Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang


alveolus. Bronkopneumonia mengacu pada inflamasi paru yang tefokus pada area
bronkiolus dan memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan
obstruksi saluran respiratori dan menyebabkan konsolidasi merata kelobulus yang
berdekatan.1 Bronkopneumonia merupakan masalah kesehatan yang mencolok walaupun
ada berbagai kemajuan dalam bidang antibiotik. 2
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu dapat menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan faktor anak tersebut tidak mampu mengatasi
penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu
timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : M. Dhefin Arpa


Umur : 1,7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Berat Badan : 10 Kg
Tinggi Badan : 82 cm
Tanggal Masuk RS : 17 januari 2019
Jam Masuk : 22.00 wib
Nomor RM : 179415

IDENTITAS IBU PASIEN

Nama : Ny.S
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kuteni Reje
Penyakit Saat Hamil : Disangkal

II. ALLOANAMNESIS PADA IBU PASIEN

Keluhan Utama : Sesak Nafas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien dibawa oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Datu Beru Takengon dengan
keluhan utama sesak nafas, sesak dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu, memberat
beberapa jam sebelum masuk ke Rumah sakit, keluhan sesak nafas tidak disertai
adanya suara nafas berbunyi (mengi) atau mengorok. Pasien bertambah sesak
terutama bila batuk memberat, batuk dirasakan sudah sejak 10 hari yang lalu, batuk
awalnya kering dalam 2 hari menjadi berdahak, namun dahak sulit dikeluarkan dan
disertai pilek. Keluhan lainnya pasien mengalami demam tinggi, demam dirasakan
2
terus-menerus. Ibu mengaku telah memberikan obat penurun panas namun panasnya
hanya turun sebentar saja kemudian kembali naik, demam tidak disertai mengigau,
menggigil, kejang, penurunan kesadaran, mimisan, mual, maupun muntah. BAB dan
BAK dalam batas normal.

a. Riwayat Penyakit Dahulu :


Diare dan ISPA
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
c. Riwayat Sosial
Ayah pasien seorang perokok
d. Riwayat Pengobatan
Obat penurun panas dan obat batuk syrup

e. Riwayat Kehamilan :
Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilannya kebidan sebulan sekali.
Selama hamil ibu tidak menderita penyakit hipertensi, diabetes mellitus, atau
penyakit berat lainnya.

f. Riwayat Imunisasi di Puskesmas


Hepatitis B : Bulan ke 0
Polio : Bulan ke 2,3,4
BCG : Bulan ke 1
DPT : Bulan ke 2,3,4
Campak : Bulan ke 9
PCV : -
Influenza : -

g. Riwayat Nutrisi
0-6 bulan : Asi eksklusif
6-12 bulan : Asi + MPASI+ Susu formula
12-19 bulan : Asi+ MPASI+Susu formula+ nasi lunak+lauk pauk+buah dan
sayur
3
h. Riwayat Perkembangan
0-1 bulan :melihat sekitar dan tersenyum
3 bulan :sudah bisa telungkup
6 Bulan :Berusaha mencapai mainan, mengamati mainan, tertawa,
berteriak, menoleh kearah suara, dada terangkat menumpu pada
lengan.
9 Bulan :Dah-dah dengan tangan, memegang dengan ibu jari, mengoceh,
berdiri dengan pegangan.
11 Bulan :Menyatakan keinginan, menaruh benda di satu tempat,
mengatakan papa, mama, berdiri 2 detik.
15 Bulan :Minum dengan cangkir, makan dengan tangan sendiri, mencoret-
coret, mengatakan 6 kata, berjalan.

i. Riwayat pertumbuhan
Keadaan Gizi
BB x 100% = 10 x 100% = 83 %
U 12
TB x 100% = 82 x 100% = 96 % Normal
U 85
BB x 100% = 10 x 100% = 83 % Gizi Kurang
TB 12

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALISATA

4
Kesadaran : Compos Mentis
Keadaan Umum : Sedang
Keadaan Penyakit : Sedang
Status Gizi : Gizi Kurang

Tanda Vital
Nadi : 128 x/menit
Pernafasan : 69 x/menit
Suhu : 39,2 °C
TD : 90/60 mmhg

STATUS LOKALISATA

1. Kepala : Normochepal (+)


- Mata : pupil isokor (+/+), Reflek cahaya (+/+) ,Cekung(-/-),
konjungtiva Anemis(-/-), hiperemis(-/-), Sklera Ikterik (-/-).
- Hidung : Simetris, Pernafasan Cuping Hidung(+), Sekret(+), darah
(-)
- Telinga : Normotia(+)
- Mulut : Mulut kering (+), sianosis (-), lidah kotor (-), tonsil
(T1/T1), darah (-)
2. Leher : Pembengkakan (-)
3. Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi dinding dada
(+), nafas cepat dan dangkal.

5
Palpasi : Fremitus taktil kiri dan kanan meningkat
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikular (+/+) menurun, Ronkhi (+/+), wheezing(-/-).
4. Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Soepel (+), turgor kulit kembali cepat (+),hepatomegali(-),
splenomegali(-).
Perkusi : tympani
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
5. Ekstremitas : sianosis (-/-/-/-), akral dingin (-/-/+/+)
6. Genetalia : Laki-laki, kedua testis sudah turun
7. Anus : Dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 24 Juli 2018

Kesan: Bronkitis
V. DIAGNOSA BANDING
a. Bronkopneumoni
b. Bronkiolitis
6
c. Bronkitis
d. Asma Bronchial

VI. DIAGNOSA KERJA


Bronkopnemonia

VII. PENATALAKSANAAN
1. O2 ½ - 1 L/menit
2. IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)
3. Injeksi ceftriaxone 500 mg/12 jam (Intravena)( H-1)
4. Nebul Nacl 3% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
5. Ambroxol sirup 3 x cth I
6. Parasetamol sirup 4 x cth I
7. Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

FOLLOW UP

18 Januari 2019 (Hari 2)

Pagi (07.00 wib)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak nafas(+)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,4°C
HR : 120 x/menit
RR : 58 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+) normal, soepel, turgor kulit kembali cepat (+)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)

7
- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

siang(14.20. wib)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak nafas(+)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,4°C
HR : 110 x/menit
RR : 55 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+) normal, soepel, turgor kulit kembali cepat (+)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

Malam (20.05. wib)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak nafas(+)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,0°C
HR : 121 x/menit
RR : 53 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)

8
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+) normal, soepel, turgor kulit kembali cepat (+)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

19 1 2019 (hari 3)

pagi

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (berkurang)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,2°C
HR : 120 x/menit
RR : 50 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Siang (14.25)
9
S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (berkurang)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,9°C
HR : 120 x/menit
RR : 48 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Malam(21.20)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,1°C
HR : 120 x/menit
RR : 48 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)

10
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

20 Januari 2019 (hari 4)

Pagi(07.45)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak(-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,8°C
HR : 120 x/menit
RR : 44 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Siang (14.25)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,4°C
HR : 120 x/menit

11
RR : 42 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Malam(21.20)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,2°C
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

21 Januari 2019 (hari 5)


12
Pagi(07.45)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak(-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,9°C
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)berkurang
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Siang (14.25)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 37,0°C
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


13
- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein
Malam(21.20)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak (-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,8°C
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

22 Januari 2019 (hari 6)

Pagi(07.45)

S/ -Demam (-)
-Batuk berdahak (+)
-Sesak(-)
O/ Sensorium : Compos Mentis
Temperature : 36,9°C

14
HR : 120 x/menit
RR : 38 x/menit, Pernafasan cuping hidung (-)
Thoraks : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Ronkhi (+/+)berkurang
Abdomen : Peristaltik (+), soepl, turgor kulit kembali cepat (<2s)

A/ Bronkopneumonia

P/ - O2 ½ - 1 L/menit

- IVFD Ns 1/4 44 tetes/menit (mikro)


- Injeksi ceftriaxon 500 mg/12 jam (Intravena)(H-2)
- Ambroxol sirup 3xcth I
- Parasetamol sirup 4 x cth I (Oral)
- Nebul Nacl 0,9% 2,5 cc/8 jam (Inhalasi)
- Diet: MB 1050 kkal+10-20 gr protein

PBJ

15
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFENISI
Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran pernafasan
akut bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak
(patchy distribution) yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat, disebabkan oleh bermacam-macam etiologi
seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.4

II. EPIDEMIOLOGI

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di
bawah umur 2 tahun. Insiden pneumoni a pada anak ≤ 5 tahun dinegara
maju adal ah 2 -4 kasus/ 100 anak/ tahun, sedangkan dinegara
berkembang 10 -20 kasus/100 anak/t ah un. Pneumonia menyebabkan
lebih dari 5 juta kemati an pertahun pada anak balit a dinegara
berkembang. 5 , 6 Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan
penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum
etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan.4

16
III. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah : 1,7
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus : Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi
- Virus : Virus parainfluenza, virus influenza, Adenovirus, RSV,
Cytomegalovirus
- Organisme atipikal : chlamydia trachomatis, mycoplasma hominis,
ureaplasma urealyticum, cytomegalovirus
- Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetella pertusis.
c. Pada anak-anak
- Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
- Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, Chlamydophila pneumonia
- Bakteri : Mycobakterium tuberculosis

2. Faktor Non Infeksi.


Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung.
b. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti
palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan pada anak yang sedang menangis.

IV. KLASIFIKASI

Klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman WHO : 4,8,9,10

Anak umur 2bulan-5 tahun

a. Pneumonia ringan
Disamping mengalami batuk dan kesulitasn bernafas, anak hanya
mengalami nafas cepat dan tidak terdapat tanda-tanda pneumonia berat
 -Ada nafas cepat dengan laju nafas:
>50x/menit untuk anak suai 2 bulan -1 tahun

17
>40x/menit untuk anak usai >1-5 tahun
 Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral saja.
b. Pneumonia berat
Terdapat batuk dan atau kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu dari
tanda berikut:
 Kepala terangguk-angguk.
 Pernafasan cuping hidung.
 Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
 Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia(infiltrat luas atau
konsolidasi)
 Tanda lainnya: nafas cepat, suara merintih, pada auskultasi terdengar
ronki, suara nafas menurun.
 Harus dirawat dan diberikan antibiotik .
c. Pneumonia sangat berat
 Tidak dapat menyusui atau makan/minum, atau memuntahkan
semuanya.
 Kejang, letargi atau tidak sadar
 Sianosis sentral
 Harus dirawat dan diberikan antibiotik.
Bayi kurang dari 2 bulan
a. Pneumonia berat: nafas cepat atau retraksi dinding yang berat
b. Pneumonia sangat berat: tidak mau menetek/minum, kejang, letargi, demam
atau hipotermia, bradipneu atau pernafasan irreguler.

V. PATOFISIOLOGI

Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan


anatomis dan mekanis, serta faktor imun lokal dan sistemik. Kontaminasi yang
masuk ke saluran pernafasan ditangkap oleh mucus yang disekresikan oleh sel
goblet. Silia yang berada di atas lapisan epitel membentuk system elevator siliar
(cilliary elevator system) yang dapat mendorong secara sinkron partikel kontaminan
ke atas menuju saluran pernafasan proksimal dan mendorongnya ke tenggorokan,
sehingga kontaminasi benda asing tersebut dapat ditelan atau dikeluarkan. Sel
18
polimorfonuklear dari darah dan makrofag jaringan akan menelan dan
menghancurkan kuman. IgA yang disekresikan ke dalam cairan saluran pernafasan
atas melindungi paru dari infeksi dan memfasilitasi pembentukan zat penetral virus.1

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah
dan paru melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari
bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring, perluasan langsung dari tempat
lain dan penyebaran secara hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan
terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme
pembersihan dan respon imun.7
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Mekanisme daya
tahan traktus respiratorius bagian bawah sangan efesien untuk mencegah infeksi,
terdiri dari: susunan anatomis rongga hidung, jaringan limfoid di naso-oro-faring,
silia dan sekret yang dikeluarkan oleh sel epitel traktus respiratorius, refleks batuk,
refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi, drainase
simtem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional, fagosit, aksi enzim,
dan respon imuno-humoral terutama dari IgA.9
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke
paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman. Bronkhopneumonia dalam
perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa stadium, yaitu2,9:
1. Stadium kongesti (4-24 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam
alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Stadium hepatisasi merah(48 jam berikutnya): paru tampak merah dan
bergranula (hepatisasi= seperti hepar) karena sel darah merah, fibrin, dan
leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Stadium hepatisasi kelabu(3- 8 ahri): paru tampak kelabu karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Stadium resolusi(8-11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

19
VI. MANIFESTASI KLINIK
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik sampai 39-40 0C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif. 1

Usia merupakan faktor penentu dalam manifetasi klinis pneumonia. Neonatus


dapat menunjukkan hanya gejala demam tanpa ditemukannya gejala gejala fisis
pneumonia. Pola klinis yang khas pada pasien pneumonia viral dan bakterial
umumnya berbeda anata bayi yang lebih tua dan anak , walaupun perbedaan tersebut
tidak selalu jelas pada pasien tertentu. Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise,
nyeri dada akibat pleuritis, retraksi dan iritabilitas akibat sesak respiratori sering
terjadi pada bayi yang lebih tua dan anak.1

Pneumonia virus lebih sering berisosiasi dengan batuk, mengi atau stridor dan
gejala demam lebih tidak menonjol dibandingkan pneumonia bakterial. Pneumonia
bakterial secara tipikal bersosiasi dengan demam tinggi, menggigil, batuk,
dipsneu,dan pada auskultasi ditemukan adanya ada tanda konsolidasi oaru.
Penumonia atypical pada bayi ditandai oleh gejala yang khas seperti takipneu, batuk,
ronkhi kering (crackles) pada pemeriksaan auskultasi, sering kali ditemukan
bersamaan dengan timbul konjungtivitis chlamydial. Gejala klinis lainnya yang dapat
ditemukan adalah distres pernafasan termasuk nafas cuping hidung, retraksi
intercosta dan subkosta dan merintih (grunting). Semua jenis pneumonia memiliki
ronkhi kering yang terlokalisir dan penurunan suara respiratori. Adanya efusi pleura
dapat menyebabkan bunyi pekak pada pemeriksaan perkusi.1

Terdapat trias bronkopneumonia, diantaranya yaitu:


1. Sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan retraksi dinding
dada.
2. Demam dengan suhu 39-40 ͦ C
3. Ronkhi basah, halus, nyaring( crackles)

20
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Radiologis
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus merata di kedua paru
berupa bercak-bercak infiltrat kecil dan halus yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkhial. Bayangan
bercak ini sering terlihat pada lobus bawah 4

b. Pemeriksaan Laboratorium6
- Pemeriksaan darah rutin, terutama untuk mengetahui jumlah leukosit, perlu
dilakukan untuk membantu menentukan pemberian antibiotik serta membantu
membedakan pneumoni viral dan bakterial. Pada pneumonia virus dan pada
pneumonia mycoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas normal atau
sedikit meningkat. Tetapi pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000-40.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi
netrofil pada hitung jenis. Leukopenia (<5000/mm3 ) menunjukkan prognosis
yang buruk. Leukosit > 30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke
pneumonia streptokokus. Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia
bakterial. Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus.
- Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
- Kultur darah direkomendasikan pada pasien rawat inap dengan kondisi berat,
jika dicurigai menderita pneumonia bacterial.
- Pada anak kurang dari 18 bulan, dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi
antigen virus dengan atau tanpa kultur virus jika fasilitas tersedia.
- Jika ada efusi pleura, dilakukan pungsi cairan pleura dan dilakukan
pemeriksaan mikroskopis, kultur, serta deteksi antigen bakteri ( jika fasilitas
tersedia) untuk penegakan diagnosis dan menentukan mulainya pemberian
antibiotik
- Pemeriksaan C-reactive protein (CPR), LED, dan pemeriksaan fase akut lain
tidak dapat memberdakan infeksi viral atau bakterial dan tidak
direkomendasikan sebagai pemeriksaan rutin
- Uji tuberkulin selalu dipertimbangkan pada anak dengan riwayat kontak
dengan penderita TB dewasa.

21
VIII. DIAGNOSA BANDING
1. Bronkopneumonia
2. Bronkiolitis
3. Bronkitis
4. Asma bronchial
IX. PENATALAKSANAAN
Kriteria rawat inap 4 ,6 :
Anak :
- Saturasi oksigen ≤92%, sianosis
- Frekuensi nafas >50 x/menit
- Distress pernafasan
- Grunting
- Terdapat tanda dehidrasi
- Keluarga tidak bisa merawat dirumah

Tatalaksana umum 4,6:

Pasien dengan saturasi oksigen ≤92% pada saat bernafas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%.

- Pada pneumonia berat atau asupan peroral kurang, diberikan cairan


intravena.
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk.
- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/ NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen, harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen.

Pemberian antibiotik 4,6:

- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotic oral pada anak <5
tahun karena efektif melawan sebagian besar pathogen yang menyebabkan
pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik dan murah. Alternatifnya
adalah eritromisin, azitromisin dan lain lain.
22
- M. Pneumonia lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua, maka
antibiotic golongan makrolid diberi sebagai pilihan pertama secara empiris
pada anak ≥ 5 tahun.
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacilin dengan amoksilin.
- Antibiotic intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat peroral.
- Antibiotic intravena yang dianjurkan ampisilin dan kloramfenicol, co-
amoxiclaf, ceftriaxone, cefotaxime
Nutrisi
- pada anak dengan distres pernafasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan melalui nasogastric tube( NGT)
atau intravena. Tapi harus diingat pemasangan NGT dapat menekan
pernafasan, khususnya pada bayi/ anak dengan ukuran lubang hidung yang
kecil. Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran terkecil.

Kriteria pasien pulang 4,6:


- Gejala dan tanda Bronkopneumonia hilang
- Asupan per oral adequate
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (per oral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah

X. PENCEGAHAN
Ada beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya Bronkopneumonia pada anak, antara lain sebagai berikut8:
1. pemberian imunisasi vitamin A
2. menghindari faktor paparan asap dan polisi udara
3. membiasakan cuci tangan
4. isolasi penderita
5. menghindari bayi/anak kecil dari tempat keramaian umum
6. pemberian ASI
7. menghindarkan bayi/anak kecil dari kontak dengan penderita ISPA.

23
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam
rongga thorax seperti efusi pleura, empiema toracis dan pericarditis purulenta, dan
infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. 8
XII. PROGNOSIS
Prognosis dubia ad bonam, namun tergantung dari faktor penderita, bakteri
penyebab dan penggunaan antibiotik yang tepat dan adekuat.8

BABA IV

24
KESIMPULAN
Pneumonia adalah sindrom klinis, sehingga didefinisikan berdasarkan gejala
dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya. Salah satu definisi klinis yang
menyatakan pneumonia adalah penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk,
sesak napas, demam, ronki basah, dengan gambaran infiltrat pada foto rontgen
toraks. Tatalaksana dengan pengobatan simptomatis dan suportif. Prognosis
penderita ini adalah dubia ad bonam karena pada pasien ini telah dilakukan
pengobatan yang adekuat serta belum ada tanda-tanda yang mengarah pada
komplikasi, jika dilihat berdasarkan gambaran klinis selama perawatan pasien
sudah sangat membaik. Keluhan juga telah berkurang secara berangsur-angsur. Hal
ini ditandai dengan batuk yang sudah mulai berkurang, demikian pula dengan
retraksi serta pernapasan cuping hidung sudah menghilang.

25
26
27

Anda mungkin juga menyukai