Kanabis
• Efek psikomotor dan menyetir à risiko kecelakaan 2-3x
• Efek kardiovaskuler à memicu MCI pada dewasa usia pertengahan
dengan penyakit jantung
• Sistem respirasi à bronchitis kronik
• Efek reproduktif à LBW
Pemeriksaan Penunjang
• Dapat deteksi di rambut, urin, keringat, saliva, dan darah dan larut
lemak sehingga lama (bisa mencapai 28 hari dalam darah)
• Di Urin, terdeteksi 11 minggu.
• Blood level range 0-500 ng/mL à recent use 10-15 ng/mL

@kkf
Tatalaksana Cannabis Abuse
Dependence Cannabis Intoksikasi Cannabis
•Non-farmakologi •Symptomatic
•CBT •Reassurance & Support
•MI
•Farmakologi
•SSRI

Efek terapeutik pada kanabis


• Analgesia = 60 mg kodein
• Muscla spasticity
• Epilepsi
• Glaukoma à penurunan tekanan IO 25% namun hanya 3-4 jam

PENYALAHGUNAAN ZAT: NIKOTIN/MEROKOK


Diagnosis DSM-V “ Tobacco Use Disorder”
A. Pola penggunaan rokok bermasalah yang menyebabkan distress
atau disfungsi signifikan secara klinis dengan manifestasi gejala
berikut minimal dua gejala dalam kurun waktu 12 bulan :
a. Merokok dengan jumlah atau periode waktu yang lebih lama
dari yang direncanakan
b. Keinginan persisten atau usaha untuk berhenti yang tidak
sukses untuk mengendalikan
c. Menghabiskan waktu untuk mendapatkan atau menggunakan
rokok
d. Craving atau keinginan/dorongan kuat untuk merokok
e. Pengguna rokok berulang yang menyebabkan kegagalan dalam
memenuhi tanggungjawab di tempat kerja, sekolah, atau
rumah
f. Penggunaan rokok berlanjut meskipun terdapat masalah
interpersonal atau sosial yang persisten atau berulang yang
diakibatkan atau diperberat oleh efek rokok

@kkf
g. Berhenti atau mengurangi melakukan aktivitas lain yang
penting yang tidak berhubungan dengan rokok
h. Penggunaan meskipun di situasi yang berbahaya secara fisik
(seperti merokok di tempat tidur)
i. Penggunaan yang berlanjut meskipun terdapat masalah
psikologis atau fisik akibat penggunaan tersebut
j. Toleransi
k. Gejala putus zat yang mereda dengan merokok
Diagnosis DSM-V “ Tobacco Withdrawal”
A. Penggunaan harian merokok minimal beberapa minggu
B. Penghentian rokok tiba-tiba atau pengurangan jumlah rokok
yang diikuti dalam kurun waktu 24 jam (atau lebih gejala
berikut :
a. Iritabilitas, marah, frustasi
b. Cemas
c. Sulit berkonsentrasi
d. Peningkatan nafsu makan
e. Restlessness
f. Mood depresif
g. Insomnia
C. Gejala pada kriteria B menyebabkan distress bermakna
secara klinis dan disfungsi pada sosial, pekerjaan atau area
penting dalam hidup
D. Gejala dan tanda tidak dapat dikelompokan dalam kondisi
medis lainnya.

PENYALAHGUNAAN ZAT : AMFETAMIN &


METAMFETAMIN
Nama lain : meth à crystal, ice, chalk, sabu, ubas, speed,
tina.

@kkf
Stimulant tolerence Stimulant withdrawal
•need for an increased •constellation of symptoms
amount of amphetamine, opposite to the effects of
cocaine, or other stimulants stimulant intoxication,
to achieve the same effect, or including dysphoric mood
a diminished response to and characteristic physiologic
continued use of a given changes
amount.

• Kelompok usia 18-25 tahun tersering


• Mekanisme kerja : amfetamin menginhibisi reyptae
dopamine dan meningkatkan kadar dopamine sinaptik
• Metamfetamin lebih poten dibandingkan amfetamin
• Paruh waktu amfetamin pada dewasa mencapai 13-14
jam dengan 30% amfetamin diekskresikan di urin
• Dapat terdeteksi di urin 3-5 hari setelah penggunaan
Penegakkan diagnosis
• Fisik : perhatikan kulit (tanda injeksi), meth mouth
(hygiene buruk)
• Diagnosis mirip nicotine namun diubah menjadi
penggunaan stimulant
• Derajat :
o Ringan (2-3 gejala)
o Sedang (4-5 gejala)
@kkf
o Berat (>6 gejala)
• Remisi awal : tidak adanya gejala selama 3-12 buan
• Remisi bertahan : tidak adanya seluruh gejala >12 bulan

@kkf
Stimulant-induced Psychotic Disorder
Terjadi pada 30% pengguna berat metamfetamin imana terjadi periode
singkat paranoia akibat stimulant dan peningkatan risiko terjadinya
kekerasan. Faktor risiko paranoia : ADHD, Genetics (GRM2 dan 5HT1A).

GANGGUAN PENYALAHGUNAAN ZAT : OPIOID


Nama lain : putaw, pt bedak putih, kuda, tar black, smack, junk. Alkaloid
compound (natural) dari papaver somniferum (opium poppy plant).
Indikasi medis untuk penghilang nyeri (morfin, kodein, oxycodone).
Paling sering disalahgunakan adalah heroin à injeksi (bubuk putih).
Reseptor opoid berikatan dengan opioid endogen (endorphin,
enkefalin). Reseptor opioid ada 4 yaitu mu, delta, kappa, dan NOP
dengan reseptor mu yang paling sering berikatan dengan opioid dengan
gejala analgesic dan parasimpatik yaitu depresi napas, miosis, euphoria
dan mengantuk.

@kkf
NATURAL SEMI-SINTETIK SINTETIK

•MORFIN •HEROIN •METHADONE


•NARKOTIN •OXYCODONE •BUPRENORPHINE
•KODEIN •HYDROCODONE •FENTANYL
•PAPAVERIN
Jenis Opioid

AGONIST

• berikatan dengan reseptor opioid dan mengaktifkan sinyal transduksi

PARTIAL AGONIST

• berikatan dengan reseptor opioid dan dapat memberikan efek tapi hanya
sebagian saja.
• Contoh : buprenorphine

ANTAGONIST

• berikatan dengan reseptor opioid tetapi tidak mengaktifkan sinyal transduksi


(tidak memberikan efek/gejala, hanya berikatan saja)
• Contoh : naloxone, naltrexone

@kkf
OPIOID
USE
DISORDER

OPIOID OPIOID
WITHDRA INTOXICA-
WAL TION
OPIOID
RELATED
DISORDER

UNSPECIFI OTHER
ED OPIOID OPIOID-
RELATED INDUCED
DISORDER DISORDER

@kkf
Opiod Use Disorder
• Pemakaian kompulsif opioid dengan dosis berlebih bukan untuk
alasan medis/terapi
• DX : minimal 2 dari 11 kriteria (dalam 12 bulan)

Opioid Intoksikasi – Overdosis

DX : adanya gejala klinis signifikan (perubahan psikologis &


perilaku) :
• Euforia à Apatis à Disforia
• Agitasi/retardasi psikomotor
• Pupil miosis
• Mengantuk
• Disartria
• Sianosis, akral dingin
• Gangguan daya nilai, bicara, atensi dan memori
Overdosis : koma, depresi napas à apnea, pupil nonreaktif

@kkf
Opioid Withdrawal

Gejala withdrawal kebalikan dengan gejala intoksikasi :


• Cemas, iritabel, gelisah
• Nyeri2 di kaki, punggung
• Peningkatan sensitivitas nyeri

Kondisi berat : mual muntah, kram perut + diare, nyeri seluruh


otot tubuh, lakrimasi, rhinorea, pupil midriasis, keringat
berlebih, demam, kebingungan hingga delirium.

SPONTANEOUS PRECIPITATED
•Cessation of daily use •Ingestion of partial
agonist/antagonist

•Onset : •Onset :
•6-8 jam (setelah pemakaian •Hitungan menit (setelah
terakhir SA) adm naloxone IV)
•24 jam (metadon) •2-3 jam (naltrexone oral)

•Resolusi : •Resolusi :
•5-7 hari (SA) •2-3 hari (naltrexone)
•>2 minggu (metadon) •7-10 hari (buprenorphine)

@kkf
Pemeriksaan Penunjang Opoid Abuse
• Deteksi dini à Pemeriksaan urin
• 2-6 jam setelah pemakaian
• Morfin, heroin, kodein à selama 1-3 hari
• Metadon à sampai 4 hari lebih
• Deteksi 2-3 bulan (indicator penggunaan kronis)
• Opioid 1 minggu masih bisa negatif
• Pemeriksaan saliva
• 1-2 jam setelah menelan (+)
• Tes lain :
• Injeksi à HIV, hep B
• Sharing straws à Hep C
• Blood test : LFT, intoksikasi à leukositosis
• Fisik : Needle mark, lesi infeksi kulit

Penanganan Opioid Abuse


Penanganan terdapat dua tahap yaitu detoksifikasi dan maintainance.

@kkf
• Detoksifikasi : metadon (long acting full agonist) ,burprenorfin
(partial agonist), nalokson (short acting antagonist)
• Maintainance : buprenorfin (partial agonist), naltrexone (long
acting antagonist), metadone (long acting full agonist)
Penanganan Opioid Overdosis

• Datang dalam kondisi tak sadarkan diri, depresi nafas (+) à emergency!
@kkf
• Walaupun kebanyakan non-lethal, tapi tujuannya adalah mencegah
kerusakan ireversibel di SSP dan organ lain akibat anoksia
Penanganan opioid withdrawal
Manage
Maintain
symptomatic Detoxification
hydration
symptoms

• Strategi terapi
a) Simtomatik (dengan medikasi non opioid)
b) Agonist (langsung detoks dengan ini biasanya)
c) Antagonis + simtomatik
§ Pada kondisi akut, bila tidak tersedia metadon/buprenorfin,
dapat diberikan opioid jenis apa saja
• Morfin sulfat 10-20 mg (extra 10 mg)
A) Strategi simtomatik
§ Gejala otonom
• Agonis adrenergic : Klonidin 3-4x 0,1-0,3 mg/hari
§ Agitasi psikomotor/cemas
• Ansiolitik : Klonazepam 2-4x 0,5-2 mg/hari
§ Insomnia
• Hipnotik : Zolpidem 5-10 mg
• Neuroleptik atipikal : quetiapine 50-200 mg

@kkf
§ Nyeri otot
• NSAID : ibuprofen/ketolorac
§ Gangguan sal. Cerna
• Antiemetik : ondansentron
• Antidiare : loperamide
B) Strategi Agonist assisted Detoxification

METHADONE BUPRENORPHINE
Diberikan saat ada gejala putus obat
Bisa langsung diberikan (segera)
spontan

Oral (syrup) Sublingual

Dosisi awal 20-30 mg Dosis awal 2 mg

Repeat dosis / 2-4 jam Repeat 2 mg/2-4 jam

Max 40-60 mg untuk stabilisasi Max 8-12 mg untuk stabilisasi

Penurunan dosis 2 mg/hari, 1 mg dalam 2


Penurunan dosis 20% atau 5 mg/hari
hari terakhir

§ Metadon adalah full agonis sehingga aman untuk segera dimulai


(tidak ada withdrawal), namun karena buprenorfin partial
agonism aka bisa memunculkan efek withdrawal à maka
diberikan sekitar 12 jam setelah pemakaian terakhir short acting
(SA) atau 24 jam setelah pemakaian LA
§ Pada metadon :
§ Untuk mencapai stabilisasi à hari kedua-ketiga dinaikan 10
mg jika 40 mg tidak cukup
§ Dosis dibawah 20 mg à distress withdrawal dan resiko pasien
relaps à siasati dengan dose blinding
§ Detoks baiknya dilakukan di ranap karena cukup 1 minggu
umumnya, pada rajal bisa mencapai 1-2 bulan
C) Strategi antagonist-assisted
§ Induksi naltrekson à 2-3 hari sebelum berakhir terapi detoks
§ Jika muncul gejala withdrawal, kontrol dengan simtomatik
@kkf
PENYALAHGUNAAN ZAT : ALKOHOL

Ethanol Standard minum alkohol (AS) :

• Diabsorbsi melalui dinding mukosa • mengandung 10 to 12 g of ethanol


traktus digestivus bagian proksimal • 12 oz ≈ 360ml bir ≈ 3.6% ethanol
usus halus, tempat absorbsi vitamin B. • 5 oz table wine ≈ 12% ethanol
Ethanol dengan cepat memasuki aliran
• 1.5 oz of 80-proof spirits ≈ 40% ethanol
darah.
• Sekali minum dapat meningkatkan
• 2-10 % alkohol dieksresikan melalui
kadar alkohol di darah 15 -20 mg/dL
paru, ginjal, keringat, sisanya
dimetabolisme di hati dan • Absorbsi lebih cepat pada perut kosong
menghasilkan asetildehid. dan jika alkohol diminum sebagai
minuman berkarbonasi.

ADIKSI PERILAKU
• Adiksi dibagi menjadi dua yaitu adiksi zat dan adiksi perilaku.
• Pada DSM-V, adiksi perilaku sudah dikenali sebagai adiksi yang
tidak berhubungan dengan zat tertentu namun menunjukkan
gambaran yang serupa dengan adiksi zat.

@kkf
• Kecanduan terbagi menjadi tiga tahap siklus yang berulang, yaitu
binge dan intoksikasi, withdrawal dan gejala negatif, preokupasi dan
antisipasi (craving). Setiap tahapnya dihubungkan dengan sirkuit
neurobiologik yang spesifik dan karakterisktik perilaku. Binge:
melakukan sesuatu secara berlebihan
• Kecanduan mengaktifkan reward system atau "jalur kesenangan”.
Reward system yang berperan dalam kecanduan adalah sistem
dopaminergik di mesolimbik, terdiri dari neuron dopaminergik di
daerah ventral tegmental (VTA) yang diproyeksi ke nukleus

@kkf
akumbens (NA), amigdala, korteks prefrontal (PFC), dan daerah otak
depan lain
• Bukan hanya sistem dopaminegik yang berperan penting pada
kecanduan. Dikaitkan juga dengan disfungsi ekspresi dan fungsi
berbagai neurotransmiter dan neuropeptida termasuk glutamat,
gamma-aminobutyric acid (GABA), serotonin, corticotrophin-
releasing factor, norepinefrin, dan asetilkolin

PPDGJ-III

DSM-5

@kkf
• Kriteria diagnosis Gaming Disorder yang kontroversial di DSM-V
dan dikeluarkan di ICD-11 (menyebabkan overdiagnosis)
o Toleransi : Pada adiksi zat, toleransi adalah adanya peningkatan
jumlah zat yang digunakan namun pada adiksi perilaku gaming
disorder tidak ada zat yang diminum dan untuk mendapat
kepuasan yang sama tidak hanya bergantung pada jumlah
waktu tetapi juga tipe, genre dan kompleksnya game. Pada
gaming, sulit untuk mendefinisikan jumlah waktu gaming yang
bertambah
o Withdrawal : Pada adiksi perilaku, gejala fisik seperti pada
adiksi zat dapat tidak tampak, meskipun gejala psikis ada. Maka
dari itu, untuk gejala withdrawal harus ada kriteria waktu
tertentu. Jika langsung terjadi saat dihentikan, bisa jadi respons
psikologis dari terminasinya bukan withdrawal.
o Preokupasi : Pada individu yang bermain game secara
professional dapat bermain dalam jumlah waktu yang sangat
Panjang namun tidak preokupasi dengan perilakunya.
o Deception : Deception dinilai biasanya dari alloanamnesis ke
keluarga atau orang yang tinggal Bersama pasien. Namun, jika
pada individu yang tinggal sendiri (di kosan) atau jarang
bertemu keluarga maka belum tentu berbohong mengenai
gaming.
@kkf
MOTIVATIONAL ENHANCEMENT THERAPY
(MET)
• Aplikasi MET/MI :
o Merokok
o PErilaku seks beresiko
o Gangguan OCD
o Penggunaan Zat
o Non psikis : diabetes, antiretroviral, manajemen
nyeri
• MET mengadaptasi prinsip Motivational Interviewing (MI)
dengan memaksimalkan kapasitas kemampuan yang sudah
dimiliki oleh pasien untuk mencapai suatu perubahan
melalui motivasi
• MI : metode konseling yang mendorong timbulnya motivasi
melalui resolusi dari kondisi ambivalen
• MI baiknya dilakukan saat tahap ambivalensi yaitu suatu
proses normal dan dinamik yang menuju proses perubahan
• Komponen utama pencetus motivasi :
o Kemauan : seberapa penting arti perubahan pada
pasien
o Kemampuan : seberapa besar kepercayaan diri
untuk berubah
o Kesiapan : apakah perubahan adalah prioritas
segera
• The spirit of MI :
o Kolaborasi : Prinsip partnership
o Evocation : eksplorasi pemikiran, ide, alasan
berubah
o Otonomi : kekuatan terbesar untuk melakukan
perubahan ada dalam diri pasien
• Prinsip MI

@kkf
Express Empathy

• Melihat, berpikir, merasakan sebagaimana yang digambarkan pasien


• Mendengarkan & mengerti pasien à bina rapport!
Support Self-Efficacy

• Tumbuhkan rasa percaya pasien bahwa dalam dirinya ada kemampuan


untuk berhasil berubah
Roll with Resistance

• Konflik diri pasien à‘masalah’ dan ‘solusi’ à resisten à jangan di


konfrontasi!
Develop Discrepancy

• Untuk menimbulkan motivasi diri, melalui perbedaan ‘kondisi/perilaku saat


ini’ dengan ‘harapan di masa depan’

• Fase MET

@kkf
Kesimpulan :
• Client centered à autonomy à personal decision making
• Hubungan pasien-terapis sebagai “partner” yang sepadan
• Tujuannya adalah menumbuhkan MOTIVASI pasien untuk
mengadakan perubahan (own motivation to change)
• “change talk”
• Motivasi dapat muncul bila tercapai suatu kondisi
“ambivalen” dan kesadaran akan “kesenjangan”
• Target terapi dibuat oleh pasien “tailored”
• Empati dan rapport dengan pasien sangat tinggi

@kkf
TAHAPAN PERUBAHAN PROCHASKA
DICLEMENTE
• Perubahan perilaku yang
bertujuan
• Menekankan pada
proses
• Proses perubahan
ditandai oleh fase-fase
perubahan

DUAL DIAGNOSIS
• Definisi dari SAMHSA : individu yang memiliki gangguan
yang berkaitan dengan zat dan gangguan psikiatrik di waktu
@kkf
bersamaan namun independent dan bukan satu kesatuan
gangguan
• Teori-teori yang berhubungan dengan dual diagnosis :
o Mental illness as primary & substance misuse as
secondary
o Primary substance misuse with psychiatric
consequences
o A dual primary diagnosis
o A common etiologi

@kkf
ADIKSI ZAT (TAMBAHAN) : THP
• Trihexypehnidyl (Tri X, Trihex,
Pil Koplo Y, Hexy)
• Antikolinergik sintetis
• Indikasi :
o Alternatif antipsikotik
pada sindrom
ekstrapirimidal
o Parkinson disease
• Efek :
o Stimulan (dosis rendah)
o Euforia
o Halusinogen
o Depresif (dosis toksik)
• Farmakologi
o Senyawa piperidin dengan efek antikolinergik dan efek sentral
mirip atropine
o Inhibisi kompetitif asetilkolin pada reseptor muskarinik di
neuron dopaminergic
o Onset kerja : 1 jam
o T ½ eliminasi : 3.3-4.1 jam
o Konsentrasi puncak : 1-1.5 jam
o Masa kerja : 1-12 jam
• Interaksi obat dengan (meningkatkan efek antikolinergik dan
hipertermi)
o TCA (tricyclic antidepressants)
o Depresan SSP (alcohol, opioid, benzo)
• Definisi
o Prescription Drug Abuse
• Tindakan menggunakan obat dalam bentuk apapun selain
dari yang diresepkan
• Ketika seseorang menggunakan obat untuk merasa
euphoria
• THP Overdosis
@kkf
o Fatal pada konsentrasi THP dalam darah 0.03 – 0.8 mg/l
o Gejala dan tanda :
• Miosis dan reflex lamban
• KUlit hangat dan kering, muka memerah
• Penurunan sekresi mulut
• Suhu tinggi, takikardia, retensi urin, aritmia
• Tanda neuropsikiatri : delirium, disorientasi, kegelisahan,
halusinasi, kejang
o Terapi :
• Bilas lambung dan karbon aktif
• Diazepam dosis kecil/ barbiturate short acting à jika
tanda rangsangan SSP
• Kontraindikasi : fenotiazin
• Support pernapasan, vasopressor (jika dibutuhkan)
• Perbaiki hiperpireksia, balans cairan, dan keseimbangan
asam-basa
• Kateter urin

@kkf

Anda mungkin juga menyukai