“DIABETES MELLITUS”
DISUSUN OLEH:
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan golongan penyakit metabolik,
penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia yaitu tingginya kadar gula dalam
darah. DM termasuk kedalam golongan penyakit mayor di dunia karena dapat
menimbulkan komplikasi yang tinggi. Komplikasi dari penyakit DM meliputi
kemungkinan kebutaan, amputasi ekstremitas bawah, gagal ginjal, serangan
jantung dan stroke. (Okur, et al. 2017)
Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan beban
penyakit cukup tinggi karena menyebabkan disabilitas dan kematian.
Prevalensi diabetes di dunia pada tahun 2010 mengenai usia 20 – 70 tahun
sebesar 6,4% (285 juta), hal ini diperkirakan akan meningkat 7,7% (439 juta)
pada tahun 2030. Peningkatan prevalensi DM terutama disebabkan perilaku
dan gaya hidup tidak sehat. (Isfandari & Miharja, 2013)
Diabetes Mellitus termasuk kedalam penyakit tidak menular (PTM), yang
merupakan penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM
mempunyai durasi yang panjang dan umumnya berkembang lambat. Empat
jenis PTM utama menurut WHO 2010 adalah penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma
dan penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes. (Riskesdas, 2013)
Menurut data Riskesdas pada tahun 2013 prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%). Prevalensi
diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa
Tenggara Timur 3,3 persen. (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Palu tahun 2016 penyakit DM
masuk kedalam peringkat 10 penyakit terbanyak pada kategori penyakit tidak
menular. Jumlah penderita DM pada tahun 2016 adalah 3.045 penderita, yang
2
diantaranya 1.355 laki-laki, dan 1.690 terjadi pada perempuan. Menurut data
dari puskesmas Mamboro, jumlah penderita DM pada bulan Januari – Juli
tahun 2018 kasus lama dan baru sebanyak 158 penderita.
B. Tujuan
1. Sebagai syarat penyelesaian tugas akhir dan ujian dibagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Tadulako.
2. Sebagai gambaran penyakit Diabetes Mellitus (DM) di lingkungan
wilayah kerja Puskesmas Mamboro.
3
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
4
Kesehatan urgency dikeluarkan
X (Hipertensi) 3 3 2 8
Y (Tuberkulosis) 3 3 3 9
Z (DM) 2 2 3 7
Nilai 1-4 :tidak gawat Nilai 5-7: tidak terlalu gawat (sedang)
Nilai 8-10: gawat
PENETAPAN NILAI
HIPERTENSI
NPD : (A+B) C = (8+8) 4= 16x4 = 64
NPT : (A+B) CxD = (8+8) 4x1 = 16x4 = 64
TUBERKULOSIS
NPD : (A+B) C = (6+9) 2 = 15x2 = 30
NPT : (A+B) CxD = (6+9) 2x1 = 15x2 =30
DM
NPD : (A+B) C = (7+7) 3 = 14x3 =42
NPT : (A+B) CxD = (7+7) 3x1 = 14x3 =42
KESIMPULAN
Masalah A B C NPD D NPT Prioritas
5
kesehatan (PEARL)
Hipertensi 8 8 4 64 1 48 1
Tuberkulosis 6 9 2 30 1 14 3
DM 7 7 3 42 1 36 2
2.2 Kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.H
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam
Alamat : Mamboro, Jl. Bayu Kompleks Pasar
Tanggal Pemeriksaan : 12 September 2018
B. Deskripsi Kasus
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penurunan berat badan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan berusia 46 tahun mengeluh berat badannya turun
dari 65 kg menjadi 40 kg, penurunan BB disertai tidak adanya nafsu
makan, biasanya pasien makan 3x dalam sehari namun akhir-akhir ini
makan 1-2x sehari, pasien juga mengeluh sering keram-keram pada
tangan dan kaki yang muncul biasanya saat pagi hari, selain itu buang
air kecil dengan frekuensi lebih dari tiga kali pada malam hari dan
6
sering merasa kehausan. Pasien juga merasa lemas dan tidak bertenaga.
Keluhan ini dirasakan sejak dua tahun yang lalu dan pasien mengatakan
sudah ada perbaikan setelah melakukan pengobatan walau saat
pemeriksaan gula darah tiap bulannya naik turun. BAB dalam batas
normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami riwayat penyakit DM (+) sudah sejak tahun
2016 dan masih sedang mengonsumsi obat.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien Ibunya menderita penyakit gula.
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien makan 1-2 kali sehari, makan saat terasa lapar, kadang jika
lapar tidak makan, makanan yang dikonsumsi biasanya nasi putih
dengan ikan dan sayur.
Saat pasien belum mengetahui penyakit DM ia sering
mengonsumsi makanan dan minuman yang manis yaitu teh manis dan
kue, namun sekarang sudah berusaha untuk menguranginya.
Pasien tinggal bersama tiga orang anaknya di rumah. Rumah terdiri
dari ruang tamu, 1 kamar tidur, dapur dan 1 kamar mandi yang berada
dalam rumah. Lantai rumah terbuat keramik, dinding rumah dari tembok
dan kayu. Ruang tamu, kamar dan dapur memiliki jendela dan
pencahayaan yang cukup.
Sumber air yang dipakai untuk sehari-hari adalah dari Sumur Bor.
Sedangkan untuk minum, pasien menggunakan air galon.
Sumber listrik dari PLN, sampah dibuang pada tempat sampah di
halaman belakang rumah dan dibuang ke tempat pembuangan sampah
umum di lingkungan tersebut saat tempat sampah telah terisi penuh.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal bertiga di rumahnya, ia memiliki hubungan yang
baik dengan saudara lainnya dan berkomunikasi dengan orang-orang
7
disekitarnya. Pasien bekerja sebagai pedagang, ia merupakan penjual kue
dan sayur di pasar, penghasilannya dalam satu minggu ± 500.000.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : Sakit sedang Berat Badan : 40 kg
Tingkat Kesadaran : Composmentis Tinggi Badan : 150cm
Status Gizi : Gizi kurang IMT : 17.7 kg/m2
Pemeriksaan Penunjang
Hasil GDS satu bulan lalu 296 mg/dl.
Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus tipe 2
Terapi
Medikamentosa :
Metformin 500 mg 3x1 tab
Glimepirid 2 mg 2x1 tab
Non medikamentosa :
Menghindari makanan dan minuan yang manis –manis khususnya
makanan dan minuman yang disertai dengan pemanis buatan
Istirahat yang cukup.
Olahraga teratur , 4 -5 kali seminggu seama kurang lebih 30 menit ( total
durasi minimal 150 menit/minggu)
Pasien disarankan berobat teratur dan memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas
2.3 Analisis Kasus
Pasien merupakan seorang pedagang kue, sebelum mengalami
penyakit DM ia sering mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis,
serta adanya riwayat DM dalam keluarga.
8
2. Faktor resiko apa saja yang mempengaruhi masalah DM di Wilayah
kerja Puskesmas Mamboro?
3. Bagaimana pelaksanaan program puskesmas terkait DM di Wilayah
kerja Puskesmas Mamboro?
9
BAB III
PEMBAHASAN
10
perilaku pada kasus ini yaitu sebelum pasien menderita DM ia juga sering
mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis seperti kue, dan teh manis.
Genetik/keturunan merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawa sejak lahir, misalnya golongan penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus dan asma bronchiale. Seorang yang menderita Diabetes Mellitus diduga
mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes merupakan gen resesif.
Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita
Diabetes Mellitus. DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor
mental Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.
Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2 akan meningkat dua sampai enam
kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini. (Fatimah,
2015)
Penelitian pada pasangan kembar juga membuktikan bahwa peranan
komponen genetik relatif kuat. Apabila salah satu dari pasangan kembar identik
menderita diabetes, maka peluang seumur hidup saudara kembarnya terkena
diabetes adalah >90%, sedangkan untuk pasangan kembar tidak identik hanya 25-
50%. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM
berisiko 6 kali untuk menderita diabetes dibandingkan orang yang tidak memiliki
riwayat keluarga menderita DM. Hal ini selaras dengan penelitian Alfiah di
Rumah Sakit Dr.Kariadi yang membuktikan bahwa orang yang memiliki riwayat
keluarga DM memiliki risiko sebesar 3 kali untuk menderita DM dibandingkan
yang tidak. (Kusnadi, dkk. 2017)
Banyaknya jumlah penderita DM dari kaum perempuan disebabkan
karena perempuan lebih beresiko terkena DM dari pada laki-laki, hal itu
dikarenakan perempuan mempunyai peluang lebih besar pada peningkatan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome) pasca
menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi
akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beresiko menderita DM tipe 2.
Apabila indeks masa tubuh wanita semakin gemuk maka resiko terkena DM akan
semakin tinggi, dan apabila indeks masa tubuh wanita semakin kurus maka resiko
terkena DM juga semakin berkurang Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 21%
11
responden memiliki riwayat garis keturunan DM dari ayah, 54,9% responden
memiliki riwayat garis keturunan DM dari ibu dan 23,5% memiliki riwayat garis
keturunan DM dari ayah dan ibu. Penelitian menemukan bahwa jika didapati salah
satu orangtua menderita DM maka resiko untuk menderita DM adalah sebesar
15%, jika kedua orangtua memiliki DM maka resiko untuk menderita DM
meningkat menjadi 75%. (Santosa, dkk. 2017)
Pada pasien ini selain dilakukan diet untuk menghindari makanan yang
manis pasien juga diberikan terapi medikamentosa yaitu, metformin 500 mg, dan
Glimepirid 2mg. Pasien disarankan untuk melakukan kontrol ke Puskemas untuk
memeriksakan kadar gua darahnya dan mengonsumsi obatnya secara teratur.
Pola makan merupakan asupan makanan yang memberikan berbagai
macam jumlah, jadwal dan jenis makanan yang didapatkan seseorang. Pengaturan
pola makan yang tidak tepat seperti yang dianjurkan 3J (Jadwal, Jumlah dan
Jenis) dapat mengakibatkan peningkatan kadar gula darah. Pola makan yang baik
harus dipahami oleh para penderita DM dalam pengaturan pola makan sehari-hari.
Pola ini meliputi pengaturan jadwal bagi penderita DM yang biasanya adalah 6
kali makan per hari yang dibagi menjadi 3 kali makan besar dan 3 kali makan
selingan. Adapun jadwal waktunya adalah makan pagi pukul 06.00-07.00,
selingan pagi pukul 09.00-10.00, makan siang pukul 12.00-13.00, selingan siang
pukul 15.00-16.00, makan malam pukul 18.00-19.00, dan selingan malam pukul
21.00-22.00. Jumlah makan (kalori) yang dianjurkan bagi penderita DM adalah
makan lebih sering dengan porsi kecil sedangkan yang tidak dianjurkan adalah
makan dalam porsi yang besar, seperti makan pagi (20%), selingan pagi (10%),
makan siang (25%), selingan siang (10%), makan malam (25%), selingan malam
(10%). Jenis makanan perlu diperhatikan karena menentukan kecepatan naiknya
kadar gula darah. Penyusunan makanan bagi penderita DM mencakup
karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran. Penderita DM biasanya
cenderung memiliki kandungan gula darah yang tidak terkontrol. Kadar gula
darah akan meningkat dratis setelah mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat dan/atau gula. Oleh karena itu, penderita DM perlu
12
menjaga pengaturan pola makan dalam rangka pengendalian kadar gula darah
sehingga kadar gula darahnya tetap terkontrol. (Susanti & Bistara, 2018).
Asupan makronutrien yang sering dikaitkan dengan DM adalah
karbohidrat dan lemak, namun sebenarnya protein juga memiliki peranan dalam
peningkatan risiko DM. Penelitian prospektif telah membuktikan bahwa makanan
tinggi protein, terutama protein hewani dapat meningkatkan risiko DM. Penelitian
lain juga membuktikan bahwa penurunan asupan protein dapat menurunkan kadar
glukosa darah dengan baik pada penderita diabetes di Amerika. Asupan lemak
yang berlebihan dapat mengganggu toleransi glukosa dan sensitivitas insulin.
Peningkatan asam lemak bebas dalam tubuh dapat mengganggu aktivitas insulin,
penurunan glucose uptake, glikolisis, sintesis glikogen dan oksidasi karbohidrat,
penurunan asupan lemak total, asam lemak jenuh, dan asam lemak tak jenuh dapat
mengontrol kadar glukosa darah dengan baik pada penderita diabetes. Asupan
karbohidrat merupakan asupan yang sangat erat kaitannya dengan DM karena
dalam proses metabolisme karbohidrat akan dipecah menjadi monosakarida
terutama glukosa sehingga jika dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan
kadar glukosa darah dan meningkatkan sekresi insulin. Sekresi insulin yang tidak
mencukupi dan resistensi insulin yang terjadi pada DM menyebabkan
terhambatnya proses penggunaan glukosa oleh jaringan sehingga terjadi
peningkatan glukosa di dalam aliran darah. (Kusnadi, dkk. 2017)
Di Puskesmas Mamboro pasien yang datang dengan keluhan yang
memiliki gejala DM dilakukan pemeriksaan GDS maupun GDP jika hasilnya
didapatkan dengan diagnosis DM maka langsung diberikan pengobatan sekaligus
edukasi tentang pasien dengan DM. Untuk program khusus DM itu sendiri sudah
ada di wilayah kerja puskesmas Mamboro yang tercakup dalam program
penanganan Penyakit Tidak Menular (PTM). Dalam pelaksanaannya, program
pencegahan Penyakit Tidak Menular melaksanakan pengamatan penyakit tidak
menular yang bukan hanya DM, tapi juga penyakit lain seperti kanker, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit gigi, pengumpulan, penyusunan, dan penyebarluasan
infromasi faktor risiko penyakit tidak menular; pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko; dan pengorganisasian partisipasi masyarakat lokal dalam promosi
13
gaya hidup sehat yang berhubungan dengan pencegahan penyakit tidak menular.
Selain itu, untuk masyarakat dengan DM dilakukan promosi kesehatan ataupun
edukasi secara individu pada saat pasien ke puskesmas ataupun pada saat
dilakukan Posbindu dan juga dilakuskan promosi kesehatan tentang penyakit-
penyakit yang banyak diderita oleh warga setempat.
Promosi kesehatan dilakukan secara individu dan berkelompok kepada
pasien yang mengeluh dengan gejala DM. Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang DM dan juga jarangnya kunjungan ke Puskesmas untuk berobat menjadi
kendala yang umum didapatkan pada penderita DM di Puskesmas Mamboro.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 KESIMPULAN
1. DM merupakan penyakit metabolik yang dapat meningkatkan kadar
gula didalam darah yang memiliki komplikasi jangka panjang yang
berbahaya.
2. Terjadinya penyakit dapat disebabkan adanya ketidakseimbangan
variabel yang dikemukakan oleh Bloom yaitu Genetik, Perilaku,
Lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
3. Faktor dominan yang teridentifikasi pada pasien dalam kasus ini
adalah faktor perilaku.
1.2 SARAN
Saran yang bisa diberikan mengacu pada Five Level Prevention
1. Promosi kesehatan (health promotion)
Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
Penyuluhan pada lansia yang memiliki faktor resiko penyakit DM
tipe 2.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit
tertentu (general and specific protection)
Mengurangi makanan yang banyak mengandung gula atau
mengonsumsi cemilan yang manis
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat (early diagnosis and prompt treatment)
Petugas kesehatan diharapkan dapat mendiagnosis secara dini dan
memberikan pengobatan segera tentang DM
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
Petugas kesehatan diharapkan dapat mencegah terjadinya komplikasi
yang buruk seperti kaki diabetic.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
15
Pada tingkat ini, pasien diberikan konseling tentang pola hidup pasien
DM terutama pola makan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
18
Gambar 4. Tampak kamar tidur
19
Gambar 6. Tampak tempat cuci piring dan pintu kamar mandi.
20