Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Kegawatdaruratan pada psikiatrik terjadi sekitar lebih dari 60% pada kasus penyakit

jiwa. Kegawatdaruratan psikiatrik yang meliputi agitasi psikomotorik akut dan

bunuh diri. Hal ini memerlukan tatalaksana yang tidak dapat ditunda karena dapat

membahayakan pasien maupun orang sekitar. Sehingga peran petugas medis seperti

dokter dan perawat sangat diperlukan dalam mengetahui dan menatalaksana kasus-

kasus ini. Dalam referat ini akan dibahas mengenai dua kondisi ini, bagaimana cara

mendiagnosis dan tatalaksana.

KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI

Kedaruratan psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran jiwa dan kedokteran

kedaruratan yang membahas mengenai gangguan akut dari perilaku, pikiran, mood

pasien yang jika tidak diintervensi dapat membahayakan pihak pasien maupun

lingkungan sekitar. Dua masalah utama dari kegawatdaruratan psikiatri adalah

gangguan akut dengan agitasi psikomotor dan usaha penghancuran diri atau bunuh

diri.

GANGGUAN AKUT AGITASI PSIKOMOTOR

Gangguan akut dengan agitasi psikomotor memiliki banyak penyebab yang

bervariasi dari penyakit kejiwaan. Berdasarkan atas kestabilan status mental dan

keparahan dari gangguan akut, agitasi psikomotor dapat bermanifestasi dari

gangguan ringan dengan kualitas kecemasan yang ringan atau kondisi yang lebih

parah dengan agitasi dan agresivitas yang tinggi. Kondisi organik yang dapat

menyebabkan hal ini:


Increased blood pressure
Difficulty with concentrating and information processing
Lapses in judgment
Numbers cards =Others?
Problems
There maywith perception
be multiple and motor
diagnoses skillstime however you must attend to the
at the same
Chronic, long-term
most critical, marijuana
- life threatening
Gangguan onesuse can lead
first.
mental to a loss
organik. of ambition
Secara and an
sederhana inability
dapat to
dikatakan bahwa pada
carry out long-term plans or to function effectively.
sindrom otak organik akut biasanya terdapat kesadaran menurun sedangkan pada

Meastute
The dicalpsychiatrist
Cond itions
sindrom will (The
always
otak Ace
organik ) marijuana
askmenahun
the biasanyauser if he or
terdapat she laces or
dementia.
sprinkles the MJ with other substances. Common substances used to lace MJ include:
Many medical conditions can produce psychiatric symptoms. Psychiatrists must
cocaine (primo),
always first rule PCP, formaldehyde/embalming
out any fluid
medical causes of psychiatric (wet). otherwise, critical
symptoms
medical problems will go untreated and worsen.

Stimulants (cocaine, "crack," amphetamines) produce a temporary feeling of


Medical Conditions That Commonly
enhanced power and energy. Stimulant
Produce abuse can
Psychiatric Symlead to serious
ptom s medical problems:
-MEND A MIND-
Heart attackseven in young people with healthy hearts
Seizures Metabolic: electrolytes, TSH, Cushings
Strokes Electrical: epilepsy, temporal lobe seizures
Violent, erratic,Nanxious,
utritional: thiamine/folate, anemia
or paranoid behavior
Drugs/toxins: street and/or medical drugs, lead
Arterial: CVA, TIA
Recent use of cocaine, speed and other stimulants prior to incarceration commonly
Mechanical: brain injury, Sub/epidural
causes the patientIto crash, and feel extremely depressed, increasing their risk of
nfection: HIV, Syphilis, Meningitis, Hep C
suicide. Neoplastic: primary or metastatic
Degenerative: Alz. Dz, Parkinsons, CJD, MS
Cocaine use during pregnancy may result in miscarriages, stillbirths, or low-birth-
weight babies who may be physically dependent on the drug and later may develop
Are there signs of Delirium, or otherwise impaired attention/concentration? If so,
behavioral or learning
immediately difficulties.
perform assessment of sensorium. Do not waste time collecting a
history as it is likely to be fruitless. Here are the most critical and time saving exams
to perform in this scenario:
CocaineWithdrawal- may develop hours to days after the person stops or cuts down
on cocaineOrientation
use. to person, place, time and situation
Cocaine withdrawal after prolonged use often results in severe
Digit span (attention) less than 5 digits forward strongly suggests a possible
depression.delirium
Serial subtractions, months in reverse, etc. (concentration)
Recall 3 words (memory)

The validity of the cognitive MSE requires intact attentional systems! If the digit
Cocaine Withdrawal Signs
span is abnormal, all other tests will likely be abnormal.

Excessivetiredness or sleepiness 5
Vivid, unpleasant dreams
Increased appetite
Irritability
Depressed mood
Suicidality

Tactile hallucinations are frequently seen in cocaine-induced psychosis (cocaine


bugs), and involve sensations of cutaneous or subcutaneous irritation (Ellinwood,
for example, cleft palate) who may also be physically dependent on the drugs.
An overdose of heroin or other opioids can easily result in death by slowing or
Heroin is a synthetic version stopping
of Opiumthe. individuals
It can be smoked,
breathing.eaten, sniffed, or injected.
t produces an intensebut fleetingfeeling of pleasure. Serious withdrawal
ymptoms begin after 4 to 6 hours.
Accidental overdoses with heroin are not uncommon due to uncertainty about the
strength of the heroin, intoxication and other factors. On the street, an accidental
overdose of heroin is referred to as a hot shot.

Hallucinogens are drugs such as LSD ("acid"), PCP (angel dust) or the new
"designer"
Opioid drugs (for
Withdraw example,
al Sig ns "ecstasy") that are taken orally and cause
hallucinations and feelings of euphoria. Dangers from LSD include stressful
"flashbacks"reexperiencing the hallucinations. PCP can cause severe confusion,
Irritability,
agitation agitation
and aggressive behavior.
Nausea or vomiting
Excessive use ofsecstasy, combined with strenuous physical activity, can lead to death
Muscleache
from
Excessivetearorproduction
dehydration an exceptionally high fever.
Runny nose
Inhalants are breathable chemicalsfor example, glue, paint thinner, or lighter fluid.
Yaware
They ning
commonly abused by teenagers because they are easy to obtain. They
Pupil dilation
produce mind-altering effects when sniffed - called huffing.
Goosebumps
Inhaled
Diarrhechemicals
a reach the lungs and bloodstream very quickly and can be deadly.
High concentrations of inhalant fumes can cause heart failure or suffocation. Long-
Sweating
term abuse of inhalants causes permanent brain damage.
Fever
Insomnia
Substance use disorders commonly occur in addition to other psychiatric disorders,
such as depression, anxiety and bipolar disorder. Both disorders must be adequately
treated to achieve a successful outcome.

Heroin use with unclean syringes is currently a leading cause of HIV and Hepatitis.
viii
UrineTests for Drugs of Abuse
Drug Duration detectable False positive?
Drug use with unclean Am
syringes cansalso result in serious
phetamine 2-3 daysinfections ofPseudo/ephedrine,
the heart, lungsphenlyephrine, selegiline,
nd brain. buproprion, trazodone, amantadine, ranitidine
Cocaine 2-3 days; Topical anesthetics with cocaine metabolites
Heavy use up to 8 days
Marijuana 1-7 days Ibuprofen, naproxyn, hemp seed oil
Heavy use up to 1 mo. 9

PCP 7-14 days 10


Ketamine (special K), dextromethorphan

Opiates 1-3 days Codeine, rifampin, poppy seeds, quinine,


fluroquinolones

- Psikosis akut dan skizofrenia


Suicid eRisk Assessment
It is important to be skillful, precise, yet empathic in your approach to asking a
Gangguan iniabout
patient timbul tidak lama sesudah terjadi stress psikologik yang dirasakan
suicide.

hebat sekali oleh


A suicide riskindividu
assessmentseperti
consiststiba-tiba
of: kehilangan seorang yang dicintainya,
Clinical evaluation
kegagalan, kerugian danriskbencana.
Identifying enhancingGangguan
factors psikotik akut yang biasanya disertai
Identifying risk reducing factors
Synthesizing all
keadaan gaduh-gelisah. of the aboveSkizofrenia yang (kepribadian yang retak,
Sedangkan
Employing clinical judgment
Crafting a Risk Reduction Plan

Dynamic risk factors are those that can change, and therefore can potentially be
targeted with interventions. Static risk factors do not change (e.g., gender, past
attempts)
terpecah-belah atau bercabang = schizo; jiwa = phren) terdiri atas gejala positif dan

negatif. Gejala positif seperti halusinasi. Gejala negatif pada penderita skizofrenia

meliputi gangguan isi peikiran, emosi tidak terarah atau emosi datar, gangguan

wicara dan bahasa seperti lambat dalam berbicara, tidak teraturnya topik

pembicaraan, dan kurang motivasi.

- Psikosis Bipolar
Pada psikosa bipolar jenis mania tidak terdapat inkoherensi dalam arti kata yang

sebenarnya, tetapi pasien itu memperlihatkan jalan pikiran yang meloncat-loncat

atau melayang (flight of ideas). Ia merasa gembira luar biasa (efori), segala hal

dianggap mudah saja. Psikomotorik meningkat, banyak sekali berbicara (logorea)

dan sering ia lekas tersinggung dan marah. Sedangkan pada jenis depresi, pasien

tidak memiliki minat, menyendiri, tidak berbicara, dan merasa diri tidak berguna.

- Amok
Amok adalah keadaan gaduh-gelisah yang timbul mendadak dan dipengaruhi oleh

faktor-faktor sosiobudaya. Karena itu PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan Diagnosa

Gangguan Jiwa ke-III di Indonesia) memasukkannya ke dalam kelompok

Fenomena dan Sindrom yang Berkaitan dengan Faktor Sosial Budaya di

Indonesia (culture bound phenomena). Efek malu (pengaruh sosibudaya)

memegang peranan penting. Biasanya seorang pria, sesudah periode meditasi atau

tindakan ritualistic, maka mendadak ia bangkit dan mulai mengamuk. Ia menjadi

agresif dan destruktif, mungkin mula-mula terhadap yang menyebabkan ia

malu,tetapi kemudian terhadap siapa saja dan apa saja yang dirasakan

menghalanginya.

- Tindakan Kekerasan
Survei dari Bureau of Justice National Crime Victimization menemukan bahwa

terjadi tindak kekerasan sekitar 12,6 per 1000 pada pekerja. Sekitar 32,4-56%

pekerja di bidang psikiatri mengalami hal ini pada masa pelatihan. Tindak kekerasan

yang dilakukan oleh pasien terhadap komunitas dan pekerja kesehatan mental

(dokter dan perawat) telah menjadi isu yang banyak disinggung namun masih belum

terpublikasikan. Adanya kepedulian lebih mengenai pencegahan dan penilaian

risiko tindak kekerasan menghasilkan perubahan pada sistem kesehatan mental

umum. Di Amerika, hal ini merubah sistem dengan adanya pemindahan pasien

dengan penyakit jiwa serius dengan kecendrungan tindak kekerasan yang besar dari

institusi penyakit jiwa ke institusi penyakit jiwa forensik.

Penyebab dan tatalaksana dari tindakan agresif patologis dan kekerasan masih

sangat kurang terpelajari. Pasien dengan penyakit jiwa diyakini tidak memiliki

kemauan untuk melakukan tindak kekerasan namun jika tidak ditatalaksana pasien-

pasien akan jatuh ke fase terjadinya tindak kekerasan. Namun, kemunculan riset dan

bukti mengenai tindak kekerasan pada praktek klinis memberikan sedikit panduan

bagi petugas kesehatan mental dalam menghadapi masalah ini.

Clinical violence risk assessment menegaskan terdapat faktor-faktor risiko dalam

terjadinya tindak kekerasan:

Riwayat

- Riwayat kekerasan sebelumnya

- Penggunaan senjata pada aksi kekerasan

- Umur biasanya 20 tahunan


- Lelaki

- IQ yang rendah

- Pengangguran

- Penyakit jiwa

- Riwayat kriminal

- Riwayat pelatihan bertarung

- Akses dan kebiasaan dalam penggunaan senjata

- Kenakalan remaja

- Kekerasan pada hewan dan kecendrungan suka bermain api

- Kekerasan masa kecil

Faktor Klinis

- Pikiran tindak kekerasan

- Penggunaan obat atau zat adiktif

- Tilikan yang buruk pada penyakit jiwa atau pelaku tindak kekerasan

- Psikosis

- Depresi

- Mania

- Disfungsi otak organik


- PTSD

- Antisosial

Bila seorang dalam keadaan gaduh gelisah dibawa kepada kita, penting sekali kita

harus bersikap tenang. Biarpun pasien masih tetap dipegang dan dikekang, kita

berusaha memeriksanya secara fisik. Sedapat-dapatnya tentu perlu ditentukan

penyebab keadaan gaduh gelisah itu dan mengobatinya secara etiologis bila

mungkin

Suntikan intramuskular suatu neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeutik

tinggi (misalnya chlorpromazine HCL), pada umumnya sangat berguna untu

mengendalikan psikomotorik yang meningkat. Bila tidak terdapat, maka suntikan


neuroleptikum yang mempunyai dosis terapeurik rendah, misalnya trifluoperazine,

haloperidol (5 10 mg), atau fluophenazine dapat juga dipakai, biarpun efeknya

tidak secepat neuroleptikum kelompok dosis terapeutik tinggi. Bila tidak ada juga,

maka suatu tranquailaizer pun dapat dipakai, misalnya diazepam (5 10 mg),

disuntik secara intravena, dengan mengingat bahwa tranquilaizer bukan suatu

antipsikotikum seperti neuroleptika, meskipun kedua-duanya mempunyai efek

antitegang, anticemas dan antiagitasi

BUNUH DIRI

Lebih 15 % dari kasus kegawatdaruratan psikiatri adalah bunuh diri dan

penghancuran diri. Bunuh diri merupakan adalah kematian yang diniatkan dan

dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri. Faktor yang berkaitan dengan

peningkatan risiko bunuh diri :


- Percobaan bunuh diri sebelumnya

- Ketergantungan obat dan alcohol

- Kehilangan atau kematian seseorang

- Episode depresi yang panjang

- Penyakit

- Kehilangan pekerjaan

- Riwayat prilaku kekerasan

- Jenis kelamin. Perempuan lebih banyak melakukan percobaan bunuh diri

dibanding laki-laki.
- Usia. Kasus bunuh diri meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
- Status perkawinan. Pernikahan menurunkan angka bunuh diri, terutama jika

terdapat anak di rumah.


Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat di rumah (di tempat

kejadian) dan atau di Unit Gawat Darurat di rumah sakit, di bagian penyakit dalam

atau bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka dan atau keracunan. Bila

keracunan atau luka sudah dapat diatasi maka dilakukan evaluasi psikiatrik. Tidak

ada hubungan antara beratnya gangguan fisik dengan beratnya gangguan psikologis.

Penting sekali dalam pengobatan untuk menangani juga gangguan mentalnya.

Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan psikoterapi dan obat antidepresan

Ketika sedang mengevaluasi pasien dengan kecendrungan bunuh diri, jangan

tinggalkan mereka sendiri di ruangan. Singkirkan benda-benda yang dapat


membahayakan dari ruang tersebut. Etika mengevaluasi pasien yang baru

melakukan percobaan bunuh diri, buatlah penilaian apakah hal itu direncanakan

atau dilakukan secara impulsif.

Penatalaksanaan tergantung dari diagnosis yang ditegakkan. Pasien yang depresi

berat boleh saja berobat jalan asalkan keluarganya dapat mengawasi pasien secara

ketat di rumah. Pada kasus bunuh diri pada pasien alkoholik umumnya hilang

setelah sesudah menghentkan pengguanan alkohol itu. Pasien dengan gangguan

kepribadian akan berespon baik bila mereka ditangani secara empatik dan dibantu

untuk memecahkan masalah dengan cara rasional dan bertanggung jawab. Seorang

yang sedang dalam krisis karena baru ditinggal mati biasanya akan berfungsi lebih

baik setelah mendapat tranquilizer ringan, tertama bila tidurnya terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mavrogiorgou P, Brne M, Juckel G. The Management of Psychiatric

Emergencies. Dtsch Arztebl Int 2011; 108(13): 22230

2. Knoll J. The Psychiatric ER Survival Guide. Upstate Medical University of

New York. 2012; 1-32

3. Robertson M. Acute Psychiatric Management. Health Education and Training

Institute of Sydney. 2013; 4-89

4. Sorref S. Suicide. University of Boston. Medscape Journal. 2016; 1-21

Anda mungkin juga menyukai