Anda di halaman 1dari 7

Judul

Skizoafektif Tipe Manik

Abstrak
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 49 Tahun
Tanggal Lahir : x x 1969
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Ngipak, Gunung Kidul
Tanggal Home Visit : 3 Agustus 2019

Identitas Keluarga
Nama : Tn. P
Usia : 60 Tahun
Tanggal Lahir : x x 1959
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status pernikahan : Menikah
Pendidikan terakhir : S1
Hubungan dengan pasien : Adik ipar yang serumah dengan pasien
Alamat : Ngipak, Gunung Kidul

Isi
Keluhan Utama : Susah tidur
Autoanamnesis :
Pasien mengeluhkan susah tidur sejak 1 tahun yang lalu. Pasien baru bisa tidur saat
jam 02.00 – 03.00 serta dapat tidur dengan mendengarkan radio dan pasien merasa
memasuki dunia sesuai tema radio. Pasien merasa senang saat mendengarkan radio
dengan tema pengajian dan perwayangan, pasien mengaku jika alam bawah sadarnya bisa
memasuki cerita penyiar dan merasa bahwa dia adalah salah satu tokoh dalam cerita
tersebut. Pasien juga masih mengeluhkan sering krungon-krungon dan melihat bayangan
hitam saat melamun.
Pasien mengatakan sulit tidurnya dikarenakan belum mengantuk, obat yang
dikonsumsinya berkurang dosisnya dari pemberian semula dan pasien harus
mendengarkan radio setiap harinya. Pasien rutin menkonsumsi obat yang diberikan
dokter jiwa sejak 10 tahun yang lalu.
Alloanamnesis:
Menurut adik ipar pasien, keluhan pasien sudah berkurang, seperti sering ngomong
sendiri, banyak bercerita dan berbicara, hanya saja merasa kasihan pada pasien
karena tidak bisa tidur saat orang-orang sedang tidur. Dalam sehari-harinya pasien
sudah rutin untuk melakukan aktivitas seperti menjaga toko keluarga dan
berinteraksi dengan tetangga-tetangga.

Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):


Riwayat Pskiatri:
Pasien mengaku pada tahun 1998 mulai mendengar bisikan, melihat makhluk halus dan
merasa dirinya dapat mengetahui semua ilmu dan pikiran orang. Pasien juga mengaku
dirinya menjadi lebih aktif dan suka berinteraksi ke orang lain tidak seperti
sebelumnya. Menurut pasien gejala tersebut dikarekan stress yang berat saat bekerja
di pabrik dan putus cinta. Pasien 5 kali dirawat inap di rumah sakit karena keluhan
tersebut. Mondok di RS Puri 3 kali pada tahun 2002 – 2003 selama 2 minggu dan di RS
Sarjito 2 kali pada tahun 2005 dan 2006 selama 2 minggu. Mulai menkonsomsi obat
rutin sejak tahun 2008 di RSUD wonosari.

Riwayat Medis Umum


Riwayat jatuh terkena kepala : disangkal
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat gula darah tinggi : disangkal
Riwayat kejang : disangkal
Riwayat operasi : Tonsilodektomi saat SMP

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):


• Riwayat Gangguan Jiwa
Terdapat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yaitu pakdenya dengan
keluhan yang serupa.
Riwayat Kehidupan Pribadi:
• Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan secara normal dengan bantuan bidan di rumah. Saat persalinan
tidak didapatkan kelainan.
• Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Tidak ada kelainan selama masa kanak-kanak awal. Tumbuh kembang sesuai dengan teman
sebayanya.
• Masa kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pada rentang usia ini pasien mulai memasuki masa sekolah dan menjalani aktivitas
sehari-hari seperti kebanyakan anak seusianya. Riwayat penurunan pendengaran akibat
telinga kotor dan operasi amandel saat SMP.
• Masa kanak akhir dan remaja
Pada saat akhir SMA pasien mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama dan cinta
bertepuk sebelah tangan yang menyebabkan pasien merasa kurang percaya diri.

Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Sekarang pasien tidak bekerja.
Pasien sempat bekerja di sebuah pabrik swasta pada tahun 1991-1998 dan berhenti
karena stress berat.
b. Riwayat aktivitas sosial
Pasien sehari – harinya menghabiskan waktu di rumah dan di tokonya, serta sering
menulis di waktu luang dan mendengarkan radio. Pasien merupakan perokok berat sejak
SMA. Pasien sempat menkonsumsi alcohol dan pill saat dulu bekerja di pabrik dan
sudah lama berhenti.
c. Riwayat perkawinan
Pasien menikah 2 kali. Saat ini bersama istri ke 2.
d. Riwayat pendidikan
Pasien menempuh pendidikan terakhir di SMA dan tidak melanjutkan kuliah karena
merasa sudah tidak bisa mengikuti pelajaran.
e. Riwayat agama
Pasien sejak lahir beragama Islam. Saat masih muda pasien rajin sholat 5 waktu dan
ikut kegiatan di masjid. Namun semenjak beberapa tahun terakhir pasien tidak sholat
dan tidak ikut kegiatan di masjid lagi.
f. Situasi kehidupan terkini
Saat ini pasien tinggal di rumah pribadi, bersama orang tua dan satu adiknya.
Kondisi tempat tinggal pasien tergolong bersih. Secara ekonomi, pasien tergolong
kalangan menengah-bawah.
g. Riwayat hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan hukum.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Gambaran Umum:
Seorang pria, sesuai usia, perawakan gempal, tampak bersemangat, rawat diri baik,
kooperatif.
Sensorium dan Kognisi
• Kesadaran Kualitatif : Compos Mentis
• Kesadaran Kuantitatif : E4V5M6
• Orientasi : Orang/waktu/tempat/situasi (baik)
• Kalkulasi : +1
• Ingatan Jangka Pendek : Baik
• Ingatan Jangka Panjang : Baik

Mood dan Afek


• Mood : Mania
• Afek : Luas

Pikiran
• Bentuk Pikir : Non-Realistik, Flight of ideas
• Isi Pikir : Waham curiga (-), waham kebesaran (+)

Persepsi
• Ilusi (-)
• Halusinasi auditorik (+) berkurang, halusinasi visual (+) berkurang

Psikomotor
Hiperaktif
Reliabilitas:
Kurang dapat dipercaya

Insight (Tilikan Diri): Derajat V

Pemeriksaan Fisik
Status Internus:
• Keadaan umum : Baik
Tanda Vital:
 Tekanan Darah : 140/90 mmHg
 Frekuensi Nadi : 65 kali per menit
 Frekuensi Pernapasan : 20 kali per menit
 Suhu tubuh : Afebris

Kepala dan Leher:


Normocephal, konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), telinga
(normotia/normotia), sekret telinga (-/-), bibir/lidah sianosis (-), mukosa basah
(+), faring hiperemis (-)
Thoraks
Inspeksi : Pernapasan spontan, reguler, tidak ada ketertinggalan gerak
Palpasi : Vokal fremitus (+/+)
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi :
- Pulmo = Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Cor = S1/S2 reguler, bising (-).

Abdomen:
Inspeksi : Dinding abdomen > dinding thoraks
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-) di seluruh lapang abdomen
Perkusi : Timpani (+) di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas:
Akral hangat, capillary refill time <2 detik, edema (-), deformitas (-).
Diagnosis Kerja: Skizoafektif tipe manik

Diagnosis Banding
 Mania dengan gejala psikotik
 Skizofrenia tak terinci

IX. Diagnosis Multiaksial


Axis I : F25.0 Skizoafektif tipe manik
Axis II : F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
Axis III : Penyakit telinga dan mastoid
Axis IV : Stress akibat pekerjaan
Axis V : GAF = 61

Farmakoterapi:
Carbamezapin 200 mg 2x1
Chlorpromazine 100 mg 1x1/2

 Edukasi
- Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan
membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal
yang dapat meningkatkan stresor.
- Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain
itu kembali menyibukkan diri seperti aktivitas dulu seperti remaja-dewasa muda
lainnya, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, terbuka dalam perasaan, bila
mungkin bisa kontrol ke psikiater.

Definisi
Gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang
disebut gangguan mood). Kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif telah
berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena perubahan kriteria
untuk skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang dapat
berubah, diagnosis ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang
sindroma klinisnya akan terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya
suatu gangguan mood saja.
Skizoafektif merupakan gangguan yang memiliki ciri skizofrenia dan gangguan afektif
atau mood. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik persisten,
seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersamasama dengan masalah suasana atau
mood disorder seperti depresi, manik, atau episode campuran (Laili, 2015).

Etiologi Dan Patofisologi


Belum diketahui etiologi dan patofisiologi yang pasti mengenai skizoafektif namun
diduga mirip dengan skizofrenia, yaitu:
a. Biologi
Umumnya tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik ditemukan ada
penderita skizofrenia. Meskipun demikian penurunan volume hippocampus, abnormalitas
thalamus, dan abnormalitas white-matter diduga terdapat pada pasien skizoafektif.
b. Biokimia
Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral
(serotonin, norepinefrin, dopamin) yaitu terjadinya abnormalitas aktivitas
neurotransmitter tersebut.
c. Genetika
Skizofrenia maupun skizoafektif mempunyai komponen yang diturunkan secara
signifikan, kompleks, dan poligen. Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin
tinggi risiko. Pada penelitian, anak kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali
lebih sering menjadi sakit bila dibandingkan dengan kembar dizigot.
d. Faktor keluarga
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam menimbulkan
kekambuhan dan mempertahankan remisi.

Klasifikasi
A. Skizoafektif Tipe Manik
Merupakan suatu gangguan psikotik dengan gejala skizofrenia dan manik yang menonjol
bersama-sama dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala skizofrenia seperti
halusinasi, waham, dan gejala lainnya akan muncul bersamaan dengan gejala manik
seperti waham kebesaran, peningkatan energy dan aktivitas, distraktibilitas yang
sama-sama menonjol.
B. Skizoafektif Tipe Depresi
Merupakan suatu gangguan psikotik dengan gejala skizofrenia dan depresi yang
menonjol bersama-sama dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala skizofrenia
seperti halusinasi, waham, dan gejala lainnya akan muncul bersamaan dengan gejala
mayor depresi seperti afek depresif, kehilangan minat, berkurangnya energi ditambah
gejala minor depresi seperti penurunan konsentrasi, penurunan harga diri, gagasan
tentang rasa bersalah, pandangan masa depan yang suram, gagasan membahayakan diri
sendiri, gangguan tidur, dan penurunan nafsu makan
C. Skizoafektif Tipe Campuran
Gangguan psikotik dengan gejala skizofrenia yang menonjol bersamaan dengan gejala
bipolar dalam satu episode penyakit yang sama.

Diagnosis
Kriteria diagnostik skizoafektif menurut PPDGJ III.
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya akan dibuat apabila gejala-gejala
definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously) atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain,
dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.
b. Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu
menonjil dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua,
gejala skizorenia yang khas.
c. Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi
• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizofrenia tipe depresif yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
depresif.
• Afek depreeif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik
depreesif maupun kelainana perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua,
gejala skizorenia yang khas.

Pengobatan
1. Farmakoterapi
Farmakoterapi mencakup antipsikotik golongan I dan antipsikotik golongan II
ditambah obat anti manik atau anti depresan berdasarkan kriteria skizoafektif.
a. Obat Antipsikotik Golongan I (APG-1)
Sebagai Dopamine Receptor Antagonist.APG-1 memblokade dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbic dan system ekstrapiramidal
sehingga efektif untuk gejala positif. Efek lainnya, APG-1 potensi rendah (contoh:
chlorpromazine) lebih bersifat sedasi.
Contoh: Chlorpromazin dan Hloperifol
b. Obat Antipsikotik Golongan 2 (APG-2)
Sebagai Serotonine – Dopamine Receptor Antagonist (SDA), APG-2 memiliki afinitas
terhadap Dopamine D2 Receptors dan Serotonin SHT2 Receptor sehingga bermanfaat
untuk gejala postif dan gejala negatif.Obat ini memiliki efikasi yang lebih baik
dan efek samping minimal.
Penggolongan obat APG-2
Contoh: Clozapin, olanzapin, risperidon, sulpiride
c. Obat Anti Mania
Sindrom manik disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron,
khususnya pada sistem limbik yang berdampak terhadap ”dopamine receptor
supersensitivity”. Obat anti mania bekerja dengan meningkatkan aktivitas
kolinergik-muskarinik dan menghambat “cyclic AMP & phospoinositides” sehingga
mengurangi ”dopamine receptor supersensitivity”.
Contoh: Lithium Carbonat, haloperidol, carbamazepin, asam valproat dan natrium
divalproat.
d.Obat Anti Depresan
Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa
”aminergic neurotransmitter” (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada celah sinaps
neuron SSP (khususnya sistem limbic sehingga aktivitas reseptor serotonin menurun.
Obat anti depresan bekerja dengan 2 cara yaitu menghambat reuptake aminergic
neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga
terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinap dan
meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
Contoh: Amitriptilin, fluoxetin, sertraline, duloxetin dan citalopram.

2. Terapi psikososial
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan kemampuan sosial,
kecukupan diri, keterampilan praktis, dan komunikasi interpersonal pada pasien
skizoafektif dan skizofrenia.
3. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik dapat bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa
psikosis akut. Beberapa pasien skizofrenia dan skizoafektif yang tidak berespon
dengan obat-obatan dapat membaik dengan terapi kejang listrik.

Kesimpulan
Pada pasien ini ditemukan gejala utama untuk mendiagnosis skizoafektif, yaitu
adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual dan waham kebasaran yang telah
berlangsung kurang lebih 20 tahun disertai gangguan afektif yang ditandai dengan
gejala manik seperti peningkatan aktivitas (hubungan social), berbicara terus
menerus, Flight of ideas, rasa bangga diri dan susah tidur yang muncul bersama-sama
dan menonjol. Subtipe skizoafektif pada pasien ini adalah subtipe skizoafektif tipe
manik.
Terapi yang dapat diberikan yaitu psikososial dan farmakologi menggunakan obat anti
psikotik APG-1 yaitu Chlorpromazine yang jugamemiliki efek sedasi untuk keluhan
sulit tidurnya dan ditambah dengan obat anti Manik yaitu Carbamezapine.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bai, Y., Yang, X., Zeng, Z., & Yang, H. (2018). A case report of schizoaffective
disorder with ritualistic behaviors and catatonic stupor: successful treatment by
risperidone and modified electroconvulsive therapy. BMC psychiatry, 18(1), 67.
2. Chue, P., & Chue, J. (2016). A critical appraisal of paliperidone long-acting
injection in the treatment of schizoaffective disorder. Therapeutics and clinical
risk management, 12, 109.
3. Hasanah, Laili. (2015). Penyakit Skizoafektif dengan Tipe Depresif pada Wanita
34 Tahun. Medulla Unila. Volume 4, 85-90.
4. Kaplan H.I., Sadock B.J., Greb Jack. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid satu.
Jakarta: Binarupa Aksara. Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa,
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: PT Nuh Jaya.
5. Maslim, R. (2014). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Jakarta: PT Nuh Jaya.
6. Wibisono, E., Susilo, A., Nainggolan, L. (2014). Kapita Selekta Kedokteran edisi
IV jilid II. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai