Anda di halaman 1dari 4

Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dengan Gangguan Jiwa

 Defini komunikasi terapeutik


Suatu proses komunikasi yang di lakukan oleh perawat dan pasien yang memiliki tujuan untuk
kesembuhan pasien.

 Definisi gangguan jiwa


Menurut Yoseph (2007), dari berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan jiwa
adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik,
maupun dengan mental.

Jadi komunikasi terapeutik pada pasien dengan gangguan jiwa adalah


Kemampuan/keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress,
mengatasi gangguan psikologis & belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.

 Tujuan komunikasi pada pasien jiwa


- Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada.
- Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri
 Trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa
Disini kami mengambil hanya beberapa contoh saja:
1. Pada pasien halusinasi
Perbanyak aktivitas komunikasi, baik memita klien berkomunikasi dengan klien lain maupun
dengan perawat, pasien halusinasi terkadang menikmati dunianya & harus sering dialihkan
dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah
Harus banyak diberikan reinforcement/penguatan: konsep diri, motivasi, support system,
psikologis dll.
3. Pada pasien menarik diri/isolasi sosial
Harus sering dilibatkan dalam aktivitas kelompok/kegiatan yang bersama-sama dilakukan,
ajari dan contohkan cara berkenalan & berbincang dgn klien lain, beri penjelasan manfaat
berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Pada pasien perilaku kekerasan
Harus direduksi atau ditenangkan dengan obat-obatan sebelum kita support dengan terapi
lain, jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi
korban.
 komunikasi terapeutik dalam keperawatan jiwa berdasarkan masalah pasien
1. Klien dengan masalah perilaku kekerasan
a. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis.
b. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan perilaku kekerasan
1. Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda, dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik
 Latihan cara fisik 1: tarik napas dalam untuk mengontrol penyebab perasaan marah lalu
masukan ke dalam jadwal harian pasien
2. Evaluasi kegiatan strategi pelaksanaan 1
 Latihan cara fisik 2: pukul kasur dan bantal
3. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
 Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik;
 Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, mengungkapkan
perasaan dengan baik;
4. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
 Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan
sosial/verbal;
 Latihan secara spiritual: berdo, sholat, mengaji dll
5. Latihan mengontrol perilaku kekerasan denngan obat:
 Evaluasi kegiatan yang lalu
 Latih pasien minum obat secara teratur denngan prinsip 5 benar (benar pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu, dan benar dosis)
 Susun jadwal minum obat secara teratur

2. Klien dengan masalah harga diri rendah


a. Pengertian

harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan
akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.

b. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan harga diri rendah


1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang sudah dipilih daan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian
2. Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

3. klien dengan masalah halusinasi


a. Pengertian
halusinasi adalah suatu gejala ganguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi,
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada.

b. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan halusinasi


1. Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi,
mengajarkan pasien mengontrol halu sinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi.
 "Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya
tidak mau dengar,...saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba C peragakan! Nah begitu,... bagus! Coba
lagi! Ya bagus D sudah bisa."
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: Bercakap-cakap dengan orang
lain.
 "Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
D. Contohnya begini:... tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan
saya! Atau kalau ada orang di rumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol
dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti itu. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!"
3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: Melaksanakan aktivitas terjadwal.
 "Apa saja yang biasa Dlakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya? Terus jam berikutnya?"
(terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). "Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini!" (latih kegiatan tersebut).
"Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini dapat D lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam
ada kegiatan."
4. Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
 "Assalamualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih? Apakah jadwal
kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat?" "Baik, hari ini
kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi
selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?"
 "D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-suara itu
berkurang/hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar
dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi."
"Berapa macam obat yang D minum?" (Perawat menyiapkan obat pasien) "Ini yang
warna orange (CPZ) 3 kali sehari diminum jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam,
gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)diminum 3 kali
sehari jamnya sama, gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah
jambu (HP) 3 kali sehari jam minumnya sama, gunanya untuk pikiran biar tenang."
"Jika suara-suara sudah hilang, minum obatnya tidak boleh dihentikan. Nanti.
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, Dakan kambuh dan sulit
untuk mengembalikan pada keadaan semula."
Kalau obat habis, D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. Djuga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus
memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga
harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10
gelas per hari!"

4. Klien dengan masalah isolasi social


a. Pengertian

isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengaami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak di
terima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti bagi orang lain.

b. Strategi pelaksanaan komunikasi pasien dengan isolasi sosial


1. Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
membantu pasien mengenal keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
2. Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap, berkenalan dengan perawat lain yang ada
disana atau bahkan dengan pasien yang ada disana juga.

 Hasil analisa video

 Referensi
Damaiyanti, M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika
Aditama

Anda mungkin juga menyukai