Anda di halaman 1dari 12

A.

Pengertian

Halusinasi merupakan suatu kondisi individu menganggap jumlah

serta pola stimulus yang datang ( baik dari dalam maupun dari luar ) tidak

sesuai dengan kenyataan, disertai distorsi dan gangguan respon terhadap

stimulus tersebut baik respon yang berlebihan maupun yang kurang

memadai ( Townsend, 2010).

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu

berupa suara, penglihatan, pengecapan perubahan atau penghiduan. Pasien

merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, Akemat, 2010).

Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indra tanpa

adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2005 ; Laraia,

2009).

B. Tanda Gejala Halusinasi

1. Data Obyektif

a. Bicara atau tertawa sendiri

b. Marah-marah tanpa sebab

c. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu

d. Menutup telinga

e. Menunjuk-nunjuk kea rah tertentu

f. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

g. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

h. Menutup hidung
i. Sering meludah

j. Muntah

k. Menggaruk –garuk permukaan kulit

2. Data Subjektif

a. Mendengar suara-suara atau kegaduhan

b. Mendengar suara-suara yang mengajak bercakap-cakap

c. Mendengar suara-suara menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

d. Melihat bayangan sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat

hantu atau monster

e. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang

bau itu menyenangkan

f. Merasakan takut atau senang dengan halusinasinya

g. Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat

sedang sendirian

h. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi

C. Intensitas Halusinasi

1. Tahap I : menenangkan, ansietas tingkat sedang. Secara umum

menyenangkan . karakteristik : merasa bersalah dan takut serta

mencoba memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi

ancietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang

dialaminya dapat dikendalikan dan bias diatasi. Perilaku yang diamati :

a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai


b. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara

c. Respon verbal yang lambat

d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yangt mengasikan

2. Tahap II : menyalahkan, ancietas tingkat berat. Halusinasi menjijikan.

Karakteristik : pengalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan

, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali mungkin

berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan.

Perilaku klien yang teramati :

a. Peningkatan SSO yang menunjukan ancietas. Misalnya

peningkatan nadi, TD dan pernapasan.

b. Penyempitan kemampuan konsentrasi

c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.

3. Tahap III : pengendalian, ancietas tingkat berat. Pengalaman sensori

menjadi penguasa. Karakteristik orang yang berhalusinasi menyerah

untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasinya

menguasai dirinya.

Perilaku klien yang teramati :

a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

halusinasinya

b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain


c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik

dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, tidak mampu

mengikuti petunjuk

4. Tahap IV : menaklukan, ansietas tingkat panik. Halusinasinya menjadi

lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

Karakteristik : pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu

tidak mengikuti perintah. Perilaku yang teramati :

a. Perilaku menyerang – terror seperti panic

b. Sangat potensial melakukan bunnuh diri atau membunuh orang lain

c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti : amuk,

agitasi, menarik diri

d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek

e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

D. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

1. Faktor Predisposisi

a. Biologis

1) Genetik : diturunkan melalui kromosom orang tua

2) Kelainan fisik : lesi pada daerah frontal. Temporal dan limbil.

Neurotransmitter dopamine berlebihan, tidak seimbang dengan

kadar serotonin

3) Riwayat janin pada pada saat prenatal dan perinatal meliputi

trauma, penurunan oksigen pada saat melahirkan, premature,


preeklamsi, malnutrisi, setres, ibu perokok, alkohol, pemakaian

obat-obatan, infeksi.

4) Nutrisi : adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan

penurunan BB, rambut rontok, anoreksia.

5) Keadaan kesehatan secara umum : kurang gizi, kurang tidur,

gangguan irama sirkadian, kelemahan, infeksi, penurunan

aktivitas.

6) Sensitivitas biologis : riwayat penggunaan obat halusinogen,

riwayat terkena infeksi dan trauma serta radiasi dan riwayat

pengobatan.

7) Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester

3kehamilan dan riwayat keracunan CO.

b. Psikologis

1) Psikologis : riwayat kerusakan struktur di lobus frontal dan

kurangnya suplay oksigen terganggu dan glukosa sehingga

mempengaruhi fungsi kognitif (IQ rendah )

2) Ketrampilan verbal

a) Gangguan ketrampilan verbal akibat faktor komunikasi

dalam keluarga

b) Adanya riwayat gangguan fungsi bicara, akibatnya adanya

riwayat stroke, trauma kepala

c) Adanya riwayat gagap yang mempengaruhi fungsi social

pasien
3) Moral : riwayat tinggal dilingkungan yang dapat

mempengaruhi moral individu (broken home, konflik, lapas)

4) Kepribadian : mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus

asa dan menutup diri

5) Pengalaman masa lalu

a) Orang tua otoriter

b) Konflik orang tua : pilih kasih

c) Ayah yang mngambil jarak dengan anaknya

d) Anak yang dipelihara oleh ibu yang suka cemas, dingin,

terlalu melindungi

e) Mengalami penolakan, kekerasan

f) Penilaian negatif yang terus menerus dari oraang tua

6) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realitas,

identitas diri yang tak jelas, HDR

7) Motivasi : riwayat kurangnya penghargaan dan riwayat

kegagalan

8) Pertahanan psikologi : ambang toleransi terhadap setres rendah

dan adanya riwayat gangguan perkembangan

9) Self control : adanya riwayat tidak bias mengontrol stimulus

yang datang, ( suara, rabaan, penglihatan, penciuman,

pengecapan, gerakan)

c. Social cultural

1) Usia : riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai


2) Gender : riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran

gender

3) Pendidikan : pendidikan yang rendah, riwayat putus sekolah

dan gagal sekolah

4) Pendapatan : penghasilan rendah

5) Pekerjaan : pekerjaan stressful, pekerjaan beresiko tinggi

6) Status social : tuna wisma, kehidupan bersosialisasi

7) Latar belakang budaya : tuntutan social budaya seperti

paternalistic dan adanya kepercayaan terhadap hal-hal sihir

8) Agama dan keyakinan : riwayat tidak bias menjalankan

aktivitas keagamaan secara rutin

9) Keikutsertaan dalam politik : riwayat kegagalan dalan politik

10) Pengalaman social : perubahan dalam kehidupan misalnya

bencana, perang, perceraian dengan istri

11) Peran social : isolasi social khususnya untuk usia lanju, stigma

yang negative dari masyarakat

2. Factor presipitasi

a. Nature

1) Factor biologis : kurang nutrisi, ada gangguan kesehatan secara

umum (kanker, trauma kepala, penyakit jantung, kejang-

kejang) sensivitas biologis ( terpapar obat halusinogen)


2) Factor psikologis : mengalami hambatan atau gangguan dalam

keterampilan komunikasi verbal, ada kepribadian menutup diri,

ada pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

3) Factor social budaya : usia, gender, pendidikan rendah,

pendapatan rendah, status social jelek, pekerjaan tidak punya,

latar belakang budaya

b. Origin

1) Internal : presepsi individu yang tidak baik terhadap dirinya,

orang lain dan lingkungannya

2) Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, masyarakat dan

kurangb dukungan kelompok/ teman

c. Timing : stress terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara

berulang-ulang/ terus menerus

d. Number : sumber stress lebih dari satu dan stress dirasakan sebagai

maslah yang berat

E. Penilaian terhadap stressor

1. Kognitif : tidak dapat berfikir logis, inkoheren, disorientasi, gangguan

memori jangka pendek maupun panjang , gangguan berbicara dan

perubahan isi piker

2. Afektif : tidak spesifik, reaksi kecemasan secara umum , kegembiraan

yang berlebih, kesedihan yang berlarut larut , curiga yang berlebih dan

takut yang berlebih


3. Fisiologis : pusing, kelelahan, keletihan, denyut jantung

meningkat,keringat dingin, gangguan tidur, frekuensi nafas meningkat,

tegang

4. Perilaku : berprilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi, berbicara dan

tertawa sendiri, daya tilik diri berkurang , kurang dapat mengontrol

diri, penampilan tidak sesuai, perilaku yang berulang-ulang , menjadi

agresif, gelisah, melakukan pekerjaan dengan tidak tuntas

5. Social : ketidakmampuan dalam berkomunikasi , acuh dengan

lingkungan , penurunan kemampuan bersosialisasi, paranoid, personal

hygine jelek sulit berinteraksi dengan orang lain, tidak tertarik dengan

kegiatan yang bersifat menghibur, penyimpangan seksual dan menarik

diri

F. Sumber koping

1. Personal ability : ketidakmampuan memecahkan masalah ada

gangguan diri kesehatan fisiknya, ketidakmampuan berhubungan

dengan orang lain,pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang

rendah, identitas ego yang tidak adekuat

2. Social support : hubungan antara individu, kelompok ,keluarga dan

masyarakat tidak adekuat

3. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan mislanya boros

atau sangat pelit, tidak mempunyai uang untuk berobat, tidak ada

tabungan, tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang


4. Positif belief : distrees spiritual, tidak memiliki motivasi, pemilaian

negative terhadap pelayanan kesehatan, tidak menganggap semua itu

suatu gangguan

G. Mekanisme koping

1. Konstruktif

2. Destruktif

 Regresi

 Proyeksi

 Denial

 Withdrawal

H. Diagnose keperawatan

Gangguan presepsi sensori : halusinasi (dengar, penglihatan, penghidu dan

peraba)

I. Intervensi keperawatan

1. Intervensi ditujukan kepada klien

a. Tujuan

1) Pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya : isi,

frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon

2) Pasien mampu mengontrol haluasinasi dengan cara menghardik


3) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara

menggunakan obat

4) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-

cakap

5) Pasien mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan

aktifitas

b. Tindakan keperawatan

1) Mendiskusikan dengan pasien isi , frekuensi, waktu terjadi,

situasi pencetus, perasaan, respon terhadap halusinasi

2) Memjelaskan dan melatih cara mengontrol halusinasi

a. Menghardik halusinasi

b. Menggunakan obat secara teratur

c. Bercakap-cakap dengan orang lain

d. Melakukan aktifitas yang terjadwal

2. Tindakan keperawatan halusinasi (keluarga)

a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengenal masalah merawat pasien dirumah

2) Keluarga mampu menjelaskan halusinasi

3) Keluarga mampumerawat pasien dengan halusinasi

4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan

5) Keluarga mampu mengenal tanda dan gejala kambuh ulang

6) Keluarga mampumemanfaatkan fasilitas kesehatan untuk

follow-up pasien dengan halusinasi


b. Tindakan keperawatan

1) Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat

pasien

2) Berikan penjelasan kesahatan meliputi : pengertian halusinasi,

jenis halusinasi yang dialami, tanda dan gejala halusinasi,

proses terjadinya halusinasi

3) Jelaskan dan latih cara merawat anggota keluarga yang

mengalami halusinasi : Menghardik halusinasi, Menggunakan

obat secara teratur, Bercakap-cakap dengan orang lain,

Melakukan aktifitas yang terjadwal

4) Diskusikan cara menciptakan lingkungan yang dapat mencegah

terjadinya halusinasi

5) Diskusikan tandan dan gejala kekambuhan

6) Diskusikan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan terdekat

untuk follow-up anggota keluarga dengan halusinasi

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan klien dengan halusinasi

Sp 1 : mengenal halusinasi dengan menghardik halusinasi

Sp 2 : mengontrol halusinasi dengan minum obat

Sp 3 : mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap

Sp 4 : mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas

Anda mungkin juga menyukai