Oleh
ATIKA RIZKIA
NPM. 214117009
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipersembahkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas Literature Review yang berjudul “Terapi Spiritual Untuk Depresi Lansia”
Dalam penyususnan Literature Review yang berjudul “Terapi Spiritual
Untuk Depresi Lansia” ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ns.
Khrisna Wisnusakti, S.Kep. M.Kep. selaku dosen pembimbing lapangan di stase
Keperawatan Jiwa.
Penulis menyadari bahwa penulisan Literature Review ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan untuk perbaikan kesempurnaan. Semoga bermanfaat bagi pihak
yang memerlukan dan bagi siapa aja yang membacanya amiin.
Penulis
2
BAB 1
PENDAHUUAN
1. Latar Belakang
Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60
tahun atau lebih, secara global pada tahun 2013 proporsi dari populasi
penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah 11,7 % dari total populasi
dunia dan diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat seiring dengan
peningkatan usia harapan hidup. Data WHO menunjukkan pada tahun
2000 usia harapan hidup orang di dunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012
naik menjadi 70 tahun dan pada tahun 2013 menjadi 71 tahun (WHO,
2015).
Tahapan usia lanjut menurut teori Erik Erikson tahun 1963 dalam
(Prasetya, 2010) merupakan tahap integrity versus despair, yakni individu
yang sukses dalam melampaui tahap ini akan dapat beradaptasi dengan
keterbatasan yang dimilikinya, bertambah bijak menyikapi pross
kehidupan yang dialaminya, sebaliknya mereka yang gagal maka akan
melewati tahap ini dengan penuh stress, rasa penolakan, marah dan putus
asa terhadap kenyataan yang dialaminya.
Menurut World Health Organization (WHO) (2012) depresi adalah
gangguan mental yang umum , ditandai dengan kesedihan, kehilangan
minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau harga diri yang rendah,
susah tidur atau nafsu makan, perasaan kelelahan, dan kurang konsentrasi.
Depresi menyerang hampir semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi,
ras, dan budaya. Depresi terus menjadi masalah kesehatan mental yang
serius pada lansia meskipun pemahaman kita tentang penyebab dan
perkembangan pengobatan farmakologis dan psikoterai sudah sedemikian
maju (Stanley & Gauntlett, 2007).
3
Gangguan depresi sering ditemui pada lansia prevalensi selama
kehidupan, pada wanita 10%-25% dan pada laki-laki 5%-12% dan sekitar
15% penderita depresi melakukan usaha bunuh diri. walaupun depresi
paling sering pada wanita, kejadia bunuh diri lebih sering terjadi pada laki-
laki usia muda dan tua. Prevalensi depresi yang dialami lansia bervariasi
bergantung pada situasi, mengenai lebih dari 20% lansia yang tinggal
didaerah komunitas, 25% lansia berada di rumah sakit dan 40% lansia
penghuni panti werdha. Gejala biologis depresi pada lanjut usia adalah
perubahan pola tidur ( terutama penurunan jumlah tidur dan bangun pada
dini hari), penurunan nafsu makan dan berat badan, perubahan mood yang
bervariasi dalam sehari (terutama memburuk pada pagi hari) (Mustiadi,
2014)
2. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi lansia
b. Untuk mengetahui apa itu depresi pada lansia
c. Untuk mengetahui pengaruh terapi spiritual untuk depresi pada lansia
3. Manfaat
a. Mengetahui definisi lansia
b. Mengetahui apa itu depresi pada lansia
c. Mengetahui pengaruh terapi spiritual untuk depresi pada lansia
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan
yang mengalami perubahan anatomi, fisiologi, dan biokimia pada jaringan
atau organ yang akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan
secara keseluruhan (Fatimah, 2010). Lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.
Perubahan ini akan memberi pengaruh pada seluruh aspek kehidupan,
termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan manusia lanjut perlu
mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan
agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan
kemampuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam
pembangunan (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 dalam
Fatimah, 2010).
b. Klasifikasi Lansia
Menurut Mariam dkk (2012), dalam bukunya “Mengenal Lanjut
Usia Dan Perawatannya” menyebutkan bahwa klasifikasi lansia sebagai
berikut ini:
1) Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3) Lansia risiko tinggi
Seseorang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60
tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
5
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain
6
4) Penuaan pada Sistem Neurologis
Perubahan struktural yang paling terlihat pada otak itu sendiri,
walaupun bagian lain dari SSP juga terpengaruh. Perubahan ukuran
otak yang diakibatkan oleh atrofi girus dan dilatasi sulkus dan
ventrikel otak.
5) Penuaan pada Sistem Kardiovaskular
Meningkatnya usia, jantung dan pembuuh darah mengalami perubahan
baik struktural maupun fungsional. Penurunan yang terjadi berangsur-
angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas,
yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi
6) Penuaan pada Sistem Pulmonal
perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan turut berperan
terhadap perubahan fungsional pulmonal
7) Penuaan pada Sistem Endrokin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LHM, aktivitas tiroid,
basal metabolik rate (BMR), daya pertukaran gas, produksi aldosteron,
serta sekresi hormon kelamin seperti progesteron, estrogen, dan
testosteron.
8) Penuaan pada Sistem Renal dan Urinaria
Sejumlah perubahan dalam penuaan nefron dan sistem sirkulasi yang
mempengaruhi proses pertukaran telah diketahui. Dalam nefron,
perubahan terjadi dalam glomerulus dan sistem tubular
9) Penuaan Sistem Gastrointestinal
enuaan terlihat pada rongga mulut dimana gigi yang mulai tanggal
akibat hilangnya tulang penyokong pada permukaan periosteal dan
peridontal.
7
2. Religiusitas
a. Pengertian Religiusitas
Religiusitas adalah keberagamaan yaitu suatu keadaan yang ada
didalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai
dengan kadar ketaatanya terhadap agama (Jalaludin, 2003 dalam Rifqi,
2011). Menurut Daradjat (1991) dalam Rifqi (2011), religiusitas
merupakan satu sistem yang kompleks dari kepercayaan keyakinan dan
sikap-sikap dan upacara-upacara yang menghubungkan individu dengan
satu keberadaan atau kepada sesuatu yang bersifat ketuhanan.
b. Fungsi Religiusitas
1) Berfungsi sebagai edukatif
2) Berfungsi sebagai penyelamat
3) Berfungsi sebagai pendamaian
4) Berfungsi sebagai sosial kontrol
5) Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6) Fungsi transformatif
7) Fungsi kreatif
8) Fungsi sublimatif
8
4) Berbagai proses pemikiran verbal atau proses intelektual dimana
faktor ini juga dapat mempengaruhi religiusitas individu.
3. Depresi
a. Pengertian
Depresi adalah keadaan emosional yang ditandai kesedihan yang
sangat, perasaan bersalah dan tidak berharga, menarik diri dari orang lain,
serta kehilangan minat untuk tidur dan melakukan hubungan seks dan hal-
hal lain (Nasir dan Muhith, 2011). Depresi merupakan keadaan mental
yang dicirikan dengan terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam
perasaan yang sedih disertai dengan gejala perubahan pada pola tidur,
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan
(anhedonia), kelelahan, tidak berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri
(Hadianto, dkk. 2014).
b. Etiologi depresi
Depresi tidak memiliki penyebab tunggal. Sebaliknya tamaknya
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis
9
4) Teori-teori kognitif mengemukakan bahwa pengaturan kognitif
negatif lansia dan distorsi interpretasi terhadap diri dan lingkungan
menyebabkan dan memperkuat depresi
5) Ketidakberdayaaan akibat stimuli yang tidak menyenangkan dan yang
menyebabkan hukuman merupakan dasar terjadinya depresi.
6) Neurotransmiter keempat dan disregulasi dan malfungsi
neuroendokrin merupakan penyebab depresi
7) Beberapa penyakit fisik yang sering terjadi pada lansia dapat
menyebabkan gejala-gejala depresi.
10
menghukum, menyampaikan ketertarikan, dan mengizinkan merak
mengungkapkan emosi-emosi yang kuat.
11
konsep dirinya dengan memberikan kesempatan kepada klien untuk
melakukan sesuatu dan melakukan dengan benar.
5) Penatalaksanaan pengobatan
Menggunakan obat antidepresi dan perawat harus mendorong lansia
minum obat sesuai resep, mengingatkan mereka.
6) Modalitas kelompok
Terapi kelompok sering berhasil digunakan diantara lansia karena
bersama dengan orang lain merupakan hal yang penting dalam
proses asuhan dan rehabilitasi depresi berkelanjutan. Berbagai jenis
terapi rehabilitatif sosial mungkin dilakukan : terapi yang berfokus
pada aktivitas dan meningkatkan rasa keterkaitan dengan orang lain,
terapi yang mendorong ingatan atau tinjauan hidup dan oleh karena
itu membantu penyelesaian masalah-masalah yang sama dan
meningkatkan identifikasi dengan pencapaian dimasa lalu, terapi
yang mengajarkan tentang penatalaksanaan kesehatan dan stres,
terapi yang menstimulusi rasa dan perbaikan respon terhadap
lingkungan, terapi yang membantu memenuhi kebutuhan akan
mencintai dan dicintai.
4. Literatur Review
a. Literatur Review 1
Penulis jurnal Parulian Gultom, Hendra Bidjuni, dan Vandri Kallo
judul jurnal Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Depresi Pada
Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Usia Senja Cerah Kota Manado. e-
jurnal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 nomor 2, Agustus 2016. Metode
penelitian menggunakan metode survey analitik dengan pendekaan cross
sectional. Penelitian aktivitas spiritual menunjukkan bahwa terdapat 68%
12
responden di Balai Penyantunan Lanjut Usia (BPLU) Senja Cerah
Manado memiliki aktivitas spiritual tinggi yaitu sebanyak 34 responden.
Depresi pada lansia dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
kehidupan ekonomi mereka yang tidak dijamin oleh keluarga sehingga
mereka harus tetap bekerja, ketakutan mereka untuk diasingkan oleh
keluarga, ketakutan tidak diperdulikan oleh anak-anaknya (Mustiadi,
2014).
Dari hasil yang didapat diatas terlihat bahwa aktivitas spiritual
mempengaruhi tingkat depresi pada lansia menurut Rahman (2010)
dikutip dalam Cahyono (2013) apabila seseorang semakin tumbuh dan
semakin dewasa maka pengalaman dan pengetahuan spiritual tersebut
semakin berkembang karena spiritual berkaitan erat dengan kehidupan
sehari-hari seorang individu.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di BPLU Senja Cerah Manado
dapat di Tarik kesimpulan sebagai berikut: terdapat responden dengan
kategori aktivitas spiritual tinggi pada lansia di BPLU Senja Cerah
Manado. Lansia di BPLU Senja Cerah Manado memiliki tingkat dpresi
ringan. Adanya hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada
lansia di BPLU Senja Cerah Manado.
b. Literatur Review 2
Penulis jurnal Saseno dan Siti Arifah, judul jurnal Efektivitas
Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Tingkat Depresi Lansia Di
Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso Sleman Yogyakarta. Jurnal
keperawatan jiwa volume 2 no.1, Mei 2014; 80-85. Metode penelitian
yang digunakan quasi eksperiment (experiment design) dengan rancangan
penelitian menggunakan non equivalent control group design. Hasil
penelitian yang dilakukan menggambarkan bahwa kelompok eksperimen
dengan analisis data menggunakan uji wilcoxon didapatkan skor Z
sebesar -4,638 dengan nilai p 0.001. Hal ini dapat diartikan bahwa terapi
psikoreligius efektif terhadap penurunan depresi.
13
Karakteristik depresi lansia dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
keaktifan dalam mengikuti kegiatan panti serta faktor internal dari lansia
itu sendiri yang mana diketahui bahwa penghuni panti berasal dari latar
belakang sosial budaya dan ekonomi serta spiritual yang berbeda-beda.
Perbedaan tingkat depresi lansia sebelum diberikan perlakuan dan setelah
mendapat perlakuan dapat digambarkan pada tabel berikut:
c. Literatur Review
Penulis jurnal Arif Nurma Etika, judul jurnal Intervensi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) Menurunkan Depresi Pada Lansia.
NurseLine Journal vol. 1 no. 1 Mei 2016 ISSN 2540-7937. Jenis
penelitian adalah quasi eksperimental dengan menggunakan rancangan
pretest dan posttest design. Pemilihan sampel dalam penelitian adalah
dengan teknik purposive sampling. Pada penelitian didap rerata pretest
kedua kelomok menunjukkan depresi ringan dengan nilai geriatric
14
depression scale (GDS) kelompok kontrol 7,07 dan kelompok intervensi
7,20.
Pada posttest rerata kelompok intervensi nilai GDS 2,67
menunjukkan penurunan dari depresi ringan menjadi tidak depresi (87%),
sedangkan rerata kelompok kontrol 6,93 yaitu tetap pada depresi ringan.
Hasil uji t berpasangan didapatkan nilai p <0,05 yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan nilai GDS sebelum dan sesudah pemberian
terapi SEFT pada lansia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SEFT
berpengaruh menurunkan depresi pada lansia. Oleh karena itu SEFT dapat
digunakan sebagai terapi komplementer dalam keperawatan untuk
menurunkan tingkat depresi pada lansia.
d. Literatur Review 4
Penulis jurnal Runingga Andami Nafa, judul Hubungan Tingkat
Religiusitas Dengan Tingkat Depresi Lansia Beragama Islam Di Panti
Tresna Werdha Budi Mulia 4 Margaguna Jakarta Selatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa untuk tingkat religiusitas 11.0% termasuk ke dalam
kategori baik, 65.5% kategori sedang dan 16,4% kategori buruk.
Sedangkan untuk tingkat depresi 60,7% termasuk ke dalam normal,
27,9% depresi ringan, dan 11,5% depresi berat. Ada hubungan antara
tingkat religiusitas dengan tingkat depresi lansia di PTSW Budi Mulia 4
Margaguna Jakarta Selatan (p value = 0.000 r =0.558).
Analisa Bivariat didapatkan ada Hubungan Tingkat Religiusitas
Dengan Tingkat Depresi terlihat lansia yang rajin dalam melaksanakan
sholat, sholat berjamaan, mengikuti ceramah agama, mengikuti pengajian
lebih tenang dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Mereka lebih rajin
mengikuti kegiatan sehari-hari. Hubungan yang kuat antara tingkat
religiusitas dengan tingkat depresi sejalan dengan teori, dimana fungsi
religiusitas menurut Jalaludin (2004) yaitu fungsi edukatif, fungsi
penyelamat, fungsi perdamaian, fungsi sosial kontrol, fungsi solidaritas,
fungsi transformatif, fungsi kreatif dan fungsi sublimatif.
15
e. Literatur Review 5
Hasil pretest pada kelompok yang diberikan intervensi yang
mengalami stres ringan 17 lansia (94,4%) dan stress sedang 1 lansia
(5,6%). Pada kelompok kontrol semua dinyatakan mengalami stres
ringan sebanyak 18 lansia (100%). Kondisi stres pada mayoritas
responden baik kelompok intervensi dipengaruhi oleh masalah ekonomi
keluarga dan kepergian anak, menyebabkan responden gelisah dan
berpikir terlalu berat, terutama yang peran ganda yaitu sebagai kepala
keluarga dan tulang punggung keluarga yang harus memenuhi kebutuhan
sendiri dan rumah tangga tanpa kehadiran suami, sehingga memicu
responden harus berusaha menghadapi masalah sendirian, maka akan
timbul stres.
Mayoritas responden mengalami stress ringan dan terdapat
penurunan tingkat stress pada kelompok intervensi dengan jumlah
penurunan lebih besar dari pada penurunan pada kelompok kontrol.
Terapi religi khususnya zikir dan doa efektif terhadap penurunan tingkat
stres pada lansia janda di Posyandu Choirunisa desa Buntalan Klaten
Tengah, Klaten.
16
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Depresi merupakan keadaan mental yang dicirikan dengan
terganggunya fungsi normal tubuh, suasana alam perasaan yang sedih disertai
dengan gejala perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, tidak dapat menikmati kesenangan (anhedonia), kelelahan, tidak
berdaya, rasa putus asa, dan ide bunuh diri.
Depresi tidak memiliki penyebab tunggal. Sebaliknya tamaknya
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis.
2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18