Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh:
SITI NUR ROKHIMAH
2211040060

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial
II. PROSES TERJADINYA MASALAH (PSIKOPATOLOGI)
A. Definsi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan
orang lain disekitarnya (Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011). Isolasi sosial juga
merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat didorong
oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam
(NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).
Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial merupakan upaya
Klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari
hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain
(Trimelia, 2011).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan


seseorang yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian
dan tidak mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama
B. Tanda dan Gejala
Menurut Sukaesti, (2019), tanda dan gejala yang dimilki isolasi
sosial adalah sebagai berikut :
1. Wajah murung
2. Sulit tidur
3. Gelisah
4. Lemah
5. Kurang bergairah
6. Malas beraktifitas
7. Menarik diri
8. Menjauhi orang lain
9. Tidak atau jarang melakukan komunikasi tidak ada kontak mata
10. Kehilangan minat
11. Malas melakukan kegiatan sehari-sehari atau aktivitas sosial
12. Berdiam diri di kamar
13. Menolak hubungan dengan orang lain
14. Tidak mau menjalin persahabatan
C. Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial

Karena isolasi sosial adalah status subjektif, semua pengaruh


yang membuat perasan seseorang menjadi kesepian harus divalidasi
karena penyebabnya bervariasi dan individu menunjukkan kesepiannya
dalam cara yang berbeda-beda (Carpenito-Moyet, 2007). Keadaan
isolasi sosial dapat diakibatkan dari berbagai situasi, dan masalah
kesehatan yang berhubungan dengan kehilangan hubungan yang telah
terbentuk atau kegagalan untuk mempertahankan hubungan ini
(Carpenito-Moyet, 2007). Penyebab dari isolasi sosial adalah harga diri
rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan
diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya
perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri
kurang dan juga dapat mencederai diri, (Carpenito, 2007).
1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, Diturunkan melalui
kromosom orangtua (kromosom keberapa masih dalam
penelitian). Diduga kromosom no.6 dengan kontribusi genetik
tambahan nomor 4, 8, 15 dan 22. Pada anak yang kedua
orangtuanya tidak menderita, kemungkinan terkena penyakit
adalah satu persen. Sementara pada anak yang salah satu
orangtuanya menderita kemungkinan terkena adalah 15%. Dan
jika kedua orangtuanya penderita maka resiko terkena adalah
35 persen.
2) Kembar indentik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar fraterna berisiko mengalami gangguan 15%
3) Riwayat janin saat pranatal dan perinatal trauma, penurunan
komsumsi oksigen pada saat dilahirkan, prematur, preeklamsi,
malnutrisi, stres, ibu perokok, alkhohol, pemakaian obat-
obatan, infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. Anak yang
dilahirkan dalam kondisi seperti ini pada saat dewasa (25
tahun) mengalami pembesaran ventrikel otak dan atrofi kortek
otak.
4) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
5) Keadaan kesehatan secara umum: obesitas, kecacatan fisik,
kanker, inkontinensia sehingga menjadi malu, penyakit
menular AIDS.
6) Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena
infeksi dan trauma kepala serta radiasi dan riwayat
pengobatannya. Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin
neurotransmitter.
7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada
trimester 3 kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos
karena mengganggu fisiologi otak.
b. Psikologis
1) Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang
menyebabkan suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana
lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif sehingga
anak mempunyai intelegensi dibawah rata-rata dan
menyebabkan kurangnya kemampuan menerima informasi dari
luar.
2) Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak
mampu berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal),
gagap, riwayat kerusakan yang mempunyai fungsi bicara,
misalnya trauma kepala dan berdampak kerusakan pada area
broca dan area wernich.
3) Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral individu, misalnua keluarga broken
home, ada konflik keluarga ataupun di masayarakat.
4) Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan yang tinggi dan menutup diri.
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
a) Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang
mengambil jarak dengan anaknya, penilaian negatif yang
terus menerus
b) Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan
c) Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
d) Konflik orang tua, disfungsi sistem keluarga
e) Kematian orang terdekat, adanya perceraian
f) Takut penolakan sekunder akibat obesitas, penyakit
terminal, sangat miskin dan pengangguran.
g) Riwayat ketidakpuasan yang berhubungan dengan
penyalahgunaan obat, perilaku yang tidak matang, pikiran
delusi, penyalahgunaan alkhohol
6) Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah,
identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif.
7) Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya
pernghargaan.
8) Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang
rendah, riwayat gangguan perkembangan sebelumnya.
9) Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk
menyendiri.
c. Sosial Budaya
1) Usia: Ada riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender: Riwaya ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran
gender
3) Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah
atau gagal sekolah
4) Pendapatan: penghasilan rendah
5) Pekerjaan: stressfull dan berisiko tinggi
6) Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan
kontak sosial, misalnya pada lansia)
7) Latar belakang budaya: tuntutan sosial budaya tertentu adanya
stigma masyarakat, budaya yang berbeda (bahasa tidak
dikenal)
8) Agama dan keyakinan: Riwayat tidak bisa menjalankan
aktivitas keagamaan secara rutin
9) Keikutsertaan dalam politik: Riwayat kegagalan berpolitik
10) Pengalaman sosial: perubahan dalam kehidupan, misalnya
bencana, kerusuhan. Kesulitan dalam mendapatkan oekerjaan
dan ketidakutuhan keluarga
11) Peran sosial: isolasi sosial: khususnya usia lanjut, stigma
negatif dari masyarakat, praduga negatif dan stereotipi,
perilaku sosial tidak diterima oleh masyarakat.
2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Biologi:
a) Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi
otak (enchepalitis) atau trauma kepala yang mengakibatkan
lesi daerah frontal, temporal dan limbic sehingga terjadi
ketidakseimbangann dopamin dan serotonin
neurotransmitter
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai
dengan penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia
nervosa yang berdampak pada pemenuhan glukosa di otak
yang dapat mempengaruhi fisiologi otak terutama bagian
fungsi kognitif
c) Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas,
kecatatan fisik, kanker dan pengobatannya yang dapat
menyebabkan perubahan penampilan fisik
d) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang
dapat mempengaruhi metabolisme di otak sehingga
mempengaruhi fisiologis otak
2) Psikologis
a) Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan
struktur di lobus frontal dan terjadi suplay oksigen dan
glukosa terganggu sehingga mempengaruhi kemampuan
dalam memahami informasi
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap,
mengalami kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang
dapat mempengaruhi moral: lingkungan keluarga yang
broken home, konflik atau tinggal dalam lingkungan dengan
perilaku sosial yang tidak diharapkan
d) Konsep diri: Harga diri, perubahan penampilan fisik
e) Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk
menyendiri
f) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan
yang tinggi, menutup diri
3) Sosial budaya
a) Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian
tugas perkembangan dengan usia, atau terjadi perlambatan
dalam penyelesaian tugas perkembangan
b) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas
dan kegagalan peran gender (model peran negatif)
c) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus
sekolah dan gagal sekolah
d) Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak
bekerja (PHK)
e) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan
terakhir tidak mempunyai pendapatan atau terjadi
perubahan status kesejahteraan
f) Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak
mempunyai sistem pendukung
g) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di
masyarakat yang tidak diharapkan
h) Kegagalan dalam bepolitik: kegagalan dalam berpolitik
i) Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan;
perang, bencana, kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan,
kesulitan mendapatkan pekerjaan
j) Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial,
diskriminasi dan praduga negatif, ketidakmampuan untuk
mempercayai orang lain
a. Origin
Internal: Kegagalan persepsi individu terhadap sesuatu
yang diyakini dalam hubungan sosial
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial dan dukungan
masyarakat pada klien untuk melakukan hubungan
sosial
b. Time
1) Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak
tepat
2) Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara
bertahap
c. Number
1) Sumber stress lebih dari satu (banyak)
2) Stress dirasakan sebagai masalah yang berat
III. DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN
A. Data (Subjektif & Objektif) Dan Masalah Keperawatan
a. Data subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Klien merasa bosan
4. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5. Klien merasa tidak berguna
b. Data objektif
1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan
2. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang
6. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7. Ekspresi wajah tidak berseri
8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
c. Pohon Masalah

B. Data Yang Perlu Dikaji Lebih Lanjut


Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri.
2. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
1. Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
2. Tujuan khusus
a. TUK 1
Dapat membina hubungan saling percaya
(1) Kriteria hasil:
Setelah pertemuan, pasien dapat menerima kehadiran perawat. Pasien
dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya saat ini secara
verbal:
a. Mau menjawab salam
b. Ada kontak mata
c. Mau berjabat tangan
d. Mau berkenalan
e. Mau menjawab pertanyaan
f. Mau duduk berdampingan dengan perawat
g. Mau mengungkapkan perasaannya
(2) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
a. Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Buat kontrak interaksi yang jelas
f. Jujur dan menepati janji
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
h. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
i. Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak
menjawab
j. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
k. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien

Anda mungkin juga menyukai