Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN MANAJEMEN OKTOBER 2018

“MANAJEMEN PELAKSANAAN LABORATORIUM


DI PUSKESMAS MAMBORO TAHUN 2018 ”

DISUSUN OLEH:

NAMA : HAIFA AZ ZAHRA


STAMBUK : N 111 17 010
PEMBIMBING KLINIK : Dr. dr. M. Sabir, M.Si
dr. Hj. Tenrisa’na Rifai

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT –
KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yaing meliputi promosi
kesehatan, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. (Kemenkes RI, 2014)
Puskesmas merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan
perseorangan (UKP), dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Sasaran UKM yaitu keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Sedangkan UKP ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan. (Kemenkes, 2014)
Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,
Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses
penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,
berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan
informasi yang akurat. Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya
kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan
target kinerja yang telah ditetapkan. (Kemenkes, 2016)
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan
kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut di atas. Oleh karena upaya pelayanan
laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib

2
menyelenggarakan laboratorium di Puskesmas. Laboratorium Puskesmas
melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang
berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. (Kemenkes, 2012)
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan adalah pelayanan pemeriksaan
laboratorium klinik, yaitu pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan
dokter dalam mendiagnosis, memantau dan meramalkan penyakit seorang
penderita. (Mulyono, 2015)
Dalam laporan kali ini akan dibahas mengenai “Penyelenggaraan
Laboratorium di Puskesmas Mamboro tahun 2018” karena program ini
merupakan program yang turut mempengaruhi mutu pelayanan yang optimal
di puskesmas.

1.2 Rumusan Masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait pelaksanaan
laboratorium yang akan dibahas antara lain :
1. Bagaimana pelaksanaan laboratorium di Pukesmas Mamboro?

2. Apa saja permasalahan yang menjadi kendala pada pelaksanaan

laboratorium di Puskesmas Mamboro?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam manajemen pengelolaan Puskesmas.
2. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan Kegiatan laboratorium di
Puskesmas.
3. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat.

1.4 Manfaat
Pada laporan manajemen ini, diharapkan nantinya dapat memberikan
manfaat berupa:

3
1. Dapat memberikan gambaran kinerja pelaksanaan laboratorium yang
berada di lingkungan puskesmas Mamboro.
2. Meningkatkan minat dan kelimuan pembaca mengenai pelayanan
laboratorium.

4
BAB II
PERMASALAHAN

2.1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang atau Puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan. Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan
Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan pembangunan kesehatan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan, yang tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan
dinas kesehatan kabupaten/kota. (Kemenkes, 2016)
Upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas, di antaranya adalah dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan
kesehatan dasar. Peran puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung
dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. (Kemenkes, 2016)
Untuk menjamin bahwa siklus manajemen Puskesmas yang berkualitas berjalan
secara efektif dan efisien, ditetapkan Tim Manajemen Puskesmas yang juga dapat
berfungsi sebagai penanggungjawab manajemen mutu di Puskesmas. Tim terdiri
atas penanggung jawab upaya kesehatan di Puskesmas dan didukung sepenuhnya
oleh jajaran pelaksananya masing-masing. Tim ini bertanggung jawab terhadap
tercapainya target kinerja Puskesmas, melalui pelaksanaan upaya kesehatan yang
bermutu. Diperlukan dukungan sumber daya yang memadai baik dalam jenis,
jumlah maupun fungsi dan kompetensinya sesuai standar yang ditetapkan, dan
tersedia tepat waktu pada saat akan digunakan. Dalam kondisi ketersediaan sumber
daya yang terbatas, maka sumber daya yang tersedia dikelola dengan sebaik-
baiknya, dapat tersedia saat akan digunakan sehingga tidak menghambat jalannya
pelayanan yang akan dilaksanakan. (Kemenkes, 2016)
Manajemen sumber daya dan mutu merupakan satu kesatuan sistem pengelolaan
Puskesmas yang tidak terpisah satu dengan lainnya, yang harus dikuasai sepenuhnya

5
oleh tim manajemen Puskesmas dibawah kepemimpinan kepala Puskesmas, dalam
upaya mewujudkan kinerja Puskesmas yang bermutu, mendukung tercapainya
sasaran dan tujuan penyelenggaraan upaya kesehatan di Puskesmas, agar dapat
mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat di wilayah
kerjanya. (Kemenkes, 2016)

2.2. Gambaran umum UPTD Puskesmas Mamboro


Puskesmas Mamboro (2016) sebagai Unit Pelaksana Teknis  Dinas
Kesehatan Kota Palu (UPTD),  Puskesmas Mamboro mempunyai tugas dan fungsi
(tupoksi) sebagai  pusat pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pembinaan
kesehatan keluarga dan pembinaan lintas sektor untuk  terwujudnya kemampuan
dan kemauan hidup sehat masyarakat Kelurahan Mamboro dan Taipa. Selain itu,
puskesmas juga merupakan  pusat pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat
pertama.
Dalam rangkaian pelaksanaan fungsi tersebut Puskesmas Mamboro
mempunyai Visi yaitu Terwujudnya pelayanan kesehatan bermutu menuju Palu
Utara Sehat 2020. Upaya kesehatan yang diberikan diharapkan dapat dijangkau dan
menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Kelurahan Mamboro dan Taipa tanpa
diskriminasi, dan memberikan output yang optimal dan dapat meningkatkan status
kesehatan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan Visi, maka Misi Puskesmas Mamboro disusun
sebagai berikut:
1. Mengembangkan pelayanan kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif.
2. Melaksanakan pelayanan sesuai SPO.
Program kegiatan puskesmas mengacu pada program kesehatan nasional
dengan visi Indonesia Sehat, dengan mempertimbangkan paradigma masyarakat,
dimana masyarakat semakin sadarakan tuntutan pelayanan kesehatan yang lebih
optimal, dengan dilandasi oleh kesadaran dan keyakinan bahwa kesehatan
merupakan hak azasi manusia, sehingga pemerintah dalam hal ini lembaga
pelayanan kesehatan dituntut peka terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang
berkembang di masyarakat serta memberikan pelayanan lebih optimal kepada
masyarakat.

6
Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan, maka tugas puskesmas
dibagi ke dalam beberapa program dengan masing-masing program
memiliki cakupan kegiatan masing-masing. Beberapa program tersebut:
1. Program Kesehatan Lingkungan
2. Program KIA dan Keluarga Berencana
3. Program Promosi Kesehatan
4. Program Gizi
5. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
6. Program Kesehatan Haji
7. Program Pelayanan Kesehatan Gigi
8. Program Penyakit Tidak Menular
9. Program Kesehatan Olahraga
10. Program Kesehatan Lansia
11. Program Keselamatan Kerja.

Keadaan Geografis dan Administratif


Puskesmas Mamboro merupakan salah satu dari tiga buah puskesmas yang ada
di kecamatan Palu utara. Puskesmas mamboro berjarak ±13 Km dari kota palu, dan
±10 KM dari Ibu Kota Palu Utara. Luas wilayah kerja ±29.67 Km 2 yang terbagi
menjadi tiga kelurahan Mamboro, Mamboro Barat, dan Taipa.

Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk


Pada tahun 2011 penduduk di wilayah kerja Puskesmas Mamboro berjumlah
14.454 jiwa, tahun 2012 berjumlah 14.867 jiwa, tahun 2013 berjumlah 15.029, tahun
2014 berjumlah 15.461 jiwa, tahun 2015 15.716 jiwa, sementara tahun 2018
berjumlah 16.204 jiwa, data kependudukan di wilayah kerja Puskesmas Mamboro
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.

2.3. Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas


Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan, dan
pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat

7
berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas. Peraturan Menteri Kesehatan No 37 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas dapat dipergunakan sebagai tolok
ukur dalam menilai kinerja Laboratorium Puskesmas. (Kemenkes, 2012)
A. Ketenagaan
Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya
wajib Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi
baik jumlah maupun mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki
oleh Puskesmas, Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (PDTP), dan
Puskesmas di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan terluar
(PDTPK). (Kemenkes, 2012)
Jenis, kualifikasi dan Jumlah Tenaga Laboratorium Puskesmas dapat
dilihat pada tabel 1 berikut:
No Jumlah
Jenis Tenaga Kualifikasi
. PDTP Puskesmas PDTPK
1 Penanggung Dokter 1 1 1
Jawab
2 Tenaga Teknis Analis kesehatan 2 1 1
(DIII)
3 Tenaga Non Minimal 1 1 1
Teknis SMU/sederajat
Tabel 1. Jenis, Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Laboratorium Puskesmas

B. Sarana, Prasarana, Perlengkapan Dan Peralatan


1. Sarana
Sarana laboratorium merupakan segala sesuatu yang berkaitan
dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup
ini adalah ruangan Laboratorium Puskesmas. Persyaratan sarana /
ruangan Laboratorium Puskesmas adalah sebagai berikut:
a. Ukuran ruang minimal 3x4 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
b. Langit-langit berwarna terang dan mudah dibersihkan.

8
c. Dinding berwarna terang, harus keras, tidak berpori, kedap air, dan
mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik).
d. Lantai harus terbuat dari bahan yang tidak licin, tidak berpori,
warna, terang, dan mudah dibersihkan serta tahan terhadap bahan
kimia (epoxi, vinyl).
e. Pintu disarankan memiliki lebar bukaan minimal 100 cm yang
terdiri dari 2 dua daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm.
Disarankan disediakan akses langsung (lubang/celah) bagi pasien
untuk memberikan sampel dahak.
f. Pada area bak cuci disarankan untuk menggunakan pembatas
transparan (contoh: pembatas polikarbonat) untuk menghindari
paparan/tampias air cucian ke area sekitarnya.
g. Kamar kecil/WC pasien laboratorium dapat bergabung dengan WC
pasien Puskesmas. (Kemenkes, 2012)

9
Gambar 1. Model denah laboratorium puskesmas (Kemenkes, 2012)

2. Prasarana
Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang
membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Prasarana-prasarana Laboratorium Puskesmas yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Pencahayaan harus cukup. Pencahayaan alami diperoleh
setidaknya dari jendela dengan luas minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri
dari 2 jendela dengan ukuran lebar 80 cm x tinggi 100 cm). Cahaya
dari jendela tidak boleh langsung mengarah ke meja pemeriksaan
dan rak reagen, untuk menghindari terjadinya reaksi antara reagen
dengan sinar matahari yang panas.
b. Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik (ventilasi
silang/cross ventilation), sehingga pertukaran udara dari dalam
ruangan dapat mengalir ke luar ruangan. Pertukaran udara yang
disarankan adalah 12 s/d 15 kali per jam (Air Change per Hour;
ACH = 12–15 times).
c. Disarankan pada area pengambilan sampel dilengkapi
exhausterfan yang mengarah keluar bangunan Puskesmas ke area
terbukasehingga pasien tidak dapat memapar/memajan petugas
Puskesmas. Exhauster dipasang pada ketinggian + 120 cm
daripermukaan lantai.
d. Suhu ruangan tidak boleh panas, dengan sirkulasi udara yang baik
maka disarankan suhu dipertahankan antara 22ºC s/d 26ºC.
e. Pengambilan dahak dilakukan di ruangan terbuka yang telah
disiapkan.
f. Harus tersedia fasilitas air bersih yang mengalir dan debit air yang
cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat
kesehatan.

10
g. Harus tersedia wadah (tempat sampah) khusus/terpisah yang
dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat
medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan
(pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah pada
dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku.
h. Limbah cair/air buangan dari laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas. (Kemenkes,
2012)

3. Perlengkapan dan Peralatan


a. Perlengkapan
1) Meja pengambilan sampel darah
a) Minimal menggunakan meja ½ biro (ukuran 90 x 60 cm)
b) Mempunyai laci
2) Loket pendaftaran, penerimaan sampel urin dan dahak,
pengambilan hasil
3) Kursi petugas laboratorium dan kursi pasien
a) Mempunyai sandaran
b) Dapat terbuat dari kayu, besi, dan lain-lain
4) Bak cuci/sink
a) Dilengkapi keran untuk mengalirkan air bersih
b) Ukuran minimal 40 cm x 40 cm dengan kedalaman bak
minimal 30 cm
c) Dilengkapi saluran/pipa pembuangan air kotor menuju
sistem pengolahan air limbah Puskesmas
5) Meja pemeriksaan
a) Lebar meja adalah 60 cm dengan panjang sesuai
dengankebutuhan pelayanan yang diselenggarakan
b) Meja pemeriksaan terbuat/dilapisi dari bahan tahanpanas,
tahan zat kimia (seperti teflon/ formika), mudah
dibersihkan, tidak berpori dan berwarna terang

11
c) Ada meja khusus untuk meletakkan alat centrifuge
6) Lemari pendingin (refrigerator)
a) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen dan sampel,
volume sesuai kebutuhan
b) Reagen dan sampel disimpan dalam lemari pendingin yang
terpisah
7) Lemari alat
a) Fungsinya untuk menyimpan alat
b) Ukuran sekitar p x l x t = 160 cm x 40 cm x 100 cm
c) Dapat terbuat dari kayu atau rangka alumunium dengan rak
terbuat dari kaca
d) Khusus untuk mikroskop dilengkapi dengan lampu 5 watt
8) Rak reagen
a) Fungsinya adalah untuk menyimpan reagen
b) Ukuran sesuai kebutuhan
c) Dapat terbuat dari kayu dilapisi dengan teflon/ formika atau
dapat terbuat dari kaca
b. Peralatan
Jenis dan jumlah peralatan Laboratorium Puskesmas
tergantungdari metode pemeriksaan, jenis dan program Puskesmas.
(Kemenkes, 2012)

4. Kegiatan Pemeriksaan
a. Alur pemeriksaan

12
Pasien datang

Daftar ke loket

Meja Kajian

Apotik Poliklinik

Pasien pulang Laboratorium

Gambar: alur pelayanan di Puskesmas Mamboro


B. Kemampuan Pemeriksaan, Metode dan Reagen
1. Kemampuan Pemeriksaan
a. Hematologi: Hemoglobin, Hematokrit, Hitung eritrosit, Hitung
trombosit, Hitung lekosit, Hitung jenis lekosit, LED, Masa
perdarahan dan Masa pembekuan.
b.Kimia klinik: Glukosa, Protein, Albumin, Bilirubin total, Bilirubin
direk, SGOT, SGPT, Alkali fosfatase, Asam urat, Ureum/BUN,

13
Kreatinin, Trigliserida, Kolesterol total, Kolesterol HDL dan
Kolesterol LDL.
c. Mikrobiologi dan Parasitologi: BTA, Diplococcus gram negatif,
Trichomonas vaginalis, Candida albicans, Bacterial vaginosis,
Malaria, Microfilaria dan Jamur permukaan.
d.Imunologi: Tes kehamilan, Golongan darah, Widal, VDRL,
HbsAg, Anti Hbs, Anti HIV dan Antigen/antibody dengue.
e.Urinalisa: Makroskopis (Warna, Kejernihan, Bau, Volume), pH,
Berat jenis, Protein, Glukosa, Bilirubin, Urobilinogen, Keton,
Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan Mikroskopik (sedimen).
f. Tinja: Makroskopik, Darah samar dan Mikroskopik.
2. Metode pemeriksaan laboratorium di Puskesmas Menggunakan
metode manual, semi automatik dan automatik.
3. Reagen Reagen yang diperlukan disesuaikan dengan metode yang
digunakan untuk tiap pemeriksaan di Laboratorium Puskesmas
tersebut.
C. Rujukan
Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian
pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika
Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka
spesimen atau pasien dikirim ke laboratorium lain (dirujuk).
D. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan. Pencatatan selain untuk pemantauan data juga untuk
evaluasi. Macam-macam pencatatan antara lain:
a. Buku Register Pendaftaran
b. Buku Permintaan Pemeriksaan dan Hasil Pemeriksaan
c. Buku Rujukan
d. Buku Ekspedisi pengambilan hasil
2.Pelaporan. Pelaporan yang harus disampaikan secara berkala ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota berupa laporan bulanan yang merupakan
hasil rekapitulasi pencatatan harian. Laporan triwulan, semester, dan

14
tahunan sesuai ketentuan yang berlaku. Pelaporan hasil laboratorium
untuk penyakit tertentu menggunakan formulir baku yang sudah
ditentukan oleh program.

E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Setiap kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Puskesmas dapat
menimbulkan bahaya/resiko terhadap petugas yang berada di dalam
laboratorium maupun lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi/
mencegah bahaya yang terjadi, setiap petugas laboratorium harus
melaksanakan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
1) Di Tempat Kerja dan Lingkungan Kerja
a. Desain Tempat Kerja Yang Menunjang K3
- Ruang kerja dirancang khusus untuk memudahkan proses
kerja di laboratorium;
- Tempat kerja disesuaikan dengan posisi atau cara kerja;
- Pencahayaan cukup dan nyaman;
- Ventilasi cukup dan sesuai;
- Prosedur kerja tersedia di setiap ruangan dan mudah dijangkau
jika diperlukan;
- Dipasang tanda peringatan untuk daerah berbahaya.
b. Sanitasi Lingkungan
- Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
- Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi
dengan kantong plastik dan diberi tanda khusus;
- Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat
dimasuki/ menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
- Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur;
- Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam
laboratorium;

15
- Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam
laboratorium.
2) Proses Kerja, Bahan dan Peralatan Kerja
a. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas
laboratorium harus mengerti dan melaksanakan upaya
pencegahan terhadap bahaya yang mungkin terjadi, dapat
menggunakan setiap peralatan laboratorium dan peralatan
kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta
mengetahui cara mengatasi apabila terjadi kecelakaan di
laboratorium.
b. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan
keselamatan kerja, seperti tempat cuci tangan dengan air yang
mengalir danalat pemadam kebakaran.
c. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium,
masker, sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai
selamabekerja.
d. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus
selama bekerja dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta
ditinggalkan di laboratorium (hati-hati dengan jas
laboratorium yang berpotensi infeksi).
e. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat
kebelakang dengan rapi.
f. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan
menyeluruhsebelum dan setelah selesai melakukan aktifitas
laboratorium danharus melepaskan baju proteksi sebelum
meninggalkan ruang laboratorium.
g. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa
ijin pejabat yang berwenang.
h. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air)
danmerokok di tempat kerja.

16
i. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca
pecah,jarum atau benda tajam dan barang sisa laboratorium
harus ditempatkan di bak/peti dalam laboratorium dan diberi
keterangan.
j. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti
kuning (menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda
khusus.
k. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
l. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet,
gunakankaret penghisap.
m. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada
penanggung jawab Laboratorium.
n. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang
ditentukan.
o. Pengelolaan spesimen :
- Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan
infeksius.
- Harus mempunyai loket khusus untuk penerimaan spesimen
- Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan
benar.
- Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan
pada wadah yang memiliki konstruksi yang baik, dengan
karet pengaman untuk mencegah kebocoran ketika
dipindahkan.
- Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna
menghindari pencemaran dari luar kontainer atau
laboratorium.
- Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan
tubuh (contoh: membuka tutup tabung vakum) harus
menggunakan sarung tangan dan masker.

17
- Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci
tangan dan mengganti sarung tangan.
- Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan
sebagailimbah infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang
berlaku.
- Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai
melakukan kegiatan laboratorium.
c. Pengelolaan bahan kimia yang benar
- Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia
yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia,bahan kimia
yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya).
- Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan
mempunyai pengetahuan serta keterampilan untuk menangani
kecelakaan.
- Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai.
2) Pengelolaan Limbah
- Limbah Padat . Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum
dan limbah khusus seperti benda tajam, limbah infeksius, limbah
sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, limbah B3 dan limbah
plastik.
- Limbah Cair. Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik,
limbah cair infeksius dan limbah cair kimia.
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)merupakan salah satu unit
pelayanan kesehatan yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis
maupun limbah non medis baik dalam bentuk padat maupun cair. Limbah
medis dalam bentuk padat di puskesmas biasanya dihasilkan dari kegiatan
yang berasal dari ruang perawatan (bagi puskesmas rawat inap), poliklinik
umum, poliklinik gigi, poliklinik ibu dan anak/KIA, laboratorium dan apotik.

18
Sementara limbah cair biasanya berasal dari laboratorium puskesmas yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan
radioaktif. (Pratiwi & Maharani, 2013)

2.3 Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program
Penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas Mamboro yang akan dibahas
antara lain :
1. Input : ketenagaan masih belum sesuai ketetapan. Beberapa sarana dan
prasarana belum tersedia.
2. Proses : keselamatan kerja belum terlalu diperhatikan dengan baik,
kemampuan pemeriksaan dasar yang belum sesuai ketetapan.
3. Output :Pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan pasien kadang
terkendala akibat bahan yang tidak tersedia.

19
BAB III
PEMBAHASAN

A. Gambaran penyelenggaraan Laboratorium Puskesmas Mamboro tahun


2018
Penyelenggaraan laboratorium puskesmas Mamboro pola keterangannya
yaitu Bidan sebagai penanggung jawab dan staf labratorium teknis (Analis
kesehatan) melaksanakan tugas tanggung jawab tenaga teknis. Analis
laboratorium puskesmas Mamboro hanya memiliki satu petugas sehingga
semua tugas dikerjakan sendiri, sehingga akan membuat alur pelayanan
terhambat.
Alur ketenagakerjaan ini belum sesuai dengan standar ketenagakerjaan
puskesmas yang seharusnya, yaitu dokter sebagai penanggung jawab, 2 analis
kesehatan sebagai tenaga teknis, dan 1 tenaga non teknis yang membantu.
Berikut ini perbandingan fasilitas yang ada dengan yang telah di
tetapkan melalaui Permenkes No. 37 tentang penyelenggaraan laboratorium:

Sarana
Permenkes Puskesmas
1. Ukuran ruang minimal 3x4 m2. 1. Ruangan sudah dengan sesuai
2. Langit-langit berwarna terang permenkes.
dan mudah dibersihkan. 2. Lantai terbuat dari bahan yang
3. Dinding berwarna terang, harus tidak licin, tidak berpori,
keras, tidak berpori, kedap air, warna, terang, dan mudah
dan mudah dibersihkan serta dibersihkan serta tahan
tahan terhadap bahan kimia terhadap bahan kimia (epoxi,
(keramik). vinyl).
4. Lantai harus terbuat dari bahan 3. Pintu memiliki lebar bukaan ±
yang tidak licin, tidak berpori, 100 cm yang terdiri dari 1
warna, terang, dan mudah daun pintu.
dibersihkan serta tahan 4. Bak cuci tidak menggunakan
terhadap bahan kimia (epoxi, pembatas transparan untuk
vinyl). menghindari paparan/tampias
air cucian ke area sekitarnya.
5. Pintu disarankan memiliki
5. Kamar kecil/WC pasien la-
lebar bukaan minimal 100 cm
boratorium bergabung dengan
yang terdiri dari 2 dua daun
WC pasien Puskesmas

20
pintu dengan ukuran 80 cm dan
20 cm. Disarankan disediakan
akses langsung (lubang/celah)
bagi pasien untuk memberikan
sampel dahak.
6. Pada area bak cuci disarankan
untuk menggunakan pembatas
transparan (contoh: pembatas
polikarbonat) untuk meng-
hindari paparan/tampias air
cucian ke area sekitarnya.
7. Kamar kecil/WC pasien
laboratorium dapat bergabung
dengan WC pasien Puskesmas.
Tabel 2. tabel perbandingan sarana Laboratorium

Prasarana
Permenkes Puskesmas
1. Pencahayaan harus cukup. 1. Pencahayaan dan sirkulasi udara
Pencahayaan alami diperoleh laboratorium sudah sesuai
setidaknya dari jendela dengan permenkes.
2. Pada area pengambilan sampel
luas minimal 1,6 m2 (yaitu terdiri
tidak dilengkapi exhauster
dari 2 jendela dengan ukuran 3. Tersedia fasilitas air bersih yang
lebar 80 cm x tinggi 100 cm). mengalir dan debit air yang
Cahaya dari jendela tidak boleh cukup pada bak cuci.
langsung mengarah ke meja 4. Pada laboratorium PKM
pemeriksaan dan rak reagen Mamboro melakukan
2. Ruangan harus mempunyai pemeriksaan dahak di
laboratorium, dan ada pula
sirkulasi udara yang baik
pasien hanya diberikan cawan
(ventilasi silang/cross ven- dahak untuk pengambilan dahak
tilation), Pertukaran udara yang kemudian dahak diterima oleh
disarankan adalah 12 s/d 15 kali pemegang program TB
per jam. 5. Terdapat tempat sampah untuk
3. Disarankan pada area jarum dan ada tempat sampah
pengambilan sampel dilengkapi khusus yang di lengkapi dengan
penutup untuk limbah
exhauster yang mengarah keluar
pembuangan sampah padat
bangunan Puskesmas ke area infeksius dan non infeksius
terbuka, Exhauster dipasang pada 6. PKM Mamboro memiliki alat
ketinggian + 120 cm dari untuk mengolah limbah cair,
permukaan lantai. namun limbah cair/air buangan

21
4. Suhu ruangan tidak boleh panas, dari laboratorium belum di olah
dengan sirkulasi udara yang baik melalui alat pengolah limbah
maka disarankan suhu dikarenakan tidak adanya SDM.
dipertahankan antara 22oC s/d
26oC.
5. Pengambilan dahak dilakukan di
ruangan terbuka yang telah
disiapkan.
6. Harus tersedia fasilitas air bersih
yang mengalir dan debit air
yangcukup pada bak cuci.
7. Harus tersedia wadah (tempat
sampah) khusus/terpisah yang
dilengkapi dengan penutupnya
untuk pembuangan limbah padat
medis infeksius dan non infeksius
pada laboratorium.
8. Limbah cair/air buangan dari
laboratorium harus diolah pada
sistem/instalasi pengolahan air
limbah Puskesmas.
Tabel 3. tabel perbandingan prasarana Laboratorium

Perlengkapan
Permenkes Puskesmas
1. Meja pengambilan sampel 1. Meja pengambilan sampel
darah. Minimal menggunakan sekaligus digunakan menjadi
meja ½ biro (ukuran 90 x 60 meja pemeriksaan sehingga
belum sesuai dengan ketetapan
cm) dan mempunyai laci
permenkes
2. Loket pendaftaran, penerimaan 2. Tidak terdapat Loket
sampel urin dan dahak, pendaftaran, penerimaan sampel
pengambilan hasil urin dan dahak, pengambilan
3. Kursi petugas laboratorium dan hasil
kursi pasien yang mempunyai 3. Kursi petugas telah sesuai
sandaran permenkes.
4. Terdapat bak cuci/sink yang
4. Bak cuci/sink yang dilengkapi
dilengkapi keran untuk
keran untuk mengalirkan air mengalirkan air bersih tetapi
bersih tidak terdapat saluran/pipa
Ukuran minimal 40 cm x 40 cm pembuangan air kotor menuju
dengan kedalaman bak minimal system pengolahan limbah cair.

22
30 cm 5. Tidak terdapat meja khusus
5. Dilengkapi saluran/pipa pem- untuk meletakkan alat
buangan air kotor menuju centrifuge
6. Terdapat lemari pendingin
sistem pengolahan air limbah
(refrigerator)Reagen
Puskesmas 7. Tersedianya lemari untuk
6. Meja pemeriksaan adalah 60 cm menyimpan alat dan ukurannya
dengan panjang sesuai dengan sesuai dengan permenkes
kebutuhan pelayanan yang 8. Mikroskop telah dilengkapi
diselenggarakan. meja pe- dengan lampu 5 watt. Terdapat
meriksaan terbuat/dilapisi dari 2 buah microskop dan
semuanya keduanya dalam
bahan tahan panas, tahan zat
keadaan baik.
kimia (seperti teflon/ formika),
mudah dibersihkan, tidak ber-
pori dan berwarna terang
7. Ada meja khusus untuk
meletakkan alat centrifuge
8. Lemari pendingin (refrigerator)
reagen dan sampel disimpan
dalam lemari pendingin yang
terpisah
9. Lemari alat Ukuran sekitar p x l
x t = 160 cm x 40 cm x 100 cm
10. Khusus untuk mikroskop
dilengkapi dengan lampu 5
watt.
Tabel 4. tabel perbandingan perlengkapan laboratorium

Kemampuan analis
Permenkes Puskesmas
a. Hematologi: Hemoglobin, a. Hematologi
Hematokrit, Hitung eritrosit, b. Kimia Klinik: Glukosa, Asam
Hitung trombosit, Hitung
Urat, Kolesterol Total.
lekosit, Hitung jenis lekosit,
LED, Masaperdarahan dan Masa c. Mikrobiologi dan Parasitologi:
pembekuan. BTA, malaria.
b. Kimia klinik: Glukosa, Protein,
d. Imunologi: Tes Kehamilan,
Albumin, Bilirubin total,
Bilirubin direk, SGOT, SGPT, golongan darah.
Alkali fosfatase, Asam urat, e. Urinalisa: Makroskopis
Ureum/BUN, Kreatinin,

23
trigliserida, Kolesterol total, f. Tinja: Makroskopis dan
Kolesterol HDL dan Kolesterol mikroskpis.
LDL.
c. Mikrobiologi dan Parasitologi:
BTA, Diplococcus gram negatif,
Trichomonas vaginalis,
Candida albicans, Bacterial
vaginosis, Malaria, Microfilaria
dan Jamur permukaan.
d. Imunologi: Tes kehamilan,
Golongan darah, Widal, VDRL,
HbsAg, Anti Hbs, Anti HIV dan
Antigen/antibody dengue.
e. Urinalisa: Makroskopis (Warna,
Kejernihan, Bau, Volume), pH,
Berat jenis, Protein, Glukosa,
Bilirubin, Urobilinogen, Keton,
Nitrit, Lekosit, Eritrosit dan
Mikroskopik (sedimen).
f. Tinja: Makroskopik, Darah
samar dan Mikroskopik.
Tabel 5. tabel perbandingan kemampuan analis kesehatan

Rujukan
Permenkes Puskesmas
1. Spesimen yang akan dirujuk, Untuk alur rujukan dan tata cara
sebaiknya dikirim dalam merujuk telah sesuai sebagaimana
bentukyang relatif stabil. Untuk
yang terdapat di ketetapan
itu perlu diperhatikan
persyaratan pengiriman spesimen permenkes.
antara lain: Waktu pengiriman
jangan melampaui masa
stabilitas spesimen, tidak terkena
sinar matahari langsung,
Kemasan harus memenuhi syarat
keamanan kerja laboratorium
termasuk pemberian label yang
bertuliskan ”Bahan Pemeriksaan
Infeksius” atau ”Bahan
Pemeriksaan Berbahaya”, Suhu

24
pengiriman harus memenuhi
syarat, dan Penggunaan media
transpor untuk pemeriksaan
mikrobiologi
2. Spesimen yang dirujuk harus
diberi label berisi no.
spesimen,identitas pasien,
tanggal pengambilanspesimen
pada badan wadah.
3. Spesimen yang dirujuk harus
disertai formulir kelengkapan
pengiriman yang berisi data
Nomor spesimen, Identitas
pasien, Tanggal dan jam
pengambilan spesimen, Jenis
spesimen dan asal bahan,
informasi klinis, Permintaan
pemeriksaan,Tanggal
pengiriman, dan identitas pen-
girim.
Tabel 6. tabel perbandingan Rujukan

Pencatatan dan pelaporan


Permenkes Puskesmas
Pelaporan 1. Pada pelaporan tidak terdapat
a. Buku Register Pendaftaran
buku rujukan dan buku ekspedisi
b. Buku Permintaan
Pemeriksaan dan Hasil pengambilan hasil
Pemeriksaan 2. Pelaporan tidak disampaikan ke
c. Buku Rujukan
dinas, namun hanya di PKM
d. Buku Ekspedisi
pengambilan hasil Mamboro
Pelaporan
Pelaporan yang harus disampaikan
secara berkala ke DinasKesehatan
Kabupaten/Kota berupa laporan
bulanan yang merupakan hasil
rekapitulasi pencatatan harian.
Laporan triwulan, semester, dan
tahunan sesuai ketentuan yang

25
berlaku. Pelaporan hasil
laboratorium untuk penyakit
tertentu menggunakan formulir
baku yang sudah ditentukan oleh
program.
Tabel 7. tabel perbandingan pencatatan dan pelaporan

Keselamatan Kerja
Permenkes Puskesmas
- Ruang kerja dirancang khusus 1. Ruang kerja/ laboratorium
untuk memudahkan proses kerja berada diantara ruang tindakan
di laboratorium;Tempat kerja dan polik umum puskesmas
disesuaikan dengan posisi atau Mamboro.
cara kerja;Pencahayaan cukup 2. Petugas laboratorium telah
dan nyaman;Ventilasi cukup dan mengerti dan melaksanakan
sesuai;Prosedur kerja tersedia di upaya pencegahan terhadap
setiap ruangan dan mudah bahaya yang mungkin terjadi,
dijangkau jika dapat menggunakan setiap
diperlukan;Dipasang tanda peralatan laboratorium dan
peringatan untuk daerah peralatan kesehatan dan
berbahaya. keselamatan kerja dengan
- Semua ruangan harus bersih, benar, serta mengetahui cara
kering dan higienis;Sediakan mengatasi apabila terjadi
tempat sampah yang sebelah kecelakaan di laboratorium.
dalamnya dilapisi dengan 3. Analis laboratorium Puskesmas
kantong plastik dan diberi tanda Mamboro memakai jilbab dan
khusus;Tata ruang laboratorium jilbab tersebut dimasukkan
harus baik sehingga tidak dapat kedalam jas sehingga tidak
dimasuki/ menjadi sarang mengganggu pemeriksaan.
serangga atau binatang 4. Petugas telah menerapkan
pengerat;Sediakan tempat cuci mencuci tangan secara higienis
tangan dengan air yang mengalir dan menyeluruh sebelum dan
dan dibersihkan secara teratur setelah selesai melakukan
- petugaslaboratorium harus aktifitas laboratorium
mengerti dan melaksanakan 5. Sarung tangan bekas pakai telah
upayapencegahan terhadap ditempatkan dalam bak/ peti
bahaya yang mungkin terjadi, kuning (menjadi limbah medis/
dapat menggunakan setiap infeksius) yang diberi tanda
peralatan laboratorium dan khusus, namun sarung tanngan
peralatankesehatan dan yang dipakai biasanya dipakai

26
keselamatan kerja dengan benar, kembali untuk pemeriksaan
serta mengetahuicara mengatasi pasien lainnya.
apabila terjadi kecelakaan di 6. Peralatan yang rusak atau pecah
laboratorium. telah dilaporkan kepada
- Tersedia fasilitas laboratorium penanggung jawab
untuk kesehatan dan Laboratorium.
keselamatan kerja, 7. Tas/kantong/tempat sampah
- Petugas wajib memakai alat telah ditempatkan di tempat
pelindung diri (jas laboratorium, yang ditentukan.
masker, sarung tangan, alas kaki
tertutup) yang sesuai selama Pengelolaan spesimen
bekerja. Telah sesuai standar permenkes.
- Jas laboratorium yang bersih
harus dipakai terus menerus
selama bekerja dalam
laboratorium dan harus
dilepaskan serta ditinggalkan di
laboratorium
- rambut panjang harus diikat
kebelakang dengan rapi.
- Petugas harus mencuci tangan
secara higienis dan menyeluruh
sebelum dan setelah selesai
melakukan aktifitas labora-
torium
- Tempat kerja harus selalu dalam
keadaan bersih. Kaca
pecah,jarum atau benda tajam
dan barang sisa laboratorium
harusditempatkan di bak/peti
dalam laboratorium dan
diberiketerangan.
- Sarung tangan bekas pakai harus
ditempatkan dalam bak/ peti
kuning (menjadi limbah medis/
infeksius) yang diberi tanda
khusus.
- Semua tumpahan harus segera
dibersihkan.
- Peralatan yang rusak atau pecah

27
harus dilaporkan kepada
penanggung jawab
Laboratorium.
- Tas/kantong/tempat sampah
harus ditempatkan di tempat
yangditentukan.
Pengelolaan spesimen
- Setiap spesimen harus
diperlakukan sebagai bahan
infeksius.
- Harus mempunyai loket khusus
untuk penerimaan spesimen.
- Setiap petugas harus mengetahui
dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan
pengolahan spesimen
denganbenar.
- Semua spesimen darah dan
cairan tubuh harus disimpan
pada wadah yang memiliki
konstruksi yang baik, dengan
karet pengaman
- Saat mengumpulkan spesimen
harus berhati-hati guna
menghindari pencemaran dari
luar kontainer ataulaboratorium.
- Setiap orang yang memproses
spesimen darah dan cairan tubuh
harus menggunakan sarung
tangan dan masker.
- Setelah memproses spesimen
harus cucitangan dan mengganti
sarung tangan.
- Jarum yang telah digunakan
harus diperlakukan sebagai
limbah infeksius
- Permukaan meja laboratorium
dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan
desinfektan setelah selesai

28
melakukan kegiatan
laboratorium.
Tabel 8. tabel perbandingan keselamatan Kerja

A. Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, Puskesmas
Mamboro menggunakan model manajemen yang sederhana yaitu meliputi 3
fungsi saja : perencanaan, implementasi dan evaluasi. Model manajemen ini
biasa disebut juga model PIE. Perencanaan dilakukan diawal tahun dengan
pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan selama setahun,
namun menurut pemegang program perencanaan mengenai kegiatan
laboratorium tidak terlalu diperhatikan dibanding progaram lainnya karena
dianggap sudah baik/ sudah biasa. Namun Implementasinya tergantung pada
reagen yang berarti sangat bergantung pada pengadaan dari Dinas Kesehatan
Kota. Apabila reagen tidak ada maka untuk sementara laboratorium tidak
dapat melakukan pelayanan laboratorium. Evaluasi juga dilakukan sama pada
saat dilakukannya evaluasi program lainnya, namun indikator keberhasilan
belum ditentukan, sama halnya denga perencanaan, evaluasi penyelenggaraan
dari laboratorium tidak terlalu banyak di bahas.

B. Output
Masalah – masalah yang dihadapi biasanya diakibatkan faktor – faktor sebagai
berikut:
Sarana dan prasarana merupakan aspek yang sangat mendukung dalam
mencapai target dari program – program puskesmas khususnya program
kesehatan Manajemen laboratorium. Tetapi pada kenyataanya masih dari
sarana dan prasana yang menjadi kendala, seperti ketersediaan bahan/reagen
yang masih kurang sehingga pelayanan kesehatan pada pasien terhambat. Di

29
Puskesmas Mamboro tidak memakai standar keberhasilan pelayanan lab
sehingga sulit untuk melihat hasil evaluasi.

30
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Proses manajemen laboratorium di Puskesmas Mamboro sudah baik,
adapun terdapat berbagai kendala yang dihadapi seperti dari input yaitu
ketenagakerjaan, sarana prasarana yang ada. Sehingga dapat menyebabkan
masalah dari segi output yaitu pemeriksan laboratorium yang diperlukan
pasien menjadi terkendala.
Pada pelaksanaannya yang menjadi kendala utama yakni terkhusus pada
kebutuhan raegen/bahan-bahan untuk pemeriksaan lainnya yang dapat
menyebabkan pemeriksaan menjadi tertunda atau bahkan tidak
dilaksanakan, petugas teknis hanya 1 orang, pengolahan limbah cair yang
belum terlaksana, serta tidak ditetapkannya standar keberhasilan pelayanan
lab oleh PKM Mamboro.

4.2. Saran

1. Sarana dan prasarana yang sudah ada dijaga dan digunakan sebaik
– baiknya dan untuk yang belum ada bisa dipertimbangkan untuk
melakukan pengadaan, serta diperlukan adanya penambahan SDM untuk
mengolah limbah.
2. Diperlukan adanya transparansi dalam melakukan pengadaan
reagen reagen yang dibutuhkan oleh laboratorium sehingga dapat
melakukan pelayanan dengan maksimal.
3. Berbagai masalah pada segi input dan proses sebaiknya di evaluasi
secara berkala seperti ditetapkannya standar keberhasilan pelayanan
laboratorum dan melakukan pelaporan ke dinas kesehatan sehingga
pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pasien dapat terlaksana dan
pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang tepat dan efisien.

31
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2016. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia Nomor 44 tahun
2016 Tentang Pedoman manajemen puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2014. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 75 tahun
2014 tentang pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2012. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 37 tahun
2012 tentang penyelenggaraan laboratorium pusat kesehatan masyarakat. Jakarta:
Kemenkes RI

Mulyono, B. 2015. Manajemen Laboratorium: penentuan strategik prioritas pelayanan


laboratorium klinik menggunakan teknik sfas (strategic factors analysis summary)
bersarana acuan swot. Bagian/SMF Patologi Klinik FK. UGM/RSUP DR Sardjito,
Yogyakarta. Viewed on 01 september 2018. From:http//www. Journal.unair.ac.id/

Pratiwi, D. Maharani, C. 2013. Pengelolaan limbah medis padat pada puskesmas


kabupaten pati. / KEMAS 9 (1) (2013) 74-84. Viewed on 01 september 2018.
From:http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

Puskesmas Mamboro. 2016. Profil Kesehatan Puskesmas Mamboro. Palu : Puskesmas


Mamboro

32
LAMPIRAN

Gambar 1. Ruangan
Laboratorium tampak luar. Tampak tempat penerimaan pot
dahak disebelah kanan.

Gambar 2. Tampak meja pemeriksaan

33
Gambar 3. Tampak jendela sebagai ventilasi ruangan lab.

Gambar 4 dan 5. Tampak refrigator dan


lemari alat

34
Gambar 6 dan 7. Tampak
spektrofotometri, alat kimia darah, mikroskop, dan alat hematologi.

Gambar 8.
Tampak
tempat cuci alat.

35
Gambar 9. Tampak tempat pembuangan disposable syringe.

Gambar 10. Tampak tempat sampah infeksisus dan non infeksius.

Gambar 10.
Alat

pengolahan limbah cair

36

Anda mungkin juga menyukai