Anda di halaman 1dari 23

Diskusi Topik

Gangguan Mental dan Perilaku


Akibat Penggunaan Zat Psioaktif
Annisa Siska Afita - 2010221029 Pembimbing :
Hafshah - 2010221075 dr. Adhi Wibowo, Sp. KJ, MPH

Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Jiwa RSJ Soeharto
Heerdjan
FK UPN “Veteran” Jakarta
Periode 5 April – 1 Mei 2021
PPDGJ – III: Gangguan mental dan perilaku
akibat
penggunaan zat psikoaktif
F10. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol
F11. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida
F12. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida
F13. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika
F14. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain
F15. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein
F16. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika
F17. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau
F18. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yg mudah menguap
F19. gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan
zat psikoaktif lainnya
UU. No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Pasal 1 Ayat (1)
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Pasal 6 Ayat (1), Penggolongan Narkotika

a. Narkotika Golongan I
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau utk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta berpotensi tinggi menyebabkan
ketergantungan.
c.Narkotika golongan III
Narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan
PSIKOTROPIK
A
Psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta merangsang susuan syaraf
pusat sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan
perasaan yang tiba-tiba, dan menimbulkan rasa kecanduan pada pemakainya.

Psikotropika Golongan 1 → potensi yang tinggi menyebabkan kecanduan. Jenis obat ini tidak untuk pengobatan, mea ln
i kan
hanya sebagai pengetahuan saja. Contoh dari psikotropika golongan 1 diantaranya adalah LSD, DOM, Ekstasi, dan lain-
lain yang secara keseluruhan jumlahnya ada 14. Efek : halusinasi serta merubah perasaan secara drastis. Efek buruk dari
penyalahgunaannya bisa menimbulkan kecanduan yang mengarah pada kematian jika sudah mencapai level parah.

Psikotropika Golongan 2 → risiko ketergantungan yang cukup tinggi meski tidak separah golongan 1. Pemakaian obat-obatan
ini sering dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Contoh → Sabu atau Metamfeamin, Amfetamin, Fenetilin,
d
an zat lainnya yang total jumlahnya ada 14.

Psikotropika Golongan 3 → efek kecanduan sedang. Jika dipakai dengan dosis berlebih → kerja sistem juga akan
menuurn
secara drastis. Contoh → Mogadon, Brupronorfina, Amorbarbital, dan lain-lain yang jumlah totalnya ada 9 jenis

Psikotropika Golongan 4 → risiko kecanduan kecil. Penyalahgunaan cukup tinggi. Beberapa diantaranya bahkan bisa
dengan mudah ditemukan dan sering dikonsumsi sembarangan. Adapun contoh dari golongan 4 diantaranya adalah Lexotan, Pil
Koplo, Sedativa atau obat penenang, Hipnotika atau obat tidur, Diazepam, Nitrazepam, dan zat lainnya yang totalnya ada
60 jenis.
Adiksi /
Ketergantungan
Adiksi berasal dari Bahasa Inggris addiction yang berarti ketagihan atau kecanduan.
Adiksi membuat seseorang baik secara fisik maupun psikologis mengurangi kapasitasnya
sebagai manusia untuk berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga membuatnya mengalami
perubahan perilaku, menjadi obsesif kompulsif (dalam penggunaan zat), dengan demikian
mengganggu hubungannya dengan orang lain.

Berkembang secara cepat dan berakibat fatal.


Ditandai → ketidakmampuan utk mengontrol perilaku
penggunaan
napza, sekalipun mengetahui konsekuensi negatif yang
ditimbulkan.

Gangguan adiksi merupakan gangguan yang bersifat kronis dan


kemungkinan
kekambuhan yang tinggi, ditandai dengan:
1. Perilaku kompulsif dalam mencari NAPZA ketergantungan lainnya.
2. Kehilangan kontrol dalam menggunakan NAPZA atau ketergantungan lainnya.
Kontinuum penggunaan NAPZA
Seorang remaja/dewasa Pemakaian zat → cara Ditandai dengan mulai
yang awalnya atas dasar mengatasi masalah. penyalahgunaan terjadinya toleransi. withdrawal,
keingintahuannya mulai zat pada tahap ini dirasakan dpt hingga kehilangan kontrol untuk
menggunakan napza membantu menekan gangguan mendapatkan zat tsb
emosional dan memanipulasi
perilakunya.

Coba-coba Instrumental Tergantung

Tidak Pernah Pakai Bersenang-senang Kebiasaan

Pola pemakaian zat pd situasi


tertentu misalnya acara tahun Pada tahap ini perilaku untuk
Ketergantungan Zat baru, penggunaan karena di mendapatkan zat sulit di kontrol
tidak terjadi secara ajak, atau ingin diterima disuatu dan sudah mjd kebiasaan
tiba-tiba dan kelompok.
melewati beberapa
Tahapan menuju ketergantungan
Penggunaan NAPZA
NAPZA
secara sosial

Penggunaan
kompulsif
• Faktor
lingkung
a n
Ketergantungan • Genetik
• Stres

Putus
Zat
Pemuliha
n
Kriteria Adiksi Menurut PPDGJ-
III
F1x.2 Sindrom Ketergantungan
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini
yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:

a. Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan zat
psikoaktif;
b. Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya, usaha
penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
c. Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika penghentian penggunaan zat
atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut
menggunakann zat atau golongan zat yg sejenis dgn tujuan untuk menghilangkan atau menghindari
terjadinya gejala putus zat.
Kriteria Adiksi Menurut PPDGJ-
III
F1x.2 Sindrom Ketergantungan
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah ini
yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:

d. Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan dosis yang lebih rendah (contoh
yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol & opiat yangg dosis
hariannya dapat mencapai taraf yangg dapat membuat tak berdaya/mematikan bagi
pemula)
e. Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan/minat lain disebabkan penggunaan zat
lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yg diperlukan utk
mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya
f. Tetap menggunakan zat meskipun ia sadar adanya akibat yg merugikan kesehatannya.
F1x.3 Keadaan Putus F1x.4 Keadaan Putus Zat dengan
Zat Delirium
Pedoman Pedoman
• Keadaan putus zat merupakan salah
diagnostik • Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium
diagnostik
satu (F05.-)
indikator
F1x.2) daridan sindrom ketergantungansindro
(lihat • Termasuk: Delirium Trements, yang merupakan akibat dari
diagnosis
ketergantungan zat m putus alkohol secara absolut atau relatif pada pengguna yg
dipertimbangka harus turut ketergantungan berat dgn riwayat penggunaan yg lama.
n zat hendaknya Onset biasanya tjd sesudah putus alkohol. Keadaan gaduh
• sebagai
Keadaan diagnosis dicatat
utama, bila hal gelisah toksik (toxic confussional state) yg berlangsung singkat
putus
merupakan
ini alasan rujukan dan cukup parah tetapi adakalanya dapat membahayakan jiwa, yg disertai
sampai memerlukan perhatian medis secara gangguan somatik
khusus • Gejala prodromal khas berupa: insomnia, gemetar, ketakutan.
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yg Onset dapat didahului oleh kejang setelah putus zat. Trias
digunakan. Gangguan psikologis (mis. klasik gejala nya adalah:
anxietas, depresi, gg tidur) merupakan 1. Kesadaran berkabut dan kebingungan
gambaran umumnya. Yg khas adalah pasien 2. Halusinasi dan ilusi yg hidup (vivid) yang mengenai salah
akan melaporkan bahwa gejala putus zat satu
akan mereda dengan meneruskan panca indera
penggunaan zat 3. Tremor
Biasanya berat juga waham, agitasi, insomnia, aktivitas
ditemukan
otonomik yang berlebihan.
NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif)

• NAPZA adalah bahan/zat/obat yang PPDGJ III → Terdiri atas 2 bentuk yaitu :
apabila masuk ke dalam tubuh • Penyalahgunaan → harmful effects
manusia • Adiksi → Mengalami toleransi, putus zat,
dapat mempengaruhi SSP → ditak mampu menghentikan kebiasaan
gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi menggunakan zat, dosis NAPZA lebih dari yg
sosial diinginkan
lainnya karena mengalami adiksi.
Penggolongan
NAPZA
Depresan Stimulan Halusinogen
Alkohol Amfetamin LSD, DMT
Benzodiazepin Metamfetamin Meskalin
Opioid Kokain PCP
Solven Nikotin Ketamin
Barbiturat Khat Kanabis (dosis tinggi)
Kanabis (dosis rendah) Kafein Magic mushroom
MDMA MDMA
ALKOHO
L yang
1. Umumnya digunakan dalam minuman beralkohol 1. Otak → mengganggu jalur komunikasi otak
bervariasi. → perubahan suasana hati dan perilaku, sulit
berpikir jernih dan bergerak dengan koordinasi.
2. Contoh: Green Sands Sandy, Beer, Brandy, Vodka, Mansion 2. Jantung → Kardiomiopati, Aritmia, hipertensi,
House, Kontru, Jack Daniels, Napoleon, Drum, Whisky, stroke
Martini, Mac D, Tomi’, dll.
3. Hepar → Steatosis, Hepatitis alkoholik,
Fbiros, Sirosis
Gambaran Klinis (Buku UI) :
4. Pankreas → pankreatitis
1. Intoksikasi: euforia, cadel, nistagmus, ataksia, bradikardi,
hipotensi, kejang, koma. 5. Cancer → kepala, leher, hati, payudara,
kolorektal, dll
2. Keadaan putus alkohol: halusinasi, ilusi, kejang, delirium,
gemetar, keluhan GIT, muka merah, mata merah, hipertensi. 6. Imun →  imunitas → >> infeksi
pneumonia, tb
3. Gangguan fisik: radang sampai kanker hati, gastritis, ulkus
peptikum, pneumonia, gangguan vascular dan jantung.
4. Gangguan mental: depresi hingga skizofrenia.
5. Gangguan lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, tindak
kekerasan.
OPIOID
Sangat kuat potensi ketergantungannya. Yg termasuk gol opioid adalah: morfin, petidin,
heroin, metadon, kodein, fentanil, oxycodone (OxyContin®), hydrocodone (Vicodin®).
Sering disalahgunakan: Heroin (putauw, pete, hero, petewe).

3 cara penggunaan putauw :


 Dragon. Uap heroin dipanaskan melalui alumunium foil dihirup dgn bibir.
 Injeksi (cucauw, kipek). Dengan menggunakan suntikan secara IV maupun IM.
 Merokok. Bubuk heroin dicampurkan dgn bubuk tembakau atau bubuk rokok.

Akibat penyalahgunaan opioid: FENTANYL


1. Masalah fisik: abses, infeksi karena emboli, endokarditis, • Fentanyl → opioid sintetik kuat yang
hepatitis (B & C), HIV/AIDS. mpri dengan morfin tetapi 50 hingga 100
2. Masalah psikiatri: gejala putus zat menyebabkan perilaku kali lebih kuat.
agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia. • Bentuk → bedak, diteteskan di atas kea
trs
3. Masalah sosial: gangguan interaksi di rumah tangga dan pembersih seperti permen kecil, di tetes
masyarakat, KLL, perilaku kriminal. mata atau semprotan hidung, atau dibuat
4. Sebab-sebab kematian: reaksi heroin akut menyebabkan menjadi pil yang terlihat seperti opioid
kolapsnya CVS, overdose karena heroin menekan SSP, resep asli.
kesulitan bernapas dan menyebabkan kematian, tindak • Dapat dicampur dengan obat lain, seperti
kekerasan. kokain, heroin, metamfetamin, dan MDMA.
GANJA / CANABIS
SATIVA
Di Indonesia → cimenk, gelek, marijuana, hashish.
Cara penggunaan → dihisap seperti rokok, dimasukan ke makanan, diseduh seperti teh.

Akibat Penyalahgunaan Ganja SYNTHETIC CANNABINOIDS


• Masalah fisik → sist. Reproduksi (infertil,
kehilangan libido, impotensi), fetal damage pd Kanabinoid sintetis → bagian dari kelompok obat zat psikoaktif
kehamilan, infeksi sistem pernapasan (sinusitis, baru (NPS). Mirip dengan senyawa kimia yang ditemukan di
bronkitis mKanabinoid sintetis adalah bagian dari tanaman ganja, tetapi lebih kuat efeknya.
kelompok obat yang disebut zat psikoaktif baru
(NPS).enahun), carcinogenic agents, emfisema, gg Kanabinoid sintetis bekerja pada reseptor sel otak yang sama
CVS-imunitas- saraf. dengan THC (delta-9-tetrahydrocannabinol)
• Masalah psikiatri → gg memori hingga sulit bea
la
j r,
ansietas, apatis, depresi berat sampai suicide,
psikosis paranoid hingga skizofrenia.
• Masalah sosial → kenakalan remaja, hancurnya
akademik dan performa kerja, gg dalam
mengendarai kendaraan.
• Sebab kematian → suicide, infeksi berat,
nitdak kekerasan (termasuk KLL).
KOKAIN
1. Obat perangsang yang sangat adiktif yang dibuat dari daun tanaman koka Kokain → mencegah recylcle dopamine →
yang berasal dari Amerika Selatan. penumpukan dopamine di antara 2 sel saraf
2. Bentuk kokain yg diperjualbelikan di Ind → bubuk putih. 1 gram sekitar → komunikasi antar sel saraf terhenti →
200 briu. memperkuat reward circuit → ketagihan
3. 3 cara penggunaan kokain:
 Inhalasi (snorting)
 Free-base cocaine → garam kokain yg dikonversikan dgn larutan yg
mudah menguap. Setelah dipanaskan uap diinhalasi melalui bibir (seperti
merokok)
 Garam kokain injeksi Akibat
IV. Penyalahgunaan Kokain
• Masalah fisik → komplikasi snorting (pilek terus menerus, sinusitis, epistaksis),
kompkli asi suntikan (infeksi lokal sistemik, abses, HIV/AIDS, hepatitis B & C), komplikasi
inhalasi rokok (radang tenggorok, bronkitis kronis, sputum bercah darah), coccaine
baby (retardasi pertumbuhan intrauterine, bayi lahir kecil).
• Masalah psikiatri → toleransi dan ketergantungan, fatigue, cemas, marah2,
mudah
tersinggung, dll
• Masalah sosial → masalah interpersonal (separasi perkawinan, perceraian), masaalh
finansial, masalah pekerjaan, masalah legal.
• Sebab-sebab kematian → overdose (>1,2-1,5 gr) → lumpuh alat
pernafasan, kejang berulang, aritmia kordis, alergi, stroke, abortus (kehamilan –
AMFETAMIN DAN
DERIVATNYA
1. Sering dikenal dgn Amphetamine Type Stimulant (ATS). 1. Efek kesehatan jangka pendek → peningkatan
2. Cara penggunaan tergantung jenisnya : kondisi terjaga dan aktivitas fisik, penurunan nafsu
o Amfetamin → tablet atau suntikan
o Ekstasi → makan, dan peningkatan tekanan darah dan suhu
digigit dgn gigi sedikit demi sedikit lalu ditelan
o Shabu → uap yg dipanaskan melalui tabung air kemudian tubuh.
dihisap 2. Efek kesehatan jangka panjang → risiko kecanduan;
o Melalui bibir (dengan bong plastik)
risiko tertular HIV dan hepatitis; masalah gigi yang
parah ("mulut sabu"); gatal hebat, menyebabkan
Akibat penyalahgunaan ATS: luka kulit karena menggaruk; perilaku kekerasan;
• Masalah fisik → malnutrisi, denyut jantung meninggi, gg dan paranoia.
gn
ia
j,l HIV/AIDS, hepatitis.

• Masalah psikiatri → agresif, depresi berat sampai


sucidie,halusinasi.

• Masalah sosial → tindak kekerasan, KLL, aktivitas


kriminal.

• Sebab-sebab kematian → suicide, serangan jantung.


BENZODIAZEPIN
1. Lebih keras seperti heroin dan shabu Akibat penyalahgunaan benzodiazepin
2. Bentuk → suntikan dan tablet • Masalah fisik → abses, hepatitis B & C, infeksi sistemik, HIV/AIDS
 Suntikan: injeksi diazepam. • Masalah psikiatri → agresif, ansietas, panik.
 Tablet: nitrazepam, • Masalah sosial → mengganggu interaksi keluarga-masyarakat, tindak
flunitrazepam, flurazepam, pidana, berkelahi.
bromazepam.
• Kematian → krn KLL, depresi hingga suicide, malnutrisi, infeksi sistemik.

• Nama julukan → benzo, lekso, emji, rohip, R Jerman,


nipam, pil kebo, koplo, boat, steso, sedatin. Yg
terbaru: happy five mengandung nimetazepam
(digunakan sbg obat kedua setelah penggunaan ATS
untuk menghindari “basi” nya ATS).

• Cara penggunaan → oral, IM, IV, rectal.


Cara Kerja
Faktor Biologi Napza
Faktor Lingkungan Faktor Perkembangan

• Sebagian napza
1. Bersifat menekan fungsi otak (depresan) sesuai cara
Beberapa jenis napza
akan masuk ke penggunaannya,
2. Merangsang fungsi otak (stimulansia) langsung masuk ke
dalam otak karena
memiliki ukuran & pembuluh darah
3. Mendatangkan halusinasi (halusinogensia) dan sebagian lagi
bentuk yg sama
dengan natural yg dicerna melalui
neurotransmitter “Reward pathway” : traktus gastro-
1. Nukleus Accumbens intestinal diserap di
2. Ventral Tegmental Area pembuluh darah
3. Frontal Cortex Cerebri sekitar usus.
• Karena sifat
khususnya, napza
Membanjiri pesan kimiawi dopamin
akan menuju
reseptor masing-
Lonjakan dopamin masing dalam
otak
1. Toleransi 2. Addiksi
THANK
S
Does anyone have any
questions?

addyouremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com
More
icons

Anda mungkin juga menyukai