Anda di halaman 1dari 30

F1.

Gangguan Mental dan perilaku

akibat penggunaan Zat Psikoaktif


K intan Uta mi
(11 2 02 11 4 1 )

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT TARAKAN JAKARTA
Periode 18 April-21 Mei 2022
NAPZA (Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain)
NAPZA adalah setiap bahan kimia/zat yang bila masuk ke tubuh akan mempengaruhi fungsi
tubuh (fisik dan psikologis)

PENGGOLONGAN NAPZA MENURUT UU NO 35 TAHUN 2009


NAPZA ( 3 CARA KERJA NAPZA)
Depresan/ Sedatif Stimulan Halusinogen
Mengurangi aktivitas fungsional Merangsang aktivitas fungsi otak Menyebabkan halusinasi
tubuh “ Menenangkan”
NAPZA “ Meningkatkan”
adalah setiap bahan kimia/zat yang “ Waking
bila masuk ke tubuh akan mempengaruhi Dreams”
fungsi
tubuh (fisik dan psikologis)
Alkohol Amfetamin LSD,DMT

Benzodiazepin Metamfetamin ( shabu) Mesklain


Alprazolam (Xanax)

Opioid; Heroin (putau), Morfin Kokain (Erythroxylum coca) PCP

Solven Nikotin Ketamin

Barbiturat Khat (Catha edulis) Kanabis (dosis tinggi)

Kanabis (dosis rendah) Kafein Magic mushroom

MDMA (3,4-metilendioksi- MDMA (3,4-metilendioksi-


metamfetamina) metamfetamina)
E
p
i
d
e
m
i
o
l
o
g
i
Latar belakang individu menggunakan zat psikoaktif
ode

Coba-coba Instrumental Ketergantungan

TINGKAT
PEMAKAIAN
NAPZA Bersenang-senang Kebiasaan
Tidak pernah pakai
Gangguan Penggunaan NAPZA Menurut PPDGJ
III
Adiksi (addiction) : ketagihan atau kecanduan
Gangguan adiksi merupakan gangguan yang bersifat kronis dan kemungkinan
kekambuhan sangat tinggi yang ditandai dengan :
1. Perilaku kompulsif dalam mencari NAPZA
2. Kehilangan kontrol dalam menggunakan NAPZA
3. Timbulnya keadaan emosi yang negatif ketika tidak mendapatkan NAPZA

Penyalahgunaan NAPZA
Penggunaan salah satu/beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar
indikasi medis
Sindrom Ketergantungan F1x.2

Dosis ketergantungan obat pasti ditegakan jika ditemukan 3 atau lebih gejala
berikut;
1. Dorongan yang kuat untuk menggunakan Zat
2. Kesulitan dalam mengendalikan prilaku ( termasuk sejak mulai ; Sulit
untuk berhenti)
3. Keadaan Putus Zat
4. Terbukti adanya tolenrasi zat yang tinggi
5. Secara progresif mengabaikan aktivitas lain hanya untuk kesenangan akibat
zat dan juga akibatnya.
6. Tetap menggunakan zat walau menyadari akibat penggunaan zat

Sumber; PPDGJ III


Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif

Intoksikasi Akut Keadaan Putus Zaat


/ withdrawal
Kondisi peralihan yang timbul Sekelompok gejala yang terjadi
akibat penggunaan zat psikoaktif akibat penghentian
sehingga terjadi gg kesadaran, pemberian zat secara absolut
fungsi kognitif, persepsi, atau relative, sesudah
afek/perilaku, dan fungsi serta penggunaan zat secara terus-
respon psikofisiologis, menerus dan dalam jangka
intensitasnya berkurang seiring panjang atau dosis yang tinggi.
waktu berjalan/efek zat habis.
Keadaan Putus Zat dengan
delirium F1x.4 Keadaan Putus Zat F1x.3
Suatu komplikasi dari putus zat yang paling
umum terjadi. Termasuk DELIRIUM
b TREMENS Gejala fisik bervariasi sesuai zat
DELIRIUM TREMENS ; kondisi dimana akibat putus
b
yang digunakan
alcohol yang ketergantungan berat dan Riwayat
penggunaan yang lama. Onset terjadi biasanya putus
alcohol; Gaduh Gelisah, yang berlangsung singkat Gangguan psikologis; axietas,
tetapi kadang dapat membahayakan jiwa dapat di
sertai gangguan somatic. Berlangsung 3-4 hari
depresi dan gangguan tidur.

Gejala khas lain; Insomnia, gemetaran, dan


ketakutan
Khas; Pasien akan melaporkan
Trias Klasik dari gejalanya; bahwa gejala putus zat akan
1. Kesadaran berkabut/ binggung mereda dengan meneruskan
2. Halusinasi dan ilusi pada salah satu pancaindra
3. Tremor Berat penggunaan zat
Gangguan Penggunaan Zat
Ringan; 2-3 gejala, Sedang 4-5 gejala, Berat; Lebih dari 6
Permasalahan bermakna secara klinis b

b 7. Berkurangnya aktivitas sosial


1. Penggunaan dalam bentuk besar dan lama pekerjaan / rekreasi akibat penggunaan zat
2. Keinginan terus menerus dan gagal dalam 8. Penggunaan zat berulang dalam situasi
mengurangi atau berhenti yang membahayakan secara fisik
3. Menghabiskan waktu dalam mendapatkan 9. Penggunaan zat masih berlanjut
zat, atau memulihkan efek dari zat tersebut meskipun memiliki pengetahuan tentang
4. Craving; yang kuat permasalahan fisik dan psikologis yang di
5. Efek zat kegagalan untuk memenuhi perburuk oleh zat
kewajiban ( sekolah, Perkerjaan, Rumah) 10. TOLERANSI ZAT; Meningkat, efek
6. Terus menggunakan zat walau sudah ada berkurang dengan dosis yang sama.
konflik sosial berulang bertambah parah 11. Withdrawal; Karakteristik Sindrom
yang di akibatkan efek zat putus zat, Zat yang dipakai untuk
mengurangi gejala putus zat
Jika ditemukan tiga atau lebih dari gejala-gejala di bawah
ini, dialami 1 tahun sebelumnya:

Menegakkan 1. Keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa


ode

(kompulsi) untuk menggunakan Napza


Diagnosis 2. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan
PPDGJ III Napza
3. Keadaan putus zat secara fisiologis
4. Adanya toleransi, berupa peningkatan dosis Napza.
5. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan
atau minat lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif.
6. Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya
akibat yang merugikan kesehatannya
ALKOHOL Putus Alkohol
Sedative; menenangkan
EPIDEMIOLOGI
Intoksikasi Alkool

• 12-18 jt → adiksi alkohol


• 200.000/thn kematian terkait
penyalahgunaan alkohol 
• Hampir 50% kecelakaan lalu
lintas karena pengemudi mabuk
•♂>♀
OPIOID
Masalah Sosial :
• Gg. Interaksi di rumah tangga – lingkungan masyarakat
Sedative; menenangkan • Kecelakaan lalu lintas
Termasuk golongan opoid adalah morfin, • Perilaku kriminal – tindak kekerasan
petidin, heroin, metadon, kodein • Gg. Perilaku sampai anti-social (mencuri, mengancam, menodong, membohong,
menipu sampai membunuh)
Cara pakai :
● Dragon → dengan cara dihisap dengan
Sebab-sebab Kematian : 
Reaksi heroin akut menyebabkan kolapsnya kardiovaskuler & akhirnya meninggal 
bibir melalui gulungan kertas atau plastik
Overdose karena heroin menekan SSP, Hipoksia& menyebabkan kematian
di atas aluminium foil yang dipanaskan
● Sniffing → dengan cara dihirup melalui
Tindakan kekerasan 
lubang hidung AKIBAT PENYALAHGUNAAN OPIOID
● Puff → dengan cara dimasukkan ke dalam Masalah Fisik :
rokok tembakau Infeksi karena emboli, dapat menjadi stroke 
● Injection IV/IM (pilihan utama adiksi). Pupil Pinpoint ( overdosis berat)
Hepatitis (B dan C) , HIV/AIDS
Rhinore
Injeksi menyebabkan trauma pada jar. Lokal
Masalah Psikiatri :
• Gejala putus zat menyebabkan perilaku agresif
• Suicide 
• Depresi berat – skizofrenia
OPIOID Withdrawal opiod DSM V
Termasuk golongan opoid adalah morfin,
petidin, heroin, metadon, kodein

Cara pakai :
● Dragon → dengan cara dihisap dengan
bibir melalui gulungan kertas atau plastik
di atas aluminium foil yang dipanaskan
● Sniffing → dengan cara dihirup melalui
lubang hidung AKIBAT PENYALAHGUNAAN OPIOID
● Puff → dengan cara dimasukkan ke dalam
rokok tembakau
● Injection IV/IM (pilihan utama adiksi).
GANJA Masalah Sosial : 
 Kesulitan belajar – dikeluarkan dari sekolah
 Kenakalan remaja
 Hancurnya akademik & performa bekerja – kehilangan pekerjaan 
 Gg. Dalam mengendarai kendaraan 
Sedative; Menenangkan
DEFINI Sebab kematian : 
1. Suicide 
SI 2. Infeksi berat 
3. Tindak kekerasan (termasuk kecelakaan lalu lintas)
• Daun ganja : berasal dari tanaman
perdu Cannabis sativa
• Delta-9- Tetrahidrokanabinol
( THC) AKIBAT PENYALAHGUNAAN
• Intoksikasi : 2 jam pemakaian Masalah Fisik :  GANJA
mata merah, peningkatan • Gg. Sistem reproduksi (infertilitas, mengganggu menstruasi,
nafsumakan, mulut kering dan maturasi organ seksual, kehilangan libido, impotensi)
takikardi. • Fetal damage selama kehamilan
• Infeksi sistem pernafasan (sinusitis, bronchitis menahun)
• Gg. Kardiovaskuler 
• Gg. Saraf : sakit kepala, gg. fungsi koordinasi motoric

Masalah Psikiatri :
Presecutory Delusion
Anxiety
Emotional Labiliy
Depersonalisasi
KOKAIN
Sedative; menenangkan AKIBAT PENYALAHGUNAAN
KOKAIN
Masalah Fisik : 
DEFINISI • Snorting : pilek terus-menerus, sinusitis, epistaksis, luka-luka pada rongga hidung
• Dihasilkan dari daun tumbuhan : • Dengan suntikan : infeksi lokal pada kulit – sistemik, abses daerah kulit, hepatitis (B
& C), HIV/AIDS 
Erythroxylon coca
• Inhalasi melalui merokok : radang tenggorokan, melanoptysis/sputum berbercak
• Bentuk kokain yg diperjual belikan darah, bronchitis kronis
di Indonesia : bubuk putih • Cocaine baby (retardasi pertumbuhan,premature yg diikuti kelainan mental : irritable,
• 3 cara penggunaan kokain :  gg. tidur)
1). Bubuk kokain (snorting) 
2). Free-base cocaine - garam kokain  Masalah Psikiatri : 
yg dikonversikan dgn larutan mudah  Toleransi & ketergantungan 
menguap.  Gejala fisik putus zat : agitasi, depresi , nyeri semua badan, high craving, cemas,
3). Disuntikan melalui IV marah, meledak-ledak, gg. tidur, mudah tersinggung (Presecutory Delusion)
SEDATIVA
(Nitrazepam, flunitrazepam,
bromazepam, diazepam, Efek samping :
lorazepam) ●dapat menyebabkan abses, infeksi sistemik,
Cara pakai : injeksi IM/IV hepatitis, HIV/AIDS
(Diazepam), oral ●anxietas, panik
●mengganggu interaksi dalam rumah tangga dan
lingkungan masyarakat
●infeksi sistemik membawa kematian
AKIBAT PENYALAHGUNAAN AMFETAMIN
STIMULAN Gejala Withdrawal Amfetamin
• Fase awal: Depresi, agitasi, anxietas, , Drug Craving
DEFINISI • Fase menengah; menurunnya energi, mental,
• Senyawa kimia bersifat stimulansia  Keletihan, Berkurangnya minat terhadap lingkungan,
• Amfetamin di Indonesia dipasarkan dalam
bentuk : ecstasy & shabu
anhedonia, drug craving memberat
• Cara penggunaan : • Fase akhir; Menurunnya drug craving dan Relaps
 Amfetamin : tablet/suntikan
 Ecstasy : digigit dengan gigi sedikit Masalah Psikiatri : 
demi sedikit kemudian ditelan oPerilaku agresif
 Shabu : uap yg dipanaskan melalui
tabung air kemudian dihisap melalui bibir. 
oConfusional state (psikosis paranoid – skizofrenia) 
oKondisi putus zat : letargi, fatigue, kelelahan, serangan
panik, gg. Tidur
oDepresi berat – suicide
oHalusinasi

Gejala Intoksikasi( sesaat penggunaan) ; Peningkatan kesadaran, insomnia,


berkurang rasa Lelah, peningkatan mood, peningkatan percaya diri, Nafsu makan
berkurang, Mudah tersinggung . Sampai gg Paranoid
STIMULAN Terapi Intoksikasi Amfetamin
DEFINISI
• Senyawa kimia bersifat stimulansia 
• Amfetamin di Indonesia dipasarkan dalam
bentuk : ecstasy & shabu
• Cara penggunaan :
 Amfetamin : tablet/suntikan
 Ecstasy : digigit dengan gigi sedikit
demi sedikit kemudian ditelan
 Shabu : uap yg dipanaskan melalui
tabung air kemudian dihisap melalui bibir. 
Tanaman Nicotiana tabacum

Cara pakai : Ditempel di lidah (1


square 20-75 µg)

Cara pakai : smoking

Cara pakai : Dihirup melalui hidung (sniffing)


■Abstinensia (mengurangi penggunaan
NAPZA bertahap sampai abstinensia
Sasaran
ode

total)
Terapi ■Mengurangi frekuensi dan keparahan
relaps.
■Perbaikan dalam fungsi psikologis dan
penyesuaian fungsi sosial dalam diri dan
lingkungan masyarakat
1). Fase Penilaian (assesment phase)
a n
ode

a p
Tah pi
Tera
2). Fase terapi detoksifikasi, fase ini memiliki beberapa variasi : 
• Rawat Inap dan Rawat Jalan
• Cold Turkey, artinya seorang pecandu langsung menghentikan
penggunaan narkoba/zat adiktif, dengan mengurung pecandu dalam
masa putus obat tanpa memberikan obat-obatan
• Terapi simptomatis ( anti mual, anti analgetik,)
• Rapid Detoxification, Ultra Rapid Detoxification
• Detoxifikasi dengan menggunakan : Kodein dan ibuprofen,
Klontrex (klonidin dan naltrexon), Bufrenorfin, Metadon. 
Tujuan : 

• Mencegah/mengurangi terjadinya craving terhadap


ode opioid illegal
Te ra p i • Mencegah relaps untuk menggunakan kembali opioid
• Restrukturisasi kepribadian
Sub s t i tu s i • Memperbaiki fungsi fisiologis organ yang telah rusak
( Rum a t an ) akibat penggunaan opioid 

Terapi untuk ketergantungan opioid : 


o Agonis : metadon ( Terprogram dan Pemantauan ketat)
o Partial agonis : buprenorphine 
o Antagonis : naltrekson
Proses pemulihan terdiri atas
Risiko tinggi terjadinya
beberapa fase : relaps: 
• Fase pra-terapi • Pasien tidak mengenali
ode • Fase stabilisasi “warning sign” 
Proses • Fase pemulihan diri
• Fase pemulihan menengah 
• Selama menjalani terapi &

Pemulihan
rehabilitasi, klien tidak dibekali
• Fase pemulihan akhir
cara untuk mencegah
• Fase maintenance 
penggunaan zat kembali
• Klien membiarkan masalahnya
RELAPS DAN PENCEGAHANberlarut-larut dan berpikir jalan
keluarnya adalah menggunakan
Warning sign : napza kembali
 Berbohong • Kondisi emosi pasien yg negatif
 Mempersalahkan orang lain  • Tekanan social
 Perasaan malu  • Konflik hubungan dengan
 Euforia  sekitar 
Beberapa program rehabilitasi yang dapat dijalankan
pecantu NAPZA yaitu:
ode • Terapi detoksifikasi
Proses • Terapi substitusi opioid,
• Therapeutic community
Rehabilitasi • Program terapi 12 langkah narcotic anonimus.

• Pada setiap metode rehabilitasi juga dapat disertai


intervensi psikososial seperti :
• Brief intervention
• konseling dasar,
• Motivational interviewing,
• CBT
• Relaps prevention.
Farkmakoterapi
(NIDA Guidelines)
Intoksikasi Alkohol
● Naltrexone ( antagonis Opioid)
● Acamprosate Intoksikasi Opioid : ( Antagonis Opioid)
● Disulfiram Nalokson 1,4 MG IV ( dapat ulang
● Topiramate interval 5 menit, 4x tidak ada perbaikan
 curiga penyebab lain) ,Clonidine
Withdrawal Alkohol
Withdrawal: Metadon ( Opioid jangka
• BZD , supaya tenang
Panjang dengan adiksi minimal)
Intoksikasi BZD
Halusinogen
• Flumazenil (antagonis BZD)
Intoksikasi: suportif ciptakan visual yg
Withdrawal :
baik,
• Fenoborbital ( Gol. BZD di Tappring Off)
agiditas : alprazolam
Stimulan
Withdrawal: gg mood, antidepresan SSRI
Intoksikasi :th/ Gol. BZD ( Mengurangi tegang,
( flouxetine)
RR, HT
Withdrawal : Simtomatik , Jika + depresi ( anti
Depresan
Akut; Perhatikan A,B,C
Terima kasih!
@Kintanutami__

Anda mungkin juga menyukai