RENCANA TATA
RUANG WILAYAH
KABUPATEN
SOLOK SELATAN
2012-2032
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan RTRW Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2011 - 2031. Pekerjaan ini merupakan serangkaian pekerjaan yang bertahap
dan berkelanjutan.
Penyusunan RTRW Kabupaten Solok Selatan dari awal hingga sekarang tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. “Tiada gading yang tak retak”, kiranya
ungkapan itu sangat sesuai untuk menggambarkan bahwa laporan ini masih memiliki
kelemahan dibanyak sisi. Oleh karena itu, kami masih meminta adanya kritik, saran
Solok Selatan Tahun 2012 - 2031 setelah mendapat persetujuan substansi dari
Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia dan nota kesepakatan dengan Dewan
Semoga RTRW Kabupaten Solok Selatan ini dapat bermanfaat dan dapat
MUZNI ZAKARIA
Kata Pengantar………………………………………………………................ i
Daftar Isi……………………………………………………………………………… ii
Daftar Tabel…………………………………………………………………………. vii
Daftar Peta………………………………………………………………………….. x
Daftar Gambar…………………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................... I-1
1.2. Dasar Hukum ...................................................................... I-2
1.3. Profil Wilayah Kabupaten Solok Selatan ................................ I-3
1.3.1. Kondisi Fisik Dasar .................................................. I-4
1.3.1.1 Letak Geografis............................................ I-4
1.3.1.2 Batas Administrasi........................................ I-5
1.3.1.3 Topografi .................................................... I-5
1.3.1.4 Geologi........................................................ I-9
1.3.1.5 Jenis dan Tekstur Tanah .............................. I-13
1.3.1.6 Kondisi Iklim ................................................ I-13
1.3.1.7 Hidrologi ..................................................... I-13
1.3.2. Analisa Kesesuaian Lahan ........................................ I-16
1.3.3. Tata Guna Lahan..................................................... I-28
1.4. Potensi Sumber Daya Alam .................................................. I-28
1.4.1. Pertanian ................................................................ I-31
1.4.2. Perkebunan ............................................................ I-31
1.4.3. Pertambangan dan Energi ........................................ I-33
1.4.4. Pariwisata ............................................................... I-34
1.5. Potensi Kependudukan dan Sumber Daya Manusia ................ I-34
1.5.1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ................. I-34
1.5.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk.......................... I-35
1.5.3. Proyeksi Jumlah Penduduk ....................................... I-36
LAMPIRAN
KLHS Terkait RTRW Kabupaten Solok Selatan
Tabel 1.1. Klasifikasi Lereng Wilayah Kabupaten Solok Selatan .... I-8
Tabel 1.2. Sungai-Sungai dan Lokasinya ..................................... I-15
Tabel 1.3. Luas Lahan Komoditi Pertanian Tanaman Pangan
Tahun 2010 .............................................................. I-31
Tabel 1.4. Luas Perkebunan Rakyat............................................ I-31
Tabel 1.5. Produksi Perkebunan Rakyat ...................................... I-32
Tabel 1.6. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten
Solok Selatan Tahun 2005-2010 ................................. I-35
Tabel 1.7. Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Solok
Selatan Tahun 2011 .................................................. I-36
Tabel 1.8. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2011-2031 ...................................................... I-36
Tabel 1.9. Proyeksi Kepadatan Penduduk Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2031 .............................................................. I-37
Tabel 1.10. Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur............... I-38
Tabel 1.11. Perbedaan Konsepsi Nagari dan Desa ......................... I-42
Tabel 1.12. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Solok Selatan 2005-
2009 (persen) .......................................................... I-46
Tabel 1.13. Potensi Objek Wisata di Kabupaten Solok Selatan ....... I-51
Tabel 1.14. Perkembangan Belanja Daerah Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2004-2010 ...................................................... I-55
Tabel 1.15. PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga
Konstan Menurut Lapangan Usaha 2008-2009 ............ I-59
Tabel 1.16. Jadwal Hari-hari Pasar ............................................... I-66
Tabel 1.17. Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jaringan Jalan
di Kabupaten Solok Selatan Tahun 2009 ..................... I-68
Tabel 1.18. Kondisi Jembatan di Kabupaten Solok Selatan Tahun
2009......................................................................... I-68
I-1
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan sesuai dengan tuntutan
pembangunan dan perkembangan wilayah seluruh Kabupaten Solok Selatan dan
dilakukan sesuai kebutuhan. Penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Solok Selatan ini meliputi kegiatan pemantauan, penelaahan, dan
diselenggarakan dengan menghormati hak perorangan atau lembaga berdasarkan
peraturan perundang-undangan, hukum adat atau kebiasaan yang berlaku.
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Solok Selatan perlu menyusun konsep-
konsep sistem manajemen tata ruang yang efisien dan efektif dan kemungkinan
layanannya, sehingga perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup
berlangsung secara dinamis ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang seiring
dengan berjalannya waktu.
I-2
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4337);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk Tata Peran
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
11. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Persetujuan Substansi RTRW;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2009 tentang RTRW
Kabupaten;
13. Peraturan Daerah Solok Selatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Solok Selatan Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Solok Selatan Nomor 2, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Solok Selatan Nomor 2).
I-3
dicanangkan dalam RPJP/RPJM Kabupaten, maupun berbagai program sektor terkait.
Salah satu hal terkait dengan penataan ruang Kabupaten harus mencakup upaya
terkait pertumbuhan wilayah, pengurangan kesenjangan internal antar wilayah
terutama bagi wilayah yang memiliki beberapa kantong kemiskinan, mendorong
peningkatan kualitas lingkungan hidup serta peningkatan kualitas SDM di berbagai
bidang termasuk upaya pengurangan kemiskinan dan pengangguran.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka Visi penataan ruang wilayah
Kabupaten Solok Selatan adalah: Terwujudnya Penataan Ruang Wilayah
Produktif, Seimbang dan Lestari bagi Kesejahteraan Masyarakat. Sedangkan
Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Solok Selatan adalah:
1. Mewujudkan Tata Pemerintahan yang baik
2. Mewujudkan struktur ruang yang seimbang guna mendorong pertumbuhan
wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan antar wilayah;
3. Mewujudkan pola ruang yang selaras dan berkelanjutan;
4. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai rencana
tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; serta
5. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan perdesaan untuk
peningkatan kualitas SDM yang lebih prduktif dan mandiri serta berdaya-saing
tinggi.
Profil wilayah Kabupaten Solok Selatan menjelaskan mengenai gambaran umum
kabupaten yang dilengkapi dengan peta orientasi dan pembagian wilayah kabupaten,
kependudukan dan sumber daya manusia, potensi bencana alam, potensi sumber
daya alam dan potensi ekonomi wilayah. Untuk lebih jelasnya mengenai profil wilayah
Kabupaten Solok Selatan tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
I-4
1.3.1.2. Batas Administrasi
Batas administrasi Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut:
Sebelah Selatan : Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi
Sebelah Timur : Kabupaten Dharmasraya
Sebelah Utara : Kabupaten Solok
Sebelah Barat : Kabupaten Pesisir Selatan
Ibu kota Kabupaten Solok Selatan ditetapkan berkedudukan di Padang Aro (UU
RI Nomor 38 tahun 2003). Kabupaten Solok Selatan merupakan pemekaran dari
Kabupaten Solok sebagai Kabupaten Induk yang beribukota di Arosuka. Jarak Padang
Aro sebagai ibukota Kabupaten Solok Selatan dengan Arosuka sekitar 135 Km. Pada
saat pemekaran secara administratif Kabupaten Solok Selatan berasal dari sebagian
wilayah Kabupaten Solok yang saat itu terdiri atas 5 Kecamatan, yaitu Kecamatan
Sangir Batang Hari; Kecamatan Sangir Jujuan; Kecamatan Sangir; Kecamatan Sungai
Pagu; dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, yang meliputi 39 nagari dan 144
jorong.
Kabupaten Solok Selatan berada di bagian selatan Provinsi Sumatera Barat dan
berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi. Untuk lebih jelas mengenai orientasi
wilayah perencanaan dan wilayah administrasi Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat
pada Peta 1.1 dan Peta 1.2:
1.3.1.3. Topografi
Kabupaten Solok Selatan yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan
memiliki bentang alam yang sebagian besar berbukit-bukit. Klasifikasi lerengnya,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.1, sebagian besar lerengnya sangat curam
(69,19%) hanya sebagian kecil saja yang landai (13,86%). Keadaan ini memberi
implikasi bahwa sebagian kecil saja dari wilayah Kabupaten Solok Selatan yang dapat
digunakan untuk pertanian intensif. Kawasan produksi sebagian besar termasuk dalam
kawasan produksi terbatas, yaitu penggunaan untuk perkebunan seperti karet, kopi,
kulit manis dan lainnya.
I-5
Peta 1.1 : Peta Orientasi Wilayah Perencanaan
I-6
Peta 1.2. : Peta Administrasi Kabupaten Solok Selatan
I-7
Tabel 1.1. : Klasifikasi lereng wilayah Kabupaten Solok Selatan
Persentase
No Klasifikasi Lereng Lereng (%) Luas (ha)
Luas (%)
1. Datar, Agak Landai 0–8 1,16 4.165
2. Landai 8 – 15 13,86 49.759
3. Agak Curam 15 – 25 7,23 25.957
4. Curam 25 – 40 8,56 30.732
5. Sangat Curam > 40 69,19 248.402
Total 100 359.015
Sumber : Rencana Tindak Pengelolaan DAS Batang Hari, Terpadu, Tahun 2011
Dataran Bergelombang
Satuan dataran bergelombang secara umum menempati bagian Timur daerah
kajian dan sedikit memanjang disekitar Muara Labuh. Wilayah ini menampati sekitar
25 % dari luas daerah kajian, elevasi 50 m–100 m (dpl) dengan lereng berkisar antara
5%-15 %. Litologi yang menempati satuan ini berupa Tos, Pbl, Pp, Qal. Aliran air
melimpah dengan dilaluinya beberapa sungai besar, banyak cabang sungai sehingga
mudah meresapkan air dan mudah digali. Pada dataran ini juga banyak dijumpai mata
air terutama di Padang Aro dan sekitarnya. Kelemahan di daerah ini adalah dilaluinya
zona patahan besar Sumatera dan beberapa patahan kecil akibat pergerakan patahan
Sumatera (Semangko).
Perbukitan
Satuan bentang alam perbukitan secara umum mendominasi daerah dengan
sebaran sekitar 60 % dari luas Kabupaten Solok Selatan. Satuan ini menempati bagian
tengah dan utara dengan elevasi antara 100 m–500 m (dpl) kelerengan berkisar 15 %
-30 %. Litologi penyusun satuan ini pada umumnya berupa batuan dari Formasi
Barisan (Pb. Pbl) serta batuan volkanik terobosan maupun batuan gunung api tua,
yang mempunyai sifat keras, (Kgr, Jgr) . Potensi di daerah ini adalah aliran air sangat
baik, banyak cabang sungai. Kelemahannya mudah erosi, dengan kelerengan tinggi
berpotensi terjadi gerakan tanah (longsor).
I-8
Kaki Pegunungan
Bentang alam kaki pegunungan menempati tepi bagian Barat dan Selatan dari
wilayah perencanaan dengan sebaran sekitar 15 % dari luas keseluruhan. Bentang
alam ini mempunyai elevasi antara 500 m–3500 m (dpl) dengan kelerengan berkisar
30 % sampai lebih dari 40%. Litologi penyusun satuan ini pada umumnya berupa
batuan volkanik terobosan maupun batuan gunung api tua, yang mempunyai sifat
keras, (Tomp, Qou, Qol dan Qyu). Potensi daerah ini berupa aliran air yang sangat
baik dengan banyak cabang sungai.
1.3.1.4 Geologi
LITOLOGI DAN STRATIGRAFI
Penamaan dan pengelompokan satuan batuan di Kabupaten Solok Selatan
didasarkan pada peta geologi lembar Painan skala 1 : 250.000 yang disusun oleh
HMD Rosidi, S Tjokrosapoetro, B Pendowo, S Gafoer dan Suharsono, 1996, dan
berdasarkan Peta Geologi Lembar Painan Timur Laut, Sumatra, skala 1 : 250.000, oleh
Kastowo dan Gerhard, W.Leo, 1973 terbitan Direktorat Geologi Bandung, dimana
satuan batuan di Kabupaten Solok Selatan dapat dikelompokan menjadi 8 (delapan)
satuan yang urutan stratigrafi dari muda ke tua, sebagai berikut:
a. Endapan Permukaan
Aluvium Sungai (Qal); berupa pasir kerikil dan bongkah batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf yang diendapkan sepanjang dataran banjir. Umumnya
endapan ini tersebar di sekitar sungai-sungai besar dan daerah limbah banjir,
misalnya Batang Hari, Batang Suliti, Batang Sangir dan lain-lain.
I-9
Peta 1.3 : Peta Kelas Lereng
I-10
b. Batuan Sedimen
Formasi Sinamar (Tos); Konglomerat, batupasir kuarsa berbutir kasar
berwarna abu-abu kekuning-kuningan, batupasir kuarsa mengandung mika
berwarna coklat sampai abu-abu kekuning-kuningan, batupasir arkosan,
batulempung abu-abu, napal dan batulempung pasiran. Di dalamnya termasuk
juga lapisan-lapisan batubara dan batugamping koral. Komponen konglomerat
adalah kuarsit, kuarsa susu, dan pecahan-pecahan granit. Di dekat batuan
granitan Pratiesier, batupasir kuarsa condong membentuk susunan arkosa. Isi
perbandingan batulempung, serpih dan napal dalam formasi itu makin bertambah
kearah atas. Formasi ini terletak tidak selaras di atas batuan pra tersier.
Umumnya diperkirakan Oligosen dan dapat dikolerasikan dengan Formasi
Batupasir Kuarsa dari Musper (1994). Tebalnya mencapai + 750 meter.
Formasi Barisan(Pb) ; Terdiri dari filit, batusabak, batugamping, batutanduk
dan greywacke meta. Rijang banyak sekali terdapat, juga urat kuarsa sulfida
magmatik mengandung emas terdapat di daerah Sungai Sapek. Ketebalan
mungkin lebih dari 3500 meter.
Anggota Batu Gamping Formasi Barisan(Pbl); Terpualamkan, berhablur,
pejal berwarna abu-abu muda sampai tua. Urat-urat kalsit biasa terdapat dan
batugamping ini sangat terpecah-pecah dalam jalur-jalur sesar seperti Sesar
Besar Sumatera. Batugamping di deretan sebelah timur, di Bukit Cermin
mengandung Schwagerina sp. menunjukkan umur Perm-Awal. Di dalam
batugamping sepanjang Sesar Besar Sumtera tidak ditemukan fosil. Diabas dan
serpentinit yang tergabung dengan batugamping ini di lembar Solok, di anggap
berumur Perm (Volz, 1904).
c. Batuan Volkanik
Batuan Gunung Api yang Tak Dipisah-Pisahkan (Qyu); berupa Breksi,
endapan lahar, aliran lava, lapili dan tufa, semuanya bersusunan basal sampai
andesit dengan plagioklas menengah sampai basa (oligoklas, andesin, labradorit),
amfibol, biotit, dan piroksin; di dalam batuan basalt terdapat sedikit olivin. Batuan
ini berasal dari Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh. Tanah pelapukan berupa
lempung lanauan hingga lempung pasiran, berwarna coklat kemerahan, plastisitas
sedang–tinggi, konsistensi teguh–kaku, dengan ketebalan 0,5–2 meter
Lava(Qyl) ; Susunan dan asalnya sama dengan batuan gunung api yang tak
terpisahkan. Alirannya terdapat disekitar Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-11
Breksi Volkanik yang Tak Dipisah-Pisah (Qou) ; Breksi tufa, lahar dan aliran
lava: kebanyakan bersusunan andesitan. Batuan basalan merupakan sebagian
kecil dari satuan ini. Secara setempat batuan ini diterobos oleh retas dasitan dan
terpropilitasikan. Pusat-pusat letusan batuan ini tidak dapat ditemukan, tetapi
mungkin berasal dari gunung Kerinci yang tua, Gunung Tujuh, Gunung Runcing
dan Gunung Api Panjang. Mereka dinyatakan berumur Kwarter Awal. Di sekitar
Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh tertutup oleh batuan gunungapi menerobos
Formasi Painan (Tmop) yang berumur Tersier-bawah, dan tertutup oleh batuan
volkanik Kwarter, tersingkap di baratdaya daerah ini.
Lava (Qol) ; Susunan dan asalnya sama dengan batuan gunungapi yang tak
terpisahkan. Alirannya terdapat disekitar lereng Gunung Runcing, Gunung Lumut
dan Gunung Panenjolan.
d. Batuan Terobosan (Batuan Intrusi)
Granodiorit (Tgdr) ; Komposisi granit hornblenda sampai granodiorit, berumur
Miosen Tengah karena menerobos Formasi Painan yang berumur Tersier Bawah.
Batuan Granitan (Kgr) ; Susunannya berkisar antara granodiorit sampai granit,
berwarna biru muda dengan bintik-bintik mineral-mineral mafik abu-abu semu
hijau. Terdapat sebagai stok. Secara setempat mineral-mineral mafik. Mineral-
mineral mafik telah terubah secara setempat. Di jalur Sesar Sumatera batuan ini
telah terkoyakkan kuat sekali dan bertekstur genes. Batuan ini menerobos baik
batuan Mesozoikum maupun Paleozoikum dan karena itu dinyatakan berumur
Mesozoikum-Akhir (Kapur) dan dapat dikorelasikan dengan Granit Lassi yang
berumur Kapur Akhir (112 ± 240 juta tahun) di dataran tinggi Padang (Katili,
1962, 1973).
Granit (Jgr) ; Berwarna biru muda sampai semu merah muda dengan bintik-
bintik mineral mafik kehijau-hijauan. Terdapat sebagai stok. Susunannya berkisar
antara granit biotit harnblenda sampai granodiorit; plagioklas dari jenis oligoklas,
hornblenda telah mengalami kloritisasi dan secara setempat terdapat apatit.
I-12
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa Sesar Besar
Semangko dengan sesar-sesar ikutannya, lipatan dan kelurusan. Sesar berarah utara-
selatan, timurlaut-baratdaya dan baratlaut-tenggara. Di bagian baratlaut dan tenggara
sumbu lipatan berarah utara-selatan. Kelurusan umumnya searah dengan sesar
Semangko yaitu berarah baratlaut–tenggara.
Baik sesar Semangko maupun sesar-sesar ikutan lainnya diperkirakan menjadi
pengontrol jalannya larutan metasomatik dan hidrotermal yang jadi pembentuk
mineralisasi logam dasar di Kabupaten Solok Selatan.
1.3.1.7 Hidrologi
Wilayah Kabupaten Solok Selatan memiliki potensi air yang sangat baik (mata
air, air permukaan maupun air tanah). Gambaran potensi air adalah sebagai berikut:
a. Akuifer Endapan Aluvium dan Danau, dijumpai di daerah dataran bergelombang
terutama di daerah Muara Labuh serta daerah Lubuk Malako dan sekitarnya.
Akuifer ini mempunyai permukaan air tanah dekat dengan permukaan tanah,
beberapa muncul mata air debit mencapai lebih dari 500 l/dt dengan debit sumur
diperkirakan lebih dari 10 l/dt.
b. Akuifer Endapan Gunung Api tua; dijumpai di daerah Padang Aro-Lubuk Gadang
dan sekitarnya. Debit sumur diperkirakan berkisar antara 5 l/dt sampai 10 l/dt,
setempat dijumpai adanya kemunculan mata air dengan debit ada yang mencapai
100 l/dt.
I-13
c. Akuifer Konglomerat dan Batupasir; dijumpai di bagian timur Lubuk Malako dan
Abai (bagian timur daerah perencanaan), umumnya air tanah belum dimanfaatkan
karena dalamnya muka air tanah.
d. Akuifer Batu gamping Pejal dan Berongga; dijumpai di Daerah Talantam, Sungai
Penuh (Kecamatan Sangir Batang Hari) dan disebelah utara Sungai Pangkur (Koto
Parik Gadang Diateh). Kedudukan muka air tanah umumnya dalam, sumber air
tanah umumnya dijumpai pada celahan atau daerah depresi.
e. Akuifer Granit-Granodiorit; dijumpai di Bukit Batungbajawek, Balun (Koto Parik
Gadang Diateh) dan di sekitar Koto Ranah (Sangir Batang Hari). Umumnya
kelulusan sangat rendah setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat
diperoleh di daerah rendah ataupun pada zona pelapukan.
f. Akuifer Campuran Batuan Sedimen dan Gunung api; dijumpai di daerah kaki
pegunungan bagian barat. Kelulusan sangat beragam umumnya rendah, terdapat
air tanah dangkal.
I-14
Tabel 1.2 : Sungai–Sungai dan Lokasinya
I-15
1.3.2. Analisa Kesesuaian Lahan
Bedasarkan peta Geologi 1 : 250.000, Hidrogeologi 1 : 250.000 dan peta Topografi 1
: 50.000, maka dapat dilakukan evaluasi Satuan Kemampuan Lahan (SKL) yang pada
akhirnya akan diperoleh peta Satuan Kesesuaian Lahan Wilayah (SKLW) dengan cara
melakukan tumpang-tindih dari beberapa peta SKL yang dihasilkan.
1) Satuan Kemampuan Lahan Bentang Alam
Dari segi morfologi wilayah Kabupaten Solok Selatan didominasi oleh perbukitan
dan pegunungan. Struktur batuan di Kabupaten Solok Selatan ditandai dengan
adanya sesar/patahan. Patahan-patahan yang ada di daerah ini merupakan
segmen dari sesar besar sumatera yang dikenal dengan nama patahan
Semangko.
Pembagian sebaran Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bentang Alam Kabupaten
Solok Selatan selain berdasarkan hal-hal tersebut di atas didasarkan pula hasil
evaluasi topografi elevasi berkisar 50–3500 m serta bentuk relief yang ada
dengan menggunakan peta topografi sekala 1 : 50.000. Secara umum wilayah
ini mempunyai bentang alam dominan perbukitan–pegunungan. Secara umum
aliran sungainya mengalir ke arah Utara-Timur laut.
Adapun uraian Potensi dan Kendala dari setiap unit lahannya adalah sebagai
berikut:
Dataran Bergelombang
Satuan dataran bergelombang secara umum menempati bagian Timur
daerah kajian dan sedikit memanjang disekitar Muara Labuh. Wilayah ini
menampati sekitar 25 % dari luas daerah kajian, elevasi 50 m–100 m
(dpl) dengan lereng berkisar antara 5% - 15 %.
Litologi yang menempati satuan ini berupa Tos, Pbl, Pp, Qal. Aliran air
melimpah dengan dilaluinya beberapa sungai besar, banyak cabang
sungai sehingga mudah meresapkan air dan mudah digali. Pada dataran
ini juga banyak dijumpai mata air terutama di Padang Aro dan sekitarnya.
Kelemahan di daerah ini adalah dilaluinya zona patahan besar Sumatera
dan beberapa patahan kecil akibat pergerakan patahan Sumatera
(Semangko).
Perbukitan
Satuan bentang alam perbukitan secara umum mendominasi daerah
kajian dengan sebaran sekitar 60 % dari luas kajian. Satuan ini
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-16
menempati bagian tengah dan utara dengan elevasi antara 100 m–500
m(dpl) kelerengan berkisar 15 %-30 %. Litologi penyusun satuan ini pada
umumnya berupa batuan dari Formasi Barisan (Pb. Pbl) serta batuan
volkanik terobosan maupun batuan gunung api tua, yang mempunyai sifat
keras, (Kgr, Jgr) .
Potensi di daerah ini adalah aliran air sangat baik, banyak cabang sungai.
Kelamahannya adalah mudah erosi, dengan kelerengan tinggi berpotensi
terjadi gerakan tanah (longsor)
Kaki Pegunungan
Satuan bentang alam Kaki Pegunungan menempati tepi bagian Barat dan
Selatan daerah kajian dengan sebaran sekitar 15 % dari luas kajian.
Satuan ini mempunyai elevasi antara 500 m–3500 m(dpl) kelerengan
berkisar 30 % sampai lebih dari 40%. Litologi penyusun satuan ini pada
umumnya berupa batuan volkanik terobosan maupun batuan gunung api
tua, yang mempunyai sifat keras, (Tomp, Qou, Qol dan Qyu). Potensi
daerah ini berupa aliran air yang sangat baik dengan bayak cabang
sungai.
I-17
Peta 1.4. : Peta Geologi
I-18
Peta 1.5. : Peta Geomorfologi
I-19
Peta 1.6 : Peta Jaringan Sungai (DAS)
I-20
Peta 1.7. : Peta Jenis Tanah
I-21
2) Satuan Kemampuan Lahan Tata Air
Kabupaten Solok Selatan mempunyai curah hujan rata-rata tahunan berkisar
antara 2500 hingga 3500 mm/tahun, secara lokal seperti di sekitar kaki Gunung
Kerinci mencapai antara 3500 sampai 4000 mm/tahun. Sungai-sungai besar
yang mengalir pada umumnya mempunyai kedalaman yang cukup, bersifat
permanen atau berair di musim kemarau seperti S. Batang Hari, S. Batang
Bangko, S. Batang Sangir, S. Batang Suliti, S. Batang Jujuhan, S. Batang Keruh,
dan S. Batang Ikur. Berdasarkan Peta Hidrologi Indonesia skala 1 : 250.000,
Direktorat Geologi Tata Lingkungan (Soetrisno, S., 1987), wilayah Kabupaten
Solok Selatan dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh), kelompok atas dasar
litologi pembentuk akuifer, yaitu:
Akuifer Endapan Aluvium dan Danau
Akuifer jenis ini secara umum menempati daerah dataran bergelombang
terutama di daerah Muara Labuh serta daerah Lubuk Malako dan
sekitarnya dengan batuan penyusun akuifer terdiri dari lumpur, lanau,
lempung pasir dan kerikil. Kelulusan umumnya sedang hingga tinggi,
kelulusan tinggi terutama pada material kasar. Akuifer ini mempunyai
permukaan airtanah dekat dengan permukaan tanah, beberapa muncul
mataair debit mencapai lebih dari 500 l/dt dengan debit sumur
diperkirakan lebih dari 10 l/dt.
Akuifer Endapan G. Api tua.
Akuifer jenis ini secara umum menempati daerah dataran bergelombang
terutama dapat dijumpai di daerah Padang Aro-Lubuk Gadang dan
sekitarnya dengan batuan penyusun akuifer terdiri dari tufa batuapung,
aneka ragam tufa, Breksi dan lava. Kelulusan sangat beragam umumnya
sedang pada tufa batu apung, muka air tanah atau tinggi bidang
pisometri air tanah umumnya dekat dengan muka tanah. Debit sumur
diperkirakan berkisar antara 5 l sampai 10 l/dt, setempat dijumpai adanya
kemunculan mata air dengan debit ada yang mencapai 100 l/dt.
Akuifer Filit, Batusabak dan Batutanduk.
Akuifer jenis ini secara umum sangat mendominasi terutama pada bagian
tengah sampai utara daerah telitian, menempati daerah perbukitan.
Tingkat kelulusan akuifer ini umumnya sangat rendah–rendah, dengan
tingkat produktifitas kecil sampai sangat langka.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-22
Akuifer Konglomerat dan Batupasir.
Akuifer jenis ini dijumpai di daerah dataran bergelombang atau tepatnya
dijumpai di bagian timur Lubuk Malako dan Abai (bagian timur daerah
telitian), tersusun oleh batupasir dan konglomerat. Tingkat kelulusan
akuifer ini umumnya rendah–sedang, tinggi muka airtanah beragam,
setempat dijumpai akuifer produktif, umumnya air tanah belum
dimanfaatkan karena dalamnya muka airtanah.
Akuifer Batugamping Pejal dan Berongga.
Akuifer ini tersusun oleh batugamping pejal dan barongga, umumnya
menempati sebagian kecil dari daerah perbukitan seperti di Daerah
Talantam, Sei Penuh (Sangir Batang Hari) dan disebelah utara Sei
Pangkur (Koto Parik Gadang Diateh). Kelulusan akuifer tergantung
banyaknya celahan/rongga, setempat dijumpai produktif. Kedudukan
muka airtanah umumnya dalam, sumber airtanah umumnya dijumpai
pada celahan atau daerah depresi.
Akuifer Granit-Granodiorit.
Akuifer ini tersusun oleh granit-granodiorit, umumnya didapati secara
setempat-setempat menempati sebagian kecil dari daerah perbukitan
seperti di Bukit Batung Bajawek, Balun (Koto Parik Gadang Daiteh) dan di
sekitar Koto Ranah (Sangir Batang Hari). Umumnya kelulusan sangat
rendah setempat airtanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh
di daerah rendah ataupun pada zona pelapukan.
Akuifer Campuran Batuan Sedimen dan Gunungapi.
Akuifer ini tersusun oleh serpih, batupasir, tufa, breksi dan lava,
umumnya dijumpai di daerah kaki pegunungan bagian barat. Kelulusan
sangat beragam umumnya rendah, terdapat airtanah dangkal dalam
jumlah terbatas dijumpai pada zona lapukan.
3) Satuan Kemampuan Lahan Bencana Geologi
Melihat kedudukan Kabupaten Solok Selatan yang berada pada suatu Sistem
Patahan Besar yang masih aktif sampai sekarang dan zona tumbukan lempeng
Samudera Hindia dan Lempeng Benua Eurasia yang masih aktif pula, maka
wilayah Solok Selatan termasuk dalam wilayah yang Rawan Bencana Alam.
I-23
Berdasarkan Peta Geologi Skala 1 : 250.000, Lembar Painan dan Bagian Timur
Laut Lembar Muara Seberut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
1996), maka potensi bencana alam yang terjadi meliputi:
Erosi
Erosi umumnya terjadi pada daerah perbukitan yang bertebing terjal dan
daerah tebing sungai terutama pada daerah cut of slope. Wilayah
Kabupaten Solok Selatan, terutama pada hari hujan pada umumnya erosi
permukaan/lembaran akan terjadi pada daerah penutup seperti :
Daerah berlereng dengan kelerengan > 15 %
Daerah Perbukitan bergelombang
Daerah Perbukitan Terjal
Daerah Kaki Pegunungan
Gerakan Tanah
Gerakan tanah disebabkan oleh sesar yang ada di wilayah Kabupaten Solok
Selatan. Gerakan tersebut umumnya terjadi di daerah lereng, punggungan
bukit terjal di mana terdapat endapan hasil lapukan yang gembur. Oleh karena
curah hujan yang tinggi akan memacu lebih cepat terjadinya gerakan tanah.
Dari kedudukan wilayah Kabupaten Solok Selatan yang berada pada sistem
Patahan Besar yaitu sistem Patahan Semangko dan berdasarkan identifikasi
dari gerakan tanah maka dapat dibedakan atas jenis gerakan tanah longsoran
(slide) dan aliran (Flow).
Gempabumi dan Gunungapi.
Kabupaten Solok Selatan didominasi oleh perbukitan dan pegunungan dan di
dalamnya terdapat gunung berapi yang aktif yakni Gunung Kerinci yang
I-24
menjadi batas alam dengan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, sehingga
menunjukkan adanya bahaya dari gunung berapi. Selain gunung api, potensi
bahaya gempa cukup besar mengingat Kabupaten Solok Selatan merupakan
bagian dari Pulau Sumatera yang secara umum berada di daerah tektonik aktif
di mana lempeng Samudera Hindia bergerak ke utara menunjam secara
menyerong terhadap lempeng Benua Eurasia yang bergerak ke Selatan,
dengan laju pergerakan mencapai 7 cm/tahun. Jika terjadi pergerakan yang
cukup besar maka akan menyebabkan pergeseran lempeng benua mikro
(mikro plate) yang berada di antara Jalur Tumbukan (Palung) dan Zona
Patahan Semangko. Pergerakan terebut akan memicu pergerakan
sesar/patahan yang ada di wilayah Solok Selatan dan juga dapat menyebabkan
pergerakan tanah.
Daerah-daerah yang akan terkena dampak langsung jika terjadi pergeseran
Patahan Sumatera akibat gempa bumi meliputi :
Daerah sepanjang Balun, Muara Labuh sampai dengan Pekonina yang
berada di sekitar zona Patahan Sumatera.
Daerah lain yang akan terkena dampak gempa walaupun tak sebesar
daerah pertama seperti : Padang Aro, Lubuk Malako dan daerah disekitar
Simpang Sei Talang TKA/Talao (Sangir Balai Janggo), Sekitar Abai (Sangir
Batang Hari). Daerah-daerah tersebut akan terkena dampak patahan-
patahan turun yang disebabkan oleh pergerakan Patahan Sumatera.
Banjir
Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang dialirkan melalui
sungai-sungai besar yang mengalir di wilayah Kabupaten Solok Selatan.
Selain itu juga daerah cekungan-cekungan dapat juga terjadi genangan
yang menyebabkan banjir. Daerah yang perlu diwaspadai (berpotensi)
rawan banjir dijumpai di sekitar pertemuan dua sungai besar seperti
pertemuan antara sungai Batang Suliti dan Batang Bangko, serta daerah
pertemuan Batang Sangir dengan Sungai Batang Hari. Daerah-daerah
tersebut terletak di Kecamatan Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh,
dan Sangir Batang Hari.
4) Satuan Kemampuan Lahan Sumberdaya Mineral
Berdasarkan Peta Geologi Skala 1 : 250.000, Lembar Painan dan Bagian Timur
Laut Lembar Muara Seberut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-25
1996),), dapat menunjukkan adanya potensi sumberdaya mineral, baik berupa
mineral, mata air panas dan batuannya. Keberadaan mineral logam berupa
Tembaga (Cu), Emas (Au) dan Perak (Ag) dan logam lainnya dapat ditunjukkan
dengan adanya batuan terobosan berupa Diorit dan Granitan (Kgr, Kd).
Indikasi utama adalah adanya batuan Diorit dan diikuti pula oleh adanya
mineral-mineral Pirit (FeS2) dan Kalkopirit (CuFeS), maka dengan adanya dua
(2) indikasi tersebut kemungkinan akan diikuti pula adanya Emas (Au) dan
Perak (Ag). Bentuk keberadaan mineral ekonomis ini sangat ditentukan kondisi
lapangan, umumnya mempunyai bentuk berupa Gang (dike) dan terdapat tiga
(3) buah terobosan besar (Kgr). Berdasarkan peta geologi didapatkan dua (2)
lokasi adanya indikasi tembaga (Cu) yang secara tak langsung mempunyai
indikasi juga terhadap adanya Emas (Au) serta Perak (Ag). Kedua lokasi
tersebut terletak di daerah bagian tengah , yaitu di sekitar daerah Karang Putih
dan Air Manyuruk.
Keberadaan potensi panasbumi umumnya ditandai oleh munculnya mataair
panas (hot spring), baik yang berasal dari kegiatan gunung api (magma
dangkal) maupun adanya kendali struktur patahan. Keberadaan adanya indikasi
panas bumi ini di daerah telitian terlihat dengan munculnya mata air panas di
sepanjang jalur Patahan Sumatera seperti di Pakan Rabaa, Muara Labuh, Liki,
dan Pinang Awan.
Keberadaan bahan galian berupa batuan ditandai dengan adanya batugamping
(Pbl), yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sedangkan potensi
pasir dan batu akan banyak dijumpai di sepanjang alur sungai-sungai yang ada.
5) Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan Kabupaten Solok Selatan
Berdasarkan beberapa peta Satuan Kemampuan Lahan yang ada, kemudian
dilakukan tumpang–tindih (Overlay) dan dengan memasukkan kaidah
sempadan sungai, pengamana lereng dari 25% dan Kawasan Resapan Airtanah
serta mata air. Maka, dapat dihasilkan Peta Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan
(SKLK). Adapun satuan yang dihasilkan adalah :
Kawasan Permukiman
Kawasan Permukiman terletak di daerah dataran bergelombang, mulai
dari Pakan Rabaa, Muara Labuh, Pakan Salasa hingga terus ke bagian
timur ke arah Padang Aro, Lubuk Gadang, Lubuk Malako, Bidar Alam dan
Abai. Elevasi 50–100 meter, lebar beberapa ratus meter hingga lebih dari
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-26
6 km, aliran air permukaan cukup baik, terdapat air tanah bebas dengan
debit air tanah 5–10 liter/detik, kualitas cukup baik dan air tanah artesis
(dalam/mataair) cukup potensial dengan debit air tanah 5–10 liter/detik
bahkan ada yang mencapai 500 l/dt. Daerah ini juga dijumpai adanya
kemunculan mata air panas yang keluar dari rekahan-rekahan batuan
pada jalur Patahan Sumatera. Endapan aluvial, lanau dan krikil relatif
mudah digali, mudah meresapkan limbah cair. Dalam kawasan ini
terdapat bukit-bukit kecil dari batuan yang relatif cukup kompak, seperti
Batugamping, Filit, batusabak dari Formasi barisan (Pb), Batuan Sedimen
Formasi Sinamar (Tos).
Dengan melihat bahwa Kawasan Permukiman secara umum berada pada
jalur Patahan Sumetera yang rawan gempa maka perlu diperhatikan
bangunan-bangunan yang ada harus tahan terhadap gempa.
Kawasan Resapan Airtanah (recharge Area)
Kawasan Resapan Airnah tersebar tidak menerus dan umumnya
menempati bagian kaki pegunungan yang berada di bagian Barat dan
Selatan daerah telitian dengan elevasi mulai dari 100 meter hingga lebih
dari 500 meter (dari muka laut atau dpl), litologi atau batuan dominannya
berupa batuan gunungapi tua dan muda (Tomp, Qou, Qyu), retekan,
tanah pelapukan dari kelompok batuan tersebut akan mampu menjadi
resapan air tanah dan mata air yang berada di bawahnya.
Kawasan Banjir Bandang
Banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang dialirkan melalui
sungai-sungai besar yang mengalir di wilayah Kabupaten Solok Selatan.
Selain itu juga daerah cekungan-cekungan dapat juga terjadi genangan
yang menyebabkan banjir.
Kawasan yang berpotensi kena banjir berada dalam Kecamatan Sangir
Batang Hari. Kawasan ini merupakan pertemuan antara Sungai Batang
Bangko–Batang Hilir dengan Sungai Batang Sangir. Banjir badang akan
terjadi dan bertambah parah jika di daerah hulu (Kawasan resapan
Airtanah) terjadi perubahan tataguna lahan ataupun penggundulan hutan.
Potensi banjir bandang juga terjadai pada beberapa sungai kecil di
Kecamatan Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh dan Pauh Duo.
I-27
Kawasan Perkebunan
Kawasan Perkebunan tersebar hampir menyeluruh di Kawasan Kabupaten
Solok Selatan dan disarankan sebagai kawasan perkebunan karena
daerah ini umumnya berupa perbukitan, lereng 15 - 25 % , tersusun oleh
filit, batusabak, batugamping (Pb) serta intrusi batuan beku Kgr),
kelulusan rendah – sangat rendah dan langka akan keberadaan air tanah
dan mudah terjadi gerakan tanah ataupun erosi lembaran. Kawasan
untuk perkebunan ini tersebar di Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Batang
Hari, dan Sangir Balai Janggo.
I-28
Peta 1.8. : Peta Kesesuaian Lahan
I-29
Peta 1.9 : Peta Penggunaan Lahan
I-30
1.4.1. Pertanian
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Solok Selatan tahun 2010 memiliki
luas areal tanam sekitar 12.175 ha dengan komoditas padi sawah, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Komoditas dengan produksi
terbesar adalah padi sawah Jumlah produksi padi terbesar berada di Kecamatan Koto
Parik Gadang Diateh.
Tabel 1.3 : Luas Lahan Komoditi Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2010
Luas lahan pertanian tanaman
pangan (Ha)
No Kecamatan Jumlah
Padi Padi Kacang
Jagung
sawah gogo tanah
1 Koto Parik Gadang 1.931 - 135 15 2.081
Diateh
2 Sungai Pagu 2.071 - - 35 2.106
3 Pauh Duo 1.500 150 350 50 2.050
4 Sangir 2.534 500 970 50 4.054
5 Sangir Jujuan 789 75 210 50 1.124
6 Sangir Balai Janggo 35 25 115 15 190
7 Sangir Batang Hari 410 - 125 35 570
Jumlah 9.270 750 1.905 250 12.175
Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Kab. Solok Selatan, 2011
1.4.2. Perkebunan
Potensi perkebunan di Kabupaten Solok Selatan umumnya merupakan kegiatan
perkebunan rakyat. Primadona perkebunan rakyat ini adalah karet, kopi dan kayu
manis, serta beberapa hasil perkebunan rakyat lainnya seperti kelapa, pinang, enau,
coklat, cengkeh dan lain-lain.
Tabel 1.4 Luas Perkebunan Rakyat
No Komoditi Luas (Ha) pada tahun
2006 2007 2008 2009 2010
1 Karet 13.185 13.685 13.133 13.783 14.704
2 Kelapa 1.576 1.611 1.709 1.752 1.796
3 Kopi 5.476 5.224 5.130 3.905 3.865
4 Kakao 158 349 631 739 1.061
5 Kayu manis 2.905 2.309 2.124 2.050 1.963
6 Pinang 681 719 759 778 840
7 Enau 9 10 13 17 19
8 Nilam 51 80 82 54 15
9 Cengkeh 11 11 14 15 16
10 Gardamon 650 730 725 707 660
11 Kelapa Sawit 375 688 690 728 962
Jumlah 25.077 25.416 25.010 24.528 25.901
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Solok Selatan, 2011
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-31
Selain ketiga komoditas unggulan di atas, hasil perkebunan lainnya yang
dihasilkan di Kabupaten Solok Selatan antara lain cengkeh, pinang, enau, pala, kopi,
nilam, laos, kemiri, jahe, coklat, dan gardamungu.
Pengembangan tanaman perkebunan terutama perkebunan rakyat telah
menghasilkan komoditas ekspor, seperti: karet, kopi, kelapa sawit, teh, casiavera,
kakao serta komoditas lainnya. Perkebunan besar yang ada di daerah ini bergerak di
bidang kelapa sawit, seperti PT. Tidar Kerinci Agung, PT. Kencana Sawit Indonesia,
PT. Sumatera Jaya Agro Lestari, PT. Bina Pratama Sakato Jaya SS2 dan PT. Mitra
Kerinci yang berlokasi di Kecamatan Sangir Jujuan, sedangkan di Kecamatan Sangir
Batang Hari yaitu PT. Bina Pratama Sakato Jaya SS1. Ada 4 perusahaan perkebunan
yang telah merencanakan pembukaan kebun kelapa sawit dan telah memiliki izin
lokasi dari Bupati Solok Selatan yaitu PT. Inti Melia Felindo di Sungai Kunyit, PT. BALI
di Dusun Tangah, PT. Pekonina Baru dan PT. Ranah Andalas Plantation di Kecamatan
Sangir Jujuan dan Sangir Batang Hari, Kemudian sedang dalam proses yaitu PT. Multi
Karya Sawit Prima dan PT. Hastika Palma Kencana di Nagari Lubuk Ulang Aling
Kecamatan Sangir Batang Hari.
I-32
1.4.3. Pertambangan dan Energi
Berdasarkan litologi yang dijumpai yaitu mulai dari aluvial, koluvium,
metasedimen, batu gamping dan batuan terobosan, maka dapat diharapkan zona
mineralisasi terjadi pada kontak batuan metasedimen maupun batu gamping dengan
batuan terobosan dalam hal ini granit.
Mineralisasi di daerah Solok Selatan merupakan mineralisasi tipe kontak
hidrotermal dengan gejala tektonik yang kuat, terdapat pada batuan meta sedimen
yang terdiri dari batu sabak dan kuarsit. Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh
mineral logam yaitu emas (Au) alluvial, batuan pembawa emas maupun bijih besi (Fe).
Mineralisasi tipe kontak hidrotermal biasanya banyak mengandung oksida-oksida dan
atau sulfida-sulfida dari logam Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg dan Fe. Bentuk jebakan
hidrotermal sering mengikuti bentuk rongga/rekahan yang diisinya, kadang-kadang
diikuti oleh proses subsitusi/replacement. Bentuk urat dan impregnasi dapat
digolongkan pada proses cavity filling. Pada jebakan yang mengisi rongga (cavity
filling) bisa terjadi dua proses yaitu pembentukan rongga dan pengisian larutan
mineral.
Arah umum penyebaran logam dasar yang tersingkap di permukaan diperkirakan
berkisar antara barat laut dan tenggara yang dikontrol oleh struktur patahan orde
kedua dan seterusnya maupun sesar utama yaitu Sesar Semangko. Luas zona
mineralisasi Kabupaten Solok Selatan + 193.800 Ha dengan arah umum mengikuti
arah Sesar Semangko.
Keberadaan adanya indikasi panas bumi di daerah telitian terlihat dengan
munculnya mata air panas di sepanjang jalur Patahan Sumatera. Potensi
pertambangan di Kabupaten Solok Selatan cukup beragam, namun secara umum
dapat dikelompokkan menjadi bahan galian logam dan non logam. Bahan galian logam
berupa emas, bijih besi, tembaga, timah hitam, sedangkan bahan galian non logam
berupa batu marmer, batu gamping, dan lain-lain. Eksploitasi bahan tambang harus
tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.
I-33
1.4.4. Pariwisata
Pariwisata beberapa objek wisata budaya dan sejarah yang potensial adalah
Situs Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bidar Alam, Nagari dengan
Seribu Rumah Gadang di Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan Koto Parik Gadang
Diateh dan Rumah Gadang Panjang di Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari.
Khusus untuk objek wisata alam, Kabupaten Solok Selatan memiliki potensi yang perlu
dikelola dengan baik pada masa yang akan datang antara lain : Danau Bontak di kaki
Gunung Kerinci, Sumber air panas pada berbagai tempat, Goa atau Ngalau di
beberapa tempat, arena arung jeram di beberapa sungai dan pemandangan alam
kebun teh di Sungai Lambai dengan latar belakang Gunung Kerinci. Perencanaan
untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Solok Selatan harus memperhatikan
aspek sosial budaya; mengembangkan nilai budaya yang ada dalam masyarakat,
mengembangkan nilai ekonomi masyarakat dan mempertahankan karakteristik dasar
dari masyarakat serta nilai adat dan agama.
Muara Labuh sebagai Kawasan Nagari Seribu Rumah Gadang, terdapat kawasan
perkampungan tradisional di Pasar Talang dan Koto Baru. Sedikitnya terdapat 4 situs
sejarah di kawasan pasar lama ini, yaitu Kantor pos lama, bak penampungan air
ledeng Kolonial Belanda, Kantor Cabang Kejaksaan Negeri Solok di Muara Labuh yang
dulu disebut Kantor Rapat-sebuah Kantor Peradilan yang mengurus penerapan Hukum
Belanda untuk menggantikan hukum adat, serta dua batang kayu mahoni yang
tumbuh di depan Puskesmas Muara Labuh yang konon ditanam oleh Belanda semasa
mereka berkuasa di Nusantara ini. Didukung juga dengan kawasan sejuk Pekonina
untuk tempat peristirahatan dan Kawasan Wisata terpadu Bara Balun di Kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh yang memadukan potensi alam dengan potensi budaya.
I-34
Tabel 1.6 : Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2005-2010
Jumlah Penduduk Laju
No Tahun (Jiwa) Jumlah Pertumbuhan
Laki-laki Perempuan Penduduk (LPP)
1 2005 62.093 61.288 123.381 -
2 2006 64.748 63.950 128.698 4,31
3 2007*) 64.772 65.586 130.358 1,29
4 2008*) 64.792 67.300 132.092 1,33
5 2009*) 67.034 66.770 133.804 1,30
6 2010*) 72.568 71.713 144.281 7,83
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk (%) 3,21
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok Selatan, Tahun 2010 dan
Hasil Perhitungan Keterangan *) : Telah Pemekaran Menjadi 7 Kecamatan
I-35
Tabel 1.7 : Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2011
Luas Daerah Penduduk Kepadatan
No Kecamatan
(Km2) (Jiwa) (jiwa/km2)
1 Sangir 632,13 38.216 60
2 Sangir Jujuan 278,63 11.585 42
3 Sangir Balai Janggo 631,35 15.719 25
4 Sangir Batang Hari 751,66 13.049 17
5 Sungai Pagu 358,41 28.279 79
6 Pauh Duo 265,31 14.857 56
7 Koto Parik Gadang Diateh 672,66 22.576 34
Jumlah 2010 3.590,15 144.281 40
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok Selatan, Tahun 2010
Tahun
No Kecamatan
2010 2011 2016 2021 2026 2031
I-36
Tabel 1.9 : Proyeksi Kepadatan Penduduk
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2031
Kepadatan
Luas Jumlah Penduduk
N0 Kecamatan Penduduk
(km2) (jiwa)
(jiwa/km2)
1 Sangir 632,13 73.736 133
Dari tabel 1.9 di atas terlihat bahwa pada akhir tahun perencanaan, Kecamatan
Sangir mempunyai jumlah penduduk terbanyak yaitu 73.736 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Sangir Jujuan yaitu 22.353 jiwa. Jika
dilihat dari tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Solok Selatan pada akhir tahun
2031 rencana mencapai 78 jiwa/km2. Kecamatan Sungai Pagu merupakan kecamatan
yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu 270 jiwa/km2, sedangkan
kepadatan terkecil terdapat di Kecamatan Sangir Batang Hari, yaitu 27 jiwa/km2,
seperti terlihat pada Tabel 1.9.
I-37
Tabel 1.10 : Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2010
Jenis Kelamin
Kelompok Umur Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 8.213 7.956 16.169
5-9 8.459 8.017 16.476
10-14 8.268 7.911 16.179
15-19 6.222 5.912 12.134
20-24 5.322 5.417 10.739
25-29 6.361 6.698 13.059
30-34 6.091 5.925 12.016
35-39 5.405 5.233 10.638
40-44 4.477 4.277 8.754
45-49 3.685 3.854 7.539
50-54 3.199 3.170 6.369
55-59 2.417 2.243 4.660
60-64 1.551 1.456 3.007
65-69 1.088 1.208 2.296
70-74 873 1.016 1.889
75+ 903 1.384 2.287
TT 34 36 70
I-38
Peta 1.10 : Peta Kepadatan Penduduk
I-39
1.5.5. Adat Istiadat Penduduk
Masyarakat Minangkabau secara tradisional telah memiliki beberapa prinsip
filosofis yang mengatur konsepsi hidup dan kehidupan masyarakatnya1. Filosofi adat
Minang tersebut adalah Alam Takambang Jadi Guru (Filosofi alam). Masyarakat
Minang telah memasukkan alam sebagai bagian dari kehidupan mereka secara
integral. Mereka belajar dari alam untuk kemudian menjadikannya sebagai inspirasi
bagi prinsip hidup dan kehidupannya.
Dalam sebuah artikel (http://oasis.fortunecity.com/blackpool/622/alam.htm)
digambarkan bagaimana masyarakat Minangkabau tumbuh dan berkembang secara
dinamis, dengan memahami sepenuhnya prinsip hubungan sebab akibat dalam
fenomena alam (dikenal dengan bakarano bakajadian). Pemahaman mereka akan
substansi alamiah seperti air, udara, tanah dan api sebagai unsur bebas di alam
dibarengi dengan pemahaman yang cukup mengenai bagaimana unsur-unsur bebas
tersebut dapat bersatu dan membentuk sebuah kesatuan universal, yaitu dunia.
Mereka memahami bagaimana justru perbedaan yang memungkinkan dunia ini
berkembang secara dinamis dan saling melengkapi satu sama lain. Pemahaman
filosofis seperti ini diyakini telah melekat pada pribadi orang Minang, melalui konsepsi
keberadaan seseorang dan umat manusia secara umum.
Beberapa filosofi hidup dalam masyarakat Minang antara lain adalah:
1) Tagak sama tinggi, duduak samo randah. Filosofi ini mengajarkan
masyarakat Minang bersikap egaliter terhadap sesama. Namun di sisi lain, mereka
mengakui adanya perbedaan peran seorang (individu) dalam masyarakat
berdasarkan kemampuannya. Filosofi ini pula yang mengajarkan masyarakat
Minang untuk selalu siap bersaing.
2) Mambangkik batang tarandam. Mendukung usaha setiap individu untuk
meraih sukses, terutama karena ada keinginan untuk mengemban kebanggaan
(gengsi) keluarga.
3) Awak samo awak. Atau dapat diartikan sebagai pola “kekitaan”. Prinsip ini
dipengaruhi oleh struktur komunal masyarakat. Prinsip yang menganggap orang
lain sebagai bagian dari diri kita sendiri. Secara singkat, prinsip ini sarat dengan
makna solidaritas, baik sesuku, senagari, bahkan se-Alam Minangkabau. Prinsip
solidaritas ini sangat penting, karena membentuk paradigma di kalangan
1 http://oasis.fortunecity.com/blackpool/622/alam.htm
I-40
masyarakat Minang untuk membantu siapapun yang masih berdarah Minang
(beridentitas sama) ketika mengalami kesulitan.
4) Saiyo sakato. Prinsip “seiya sekata” dalam masyarakat komunal secara sosiologis
sangat penting karena keinginan seseorang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat secara umum. Oleh karena itu, keputusan dibuat secara bersama,
melalui mekanisme musyawarah. Kesepakatan yang kemudian dicapai dikenal
sebagai istilah mufakat.
5) Di ma bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang. Prinsip ini mengajarkan sikap
mampu beradaptasi secara harmonis. Sebagaimana hukum alam yang
memperlihatkan bahwa dunia selalu dalam proses perubahan, pertambahan waktu
dan kemajuan jaman sangat mempengaruhi hidup manusia. Masyarakat Minang
memiliki semangat dan optimisme yang besar dalam mengantisipasi perubahan.
Hal ini terlihat dalam “di ma bumi dipijak, di sinan langik dijunjuang”. Sebuah
pepatah yang sarat dengan makna.
Apabila ditelaah secara lebih mendalam, adat Minang pada dasarnya membuat sistem
hidup masyarakatnya komunal, hidup selaras dengan alam dan sangat memperhatikan
dinamika serta keharmonisan hubungan antarwarganya. Sebagai sebuah norma
kehidupan, filosofi masyarakat Minang relatif lebih efektif mempengaruhi sikap dan
kepatuhan terhadap pengaturan hubungan antar elemen masyarakat, jika
dibandingkan dengan aturan baku pemerintahan. Hal ini tidak terlepas dari peran
Nagari (sebagai konsep pemerintahan tradisional ala Minang).
2
Naim, Mochtar, Nagari versus Desa, Sebuah Keracunan Struktural, Pada Seminar Sehari Pekan Budaya dan Pameran
Pembangunan Sumatera Barat, Payakumbuh, 1989
I-41
ke Luhak dan ke Alam, dan ke samping antara sesama nagari, terutama adalah kaitan
emosional tetapi tidak struktural-fungsional.
Nagari bersifat self-contained, otonom, dan mampu membenahi diri sendiri.
Perangkat pemerintahan nagari juga mencakup unsur legislatif, eksekutif, dan
yudikatif seperti layaknya sebuah negara, dimana unsur tersebut merupakan kesatuan
holistik bagi berbagai perangkat tatanan sosial budaya lainnya. Sementara desa,
menurut Mochtar Naim, memperlihatkan gambaran yang sebaliknya, bahwa desa
merupakan perangkat terendah dari suatu sistem birokrasi yang sentralistis, hirarkis-
vertikal, dan sentripetal, dimana pusatnya berada di luar budayanya sendiri.
Di dalam desa tidak terdapat perangkat-perangkat otonom, sehingga tidak dapat
dikatakan sebagai sebuah miniatur negara, namun desa merupakan bagian yang
terkecil dengan sistem pemerintahan yang seluruhnya dikendalikan dari pusat
sehingga memiliki orientasi pada kepatuhan, keseragaman, kemandirian, dan
keragaman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.11. berikut :
I-42
Konsep Nagari dapat menjadi dasar pemanfaatan dan pengelolaan lahan,
terutama yang terkait dengan hak kepemilikan tanah ulayat. Tanah ulayat di sini
didasari pada prinsip kepemilikan komunal yang penggunaan dan pendistribusiannya
tunduk kepada hukum adat. Di sini Nagari akan berperan untuk mengatur
penggunaan dan pendistribusian tersebut. Semua keputusan menyangkut penggunaan
dan pendistribusian lahan didasari pada persetujuan Kerapatan Adat Nagari (KAN).
Secara umum, lembaga pemerintahan suatu nagari terdiri dari :
a) Kerapatan Adat Nagari (KAN) merupakan Iembaga Ninik mamak yang dalam
adat Minang Kabau merupakan orang yang dianggap sebagai pimpinan dalam
sukunya masing-masing. Sebagai pemimpin terdepan dalam suatu suku. Ninik
Mamak mempunyai peran untuk menggali aspirasi anak kemenakan dan
mensosialisasikan peraturan-peraturan yang dikeluarkan ditingkat Nagari.
b) Badan Permusyawaratan Nagari (Bamus Nagari) merupakan Lembaga
Legislatif yang terdiri dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat, oleh karena
Bamus Nagari merupakan wakil-wakil unsur dalam masyarakat, maka kebijakan-
kebijakan yang akan diterapkan atau diusulkan dalam Nagari adalah usulan
masyarakat secara umum, sehingga ketentuan-ketentuanI kebijakan tingkat nagari
akan dengan mudah untuk diterapkan dalam masyarakat.
c) Pemerintahan Nagari. Merupakan lembaga pelaksana dan pada kebijakan/
ketentuan yang telah diusulkan dan dinilai oleh lembaga yang ada dalam Nagari,
serta diterapkan sebagai suatu ketentuan dalam nagari atau berbentuk peraturan
nagari (PERNA).
Dengan memperhatikan komposisi lembaga kenagarian, maka dapat disimpulkan
bahwa masing-masing lembaga mempunyai andil dalam kebijakan ditingkat Nagari
sebagai:
- Lembaga Pengusul dan Pensosialisasi Kebijakan (KAN)
- Lembaga Pengawas Kebijakan (Bamus Nagari)
- Lembaga Pelaksana Kebijakan (Pemerintahan Nagari)
Kewenangan pengambilan keputusan strategis dalam sebuah Nagari berada di
tangan seorang pemimpin yang dikenal dengan sebutan Wali Nagari melalui
mekanisme Musyawarah Nagari, yang melibatkan komponen yang ada di dalam
masyarakat. Karena prinsip dasar dalam komunitas Nagari adalah Adat basandi
syarak, syarak basandi Kitabullah, maka peraturan Nagari tidak boleh bertentangan
dengan adat dan syarak, kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-43
yang lebih tinggi. Peraturan yang dibuat oleh Nagari tidak memerlukan pengesahan
dari Bupati untuk pemberlakuannya. Dalam hal ini terlihat jelas kewenangan mutlak
yang dimiliki oleh pemerintahan Nagari dalam kehidupan masyarakat Minang.
Kantor Nagari Pakan Rabaa Kecamatan Koto Kantor Nagari Pasir Talang
Parik Gadang Diateh Kecamatan Sungai Pagu
I-44
Partisipasi Masyarakat Solok Selatan terhadap Pembangunan
Dari uraian diatas maka dapat terlihat bahwa ada beberapa konsep kembali ke nagari
dan sosial budaya dalam mengembangkan potensi pengembangan wilayah:
- Dengan adanya program kembali ka nagari, maka dengan sendirinya akan
mengakibatkan potensi dan pengembangan wilayah.
- Adanya suatu lembaga yang bernama (Bamus Nagari) yang merupakan suatu
lembaga setingkat wali nagari yang nantinya akan mengangkat dan menegakkan
peraturan-peraturan dalam nagari.
- Adanya lembaga Bundo Kanduang yang mencoba mengarahkan pendidikan anak-
anak dan para pemudanya yang menitikberatkan keagamaan untuk dapat
menghambat arus globalisasi.
- Memberi pandangan dan arahan kepada masyarakat baik dinamika maupun tidak
sesuai dengan adat yang berlaku.
I-45
5. Nilai PDRB pada tahun 2005 hingga tahun 2009 cenderung mengalami
pertumbuhan rata-rata sekitar 4,21%. Struktur perekonomian Kabupaten
Solok Selatan dibentuk oleh 3 sektor utama, yaitu Pertanian, terutama
tanaman pangan dan perkebunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran,
terutama perdagangan besar, serta Industri Pengolahan, terutama industri
tanpa migas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.12 berikut :
I-46
2009, sedangkan sub sektor restoran melemah dari 0,40 persen tahun 2008
menjadi 0,38 persen tahun 2009.
Dimasa mendatang, tingkat produktivitas perlu ditingkatkan untuk dapat menjaga dan
meningkatkan ketahanan pangan Kabupaten Solok Selatan, antara lain melalui
penyediaan bibit unggul, harga pupuk yang terjangkau petani, penataan kelembagaan
petani, serta dukungan sarana dan prasarana pertanian terutama jaringan irigasi.
HORTIKULTURA
Sebagai bagian dari pertanian tanaman pangan, keberadaan hortikultura di
Kabupaten Solok Selatan cukup penting. Komoditas yang ada saat ini mencakup
sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditas sayur-sayuran yang relatif besar
produksinya adalah kubis dan cabe. Sementara, komoditas buah-buahan yang relatif
besar produksinya adalah durian, manggis, duku dan nangka.
PERKEBUNAN
Walaupun perjalanan menuju Kabupaten Solok didominasi pemandangan perkebunan
teh, namun Kabupaten Solok dikenal sebagai penghasil kelapa sawit, karet, kakao dan
kayu manis. Dahulu tanaman karet sempat menjadi promadona, namun saat ini
bersaing dengan tanaman kelapa sawit. Usaha perkebunan karet dapat ditemui di
Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Batang Hari, dan Sungai Pagu. Lahan yang
digunakan untuk pengusahaan karet mulai dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan
sawit. Pada tahun 1998, penanaman kelapa sawit besar-besaran dimulai dan empat
tahun kemudian mulai berproduksi.
I-47
Kelapa sawit
Perkebunan kelapa sawit banyak ditemukan di Sangir Balai Janggo, Sangir
Batang Hari dan Sangir Jujuan. Letak lokasi produksi komoditas ini agak terisolasi,
karena jaringan transportasi yang belum memadai (sulit dilalui kendaraan pada
musim hujan) dan hal ini agak menjadi kendala dalam pendistribusian hasil
produksi.
Seperti umumnya daerah lain di Indonesia, komoditas kelapa sawit ini belum
dikelola dengan sistem industri hulu sampai hilir. Kelapa sawit dijual dalam bentuk
mentah atau setengah jadi. Pengolahan kelapa sawit hingga jadi dilakukan di Kota
Padang dan Malaysia. Hingga saat ini tercatat terdapat sekitar 11 perusahaan
pengusaha kelapa sawit yang luas lahannya mencapai 73.331 ha. Lokasi 7
perusahaan besar tersebut diantaranya cukup strategis, karena selain dekat
dengan Ibukota Kabupaten (Padang Aro), juga berada di pertigaan Kabupaten
Dharmasraya, Kabupaten Kerinci dan Kota Padang.
Beberapa perusahaan perkebunan besar yang telah berproduksi dengan
komoditas kelapa sawit yaitu : PT. Tidar Kerinci Agung, PT. Kencana Sawit
Indonesia (KSI), PT. Sumatera Jaya Agro Lestari, PT. Bina Pratama Sakato Jaya
SSII dan PTPN6 yang berlokasi di Kecamatan Sangir Balai Janggo dan Sangir
Jujuan, sedangkan di Kecamatan Sangir Batang Hari yaitu PT. Bina Pratama
Sakato Jaya SSI. Ada 4 perusahaan perkebunan yang telah merencanakan
pembukaan kebun kelapa sawit dan telah memiliki izin lokasi dari Bupati Solok
Selatan yaitu PT.Inti Melia Felindo di Sungai Kunyit, PT. BALI di Dusun Tangah dan
PT. Ranah Andalas Serta PT. Hastika Palma Kencana. Plantation di Kecamatan
Sangir Jujuan dan Sangir Batang Hari.
Kayu manis
Merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan,
karena mampu menghasilkan devisa dari penjualan
produksinya ke luar negeri, terutama negara-negara di
Eropa.
Produksi kayu manis pada tahun 2004 mencapai 2.349,50
ton yang dihasilkan dari lahan seluas 6.269 ha. Lahan perkebunan kayu manis
tersebar di Nagari Sungai Kunyit (Kecamatan Sangir Balai Janggo). Kawasan ini
merupakan pusat aglomerasi perusahaan-perusahaan besar milik Pemerintah dan
I-48
swasta yang bergerak di bidang pengolahan produk perkebunan. Namun
sayangnya, hal ini pun masih kurang didukung oleh jaringan transportasi yang
memadai (jalan rusak, buruk, hancur, dan berlubang).
Teh
Selain kelapa sawit dan kayu manis, perkebunan di
Kabupaten Solok Selatan juga menghasilkan teh. Produksi
teh dijual dalam bentuk teh hitam dan teh hijau ke Sri
Lanka, India, dan Timur Tengah. Perusahaan pengolahan
teh di Kabupaten Solok Selatan adalah PT. Mitra Kerinci
dengan lokasi kebun di Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Selatan dan PT.
Pecconina Baru di Liki. Selain ketiga komoditas unggulan diatas, hasil perkebunan
lainnya yang dihasilkan di Kabupaten Solok Selatan antara lain cengkeh, pinang,
enau, kopi, kemiri, jahe, coklat, dan gardamungu.
Perkebunan sawit dan buah kelapa sawit yang siap diolah di Pabrik Kelapa Sawit
I-49
Sektor Potensial : Pertambangan dan Pariwisata
PERTAMBANGAN
Potensi pertambangan di Kabupaten Solok Selatan cukup beragam, namun
secara umum dapat dikelompokkan menjadi bahan galian logam dan non logam.
Bahan galian logam berupa emas, pasir besi, timah hitam, sedangkan bahan galian
non logam berupa batu marmer, batu gamping, batu akik/permata dll.
Potensi bahan galian tambang seperti bahan galian golongan A dan B, belum
dapat diolah secara intensif, karena disamping kebijakan strategis berada pada
Pemerintah Pusat, dan masyarakat sebagian kecil menambang secara tradisional
diberbagai tempat, untuk investasi juga diperlukan dana yang cukup besar karena
belum didukung dengan infrastruktur yang memadai. Namun demikian potensi bahan
tambang galian C cukup besar dengan lokasi tersebar diberbagai tempat di Kabupaten
Solok Selatan. Pengelolaan bahan galian C ini dilakukan oleh masyarakat secara
manual pada lokasi-lokasi tertentu dan untuk kebutuhan yang lebih besar
pengolahannya telah dilakukan oleh pengusaha dengan cara mekanis.
Pengolahan bahan galian golongan C ini sudah memberikan kontribusi pada
APBD Kabupaten Solok Selatan dan untuk masa yang akan datang merupakan salah
satu sumber andalan Pendapatan Asli Daerah.
PARIWISATA
Bentang alam yang indah dan bangunan unik bersejarah dan budaya merupakan
potensi wisata yang masih belum secara optimal dikembangkan sebagai sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Solok Selatan.
Perencanaan untuk pengembangan pariwisata di Kabupaten Solok Selatan akan
dilakukan melalui berbagai pendekatan, terutama sekali harus memperhatikan aspek
sosial budaya dengan berorientasi pada perkembangan atas 4 dimensi, antara lain
I-50
mengembangkan nilai budaya yang ada dalam masyarakat, mengembangkan nilai
ekonomi masyarakat dan mempertahankan karakteristik dasar dari masyarakat serta
nilai adat dan agama.
Beberapa objek wisata budaya dan sejarah yang potensial adalah Situs PDRI di
Bidar Alam, Nagari dengan Seribu Rumah Gadang di Kecamatan Sungai Pagu dan
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dan Rumah Gadang Panjang di Nagari Abai
Kecamatan Sangir Batang Hari. Terdapat pula beberapa situs budaya yang belum
terinventarisir dan potensial untuk dikembangkan pada masa yang akan datang.
Khusus untuk objek wisata alam, Kabupaten Solok Selatan memiliki potensi yang
perlu dikelola dengan baik pada masa yang akan datang antara lain :
- Danau Bontak di kaki Gunung Kerinci
- Sumber air panas pada berbagai tempat;
- Goa atau Ngalau di beberapa tempat
- Arena Arung Jeram di beberapa Sungai .
- Pemandangan Alam Kebun Teh di Sungai Lambai dengan latar belakang Gunung
Kerinci.
I-51
Jarak dari
No. Kecamatan Lokasi Nama Obyek Wisata Padang
Aro (KM)
19. Subarang Suliti Ustano Putri Sigintir 40
20. Mudiak Lolo Ustano Tuangku Rajo 38
malenggang dan Rajo batuah
21. Pasie Talang Mesjid Enam Puluh Kurang 37
Aso
22. Pasie Talang Rumah gadang Alam Surambi 37
23. Pasie Talang Balai-balai adat 34
24. Pasie Talang Rumah Tabuah 32
25. Koto Baru Surau Menara 35
26. Pauh Duo Pauh Duo Nan Batigo Aie Angek Sapan Maluluang 26
27. Nagari Alam Pauh Air Terjun Sungai Duo 19
Duo
28. Sangir Jujuan Lubuak Malako Ngalau Lubuk Malako 25
29. Lubuk Malako Air Terjun Sungai Layang- 25
layang
30. Bidar Alam Bukik Sangko Puyuh 25
31. Bidar Alam Tugu Perjuangan PDRI 26
32. Lubuk Malako Ngalau Sianik 30
33. Bidar Alam Rumah PDRI 26
34. Tabuah Larangan 35
35. Ustano Urang Gadang 35
36. Sangir balai Sungai Kunyit Air Terjun Talang Sipintir 40
37. Janggo Sungai Kunyit Ngalau Indah 26
38. Taratak Baru Air Terjun Batang Daun Sungai 42
Kunyit
39. Sungai Kunyit Kebun Sawit dan Karet di TKA 45
40. Air Terjun Tujuh Lenggek
41. Sangir Lubug Gadang Istano Rajo Daulat yang 15
Dipertuan Maharajo Bungsu
Rantau XII Koto
42. Sungai Lambai Air Terjun Tensi Ampek 8
43. Timbulun Air Terjun Tansi Ampek 1
44. Sikinjang Taman Nasional Kerinci Seblat 4
45. Pincuran Tujuah Pincuran Mande Rubiah 5
46. Aia Manyuruak Pintu Lubang 10
47. Bukik Malintang Danau Bontak 6
48. Sampu Lubuk Patamuan 8
49. Sungai Lambai Aia Malanca 8
50. Golden Arm Kawasan Wisata Golden Arm 14
51. Sangir Batang Liki dan batang Sangir 3
52. Sampu Pulau Mutiara 3
53. Jorong Sampu Masjid Sampu 2
54. Lubuk Gadang Rumah Gadang Durian 0
Taruang
56. Sungai Lambai Perkebunan The Mitra Kerinci 3
57. Sangir Batang RPC Ngalau RPC Bukik Sungai 30
Hari Mintan
58. Abai Vila Terapung Abai 40
59. Abai Panorama Bukik Malintang 45
60. Abai Panorama Bukik Karang 40
61. Abai Rumah Gadang 21 Ruang 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-52
Jarak dari
No. Kecamatan Lokasi Nama Obyek Wisata Padang
Aro (KM)
62. Abai Rumah Gadang Melayu 40
63. Abai Perkebunan Sawit 50
64. RPC Kebun Manggis 50
65. Lubuk Ulang-aling Goa lubuk Ulang Aling 45
Sumber : Dinas Budparpora Kab. Solok Selatan
I-53
Potensi kepariwisataan tersebut pada masa yang akan datang dapat menjadi
sektor utama dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan peningkatan PAD.
Untuk pengembangannya sangat diperlukan perhatian semua pihak, termasuk
investor, perantau dan Biro Perjalanan. Secara kelembagaan, pada tahun 2008
Pemerintah Kabupaten Solok Selatan telah membentuk Dinas Kebudayaan, Pariwisata
Pemuda dan Olahraga.
I-54
1.6.2. Keuangan Daerah
Pada tahun anggaran 2009, realisasi pendapatan Pemerintah Kabupaten Solok Selatan
adalah 328,71 milyar rupiah (meningkat dari 307,75 milyar rupiah pada tahun 2008)
yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) 10 milyar rupiah, Dana
Perimbangan baik dari Pusat maupun dari
Propinsi 310,61 milyar rupiah dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah sebesar 0,72 milyar
rupiah. Sementara itu, belanja yang harus dikeluarkan oleh Pemda adalah 362,61
milyar rupiah, dengan rincian belanja operasi yaitu 230,65 milyar rupiah, belanja
modal sebesar 129,71 milyar rupiah dan belanja tak terduga sebesar 2,24 milyar
rupiah.
Kemampuan Pendapatan Asli Daerah yang tiap Tahun menunjukan perkembangan
pada Tahun 2007 sebesar Rp. 5,9 Milyar, Pada Tahun 2008 sebesar Rp.11 Milyar dan
proyeksi tahun 2009 adalah sebesar Rp.16 Milyar.
Pembentukan Kabupaten Solok Selatan memberikan pengaruh besar terhadap
perkembangan ekonomi wilayahnya. Dengan adanya pemekaran ini, Kabupaten Solok
Selatan berhak mengatur dan mengelola pemerintahan, aset dan potensi ekonomi
sendiri, tergambar sustainability peningkatan APBD setiap tahun pada tabel di bawah:
I-55
Gambar 1.2 : Grafik Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Kabupaten Solok Selatan 2008-2009
I-56
diperhatikan pada PDRB Kabupaten Solok Selatan secara keseluruhan terjadi
peningkatan kontribusi sektor-sektornya, sedangkan pada PDRB Sumatera Barat
terjadi penurunan kontribusi pada beberapa sektor yaitu pada sektor pertanian, sektor
industri pengolahan, dan sektor listrik, gas dan air bersih.
Sektor pertanian, sektor pertambangan dan pengggalian dan sektor bangunan
merupakan tiga sektor yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB Sumatera
Barat yaitu dengan kontribusi sebesar, 2,61 persen, 3,63 persen dan 2,17 persen.
Sedangkan sektor-sektor lainnya hanya memberikan kontribusi dibawah 2 persen.
Berdasarkan data Kabupaten Solok Selatan Dalam Angka 2009 diketahui bahwa pada
tahun 2009, nilai PDRB (Harga Konstan tahun 2000) adalah Rp 616.507,90 juta.
Dibandingkan nilai PDRB pada tahun 2000 hingga tahun 2003, nilai ini cenderung
mengalami pertumbuhan rata-rata sekitar 4,21 %.
I-57
Gambar 1.4 : Distribusi Persentase per sektor (persen) Tahun 2008
I-58
Tabel 1.15 : PDRB Kabupaten Solok Selatan Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2009
2008* 2009**
No LAPANGAN USAHA
Nilai (Rp. Juta) Nilai (Rp. Juta)
1. Pertanian 219.948,94 231.685,82
a. tanaman pangan & hortikultura 73.440,48 77.276,08
b. perkebunan 106.328,32 112.677,33
c. peternakan 22.528,59 23.686,25
d. kehutanan 16.277,57 16.596,28
e. perikanan 1.373,98 1.449,89
2. Pertambangan & Penggalian 37.685,36 40.654,40
a. migas dan gas bumi 0,00 0,00
b. non migas 0,00 0,00
c. penggalian 37.685,36 40654,40
3. Industri Pengolahan / 57.637,25 60.557,44
a. industri migas 0,00 0,00
b. industri tanpa migas 57.637,25 60.557,44
4. Listrik, gas & air bersih / 4.313,06 4.779,09
a. listrik 4.092,98 4514,39
b. g a s 0,00 0,00
c. air bersih 220,08 264,70
5. Bangunan 43.173,28 46.941,61
6. Perdagangan, hotel & restoran 109.218,44 116.389,22
a. perdagangan besar dan eceran 105.977,14 112958,97
b. h o t e l 25,89 26,35
c. restoran 3.215,41 3403,90
7. Pengangkutan dan komunikasi 37.195,26 39970,02
a. angkutan 33.835,62 36111,74
1. kereta api 0,00 0,00
2. jalan raya (darat) 33.521,32 35788,64
3. angk. laut, sungai, danau &
225,21 232,13
penyeberangan
4. angkutan udara 0,00 0,00
5. jasa penunjang angkutan 89,99 90,96
b. komunikasi 3359,64 3858,28
Keuangan, persewaan & jasa
8. 13739,04 14604,07
perusahaan
a. bank 2707,80 2822,92
b. lemb. keuangan tanpa bank & jasa
7349,82 7733,20
penunjang
c. sewa bangunan 3633,96 3996,62
d. jasa perusahaan 47,46 51,32
9. Jasa-Jasa 56567,95 60926,23
a. pemerintahan umum & pertahanan 28934,43 30368,38
b. swasta 27633,52 30557,84
1. sosial kemasyarakatan 5168,82 5389,08
2. hiburan dan rekreasi 483,62 498,53
3. perorangan dan rumahtangga 21981,08 24670,24
I-59
1.7. Potensi Bencana Alam
Kabupaten Solok Selatan memiliki potensi bencana alam berupa tanah longsor,
banjir, gempa dan letusan gunung berapi. Wilayah Kabupaten Solok Selatan yang
rawan akan bencana longsor merupakan kawasan dengan ketinggian di atas 1.000 m
dpl dimana kawasan ini merupakan dataran tinggi. Kawasan rawan longsor berada di
sepanjang jalan dari arah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh hingga Kecamatan
Sungai Pagu, Kecamatan pauh Duo dan Kecamatan Sangir, Kecamatan Sangir Jujuan,
Kecamatan, Kecamatan Sangir Batang Hari dan Kecamatan Sangir Balai Janggo.
Kawasan rawan banjir terdapat di Kampung Tarandam Kecamatan Sungai Pagu dan
disepanjang iliran Batang Hari Kecamatan Sangir Batang Hari. Daerah yang dapat
dapat imbas langsung dari akibat letusan Gunung Berapi dengan radius 20 km dari
pusat Gunung Berapi yaitu Daerah utara dari Gunung Berapi ke arah Utara yakni
Kecamatan Sangir dan Kecamatan Pauh Duo dan arah ke Selatan dari Gunung Berapi
dengan radius 20 km yakni Kecamatan Sangir dan Kecamatan Sangir Jujuan.
Sedangkan daerah yang dapat imbas dari akibat Patahan Semangka adalah
Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) Kabupaten Solok Selatan. Lebih jelas potensi
bencana alam di wilayah perencanaan dapat dilihat pada gambr 1.10 dibawah ini.
I-60
1.8. Kondisi Sarana Prasarana Wilayah
1.8.1. Sarana Perumahan
Perumahan diartikan sebagai sekelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat
tinggal, yang didalamnya mencakup prasarana dan sarana lingkungan. Seperti di
daerah lain di Sumatera Barat, bangunan rumah di Kabupaten Solok Selatan memiliki
bentuk yang unik dengan atap meruncing pada bagian pinggir. Namun di Padang Aro,
bentuk rumah sudah lebih bervariasi, terdapat beberapa rumah dengan arsitektur
modern (tingkat dan berpilar).
Pola penyediaan rumah saat ini disamping masih dilakukan secara self help atau
dilakukan sendiri, baik secara individual maupun kolektif juga dilakukan oleh pihak
swasta seperti dengan adanya pembangunan perumahan-perumahan baru. Hal ini
menyebabkan bentuk dan luasan rumah cenderung beragam. Dari segi estetika
bangunan, keberagaman ini dapat berdampak positif, namun juga dapat berdampak
negatif apabila keberagaman tersebut kurang tertata dengan apik. Beberapa rumah
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-61
juga ada yang disediakan oleh pemerintah, misalnya rumah-rumah dinas pemerintah.
Berdasarkan kecenderungan ini, maka di masa mendatang, penyediaan rumah dalam
skala besar tidak begitu sulit, karena masyarakat lebih menyukai pola penyediaan
rumah secara kolektif dan bersama-sama.
Kebutuhan perumahan suatu wilayah akan meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk wilayah tersebut. Kondisi ideal bagi suatu wilayah adalah jika
1 (satu) KK menghuni 1 (satu) unit rumah. Asumsi ini yang digunakan dalam
menghitung kebutuhan ruang untuk pengembangan perumahan di wilayah
perencanaan, dengan rata-rata jumlah penghuni 1 (satu) KK adalah 5 (lima) jiwa.
Kebutuhan ruang untuk perumahan ini dapat dicari dengan pendekatan luas rata-
rata kavling rumah. Komposisi besaran kavling yang akan dikembangkan diasumsikan
dengan perbandingan 1 : 3 : 6, dengan pengertian 1 (satu) kavling rumah besar
dengan luas 400 m2, 3 (tiga) kavling rumah sedang dengan luas lahan 300 m2, dan 6
(enam) kavling rumah kecil dengan luas lahan 150 m2.
Dari hasil perhitungan, perkiraan kebutuhan permukiman, baik kebutuhan
jumlah rumah maupun lahan permukiman di Kabupaten Solok Selatan adalah tahun
2016 sebanyak 34.817 unit dan jumlah luas lahan 766 Ha, tahun 2021 sebanyak
40.715 unit rumah dan luas lahan 896 Ha, tahun 2026 sebanyak 47.612 unit rumah
dan luas lahan 1.047 Ha. Sedangkan untuk akhir tahun perencanaan (2031) adalah
sebanyak 55.677 unit, yang terdiri dari 33.406 kavling kecil, 16.703 kavling sedang
dan 5.568 kavling besar dengan jumlah luas lahan keseluruhan sekitar 1.225 Ha.
I-62
satu pendidikan tinggi ada di Kecamatan Sungai Pagu (STIE dan STKIP Widyaswara
Indonesia).
Sampai pada tahun 2009 jumlah sarana pendidikan untuk TK dan SD sudah
cukup tersedia, yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah sarana pendidikan untuk
perguruan tinggi ataupun sekolah tinggi (D3) yang sampai pada tahun 2010 hanya
terdapat satu Perguruan Tinggi di Kecamatan Sungai Pagu. Sarana pendidikan yang
ada pada setiap kecamatan tersebut melayani masyarakat berdasarkan faktor
kedekatan jarak/waktu tempuh.
Untuk melihat besarnya tingkat pelayanan dari keberadaan jumlah fasilitas
pendidikan tersebut, maka diperlihatkan besarnya rasio pelayanan sarana pendidikan
yang ada (eksisting) terhadap jumlah penduduk pendukungnya dibandingkan dengan
standar kebutuhan fasilitas pendidikan yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
dimana untuk 1 unit TK jumlah penduduk pendukungnya adalah 1.000 jiwa, untuk 1
unit SD jumlah penduduk pendukungnya adalah 1.600 jiwa, 1 unit SMP memiliki
jumlah penduduk pendukung 4.800 jiwa, 1 unit SMA memiliki jumlah penduduk
pendukung sebesar 4.800 jiwa.
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa perkiraan kebutuhan sarana
pendidikan di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan jumlah sarana pendidikan
eksisting tahun 2009 adalah sampai tahun 2021 sarana penididkan SD masih cukup,
perlu penambahan TK, SLTP dan SLTA, yaitu sebagai berikut :
Tahun 2016 kebutuhan sarana pendidikan adalah 89 unit TK/setingkat seluas 2,23
Ha, 3 unit SLTP/setingkat seluas 2,94 Ha, dan 24 unit SLTA/setingkat seluas
30,33 Ha.
Untuk tahun 2021 dibutuhkan 119 unit TK/setingkat seluas 2,98 Ha, 9 unit
SLTP/setingkat seluas 8,47 Ha, dan 30 unit SLTA seluas 38,01 Ha.
I-63
Tahun 2026 dibutuhkan 153 unit TK/setingkat seluas 3,83 Ha, 8 unit SD/setingkat
seluas 1,56 Ha, 17 unit SLTP seluas 14,94 Ha, dan 38 unit seluas 46,99 Ha.
Akhir tahun rencana 2031 adalah 193 unit TK/Setingkat, 33 unit SD/Setingkat, 25
unit SLTP/Setingkat, dan 46 SLTA/Setingkat. Jumlah luas lahan yang dibutuhkan
untuk menampung kebutuhan fasilitas pendidikan pada akhir tahun perencanaan
adalah 91,43 Ha, yang terdiri dari luas lahan untuk TK seluas 4,83 Ha, SD seluas
6,60 Ha, SLTP seluas 22,50 Ha, dan SLTA seluas 57,50 Ha.
I-64
Untuk mengetahui kebutuhan masyarakat akan sarana kesehatan, maka
digunakan standar sebagai berikut:
Balai Pengobatan melayani minimum 3.000 penduduk
Balai Kesehatan Ibu Anak dan Rumah Bersalin melayani minimum 10.000
penduduk
Puskesmas melayani minimum 120.000 penduduk atau setiap pusat kecamatan
Puskesmas Pembantu melayani minimum 30.000 penduduk atau setiap pusat
lingkungan
Rumah Sakit melayani minimum 240.000 penduduk
Dokter praktek melayani minimum 5.000 penduduk
Apotik/toko obat melayani minimum 10.000 penduduk
Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa perkiraan kebutuhan sarana kesehatan
di Kabupaten solok selatan hingga akhir tahun perencanaan membutuhkan 1 unit
rumah sakit umum dengan luas lahan sekitar 17,28 Ha. Sedangkan untuk puskesmas
dan puskesmas pembantu yang ada sekarang masih cukup untuk melayani penduduk
uantuk masa yang akan datang.
I-65
Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan sarana perdagangan di Kabupaten
Solok Selatan hingga akhir tahun perencanaan (2031) membutuhkan 2 unit pusat
perdagangan skala kabupaten dan 2 unit pasar kecamatan.
I-66
1.8.6. Prasarana Jaringan Transportasi
Keberadaan transportasi bagi pengembangan wilayah dan perekonomiannya
sangat penting. Pelayanan transportasi saat ini di Kabupaten Solok Selatan masih
sangat sederhana. Sebagian besar sudah menggunakan transportasi darat (jaringan
jalan), namun beberapa daerah masih menggunakan transportasi sungai untuk
membuka keterisoliran.
Struktur jaringan jalan di kabupaten ini berbentuk linier dengan jaringan jalan
utama membentang dari barat ke timur (Padang – Solok – Muara Labuh – Padang Aro
– Dusun Tangah). Di sekitar Lubuk Malako, jaringan jalan ini terpecah. Satu arah
menuju utara hingga Dusun Tengah, sedangkan yang lainnya menuju ke selatan
menuju Sei Penuh, Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi).
Bentuk dan struktur jaringan jalan yang demikian ini dipengaruhi oleh kondisi
fisik wilayah, yang menyebabkan jaringan jalan harus mengikuti pola TNKS dan
kawasan lindung, selain juga dipengaruhi oleh kondisi fisik topografi yang berbukit /
bergelombang terjal.
Jalan raya merupakan urat nadi perekonomian. Kondisi jalan yang baik akan
memperlancar arus transportasi. Namun pada tahun 2009, berdasarkan data dari
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Solok Selatan mencatat bahwa masih banyak jalan
dengan kondisi rusak dan rusak berat,masing-masing yaitu 86,79 km dan 1369,85 km.
Sementara panjang jalan dengan kondisi baik adalah 238,75 km dan kondisi sedang
219,50 km.
Prasarana jaringan jalan untuk melayani pergerakan internal kabupaten, belum
didukung oleh infrastruktur jalan yang memadai. Jaringan jalan yang terdapat di
Kabupaten Solok Selatan hingga tahun 2009 berdasarkan statusnya terdiri dari
jaringan jalan provinsi dan jaringan jalan kabupaten.
Panjang jaringan jalan provinsi yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan
adalah 348,79 Km, umumnya berada dalam kondisi rusak berat yaitu sepanjang 213
Km atau sekitar 61,07 %. Sedangkan jaringan jalan provinsi yang berada dalam
kondisi baik mempunyai panjang 71 Km atau sekitar 20,36 %. Sementara itu jaringan
jalan kabupaten secara keseluruhan mempunyai panjang 1.566,10 Km. Dari total
panjang jaringan jalan kabupaten tersebut, 1.156,85 Km berada dalam kondisi rusak
berat atau sekitar 73,87 %, sedangkan yang berada dalam keadaan baik mempunyai
panjang 167,75 Km atau sekitar 10,71 %.. Dukungan aksesibilitas dengan kondisi
I-67
yang kurang memadai ini mengakibatkan terdapatnya beberapa wilayah/kawasan di
Kabupaten Solok Selatan tergolong terisolir.
Lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan jalan menurut status dan kondisinya di
Kabupaten Solok Selatan pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 1.17 berikut.
Tabel 1.17 : Panjang Jalan Menurut Status dan Kondisi Jaringan Jalan di
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2009
Provinsi Kabupaten
Jumlah
No Kondisi Panjang Persentase Panjang Persentase
(Km)
(Km) (%) (Km) (%)
1 Baik 71,00 20,36 167,75 10,71 238,75
2 Sedang 34,60 9,92 184,90 11,81 219,50
3 Rusak 30,19 8,66 56,60 3,61 86,79
4 Rusak Berat 213,00 61,07 1.156,85 73,87 1.369,85
Jumlah 348,79 100,00 1.566,10 100,00 1.914,89
Sumber: Dinas PU Kab. Solok Selatan, tahun 2010
Keberadaan jaringan jalan didukung pula oleh adanya beberapa jembatan. Pada
tahun 2009 terdapat sekitar 110 buah jembatan di Kabupaten Solok Selatan dengan
total panjang mencapai 3.343,50 km, seperti terlihat pada tabel 1.18 berikut ini.
1 Sangir 27 786,50
2 Sangir Jujuan 14 778,00
3 Sangir Balai Janggo 2 105,00
4 Sangir Batang Hari 11 467,00
5 Sungai Pagu 27 560,00
6 Pauh Duo 14 291,00
7 Koto Parik Gadang Diateh 15 356,00
Jumlah 110 3.343,50
Sumber: Dinas PU Kab. Solok Selatan, tahun 2010
I-68
Sarana transportasi di Kabupaten Solok Selatan tahun 2009 sampai Tahun 2011
berupa angkutan penumpang dan angkutan barang yang dipergunakan sebagai alat
pergerakan bagi penduduk dalam melakukan aktifitas dari daerah asal ke daerah
tujuan atau sebaliknya. Sarana transportasi di Kabupaten Solok Selatan pada tahun
2009 berupa angkutan penumpang umum, yang terdiri dari Bus, mikro bus dan mini
bis, mobil barang berupa light truck dan truk.
I-69
Beberapa kondisi jembatan di Kabupaten Solok Selatan
I-70
Untuk lebih jelasnya mengenai banyak jumlah kendaraan umum yang ada di
Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat pada tabel 1.19 berikut :
Tabel 1.19 : Jumlah Kendaraan Angkutan Umum Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2011
Per 31 Desember Per 31 Desember
No. Jenis Kendaraan
2010 (Unit) 2011 (Unit)
1 Mini Bus 27 10
2 Mikro Bus 19 8
3 Bus 9 1
4 Light Truck 38 21
5 Truck 22 4
Jumlah 115 44
Sumber : UPTD Pelayanan Pendapatan Propinsi Sumatera Barat di Solok Selatan
I-71
Upaya penyediaan BTS di perbukitan
I-72
Kebutuhan Satuan Sambungan Telepon untuk pelayanan umum dan komersial
pada tahun 2031 adalah: 3.341 SST.
Kebutuhan sambungan telepon umum tahun 2031 adalah: 111 SST.
Bila dilihat dari data jumlah pelanggan telepon, pelayanan jasa telekomunikasi di
Kabupaten Solok Selatan masih sangat kurang. Keterbatasan jaringan menyebabkan
komunikasi masyarakat di desa-desa, terutama yang letaknya terpelosok cukup sulit.
Penyediaan jaringan dipengaruhi oleh ketersediaan jaringan jalan dan kondisi fisik
wilayah. Namun demikian, untuk masa datang diharapkan pelayanan telekomunikasi
dapat lebih baik dan tersebar, sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik investor
untuk mengembangkan usahanya di berbagai sektor di wilayah kabupaten solok
Selatan, terutama industri pengolahan hasil perkebunan, pariwisata, dan
pertambangan.
I-73
Kebutuhan Domestik/Sambungan rumah (RT) : 120 liter/orang/hari, dengan
tingkat pelayanan 1 SR untuk 5 orang penduduk
Kebutuhan air non domestik 20% dari kebutuhan domestik.
Tingkat pelayanan diasumsikan sekitar 70 % dari total kebutuhan air minum.
Asumsi kehilangan air sekitar 20 %
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka diperkirakan kebutuhan air bersih untuk
tahun 2016 sekitar 3.509.554 l/orang/hari, tahun 2021 sekitar 4.104.052 l/orang/hari,
dan tahun 2026 sekitar 4.799.269 l/orang/hari. Sedangkan pada akhir tahun
perencanaan, yaitu tahun 2031 dengan perkiraan jumlah penduduk sebesar 278.384
jiwa akan dibutuhkan pelayanan air bersih sekitar 5.612.221 l/orang/hari (7.408
m3/hari).
I-74
puncak, pembangkit listrik di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh tidak dapat
beroperasi.
Jumlah listrik yang diproduksi saat ini adalah 3.011 Kwh dengan kapasitas
produksi sebesar 2.440 Kwh. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pelayanan listrik,
maka diperlukan perhitungan mengenai perkiraan akan kebutuhan pelayanan listrik di
masa datang. Kebutuhan ini dapat diperkirakan dengan menggunakan ketentuan
bahwa pemenuhan energi listrik diperuntukkan bagi kebutuhan domestik dan non
domestik. Kebutuhan energi listrik domestik wilayah perencanaan yang dirinci per lima
tahun adalah, tahun 2016 sekitar 40,076 KVA, kebutuhan listrik tahun 2021 sekitar
46,865 KVA, dan tahun 2026 kebutuhan listriknya adalah 54,804 KVA. Sedangkan
sampai akhir tahun rencana sebesar 64.087 KVA dan non domestik, yang meliputi
pelayanan umum sebesar 75% (41,758 KVA), untuk komersil 15% (8,352 KVA), dan
faktor kehilangan sebesar 15% (8,352 KVA) dari kebutuhan domestik.
1.8.11. Persampahan
Sampah merupakan buangan yang memerlukan pengelolaan tertentu, dimulai
dari produsen sampah (rumah tangga, perkantoran, dan lain-lain) hingga ke
pembuangan akhir. Hal ini dikarenakan sampah sangat identik dengan kelestarian dan
keindahan lingkungan, sehingga pengelolaannya sangat penting diperhatikan.
Kondisi pengolahan sampah di Kabupaten Solok Selatan saat ini belum ada,
hingga saat ini penduduk masih mengumpulkan sampah sendiri dan membakarnya
atau membuang sampah langsung ke sungai.
I-75
Permasalahan sampah, yang berupa belum terjangkaunya pelayanan terhadap
semua penduduk Kabupaten Solok Selatan, akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas perkotaan. Berdasarkan
perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2031, maka dapat diperkirakan volume
sampah yang dihasilkan berdasarkan ketentuan bahwa 1 orang akan menghasilkan
sampah domestik 2,5 liter/hari dan sampah non domestik sebesar 20% sampah
domestik.
Perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Solok Selatan tahun 2016 adalah 522
m3/hari, yang terdiri dari sampah domestik 435 m3/hari dan sampah non domestik
(komersial dan fasilitas umum) sebanyak 87 m3/hari, tahun 2021 sekitar 611 m3/hari,
yang terdiri dari sampah domestik 509 m3/hari dan non domestik sebanyak 102
m3/hari. Tahun 2026 perkiraan timbulan sampah berjumlah 714 m3/hari terdiri dari
595 m3/hari sampah domestik dan 119 m3/hari sampah non domestik.
Sedangkan untuk tahun 2031 dengan jumlah penduduk Kabupaten Solok
Selatan yang diperkirakan berjumlah 278.384 jiwa, sehingga volume timbulan sampah
diperkirakan akan mencapai 835 m3/hari, yang terdiri dari sampah domestik sebanyak
696 m3/hari, sampah non domestik (komersial dan fasilitas umum) sebanyak 139
m3/hari.
Rencana pengelololaan persampahan untuk masa yang akan datang diarahkan
untuk membangun tiga unit TPA, yaitu di Padang Aro Kecamatan Sangir, Muara Labuh
Kecamatan Sungai Pagu, dan Lubuk Malako Kecamatan Sangir Jujuan. Sedangkan
untuk penyediaan TPS akan dialokasikan disetiap ibukota kecamatan yang tersebar
dalam wilayah Kabupaten Solok Selatan.
I-76
– Ketaping) diarahkan pengembangannya bagi sektor-sektor unggulan pertanian,
perkebunan, industri, dan pariwisata. Kawasan Andalan ini memiliki keterkaitan
dengan pengembangan Kawasan Andalan Laut Siberut dsk, yang diarahkan
pengembangannya bagi sektor unggulan perikanan dan pariwisata. Pariwisata
dikembangkan untuk membangun citra dengan mengangkat budaya Islam,
Melayu, dan Wisata lingkungan dengan latar belakang Bukit Barisan.
3. Kabupaten Solok Selatan termasuk dalam kategori daerah tertinggal. Salah satu
alat ukur ketertinggalan adalah sulitnya aksesibilitas menuju Kabupaten Solok
Selatan. Kabupaten Solok Selatan hanya memiliki satu ruas jalan utama yang
menghubungkan Lubuk Selasih – Padang Aro – Sungai Penuh Kerinci. Disamping
satu-satunya ruas jalan yang ada, kondisi jalan tersebut juga banyak yang rusak
sehingga menghambat arus mobilisasi barang dan orang dari dan ke Kabupaten
Solok Selatan.
4. Keterisolasian wilayah sehingga memungkinkan untuk pembukaan jalan baru yakni
Rencana Ruas Jalan Kambang (Kabupaten Pesisir Selatan) - Muara Labuh
(Kabupaten Solok Selatan) sebagai jalur evakuasi dari Kabupaten Pesisir Selatan
yang berpotensi tsunami, Rencana Ruas Jalan Abai (Kabupaten Solok Selatan) –
Pulau Punjung (Kabupaten Dharmasraya) dan peningkatan ruas jalan Taluak Aie
Putiah (Kabupaten Solok Selatan) – Abai Siat (Kabupaten Dharmasraya).
Pembukaan ruas jalan ke Kabupaten Dharmasraya akan memperpendek akses dari
Kabupaten Solok Selatan ke Jalan Lintas Tengah Sumatera yang merupakan
kawasan strategis nasional.
5. Tingginya tingkat kemiskinan. Menurut data tahun 2010, sebanyak 34.302 jiwa
atau 23,77 % dari total penduduk Kabupaten Solok Selatan masuk dalam kategori
miskin. Kemiskinan di Kabupaten Solok Selatan disebabkan karena rendahnya
kualitas sumber daya manusia, infrastruktur yang tidak memadai, tingginya tingkat
ketergantungan terhadap hutan, lahan garapan yang sangat terbatas, dan
kurangnya alternatif usaha.
6. Rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM). Pada tahun 2009, IPM
Kabupaten Solok Selatan adalah 68,67, berada pada ranking 17 dari 19
Kabupaten, atau pada ranking 356 dari 530 Kabupaten/ Kota se Indonesia.
Berdasarkan variable IPM, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Solok
Selatan 64,48 tahun, angka melek huruf 97,74 %, rata-rata lama sekolah 7,76
tahun, dan pengeluaran riil per kapita sebesar Rp. 610.000,-.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
I-77
7. Rendahnya kemampuan keuangan daerah, terutama kemampuan pemerintah
daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah. Rendahnya kemampuan
keuangan daerah berpengaruh terhadap kurangnya kemampuan keuangan
pemerintah daerah dalam membangun infrastuktur.
8. Terbatasnya lahan budidaya. 66,72 % dari wilayah Kabupaten Solok Selatan
merupakan daerah dengan kelerengan di atas 40 % atau masuk dalam kategori
sangat curam. Berdasarkan kelerangan ini, setidaknya 66,72 % wilayah Kabupaten
Solok Selatan harus diperuntukkan menjadi kawasan lindung.
9. Adanya potensi bencana alam berupa banjir, longsor, gempa dan letusan gunung
api yang perlu diantisapasi dari sekarang dengan mempersiapkan jalur-jalur
evakuasi.
10. Optimalisasi sektor pertanian dan perkebunan dengan cara peningkatan akses
jalan, penyediaan pasar yang representatif dan peningkatan mutu hasil pertanian
dan perkebunan.
I-78
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENATAAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
Dalam rangka merumuskan tujuan penataan ruang Kabupaten Solok Selatan perlu
dilakukan dengan melakukan sinkronisasi dengan visi dan misi yang termuat dalam
RPJPD Kabupaten Solok Selatan. Adapun visi dan misi yang termuat dalam RPJPD
Kabupaten Solok Selatan Tahun 2005-2025 sebagai berikut:
1. Visi
Terwujudnya Kabupaten bermatabat yang Amanah : aman, makmur-sejahtera,
agamis, nalar dan harmonis.
2. Misi
- Meningkatkan rasa aman dan kenyaman dalam bekerja dan berusaha bagi
rakyat dan pemerintah di Kabupaten Solok Selatan.
- Mempercepat upaya mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
secara lebih merata dan berkelanjutan.
Dalam wilayah Kabupaten Solok Selatan belum ada kota yang mempunyai fungsi
sebagai PKN dan PKSN yang ditetapkan sesuai kebijakan nasional, sedangkan PKL
ditetapkan sesuai dengan potensi dan arah kebijakan Provinsi Sumatera Barat. Untuk
Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan oleh kabupaten di sebut dengan PKLp.
Adapun kriteria yang dijadikan acuan dalam rangka menetapkan Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) maupun Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) dalam lingkup wilayah
Kabupaten Solok Selatan adalah :
1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau
2. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi
yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
3. Diusulkan oleh Pemerintah Kabupaten.
Merujuk pada RTRW Provinsi Sumatera Barat, hanya Padang Aro yang memiliki
status sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam struktur ruang Provinsi Sumatera
Barat. Pusat kegiatan yang ditetapkan dalam struktur ruang Kabupaten Solok Selatan
adalah sebagai berikut:
a) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Padang Aro.
b) Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan Kabupaten (PKLp) berada di
Muaralabuh dan Abai.
c) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di wilayah Ibukota masing-masing
kecamatan meliputi Pakan Rabaa, Pakan Salasa, Sungai Kalu, Lubuk Malako,
Sungai Kunyit, dan Lubuk Ulang-Aling.
d) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) berada di pusat pelayanan setingkat
nagari. Nagari yang ditetapkan untuk menjadi PPL berdasarkan ketersediaan
pusat kegiatan di daerah tersebut seperti adanya pasar atau fasilitas umum
Berdasarkan susunan di atas, struktur pusat kegiatan Kabupaten Solok Selatan terdiri
dari 1 (satu) PKL, 2 (dua) PKLp, 6 (enam) PPK, dan 8 (delapan) PPL. Struktur ini
tergambar dalam Peta Struktur Ruang Kabupaten Solok Selatan.
Sistem jaringan prasarana wilayah yang akan dibahas ini sangat erat kaitannya
dengan pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Solok Selatan yang utuh
antara pusat kegiatan dan infrastruktur yang menunjang dan dibutuhkan. Dalam
sistem jaringan prasarana ini, yang dibahas bukan hanya dalam lingkup kabupaten,
namun salah satunya sangat terkait dengan sistem nasional dan provinsi.
Kondisi tersebut berlaku bagi wilayah yang kurang berkembang maupun yang
terbelakang. Berdasarkan aspek ini, maka rencana pengembangan sarana dan
prasarana wilayah di Kabupaten Solok Selatan meliputi :
a. Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi meliputi: rencana
jaringan jalan, terminal (tipe A dan B), dermaga dalam fungsi dan cakupan
layanan (pusat penyebaran);
Sistem jaringan jalan, berdasarkan hirarki fungsinya dapat dibagi atas jalan
arteri, kolektor, lokal, dan jalan lingkungan (Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004).
Penjelasan masing-masing fungsi adalah sebagai berikut :
- Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna. Jalan Arteri ini ditujukan untuk melayani antar
kota jenjang ke satu atau antara kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua.
- Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. Jalan kolektor ini ditujukan untuk
Berdasarkan fungsi tersebut, jaringan jalan yang ada di Kabupaten Solok Selatan
berstatus sebagai jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Ruas jalan yang
bestatus sebagai jalan kolektor K-2 yang ada di Kabupaten Solok Selatan berdasarkan
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 631/KPTS/M/2009 tentang jalan adalah
sebagai berikut:
- Surian - Padang Aro sepanjang 67,18 km
- Padang Aro – Batas Jambi sepanjang 34,05 km
- Taluak Air Putih – Simpang PB – Sungai Kunyit – Batas Dharmasraya
- Simpang Padang Aro – Lubuk Malako – Sungai Sungkai – Sungai Kunyit – Abai Siat
(batas Kabupaten Solok Selatan dengan Kabupaten Dharmasraya)
Tambahan ruas jalan propinsi di Kabupaten Solok Selatan adalah ruas jalan
simpang Padang Aro – Lubuk Malako – Sei Sungkai – Sungai Kunyit – Abai Siat
(batas Kab. Solok Selatan dengan Kab. Dharmasraya).
Ada 3 ruas jalan yang diusulkan untuk menjadi jalan provinsi (kolektor primer)
yakni:
(1) Ruas jalan Lubuk Malako – Abai – Lubuk Ulang Aling – Batas Dharmasraya/
Pulau Punjung. Untuk ruas jalan ini dilakukan dengan peningkatan jaringan
jalan yang sudah ada dan pembangunan jaringan jalan baru. Ruas jalan ini
menghubungkan Kota Padang Aro dengan Kota Pulau Punjung dan menjadi
prasarana utama bagi masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai
Batang Hari.
(2) Ruas Jalan Abai Sangir – Abai Siat. Ruas jalan ini menghubungkan Sangir
Batang Hari dengan wilayah selatan Kabupaten Dharmasraya (Sungai
Rumbai) yang merupakan kawasan strategis Provinsi Sumatera Barat.
(3) Ruas jalan Tanjung Durian – Talantam - Kiliran Jao (Kabupaten Sijunjung).
Ruas jalan ini menghubungkan Kota Padang Aro dengan Kabupaten
Sijunjung, Kota Pulau Punjung (Kabupaten Dharmasraya) dan akses
terdekat ke Provinsi Riau (Jalur tengah lintas Sumatera).
1. Alur Angkutan
Alur pelayaran sungai di Kabupaten Solok Selatan berada di Sungai Batang Hari
pada koridor Kampung Baru – Muaro Sangir – Talantam. Batang Hari di koridor
tersebut menjadi sarana transportasi utama bagi masyarakat di 3 nagari di
Kecamatan Sangir Batang Hari. Ketiga nagari yang menggunakana trasnportasi
sungai tersebut adalah Nagari Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Tengah, dan
Lubuk Ulang Aling Selatan. Batang Sangir terutama dari Muaro Sangir sampai ke
Abai juga masih digunakan sebagai alur angkutan sungai.
Dari 39 nagari yang ada di Kabupaten Solok Selatan, terdapat 4 nagari yang
belum dilayani oleh listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kelima nagari itu adalah
Nagari Padang Limau Sundai di Kecamatan Sangir Jujuan, Nagari Talao Sungai Kunyit
Di nagari-nagari yang telah dilayani listrik juga masih terdapat jorong yang
belum dilayani oleh listrik. Jorong-jorong yang belum dilayani listrik ini adalah Nagari
Padang Limau Sundai di Kecamatan Sangir Jujuan, Nagari Talao Sungai Kunyit di
Kecamatan Sangir balai janggo, Nagari Lubuk Ulang Aling, Lubuk Ulang Aling Tengah,
dan Lubuk Ulang Aling Selatan di Kecamatan Sangir Batang Hari, jorong Pinti Kayu
Ketek dan Pinti Kayu Tangah di Nagari Pakan Rabaa Timur di Kecamatan Koto parik
Dari 7 kecamatan yang ada, layanan telepon kabel baru meliputi 4 kecamatan
yang meliputi Kecamatan Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Diateh, Pauh Duo, dan
Sangir. Sedangkan Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, dan Sangir Batang
Hari dan sebagian Sangir belum dilayani oleh layanan telepon kabel.
Disamping layanan telepon kabel, Kabupaten Solok Selatan juga dilayani oleh
layanan telepon nirkabel dengan membangun BTS. Layanan nirkabel ini sesuai dengan
kondisi sebaran penduduk Kabupaten Solok Selatan yang tidak merata di setiap
daerah ditambah dengan bentang alam yang didominasi oleh perbukitan. Hingga akhir
tahun 2010, jumlah BTS yang telah ada di Kabupaten Solok Selatan berjumlah
sebanyak 31 BTS yang tersebar di 7 kecamatan. Layanan telepon nirkabel di
Kabupaten Solok Selatan saat ini baru dilayani 3 operator seluler yakni Telkomsel
sebanyak 22 BTS, Satelindo sebanyak 6 BTS, dan Excelkomindo sebanyak 4 BTS.
B. Daerah Irigasi
Kabupaten Solok Selatan tidak memiliki Daerah Irigasi yang sifatnya lintas
provinsi dan lintas kabupaten. Kabupaten Solok Selatan hanya memiliki Daerah
Irigasi yang berada utuh di dalam Kabupaten Solok Selatan.
Kabupaten Solok Selatan memiliki 88 Daerah Irigasi, dengan rincian 1 (satu)
Daerah irigasi berada dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan
87 Daerah Irigasi lainnya berada dalam kewenangan Pemerintah Kabupaten Solok
Selatan. Daerah Irigasi yang kewenangannya berada di Pemerintah Provinsi
adalah Daerah Irigasi Batang Suliti dengan luas 1.450 Ha. Daerah Irigasi yang
kewenangannya berada di Pemerintah Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat
dalam Tabel berikut.
B. Drainase
Kawasan resapan air yang merupakan kawasan konservasi air bagian hulu
sungai harus merupakan bagian penting dari konsep drainase di Kabupaten Solok
Selatan. Konsep utama yang digunakan tidak hanya mengalirkan dan
mengeringkan air hujan dalam kawasan secepat mungkin, namun harus dibarengi
dengan penambahan imbuhan air ke air tanah terutama di kawasan resapan air
sehingga besarnya air yang melimpas dipermukaan dapat dikurangi.
Sistem drainase di pusat-pusat pengembangan zona diarahkan
pengembangannya pada sistem drainase perkotaan. Sistem drainase perkotaan
ditujukan untuk mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak
mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan
masyarakat. Terdapat 3 alternatif sistem drainase yang dapat digunakan, yaitu :
a. Sistem drainase lokal, adalah sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat atau yang melayani
kepentingan sebagian kecil masyarakat atau jaringan saluran dan
perlengkapannya berfungsi mengumpulkan air hujan yang jatuh pada suatu
kawasan (kawasan permukiman, perdagangan, industri, dll) yang akan
dibawa ke sistem utama.
b. Sistem drainase terpisah, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan
saluran pembuangan yang terpisah dengan air permukaan atau air limbah.
c. Sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yangmempunyai jaringan
saluran pembuangan yang sama, baik untuk air permukaan maupun air
limbah yang diolah.
Ukuran untuk setiap sel sampah pada sanitary land fill dengan luas TPAS +12
Ha adalah:
- Ketinggian sel + 2 meter
- Lebar sel + 2 meter
- Panjangnya sesuai dengan dengan bagian lokasi yang umum digunakan
- (30 – 200 meter)
- Kelandaian lereng horizontal:vertikal = 2:1
- Tanah penutup sel harian tebal 10 – 20 cm (30 cm), waktu penutupan
- tiap 1-3 hari
- Tanah penutup akhir setebal 30 cm (5 – 100 cm), waktu penutupan 7 – 365
hari
IV-1
Luas hutan lindung di Kabupaten Solok Selatan adalah kurang lebih 84.079
(delapan puluh empat ribu tujuh puluh sembilan) hektar atau 23,42 % dari luas
wilayah Kabupaten Solok Selatan yang tersebar di Kecamatan Sungai Pagu,
Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir, Kecamatan Balai Janggo, Kecamatan Sangir
Jujuan, Kecamatan Sangir Batang Hari dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Solok Selatan selain berfungsi sebagai kawasan
lindung juga diperuntukan bagi hutan nagari dan atau hutan masyarakat.
IV-2
A. Kawasan Sempadan Sungai
Kabupaten Solok Selatan memiliki banyak sungai besar dan kecil diantaranya
Batang Hari, Batang Sangir, Batang Jujuan, Batang Bangko dan Batang Suliti.
Kawasan perlindungan setempat diarahkan bagi pengembangan Sempadan Sungai,
yang ditujukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat
mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai, serta
mengamankan aliran sungai.
Kawasan ini dialokasikan disepanjang aliran sungai yang ada di Kabupaten Solok
Selatan. Pengalokasian dan pengelolaan kawasan ini secara tepat diharapkan dapat
tetap menjaga keberadaan sungai di Kabupaten Solok Selatan, mengingat wilayah ini
merupakan bagian dari hulu DAS Batang Hari dengan banyak sungai dan anak sungai
yang membentang.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai, garis
sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan :
a. Paling sedikit berjarak 10 m (sepuluh meter) dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
sama dengan 3 m (tiga meter);
b. Paling sedikit berjarak 15 m (lima belas meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari
3 m (tiga meter) sampai dengan 20 m (dua puluh meter); dan
c. Paling sedikit berjarak 30 m (tiga puluh meter) dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai dalam hal kedalaman sungai lebih dari
20 m (dua puluh meter).
Garis sempadan sungai tidak bertanggul untuk kawasan di luar kawasan
perkotaan terdiri atas :
a. Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 Km² (lima ratus
kilometer persegi) ditentukan paling sedikit 100 m (seratus meter) dari tepi
kiri dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai; dan
b. Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 Km² (lima
ratus kilometer persegi) ditentukan paling sedikit 50 m (lima puluh meter)
dari tepi dan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
Sedangkan garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 3 m (tiga meter) dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai. Dan garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan
IV-3
perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 5 m (lima meter) dari tepi luar kaki
tanggul sepanjang alur sungai.
Penetapan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Solok Selatan mengikuti
sempadan sungai sebagai berikut:
(1) Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
(2) Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
dan
(3) Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
Kawasan sempadan sungai di kabupaten Solok Selatan memiliki luasan kurang
lebih 68 (enam puluh delapan) hektar. Kawasan sempadan sungai tersebut berada di
seluruh kecamatan dalam wilayah Kabupaten Solok Selatan.
IV-4
dengan luasan ± 1,5 Ha. Untuk kawasan non perkotaan Ruang Terbuka Hijau
ditetapkan berupa hutan dengan luas minimal 30% dari luas aliran Daerah Aliran
Sungai. Untuk kawasan perkotaan, ruang terrbuka hijau disediakan dengan luasan
kurang lebih 5.100 (lima ribu seratus) hektar. Salah satu rencana yang dijadikan hutan
kota adalah tanah bekas Hak Guna Usaha (HGU) oleh PT. Pecconina Baru yang
berlokasi di Pekonina seluas ± 1.029 ha. Sedangkan bekas tanah Hak Guna Usaha
(HGU) PT. Golden Arm Engineering dan Contracting Coy. Ltd yang berlokasi di Nagari
Lubuk Gadang Timur memiliki luasan lebih kurang 1.937 (seribu sembilan ratus tiga
puluh tujuh) hektar akan dijadikan sebagai Botanical Garden (Taman Hutan Raya).
IV-5
Taman Nasional Kerinci Seblat telah dikenal memiliki ponorama yang sangat
indah termasuk keberadaan air terjun, danau dan berbagai potensi wisata alam
lainnya. Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan
dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa
Rawas Hulu Lakitan-Bukit Kayu Embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan
produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi
wilayah sekitarnya. Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS)
utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS
tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup
dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut. Mengingat pentingnya
peranan kelompok hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan
dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut
diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Terkait kondisi tersebut Taman Nasional Kerinci Seblat yang yang merupakan
bagian Kabupaten Solok Selatan tersebar di sebagian Kecamatan Sungai Pagu,
Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan Sangir, Kecamatan Balai Janggo, Kecamatan Sangir
Jujuan, Kecamatan Sangir Kecamatan Balai Janggo, Kecamatan Sangir Jujuan dan
Kecamatan Kota Parik Gadang Diateh dengan luas kurang lebih mencapai 66.287
(enam puluh enam ribu dua ratus delapan puluh tujuh) hektar atau 18,46 % dari luas
Kabupaten Solok Selatan.
IV-6
A. Zona Perwilayahan
Pemahaman Taman Nasional sangat penting, khususnya tentang
pengelolaan dan pemanfaatan. Zonasi TNKS meliputi; Zona Inti, Zona
Pemanfaatan dan Zona Rimba, diatur kegiatan-kegiatan yang disyaratkan dalam
masing-masing zona.
1. Zona Inti; perlindungan & pengamanan, inventarisasi potensi kawasan,
penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan. (pola
pemanfaatan; penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan,
ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang bididaya).
2. Zona Pemanfaatan; perlindungan dan pengamanan, inventarisasi potensi
kawasan, penelitian dan pengembangan dalam menunjang pariwisata alam.
(pola pemanfaatan; pariwisata alam dan rekreasi, penelitian dan
pengembangan yang menunjang pemanfaatan, pendidikan dan atau kegiatan
penunjang budidaya).
3. Zona Rimba; perlindungan & pengamanan, inventarisasi potensi kawasan,
4. Penelitian dan pengembangan dalam menunjang pengelolaan, pembinaan
habitat dan populasi satwa. (pola pemanfaatan; penelitian dan
pengembangan yang menunjang pemanfaatan , ilmu pengetahuan,
pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, wisata alam terbatas).
Pembinaan habitat dan populasi satwa; pembinaan padang rumput,
pembuatan fasilitas air minum, dan atau tempat berkubang/mandi satwa,
penanaman dan pemeliharaan pohon pelindung dan sumber makanan satwa,
penjarangan populasi satwa, penambahan tumbuhan dan satwa asli,
pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.
TNKS merupakan habitat beberapa satwa endemik yang dilindungi seperti
Gajah sumatera (Elephas maximus), Harimau sumatera (Panthera tigris), Siamang
(Hylobates syndactylus), Beruang madu (Hekarctos malayanus), ditemukan juga
berbagai jenis burung diantaranya 5 jenis Burung Rangkong dan bermacam jenis
amfibia dan reptilia. Flora yang ada diantaranya Bunga Bangkai (Amorphohallus
titanium), Raflesia (Raflesia hasselti), serta berbagai jenis pohon penting seperti
Meranti (Shorea sp), Damar (Agathis sp.), dan Bintangur (Calophyllum
inophyllum). TNKS telah dikenal memiliki ponorama yang sangat indah termasuk
keberadaan air terjun, danau dan berbagai potensi wisata alam lainnya.
IV-7
Gambar 4.2. Bunga Rafflesia Arnoldi Harimau sumatera (Panthera
tigris)
TNKS adalah taman nasional yang terbesar di Sumatera (1,4 juta hektar)
dan memainkan peranan yang sangat berarti bagi konservasi baik ditingkat
nasional maupun di tingkat Internasional. Secara adminstratif, TKNS berada di
bawah wilayah wewenang 4 Provinsi: Sumatera Barat (25%), Jambi (40%),
Sumatera Selatan (14%) dan Bengkulu (21%).
Pada tanggal 7 Juli 2004, TNKS bersama TN. Gunung Leuser dan TN Bukit
Barisan ditetapkan sebagai Cluster World Natural Heritage of Sumatera dengan
nama Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS), dari hasil pertemuan
World Heritage Committee ke 28 di Suzhou, China (28 Juni–7 Juli 2004).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia wajib meningkatkan
upaya pelestarian dan pengelolaan TNKS sehingga keberadaan dan fungsinya
untuk masa datang. TNKS ditetapkan sebagai Warisan Alam Dunia (Cluster World
Natural Heritage) berdasarkan pada 4 kriteria, yaitu antara lain:
1) Mewakili perubahan alam yang mendasar selama sejarah bumi; pergerakan
lempeng anak benua Indian menuju anak benua Asiatic sejak 70 juta tahun
yang lalu.
2) Kekayaan biodiversitas (terutama mamalia), dengan penemuan kehidupan Gua
Tiangko Panjang sejak 10.000 th.
3) Keanekaragamanan ekosistem dan flora-fauna mewakili contoh significan
berlangsungnya proses evolusi ekologi dan biologi, ekosistem daratan,
comunitas tumbuhan dan hewan.
4) Fenomena alam yang luarbiasa; danau gunung tujuh, gunung api, danau alam,
air terjun, gua alam, kawasan penting habitat satwa.
IV-8
TNKS merupakan taman nasional pertama di Indonesia yang memperoleh
status penetapan negara penuh (“Gazettement” Status). Hal ini merupakan suatu
langkah untuk memberikan kewenangan kepada otoritas setempat untuk
bertindak lebih baik di dalam menegakkan hukum dan melindungi wilayah TNKS
dari perambahan dan tindakan semena-mena yang dilakukan oleh para penebang
pohon, penambang liar, pemburu liar, perambahan dan pembuka jalan.
Penetapan TNKS adalah suatu dari tujuan program Bank Dunia-Global
Environment Facility (GEF) dalam proyek Konservasi dan Pembangunan Terpadu
TNKS atau KSNP-ICDP (Kerinci Seblat National Park-Integrated Conservation &
Development Project). Tujuan Proyek ini adalah untuk memperpadukan nilai
konservasi dalam pelaksanaan kehutanan dengan memelihara hutan meliputi zona
penyangga hutan TNKS, proyek Bank Dunia-GEF-Pemerintah Indonesia tidak akan
hanya efektif meningkatkan konservasi dengan jalan memelihara habitat hutan
berkesinambungan bagi seluruh Indonesia.
IV-9
A. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk
lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Wilayah Kabupaten
Solok Selatan yang rawan akan bencana longsor merupakan kawasan dengan
ketinggian di atas 1.000 m dpl dimana kawasan ini merupakan dataran tinggi.
Daerah rawan longsor di Kabupaten Solok Selatan terdapat pada seluruh
kecamatan di Kabupaten Solok Selatan, terutama pada:
1. Nagari Pakan Rabaa Utara, Nagari Pakan Rabaa Tengah dan Nagari Pakan
Rabaa Timur di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
2. Nagari Sako Pasir Talang dan Nagari Sako Utara pasir Talang di Kecamatan
Sungai Pagu.
3. Nagari Alam Pauh Duo dan Nagari Kapau di Kecamatan Pauh Duo.
4. Nagari Lubuk Gadang Selatan, Nagari Lubuk Gadang Timur, dan nagari Lubuk
Gadang Utara di Kecamatan Sangir.
5. Bukik Manggiu, Bukik Kingkiang, Bukik Koto Japang di Sangir Jujuan.
6. Nagari Ranah Pantai Cermin di Kecamatan Sangir Batang Hari.
IV-10
Peta 4.1. : Peta Pembagian Zona TNKS
IV-11
Peta 4.2 : Peta Kawasan Hutan
IV-12
Peta 4.3. : Peta Kawasan Rawan Longsor
IV-13
Peta 4.4. : Peta Kawasan Rawan Banjir
IV-14
4.2.6. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi merupakan kawasan yang memiliki keunikan baik
dari jenis bebatuan, bentang alam, proses geologi maupun kawasan imbuhan air
tanah. Untuk kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Solok Selatan,
tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya :
IV-15
2. Kawasan Rawan Gempa Bumi
Kabupaten Solok Selatan termasuk dalam kawasan rawan gempa bumi baik
gempa vulkanik maupun gempa tektonik. Kawasan rawan gempa bumi tektonik
terdapat pada kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu
dan Kecamatan Pauh Duo. Sedangkan kawasan rawan gempa bumi vulkanik
terdapat di kecamatan Sangir, Pauh Duo dan Sangir Jujuan.
Kabupaten Solok Selatan berada di jalur gempa tektonik. Kawasan rawan
bencana alam diarahkan pada daerah-daerah yang rawan gempa akibat
adanya patahan dan sesar. Pengalokasian ini ditujukan untuk melindungi
manusia dan kegiatannya dari bencana yang disebabkan oleh kegiatan gempa
akibat patahan dan sesar. Diarahkan pengendalian ketat pada wilayah yang
berada tepat pada jalur Sesar Semangko segmen Suliti.
Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa Sesar
Besar Semangko dengan sesar-sesar ikutannya, lipatan dan kelurusan. Sesar
berarah utara-selatan, timur laut - barat daya dan barat laut-tenggara. Di
bagian barat laut dan tenggara sumbu lipatan berarah utara - selatan.
Kelurusan umumnya searah dengan sesar Semangko yaitu berarah barat laut –
tenggara.
Baik sesar Semangko maupun sesar-sesar ikutan lainnya diperkirakan
menjadi pengontrol jalannya larutan metasomatik dan hidrotermal yang jadi
pembentuk mineralisasi logam dasar di Kabupaten Solok Selatan.
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif terdapat pada kecamatan Koto
Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu dan Kecamatan Pauh Duo.
IV-16
Peta 4.5 : Peta Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
IV-17
Peta 4.6 : Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa
IV-18
3. Kawasan Rawan Gerakan Tanah
Kejadian gerakan tanah dapat menimbulkan bencana berupa kerusakan dan
kehancuran. Daerah yang terletak pada zona kerentanan tinggi untuk terkena
gerakan tanah, agar dapat dihindari sebagai lokasi permukiman dan lokasi
bangunan. Berdasarkan kondisi tersebut bahwa daerah di Kabupaten Solok
Selatan yang rentan terhadap rawan gerakan tanah terdapat pada Kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh, Kecamatan Sungai Pagu, dan Kecamatan Pauh Duo.
IV-19
daerah resapan air. Kawasan ini tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan lain, dan
harus dikendalikan secara ketat.
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas: kawasan peruntukan hutan
produksi terbatas; kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan kawasan
peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. Kawasan budidaya kehutanan di
Kabupaten Solok Selatan meliputi:
IV-20
Bukan Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan Menjadi kawasan Hutan, hutan produksi yang dapat dikonversi
dengann luasan kurang lebih 19.817 (Sembilan belas ribu delapan ratus tujuh
belas) hektar atau sekitar 5,52 % dari total luas wilayah Kabupaten Solok Selatan
yang tersebar di Kecamatan Sangir Batang Hari dan Kecamatan Sangir Balai
Janggo. Hutan produksi yang dapat dikonversi ini dialihfungsikan menjadi
kawasan peruntukan perkebunan.
IV-21
- lahan tanaman kacang tanah dengan luasan kurang lebih 2.000 (dua ribu)
hektar.
- Lahan tanaman pangan dengan luasan kurang lebih 1.000 (seribu) hektar.
IV-22
Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan
dilakukan di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Sungai Pagu yang disertai dengan
rencana pembangunan irigasi. Daerah yang direncanakan untuk pengembangan
sawah baru dengan luasan kurang lebih 4.142 (empat ribu seratus empat puluh dua)
hektar yang tersebar di:
a. Nagari Pakan Rabaa Timur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh seluas ± 446
Ha.
b. Nagari Alam Pauh Duo Kecamatan Pauh Duo dan Nagari Lubuk Gadang Selatan
Kecamatan Sangir seluas ± 692 Ha.
c. Nagari Lubuk Gadang Timur Kecamatan Sangir seluas ± 1.079 Ha.
d. Nagari Lubuk Gadang Utara Kecamatan Sangir seluas ± 232 Ha.
e. Nagari Padang Air Dingin Kecamatan Sangir Jujuan seluas ± 140 Ha.
f. Nagari Padang Gantiang Kecamatan Sangir Jujuan seluas ± 190 Ha.
g. Nagari Lubuk Malako Kecamatan Sangir Jujuan seluas ± 211 Ha.
h. Nagari Padang Limau Sundai Kecamatan Sangir Jujuan seluas ± 170 Ha.
i. Nagari Ranah Pantai Cermin Kecamatan Sangir Batang Hari seluas ± 55 Ha.
j. Nagari Dusun Tangah Kecamatan Sangir Batang Hari seluas ± 257 Ha.
k. Nagari Lubuk Ulang Aling Kecamatan Sangir Batang Hari seluas ± 361 Ha.
Kabupaten Solok Selatan selama ini dikenal sebagai daerah lumbung beras yang
didukung oleh keberadaan sawah dengan luasan ± 11.490 (sebelas ribu empat ratus
sembilan puluh) hektar. Untuk mempertahankan produksi beras Kabupaten Solok
Selatan, ditetapkan sawah abadi untuk pertanian berkelanjutan dengan luasan ±
9.262 (sembilan ribu dua ratus enam puluh dua) hektar yang sebarannya
direncanakan sebagai berikut.
IV-23
Sumber : Hasil analisis
IV-24
b. Untuk Kecamatan Pauh Duo dikembangkan di Nagari Alam Pauh Duo (Pakan
Salasa, Durian Capang Tigo, Ampalu, dan Pekonina), Nagari Pauh Duo Nan
Batigo (Pinang Awan dan Bukik Sikumpa), Nagari Luak Kapau, dan Nagari
Kapau Alam Pauh Duo.
c. Untuk Kecamatan Sungai Pagu dikembangkan di Nagari Pasir Talang.
d. Untuk Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh dikembangkan di Nagari Pakan
Rabaa Utara dan Pakan Rabaa Timur.
e. Manggis
Komoditi manggis dikembangkan di Nagari Ranah Pantai Cermin Kecamatan
Sangir Batang Hari, Nagari Lubuk Malako dan Bidar Alam Kecamatan Sangir
Jujuan, serta Nagari Pakan Rabaa Utara dan Pakan Rabaa Timur di
Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
f. Pisang
Komoditi pisang dikembangkan di Kecamatan Sangir (Wonorejo dan Bangun
Rejo Nagari Lubuk Gadang Selatan), Kecamatan Sungai Pagu (Nagari Bomas
Koto Baru, Koto Baru, dan Pasir Talang Timur), dan Kecamatan Pauh Duo
(Sungai Duo Nagari Luak Kapau).
g. Kentang
Untuk tanaman kentang dan tanaman dataran tinggi seperti kol, wortel, dan
bawang dikembangkan di Kecamatan Sangir (Golden Arm Nagari Lubuk
Gadang timur, dan Bangun Rejo Nagari Lubuk Gadang Selatan) dan
Kecamatan Pauh Duo di daerah Pekonina.
h. Biofarmako
Komoditi biofarmako yang dapat dikembangkan di Kabupaten Solok Selatan
meliputi lengkuas, kapulaga, dan jamur. Lengkuas dikembangkan di Nagari
Pakan Rabaa Utara Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, kapulaga di
Nagari Pakan Rabaa Timur Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh, dan jamur
di Kecamatan Sungai Pagu, Pauh Duo, dan Sangir.
IV-25
Peta 4.7 : Peta Lahan Pertanian Berkelanjutan
IV-26
C. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan di Kabupaten Solok Selatan didominasi oleh komoditi
kelapa sawit, karet, kayu manis dan teh. Kawasan perkebunan ini umumnya berada di
bagian timur Kabupaten Solok Selatan yang dikelola oleh perusahaan besar baik
perusahaan swasta nasional maupun BUMN milik negara. Kawasan tanaman
perkebunan, diarahkan bagi pengembangan komoditas-komoditas unggulan wilayah
(kakao, kopi, karet, teh, dan kayu manis), dengan mempertimbangkan optimalisasi
pemanfaatan lahan.
IV-27
Tabel 4.5 : Daftar Hak Guna Usaha (HGU) Kabupaten Solok Selatan
Berakhirn
No. Nama Perusahaan Lokasi Luas (Ha)
ya Hak
1. PT.TIDAR KERINCI AGUNG a. Talao 3665,77 31-12-2012
b. Sangir
2. PT.TIDAR KERINCI AGUNG a. Talao Sungai Kunyit 140 31-12-2029
b. Sangir
3. PT.TIDAR KERINCI AGUNG a. Talao Sungai Kunyit 7222,5 6-11-2032
b. Sangir
4. PT.TIDAR KERINCI AGUNG a. Talao Sungai Kunyit 2993,60 6-11-2032
b. Sangir
5. PT. BINAPRATAMA a. Ranah Tanjung 13566 27-7-2033
SAKATOJAYA Puan Abai dan Sei
Kunyit
b. Sangir
6. PT. BINAPRATAMA a. Tanjung Bungo Abai 819,80 6-8-2034
SAKATOJAYA b. Sangir
7. PT. BINAPRATAMA a. Gunung Berantai 95,54 19-10-2035
SAKATOJAYA b. Sangir
8. PT. BINAPRATAMA a. Gunung Berantai 173,63 19-10-2035
SAKATOJAYA b. Sangir
9. PT. SUMATERAJAYA a. Sungai Kunyit dan 4364,555 2034
AGROLESTARI Lubuk Malako
10. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA a. Sungai Kunyit 4168 10-12-2038
VI (persero) b. Sangir Jujuan
11. PT. PERSDI.Ltd. Sekarang a. Lubuk Gadang 1048 21-12-2044
dimohon HGU baru oleh PT. Selatan
PECONINA BARU b. Sangir
12. PT. BINAPRATAMA a. Gunung Barantai 94,41 6-4-2037
SAKATOJAYA Nagari Lubuk Ulang
Aling
b. Saangir Batang Hari
13. PT. BINAPRATAMA a. Gunung Barantai 111,59 6-4-2037
SAKATOJAYA Nagari Lubuk Ulang
Aling
b. Saangir Batang Hari
14. PT. PERKEBUNAN NUSANTARA a. Sungai Lambai 2025,30 01-06-2024
VI (persero) b. Sangir
Sumber : BPN kabupaten Solok Selatan
Hingga akhir tahun 2010, kawasan perkebunan memiliki luasan 99.887 Ha yang
terdiri dari perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan Besar swasta/
nasional dengan luas 59.367 Ha dan perkebunan rakyat dengan luas 40.520 Ha.
Perkebunan ini tersebar di Kecamatan Sangir, Kecamatan Pauh Duo, Kecamatan
Sangir Jujuan, Kecamatan Sangir Batanghari dan Kecamatan Balai Janggo. Dari 59.367
Ha luas kawasan perkebunan, baru 39.190 Ha atau 66,01 % dari total luas
perkebunan besar yang telah berproduksi dan dikelola oleh 7 perusahaan dengan tiga
komoditi yakni teh, kelapa sawit, dan karet.
IV-28
Perkebunan rakyat yang terdapat di Kabupaten Solok Selatan mempunyai luas
40.520 Ha tersebar di seluruh kecamatan. Komoditi dari perkebunan rakyat ini meliputi
Karet, kelapa, kopi, kakao, kayu manis (cassia vera), pinang, enau, nilam, cengkeh,
gardamon, dan kelapa sawit. Untuk lebih jelasnya dapat dilhat pada Tabel 4.6
berikut:
Kawasan yang diperuntukan bagi rencana kawasan perkebunan terutama
perkebunan besar dengan luasan kurang lebih 46.552 (empat puluh enam ribu lima
ratus lima puluh dua) hektar. Kawasan yang diperuntukan bagi kawasan perkebunan
ini merupakan rencana penurunan status kawasan hutan yang direncanakan sampai
pada akhir tahun rencana. Rencana peruntukan kawasan perkebunan seluas 12.000
(dua belas ribu) hektar dengan melakukan pengusulan penurunan status kawasan
hutan dari Hutan Produksi Dapat Dikonversi menjadi kawasan perkebunan dan
rencana peruntukan kawasan perkebunan seluas 2.500 (dua ribu lima ratus) hektar di
Kecamatan Sangir dengan melakukan pengusulan penurunan status kawasan hutan
dari Hutan Produksi yang dapat Dikonversi menjadi kawasan perkebunan.
Tabel 4.6 : Luas dan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Tahun 2010
No Komoditi Luas (Ha) Produksi (ton)
1 Karet 14.704 9.323
2 Kelapa 1.796 1.817
3 Kopi 3.865 1.351
4 Kakao 1.061 190
5 Kayu manis 1.963 2.343
6 Pinang 840 387
7 Enau 19 12
8 Nilam 15 9
9 Cengkeh 16 4
10 Gardamon 660 137
11 Kelapa sawit 962 2.502
Jumlah 25.901 18.075
Sumber: Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Solok Selatan, 2011
IV-29
Arahan pengembangan kawasan peternakan yang ada dikembangkan pada
seluruh kecamatan yang ada di kabupaten Solok Selatan, mengingat potensi yang
adapun menyebar di hampir disetiap Kecamatan. Khusus di daerah yang memiliki
kawasan perkebunan seperti di Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, dan
Sangir Batang Hari, pengembangan ternak dilakukan dengan mengintegrasikan
tanaman dan ternak. Untuk 3 kecamatan ini ternak sapi akan diintegrasikan dengan
komoditi kelapa sawit dan karet.
Daerah yang direncanakan untuk pengembangan sapi, kerbau, dan kambing
mencakup seluruh kecamatan. Khusus untuk Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Balai
Janggo, dan Sangir Batang Hari, ternak sapi diintegrasikan dengan perkebunan sawit
dan karet. Kawasan yang direncanakan akan menjadi sentra sapi berada di Bangun
Rejo dan Jorong Sungai Lambai Nagari Lubuk Gadang Selatan Kecamatan Sangir,
Jorong Tandai dan Jorong Bukit Malintang Nagari Lubuk Gadang Timur, Sungai Duo
Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo, dan Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai
Janggo. Sentra ternak kerbau direncanakan berada di Kecamatan Sangir Balai Janggo
dan Sangir Batang Hari. Daerah sentra ternak kambing direncanakan di Kecamatan
Pauh Duo dan Sangir Batang Hari.
Untuk ternak unggas, ayam pedaging direncanakan dikembangkan di Kecamatan
Koto Parik Gadang Diateh, Sungai Pagu, Pauh Duo, Sangir, Sangir Balai Janggo, dan
sangir Batang Hari. Ayam petelor dikembangkan di Kecamatan Sungai Pagu, Pauh
Duo, dan Sangir. Sedangkan ayam buras dikembangkan di seluruh kecamatan. Untuk
sentra unggas direncanakan berada di Kecamatan Pauh Duo dan Sangir Batang Hari.
IV-30
Jenis ikan yang direncanakan pengembangannya di Kabupaten Solok Selatan
meliputi:
a. Ikan nila, dikembangkan di seluruh kecamatan.
b. Ikan mas, dikembangkan di seluruh kecamatan.
c. Ikan lele, dikembangkan di seluruh kecamatan.
d. Ikan bawal, dikembangkan di Kecamatan Pauh Duo.
e. Ikan patin, dikembangkan di Kecamatan Sangir Batang Hari.
f. Belut, dikembangkan di Kecamatan Pauh Duo dan Sangir
Daerah yang dikembangkan menjadi sentra ikan berada di Kecamatan Pauh
Duo, Sungai Pagu, Koto Parik Gadang Gadang Diateh, Sangir dan Sangir Batang Hari.
Pilihan lima kecamatan ini karena didukung ketersediaan air sungai yang memadai.
Rencana pengelolaan untuk kawasan perikanan di Kabupaten Solok Selatan
adalah dengan mengembangkan perikanan unggulan pada setiap lokasi yang memiliki
potensi pengairan untuk perikanan. Penambahan rencana kawasan peruntukan
perikanan dalam wilayah kabupaten Solok selatan dengan luasan kurang lebih 205
(tiga ratus dua puluh lima) hektar yang tersebar di:
- Jorong Balun Nagari Pakan Rabaa Tengah Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh
dengan luas 43 hektar,
- Jorong Mato Aia Nagari Bomas Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu dengan luas 13
hektar,
- Jorong Ujung Jalan Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo dengan luas 64
hektar.
- Jorong Rawang Nagari Ranah Pantai Cermin Kecamatan Sangir Batang Hari 15
hektar.
- Jorong Kapalo Koto Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari 15 hektar.
- Jorong Durian Tarung Jujutan Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir 55 hektar.
IV-31
semakin besar pula, metoda penambangan akan mempengaruhi besar kecilnya
perubahan terhadap bentang alam.
IV-32
Peta 4.8. : Peta Peruntukan Kawasan Pertambangan
IV-33
Kabupaten Solok Selatan memiliki potensi sumberdaya mineral baik mineral logam
maupun mineral bukan logam dan batuan. Sebaran lokasi sumberdaya mineral dapat
dilihat pada Tabel 4.7 berikut.
IV-34
o. Pakan Rabaa (Sungai Aro)
p. Pakan Rabaa Utara (Ulu Suliti dan Batang
Pasampan)
2 Batu a. Kec. Sangir, tersebar di 28,1 374,6
q. Lubuk Gadang Selatan (Sungai Lambai)
sabak/
r. Lubuk Gadang (Tanggo Aka)
Slate b. Kec. Sangir Jujuan, 113,9 7.593,3
s. Padang Aie Dingin (Sikayan Talang, Koto
Japang, Batang Asahan)
c. Kec. Sangir Jujuan 46,46 1.238,9
t. Bidar Alam
d. Kec. Sangir Batang Hari 46,46 1.238,9
u. Ranah Pantai Cermin
e. Kec. Pauh Duo 1,85 12,3
v. Alam Pauh Duo
f. Kec. Sungai Pagu 259,8 14.248
w. Pulakek
x. Koto Baru
g. Kec. Koto Parik Gadang Diateh 259,8 24.440
y. Pakan Rabaa
z. Pakan rabaa Timur
aa. Pakan Rabaa Utara
3 Batu a. Kec. Sangir 9,96 132,8
gamping bb. Lubuk Gadang Selatan (Sukoharjo)
b. Kec. Sangir Jujuan 3,27 87,2
cc. Bidar Alam
c. Kec. Sangir Batang Hari 3,27 87,2
dd. Ranah Pantai Cermin (Sungai Mintan)
ee. Lubuk Ulang Aling
d. Kec. Pauh Duo 47,9 1.277,3
ff. Alam Pauh Duo (Pakan Salasa, Ampalu, dan
Pekonina)
e. Kec. Sungai Pagu 18,44 368, 8
gg. Koto Baru (Kampung Nan Limo)
f. Koto Parik Gadang Diateh 71,71 4.780,6
hh. Pakan Rabaa
ii. Pakan Rabaa Utara
jj. Pakan rabaa Timur
4 Granit a. Kec. Sangir Balai Janggo 48,81 1.952,4
kk. Sungai Kunyit (Sungai Sungkai)
b. Kec. Sangir Batang Hari 86,25 2.300
ll. Abai
mm.Sitapus
nn. Dusun Tangah
oo. Lubuk Ulang Aling
c. Kec. Sungai Pagu 12,47 249,4
pp. Koto Baru (Kampung Nan Limo)
d. Koto Parik Gadang Diateh 40,54 216,2
qq. Pakan Rabaa Timur (Pinti Kayu Gadang dan
Pinti Kayu Ketek)
5 Tanah a. Kec. Sangir 0,08 0,128
liat rr. Lubuk Gadang Selatan (Liki dan Sungai
Lambai)
ss. Lubuk Gadang Timur (Sungai Sanda)
b. Kec. Sangir Jujuan 62,48 99,968
IV-35
tt. Lubuk Malako (Lubuak Batuang)
c. Kec. Sangir Balai Janggo dan Sangir Jujuan 352,9 564,64
uu. Sungai Kunyit (Koto Sungai Kunyit)
vv. Sungai Kunyit Barat (Ngalau Indah)
ww. Bidar Alam (Pasar dan Batikan)
xx. Lubuk Malako (Lubuak Batuang)
d. Kec. Sangir Batang Hari 408,82 654,112
yy. Pantai Cermin (Sungai Mintan)
zz. Sitapuih (Padang Koto Tuo)
aaa. Abai (Pasa Lamo dan Batu Nago)
e. Kec. Pauh Duo 0,02 0,0322
bbb.Alam Pauh Duo (Pekonina)
f. Kec. Sungai Pagu 0,01 0,16
ccc. Koto Baru (Bariang Rao-Rao)
ddd.Pulakek (Kapalo Bukik dan Pulakek
Tangah)
g. Kec. Koto Parik Gadang Diateh 2,59 4,144
eee. Pakan Rabaa Utara (Sungai Kalu)
6 Sirtukil a. Kec. Sangir 2,4 0,96
fff. Lubuk Gadang (Bariang)
b. Kec. Sangir Jujuan 0,7 0,28
ggg.Padang Aie Dingin
c. Kec. Sangir 0,58 0,2322
hhh.Sepanjang Batang Sangir dan cabang
sungainya
d. Kec. Sangir Batang Hari 16 6,4
iii. Sepanjang Batang Hari dan anak sungainya
e. Kec. Pauh Duo
jjj. Kapau Alam Pauh Duo (sepanjang Batang 0,075 0,03
Bangko di Bulantiak)
f. Kec. Sungai Pagu
kkk. Pasar Muaralabuh 1,64 0,656
lll. Koto Baru (Kampung Nan Limo)
g. Kec. Koto Parik Gadang Diateh
mmm. Pakan Rabaa Utara (sepanjang 1,06 0,424
Batang Suliti di Ulu Suliti)
IV-36
Hingga akhir tahun 2010, telah diberikan Izin Usaha Pertambangan kepada
sebanyak 25 perusahaan dengan luas 31.343,53 Ha. Untuk Izin Usaha Pertambangan
Eksplorasi diberikan kepada 10 perusahaan dengan luas lahan 17.953 Ha. Sedangkan
untuk 15 perusahaan lainnya diberikan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi
seluas 13.390,53 Ha. Jenis mineral yang diberikan izin usaha pertambangan meliputi
biji besi, tembaga, galena, emas, logam dasar, dan mangan. Peruntukan kawasan
pertambangan yang berada di luar Kawasan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas
hanya seluas 61.236 Ha.
Tabel 4.9 : Daftar Perusahaan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
di Kabupaten Solok Selatan
Luas
No Nama Perusahaan Lokasi Tahapan Komoditas
(Ha)
1 PT. Niaga Inti Mineral Sungai Pagu & Sangir Operasi Produksi Emas 210
2 PT. Tripilar Globalindo Sangir & Sungai Pagu Eksplorasi Logam Dasar 10.000
3 PT. Bumi Surya Kirana KPGD Operasi Produksi Bijih Besi 198
4 PT. Geominex Solok Selatan Sangir Batang Hari Operasi Produksi Emas 199
5 PT. Geominex Sapek Sangir Batang Hari Operasi Produksi Emas 332
6. PT. Royalty Mineral Bumi Sungai Pagu Operasi Produksi Bijih Besi 150
7 PT. Persada Indo Tambang Sangir Batang Hari Operasi Produksi Bijih Besi 150,8
8 PT. Universal Mining Prima KPGD Operasi Produksi Bijih Besi 30,93
9 PT. Bukit Cahayamas Indonesia Sangir Batang Hari Operasi Produksi Bijih Besi 193,7
10 PT. Bina Bakti Pertiwi Sangir Batang Hari Operasi Produksi Emas 670
11 PT. Triple Eight Energy KPGD Operasi Produksi Galena 195
12 PT. Mitra Mandiri Cemerlang Sangir Operasi Produksi Galena, Zinc, 340
Emas
13 PT. Wirapatriot Sakti KPGD Operasi Produksi Bijih Besi, 1.273
Tembaga
14 CV. Faras Pratama KPGD Operasi Produksi Galena 195
15 PT. Visi Utama Mandiri Sangir Balai Janggo Eksplorasi Bijih Besi 1.000
16 PT. Cahaya Selatan Gemilang Sungai Pagu Eksplorasi Logam Dasar 5.000
17 PT. Nusa Jaya Pratama Sungai Pagu Eksplorasi Bijih Besi 500
18 PT. Fajar Gemilang Sejahtera Sangir Balai Janggo Operasi Produksi Bijih Besi 3.000
19 PT. Bina Citra Sawita Pauh Duo Eksplorasi Bijih Besi 500
20 PT. Famili Minera Sejahtera Pauh Duo Eksplorasi Bijih Besi 205
21 PT. Dempo Trasnsera Mineral Sungai Pagu Operasi Produksi Bijih Besi 155
22 PT. Kuantan Resources KPGD Operasi Produksi Emas 199
23 PT. Katrasa Mulia Sangir Batang Hari Eksplorasi Bijih Besi 1.345
24 PT. Makindo Mineral Sakti KPGD dan Sangir Operasi Produksi Emas 182
Batang Hari
25 PT. Dwi Artha Prima Pauh Duo Eksplorasi Logam Dasar 500
26 PT. Panca Jangkar Sejati KPGD Eksplorasi Logam Dasar 1.000
27 CV. Sarantau Karya Sangir Batang Hari Eksplorasi Logam Dasar 203
28 PT. Geolindo Nusa Persada Sangir Batang Hari Operasi Produksi Emas 500
29 PT. Bandar Harapan Sejahtera Sangir Batang Hari Operasi Produksi Emas 500
30 PT. Bumi Kurnia Abadi KPGD Operasi Produksi Emas 1.000
31 PT. Galian Endapan Buana Sangir Batang Hari Operasi Produksi Mangan 150
32 PT. Emas Bumi Persada KPGD Operasi Produksi Emas 3.000
33 CV. Ositama Mineral Sangir Batang Hari Operasi Produksi Mangan 194
34 PT. Rivatama Minerals Sungai Pagu Operasi Produksi Emas & Bijih 67,10
Besi
35 PT. Jessly Tambang Mineral Sungai Pagu Eksplorasi Logam Dasar 2.700
Luas 31.343,53
Sumber : Dinas ESDM Kabupaten Solok Selatan
IV-37
Disamping kawasan pertambangan bagi perusahaan, juga diperuntukan
kawasan pertambangan rakyat. Kawasan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.10
berikut.
IV-38
4.3.5. Rencana Peruntukan Ruang untuk Kawasan Industri
Kawasan peruntukan industri di kabupaten Solok Selatan terbagi atas:
a. Kawasan industri rumah tangga, dan
b. Kawasan industri sedang.
Kegiatan industri di Kabupaten Solok didominasi oleh kegiatan industri rumah
tangga, sehingga dalam 20 tahun kedepan pengembangan kawasan industri baru
untuk mendukung kegiatan industri rumah tangga dan industri sedang yang tersebar
di seluruh kecamatan dengan rencana pengembangan kawasan industri menjadi 124
(seratus dua puluh empat) hektar. Peruntukan kawasan industri rumah tangga di
Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut.
IV-39
Tabel 4.12 : Rencana kawasan industri sedang
IV-40
Untuk pengembangan kawasan ini dipadukan dengan pelestarian seni tradisional
dan tradisi yang hidup berkembang dalam masyarakat. Cukup banyak seni dan tradisi
yang tumbuh berkembang seperti alek perkawinan, alek maraak bungo lamang,
batombe, pencak silat, dan gandang sarunai. Disamping menikmati permukiman khas
Minangkabau, wisatawan juga dapat menikmati seni dan tradisi yang hidup
berkembang di tengah masyarakat Kabupaten Solok Selatan. Kawasan yang
dikembangkan untuk wisata budaya di Kabupaten Solok Selatan dapat dilihat pada
Table 4.13 berikut.
IV-41
Tabel 4.14 : Kawasan Wisata Sejarah dan Religi
Objek wisata dan Atraksi
No Kawasan Wisata Lokasi
budaya pendukung
1 Kawasan PDRI Bidar Rumah-rumah kediaman petinggi Nagari Bidar Alam
Alam PDRI, rumah kediaman Mr. Kecamatan Sangir Jujuan
Syafruddin Prawinegara, Surau
Bulian, Tugu & Museum PDRI,
gobah2, dan makan Syekh Abdul
Manan Bukit Gambir.
2 Kawasan wisata Masjid dan makam Syekh Sampu, Nagari Lubuk Gadang,
religi Syekh Sampu ratik zaman. Kecamatan Sangir
3 Sitapus Mesjid Nurul Barkah Kecamatan Sangir Batang
Hari
4 Abai Makam Syekh Labai Kuduang dan Kecamatan Sangir Batang
Inyiak ampek susu, ratik tolak bala. Hari
5 Pasir Talang Masjid Kurang Aso Anam Puluah, Kec. Sungai Pagu
Makam Syekh Maulana Muhammad
Syofi.
6 Koto Baru Surau Menara, Makam Syekh Kec. Sungai Pagu
Maulana Mustafa.
Sumber : Disbudparpora, Hasil Analisa 2011
IV-42
5 TNKS Flora dan fauna, ekosistem hutan Kecamatan Sangir
dataran tinggi, dan Gunung
Kerinci
6 Kawasan Air Terjun Air terjun, bendung Batang Suliti, Nagari Pakan Rabaa Utara
Ulu Suliti Panorama Ulu Suliti, Flora dan Kecamatan Koto Parik
Fauna Gadang Diateh
7 Kawasan Air Terjun Air terjun 7 tingkat, perkebunan Nagari Pulakek Kecamatan
Koto Birah dan pertanian Sungai Pagu
8 Kawasan Ambayan Air Panas, wahana permainan, Nagari Koto Baru
Indah perkebunan dan pertanian rakyat Kecamatan Sungai Pagu
Sumber : Disbudparpora, Hasil Analisa 2011
IV-43
4.3.7. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Secara keseluruhan luas kawasan peruntukan pemukiman di Kabupaten Solok
Selatan direncanakan seluas 25.330 (dua puluh lima ribu tiga ratus tiga puluh) hektar,
yang terdiri dari permukiman perkotaan sekitar 17.005 (tujuh belas ribu lima) hektar
dan permukiman pedesaan sekitar 6.250 (enam ribu dua ratus lima puluh) hektar.
Rencana pengusulan penurunan status kawasan hutan dari hutan TNKS menjadi
kawasan pemukiman pada zona khusus Tandai dan Sungai Manau untuk dijadikan
kawasan permukiman seluas 2.075 (dua ribu tujuh puluh lima) hektar.
Pada dasarnya di kawasan permukiman perkotaan terdapat rencana penyediaan
dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, dan
kegiatan sektor informal yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota
sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.
Dengan melihat bahwa Kawasan Permukiman secara umum berada pada
Patahan Sumatera yang rawan gempa maka perlu diperhatikan bangunan-bangunan
yang ada harus tahan terhadap gempa.
IV-44
6. Kawasan Perkotaan Sungai Kunyit dengan luas 2.984 hektar
7. Kawasan Perkotaan Abai dengan luas 1.351 hektar
8. Kawasan Perkotaan Sungai Kalu dengan luas 457 hektar
9. Kawasan Perkotaan Lubuk Ulang Aling dengan luas 981 hektar.
IV-45
Tabel 4.17 : Rencana Peruntukan Pola Ruang Kabupaten Solok Selatan
Tahun 2011 – 2031
Kondisi 2011 Rencana 2031
No. Jenis Penggunaan
Luas (Ha) Persentase Luas (Ha) Persentase
IV-46
Peta 4.9. : Peta Pola Ruang
IV-47
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-48
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-49
Sumber : Hasil Rencana, 2011
IV-50
Peta 4.11. : Peta Pola Ruang
IV-51
Peta 4.12. : Peta Pola Ruang
IV-52
Peta 4.13. : Peta Pola Ruang
IV-53
Peta 4.14. : Peta Pola Ruang
IV-54
Peta 4.15. : Peta Pola Ruang
IV-55
Peta 4.16. : Peta Pola Ruang
IV-56
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
IV-4
Sumber : Hasil Rencana, 2011
IV-1
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
V-1
gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta
kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup, antara lain, adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup.
TNKS merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli yang
dikelola dengan sistem zonasi dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan dan berpotensi untuk rekreasi atau pariwisata.
TNKS yang merupakan kawasan strategis nasional ini berada di bagian barat
Kabupaten Solok Selatan yang juga berfungsi sebagai daerah resapan air. Kawasan
TNKS ini menjadi batas alam wilayah Kabupaten Solok Selatan dengan Kabupaten
Pesisir Selatan di bagian barat dan dengan Kabupaten Kerinci di bagian selatan.
V-2
5.2. Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten Solok Selatan
Kawasan strategis provinsi yang berada di Kabupaten Solok Selatan ditetapkan oleh
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat yang tertuang dalam RTRW Provinsi Sumatera
Barat 2009-2029.
Kawasan strategis provinsi yang berada di Kabupaten Solok Selatan adalah Kawasan
Strategis Abai Sangir – Taluak Air Putiah. Kawasan strategis ini merupakan kawasan
yang terletak di perbatasan dengan Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Potensi
pengembangan kawasan sebagai kawasan perdagangan/jasa, cagar budaya dan
diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi di wilayah bagian selatan Provinsi
Sumatera Barat.
V-3
Kawasan strategis wilayah kabupaten ditetapkan berdasarkan:
a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Nilai strategis dari aspek-aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan;
c. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap
tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan
yang akan ditetapkan;
d. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; dan
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan.
V-4
e. merupakan kawasan budi daya maupun kawasan lindung yang memiliki nilai
strategis sosial budaya di wilayah kabupaten, antara lain kawasan yang
merupakan:
1) tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya;
2) prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
3) aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
4) tempat perlindungan peninggalan budaya;
5) tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;
atau
6) tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial.
g. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup, antara lain merupakan:
1) tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
2) kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
3) kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang
setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;
4) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim
makro;
5) kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan
hidup;
6) kawasan rawan bencana alam; atau
V-5
7) kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan
mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.
h. merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan
kepentingan pembangunan spasial wilayah kabupaten;
i. untuk mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang; dan
V-6
2. Kawasan Strategis Muaralabuh
Kawasan Strategis Muaralabuh merupakan pusat kegiatan ekonomi terbesar di
Kabupaten Solok Selatan. Kawasan ini sejak zaman Kolonial merupakan pusat dari
Onderafdeling Muaralabuh dan menyisakan sejumlah peninggalan Kolonial seperti
kantor pos/ telepon dan reservoir air ledeng.
Kawasan Strategis Muaralabuh dengan pasar Muaralabuhnya dikembangkan
sebagai pusat pertumbuhan bagi ekonomi di Kabupaten Solok Selatan bagian
barat yang meliputi Kecamatan Sungai Pagu, Pauh Duo, dan Koto Parik Gadang
Diateh. Kawasan strategis ini meliputi Kecamatan Sungai Pagu.
3. Kawasan Strategis Lubuk Malako
Kawasan strategis Lubuk Malako dikembangkan menjadi pusat ekonomi bagi
masyarakat di bagian timur Kabupaten Solok Selatan yang meliputi Kecamatan
Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, dan Sangir Batang Hari. Kawasan strategis ini
dikembangkan menjadi agropolitan guna mendukung keberadaan perkebunan
besar yang terdapat di wilayah ini. Kawasan strategis ini meliputi Kecamatan
Sangir Jujuan.
4. Kawasan Strategis Abai
Kawasan Nagari Abai merupakan kawasan yang dikembangkan menjadi pusat
ekonomi bagi masyarakat di bagian utara dari timur Kabupaten Solok Selatan
yang meliputi Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, Sangir Batang Hari
dan sebagai penghubung Kabupaten Solok Selatan dengan Kabupaten
Dharmasraya dan Sijunjung yang menuju lintas tengah Sumatera. Kawasan
strategis ini dikembangkan menjadi pusat jasa dan perdagangan yang didukung
oleh keberadaan sektor perkebunan, pertambangan dan sosial budaya. Kawasan
strategis ini meliputi Kecamatan Sangir Batang Hari.
V-7
Kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan wisata budaya. Kawasan strategis ini
meliputi wilayah Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu.
2. Kawasan Strategis Pasir Talang
Kawasan ini merupakan pusat dari Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu. Wilayah
ini juga menyisakan banyak peninggalan berupa rumah gadang, dan masjid tua.
Dengan adanya peninggalan ini dan didukung oleh kebudayaan lokal, kawasan ini
juga diharapkan dapat menjadi kawasan wisata budaya. Kawasan strategis ini
meliputi wilayah Nagari Pasir Talang, Sako Pasir Talang di Kecamatan Sungai Pagu
dan Pakan Rabaa Tangah di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh.
3. Kawasan Strategis Abai
Kawasan Nagari Abai merupakan kawasan yang selama beberapa dekade yang lalu
tidak dilewati oleh kendaraan roda empat. Keterisolasiannya membuat banyak
peninggalan baik fisik maupun non fisik tetap bertahan di kawasan ini. Kawasan ini
memiliki peninggalan unik berupa belasan rumah gadang panjang yang tidak
dijumpai di daerah lainnya di Minangkabau. Kebudayaan unik yang berkembang di
kawasan ini adalah kesenian batombe yang tidak dijumpai di daerah lainnya di
Sumatera Barat. Kawasan strategis ini meliputi Nagari Abai dan Ranah Pantai
Cermin di Kecamatan Sangir Batang Hari.
4. Kawasan Strategis Bidar Alam
Bidar Alam pernah menjadi daerah dimana Mr. Syafruddin Prawiranegara
mengkonsolidasikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada tahun
1948-1949. Sebagai Ketua PDRI, beliau menjalankan pemerintahannya dari nagari
ini. Masih banyak peninggalan terutama rumah tempat berdiamnya Mr. Syafruddin
Prawiranegara dapat ditemui di kawasan ini. Untuk ke depan kawasan ini dapat
dikembangkan sebagai kawasan wisata sejarah. Kawasan strategis ini meliputi
Nagari Bidar Alam di Kecamatan Sangir Jujuan.
5. Kawasan Sungai Padi
Kawasan Sungai Padi merupakan kawasan peninggalan sejarah yang lebih
mengutamakan nilai religinya, yaitu dengan terdapatnya Surau dan Makam Syekh
Muhammad Arif Sampu serta adanya pengajian yang dinamakan dengan Ratik
Zaman. Kawasan Strategis ini meliputi Nagari Lubuk Gadang Kecamatan Sangir.
V-8
C. Kawasan Strategis Kabupaten dari Sudut Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan
Kawasan strategis kabupaten yang ditetapkan berdasarkan pada sudut fungsi dan
daya dukung lingkungan ditetapkan sebagai berikut:
1. Kawasan Strategis Batang Sangir
Kawasan ini merupakan kawasan dengan aliran sungai yang berarus deras yang
cocok dikembangkan sebagai objek wisata minat khusus seperti arung jeram dan
kayak. Kawasan ini dikembangkan sebagai kawasan wisata minat khusus. Kawasan
strategis ini meliputi Nagari Lubuk Gadang, Lubuk Gadang Timur, dan Lubuk
Gadang Utara di Kecamatan Sangir.
2. Kawasan Strategis Sapan Maluluang
Kawasan ini merupakan kawasan dengan potensi berupa sumber air panas.
Kawasan ini dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan objek wisata hot
water boom. Disamping objek wisata alam sumber air panas, kawasan ini juga
dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata agro. Kawasan strategis ini meliputi
wilayah Nagari Pauh Duo Nan Batigo dan Alam Pauh Duo di Kecamatan Pauh Duo.
3. Kawasan Strategis Golden Arm
Kawasan ini merupakan kawasan yang berada di kaki gunung Kerinci yang
dikembangkan sebagai objek wisata pemandangan alam dengan panorama
gunungnya, dan akan dikembangkan sebagai Botanical Garden (Taman Hutan
Raya). Kawasan strategis ini meliputi Nagari Lubuk Gadang dan Lubuk Gadang
Timur di Kecamatan Sangir.
4. Kawasan Strategis Danau Bontak
Kawasan ini merupakan kawasan dengan potensi alam yang dapat dijadikan
sebagai pengembangan objek wisata air, panorama alam sekeliling danau dan
pemandangan gunung Kerinci. Kawasan strategis ini meliputi Nagari Lubuk
Gadang dan Lubuk Gadang Timur di Kecamatan Sangir.
V-9
Peta 5.1. : Peta Rencana Kawasan Strategis
V-10
Arahan Pemanfaatan Ruang
PKL, PKLp, PPK, dan PPL perlu didukung oleh ketersediaan sarana dan
prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya. Dukungan sarana dan
prasarana untuk masing-masing pusat kegiatan diuraikan sebagai berikut:
1. PKL Padang Aro
Program pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan
untuk mendukung fungsi PKL Padang Aro dilakukan melalui kegiatan:
a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota
b. Pembangunan dan pengembangan sistem jaringan jalan
c. Pembangunan dan pengembangan perkantoran Kabupaten Solok
Selatan
VI-1
d. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan
e. Pembangunan terminal regional tipe B serta sarana dan prasarana
sistem angkutan umum massal
f. Pembangunan terminal barang
g. Pembangunan dan pengembangan pasar regional
h. Pengembangan sarana dan prasarana telekomunikasi
i. Pengembangan jaringan listrik
j. Perencangan jalur evakuasi bencana gempa vulkanik dan letusan
Gunung Kerinci
k. Peningkatan kapasitas dan pelayanan air minum di perkotaan
l. Pembangunan dan pengembangan sistem drainase
m. Pembangunan TPA serta sarana dan prasarana persampahan
n. Pembangunan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
o. Pembangunan sarana dan prasarana Pendidikan dan Perguruan
Tinggi
p. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana permukiman
q. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
VI-2
i. Perencangan jalur evakuasi bencana gempa tektonik, banjir, dan
longsor.
j. Peningkatan kapasitas dan pelayanan air minum di perkotaan
k. Pembangunan dan pengembangan sistem drainase
l. Pembangunan TPA serta sarana dan prasarana persampahan
m. Pembangunan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
n. Pembangunan sarana dan prasarana SMA Unggul.
o. Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan perguruan tinggi
p. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana permukiman
q. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
3. PPK
Program pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan
untuk mendukung fungsi masing-masing PPK (Pakan Rabaa, Pakan
Salasa, Sungai Kalu, Lubuk Malako, Sungai Kunyit, dan Lubuk Ulang
Aling) dilakukan melalui kegiatan:
a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang masing-masing PPK
b. Pembangunan dan pengembangan sistem jaringan jalan
c. Pembangunan dan pengembangan pasar skala kecamatan
d. Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana kesehatan
e. Pengembangan sarana dan prasarana telekomunikasi
f. Pengembangan jaringan listrik
g. Perencangan jalur evakuasi bencana alam sesuai dengan tipe
bencana di setiap PPK.
h. Peningkatan kapasitas air minum
i. Pembangunan dan pengembangan sistem drainase
j. Pembangunan TPS serta sarana dan prasarana persampahan.
k. Pembangunan TPA di PPK Lubuk Malako yang melayani
persampahan di Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Batang Hari, dan
Sangir Balai Janggo.
l. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana permukiman
VI-3
4. PPL
Program pembangunan sarana dan prasarana yang direncanakan
untuk mendukung fungsi masing-masing PPL (Balun, Luak Kapau, Liki,
Bidar Alam, Sungai Gadiang, Talunan, Talao, dan Sitapus) dilakukan
melalui kegiatan:
a. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
b. Pembangunan dan pengembangan sistem jaringan jalan
c. Pembangunan dan pengembangan pasar tradisional
d. Pembangunan dan peningkatan sarana prasarana kesehatan
e. Pengembangan sarana dan prasarana telekomunikasi
f. Pengembangan jaringan listrik
g. Peningkatan kapasitas air minum
h. Pembangunan dan pengembangan sistem drainase
i. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
persampahan.
j. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana permukiman
VI-4
Program tersebut dijabarkan atas kegiatan sebagai berikut :
a. Peningkatan status jalan dari jalan provinsi menjadi jalan nasional
- Ruas jalan Lubuk Selasih – Surian – Muara Labuh – Padang Aro
sepanjang 128,54 km
- Ruas jalan Padang Aro – Batas Kerinci Provinsi Jambi sepanjang
34,05 km
b. Peningkatan status jalan dari jalan Kabupaten menjadi Jalan
Provinsi (Kolektor 2)
- Ruas jalan Lubuk Malako – Abai – Lubuk Ulang Aling – Batas
Dharmasraya/Pulau Punjung.
- Ruas jalan Abai Sangir – Madiak – Abai Siat.
- Ruas jalan Tanjung Durian – Talantam - Kiliran Jao (Kabupaten
Sijunjung).
c. Pembangunan dan Peningkatan status jalan Kolektor 3
- Ruas jalan pasar lama Muara Labuh – Mudiak Lolo.
- Ruas jalan Balun – Mudik Lolo – Bulantiak – Sungai Duo – Blok
Nol Pekonina.
- Ruas jalan Abai – Talunan – Sungai Kunyit.
- Ruas jalan Pekonina – Huberta – Sungai Lambai – Golden Arm.
- Ruas jalan Jujutan – Koto Rambah – Padang Limau Sundai.
- Ruas jalan Bidar Alam – Padang Limau Sundai – Talantam –
Ranah Pantai Cermin.
- Ruas jalan Lubuk Batuang – Trans Aceh – Batikan.
- Ruas jalan Simpang Limau – Gaduang – Sungai Langkitang –
Teluk Air Putih.
- Ruas jalan Pasar Baru Muara Labuh – Kiambang – Sungai Cupak
– Koto Birah.
- Ruas jalan Tanggo Akar – Kampung Dalam – Sungai Aro.
- Ruas jalan Sariak Taba – Bariang – Tanggo Aka.
- Ruas jalan Sukabumi – Malus – Sungai Landeh.
- Ruas jalan Sungai Padi – Taratak Tinggi – Sungai Landeh.
- Ruas jalan kantor camat SBH – Pasar Baru – Batu Nago.
- Ruas jalan Koto Gadang – Koto Tuo – Padang Darek.
VI-5
- Ruas jalan Koto Gadang – Sungai Limau – Taratak Baru – Lubuk
Batuang.
- Ruas jalan Abai - Blok P – Bonjol.
- Ruas jalan Palabihan – Sungai Pauah.
- Ruas jalan Sukabaru – Bangun Rejo.
- Ruas jalan Sikayan Talang – Koto Japang.
- Ruas Jalan Sungai Takuk – Mukti Tama.
- Ruas Jalan Ngalau Indah – Talunan.
- Ruas Jalan Kurnia Maju – Sungai Sungkai.
- Ruas Jalan Ngalau Indah – Pangian.
- Ruas Jalan Talao – Sungai Talang.
- Ruas Jalan Talang – Ilir Air.
d. Peningkatan kualitas ruas jalan provinsi (Kolektor 2) pada ruas
jalan Taluak Aie Putiah – Simpang PB – Sungai Kunyit – Abai Siat
(Kabupaten Dharmasraya).
e. Pembangunan dan pengembangan Ruas Jalan Baru
- Ruas Jalan Pulakek – Sungai Sirih – Simancuang – Liki.
- Ruas jalan Sungai Lambai – Timbulun – Golden Arm.
- Ruas jalan Timbulun – Bangun Rejo.
- Ruas jalan Abai - Sungai Kunyit.
- Ruas jalan Pinti Kayu – Sapan Salak – Pakan Rabaa.
- Ruas jalan Sitapus – Sungai Panuah – Talantam.
- Ruas jalan Talantam - Sungai Panuah – Muaro Sangir.
- Ruas jalan Talao – Mercu – Sungai Sungkai.
- Ruas jalan Jujutan – Koto Rambah – Padang Limau Sundai.
- Ruas jalan Pinang Awan – Sungai Duo – Bulantiak.
- Ruas jalan Rantau Limau Kapeh – Lubuak Labu.
- Ruas jalan Pinti Kayu – Lubuk Rasam (Batas Kab. Solok).
- Ruas jalan Lubuk Malako – Taratak Baru – Pangian.
- Ruas jalan Sungai Penuh – Rantau Limau Kapeh – Batu Bakawik.
- Ruas jalan Abai – Talawi – Talakiak – Tanjung Durian.
- Ruas jalan Nunuik - Padamaian – Batu Kadunduang.
- Ruas jalan Ranah Pantai Cermin – Talunan.
- Ruas jalan Talawi – Mudik Ulam – Sungai Ayo – Talantam.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
VI-6
- Ruas jalan Sitapus – Dusun Tangah – Muaro Sangir.
- Ruas jalan Trans Dusun Tangah – Abai.
f. Pembangunan Jalan Khusus Kambang – Muaralabuh yang
menghubungkan Kabupaten Solok Selatan dengan Kabupaten
Pesisir Selatan sebagai jalur evakuasi dan mitigasi bencana alam
tsunami di Pesisir Selatan dan jalur evakuasi, mitigasi bencana
banjir dan gunung berapi Muaralabuh – Kandi di Kabupaten Solok
Selatan bagian barat.
g. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana terminal
umum dan terminal barang
- Pembangunan terminal tipe B di Padang Aro.
- Pengembangan terminal tipe C Muara Labuh menjadi tipe B.
- Pembangunan terminal tipe C di Abai.
- Pengembangan terminal lokal (angkutan perdesaan) pada
masing-masing ibukota kecamatan, terutama pada pasar-pasar
tradisional.
- Pembangunan terminal barang di Taluak Aie Putiah.
h. Pengembangan jaringan transportasi sungai dan penyeberangan
- Pengembangan dermaga Kampung Baru Nagari Lubuk Ulang
Aling
- Pembangunan dermaga penyeberangan di daerah Sungai
Panuah, Talantam, dan Muaro Sangir.
VI-7
dan penambahan gardu-gardu listrik dengan penambahan
kapasitas pembangkit tenaga listrik.
c. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga
terjadi pemerataan pelayanan di seluruh wilayah Kabupaten Solok
Selatan, sehingga semua masyarakat dapat memperoleh layanan
jaringan listrik.
d. Pengoperasian instalasi penyaluran.
e. Peningkatan pasokan daya listrik yang bersumber dari energi
alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan diantaranya
mikrohidro, minihidro, panas bumi, dan surya.
f. Pengembangan energi geothermal (Panas Bumi) di daerah Liki
Pinang Awan Muaralabuh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP) dengan potensi kapasitas daya 220 MW.
g. Pemanfaatan potensi air sungai untuk dijadikan pembangkit listrik
(PLTM dan PLTMH).
VI-8
4. Perwujudan Pengembangan Sistem Prasarana Sumber Daya
Air
VI-9
d. Pembangunan dan pengembangan sarana drainase pada kawasan
perkotaan.
e. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang sesuai
dengan SNI di Muara Labuh, Padang Aro, dan Lubuk Malako.
f. Pembangunan TPS pada skala kecamatan di Sungai Kalu, Pakan
Rabaa, Pakan Salasa, Sungai Kunyit, Ranah Pantai Cermin, dan
Abai.
g. Pembangunan Jalur Evakuasi Bencana di daerah yang rawan
terhadap bencana lam baik gempa, banjir, dan longsor.
VI-10
g. Pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung.
h. Pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan
yang mengganggu fungsi lindung.
i. Penerapan ketentuan yang berlaku tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi berbagai usaha dan/atau
kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai
dampak besar dan penting bagi lingkungan hidup.
j. Pengembangan kerjasama antar wilayah dalam pengelolaan
kawasan lindung.
k. Percepatan rehabilitasi lahan milik masyarakat yang termasuk
kriteria kawasan lindung dengan melakukan penanaman pohon
lindung yang dapat digunakan sebagai perlindungan kawasan
bawahannya yang dapat diambil hasil hutan non-kayunya.
l. Percepatan rehabilitasi hutan/reboisasi hutan lindung dengan
tanaman yang sesuai dengan fungsi lindung dengan sistem strip
cropping.
m. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi
lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara
bertahap dan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan
keberadaan hutan lindung untuk kepentingan hidrologis. Adapun
kegiatan yang dapat diperbolehkan membuat pos pengamatan
kebakaran, pos penjagaan, papan petunjuk atau penerangan, patok
triangulasi, tugu, tiang listrik dan menara stasiun televisi serta jalan
setapak untuk pariwisata yang bangunannya bersifat tidak
permanen.
n. Mengembalikan fungsi kawasan sempadan sungai,waduk dan mata
air sebagai fungsi lindung dengan penanaman kembali (reboisasi).
o. Melakukakan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat
dalam upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan
bencana.
VI-11
2. Perwujudan Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan yang dimaksud dengan perlindungan setempat adalah
kawasan yang secara fungsional merupakan daerah penyangga (buffer
zone) sehingga fungsi dari yang disangganya dapat berfungsi secara
optimal. Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Solok Selatan
ditetapkan berupa kawasan sempadan sungai, sempadan mata air, dan
ruang terbuka hijau. Kondisi aktual kawasan perlindungan setempat ini
belum menjadi perhatian bagi pemerintah maupun masyarakat
sehingga pada beberapa kawan ditemui pemanfaatan kawasan
perlindungan setempat ini menjadi kawasan permukiman maupun,
pertanian maupun perkebunan. Akibatnya tentunya terganggunya
ekosistem baik berupa pencemaran, maupun penurunan fungsi
lindungnya.
Agar kawasan perlindungan setempat ini dapat memberikan nilai
manfaat kepada lingkungannya maka diperlukan beberapa langkah-
langkah pemulihan fungsinya antara lain:
a. Menetapkan tata batas dari masing-masing daerah perlindungan
setempat;
b. Mengidentifikasi permasalahan dari masing-masing kawasan
perlindungan setempat;
c. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan artinya
kawasan perlindungan setempat;
d. Rehabilitasi terhadap kawasan perlindungan setempat yang sudah
sangat kritis;
e. Menetapkan kawasan terbuka hijau baik pada kawasan perkotaan
maupun perdesaan.
VI-12
Talang di Kecamatan Sungai Pagu, dan Kawasan Rumah Gadang
Panjang di Nagari Abai Kecamatan Sangir Batang Hari. Program dan
kegiatan untuk perwujudan kawasan ini adalah:
a. Pemantapan tata batas suaka alam TNKS dengan kawasan budidaya.
b. Pemanfaatan TNKS sebagai tempat pariwisata dan penelitian melalui
kerjasama dengan Balai Besar TNKS.
c. Pemberdayaan masyarakat yang bermukim di sekitar TNKS.
d. Pemeliharaan dan pelestarian kawasan cagar budaya
e. Pemanfaatan kawasan cagar budaya sebagai kawasan wisata budaya
f. Pengembangan kawasan situs cagar budaya sebagai laboratorium
ilmu pengetahuan
g. Pencegahan situs-situs cagar budaya dari ancaman kepunahan yang
disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia.
VI-13
f. Inventarisasi dan pengawasan ketat daerah-daerah rawan
longsor;
g. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah rawan
longsor di setiap wilayah kecamatan;
h. Penguatan kelembagaan masyarakat dalam penanganan
bencana;
i. Peraturan daerah yang mengatur sanksi hukum bagi
pelanggaran tata ruang di daerah rawan longsor;
j. Sosialisasi daerah rawan longsor.
k. Secara teknis mitigasi longsor/gerakan tanah dilakukan
dengan cara :
l. Pembatasan penggunaan lahan dan penempatan jumlah jiwa
pada daerah yang dengan potensi bencana longsor.
VI-14
e. Pembangunan bangunan pengendali daya rusak air (banjir)
seperti normalisasi sungai dan perkuatan tebing sungai.
f. Sosialisasi teknis mitigasi banjir kepada masyarakat
terdampak (potensial terdampak)
g. Menetapkan sebagian dari kawasan banjir sebagai kawasan
lindung karena merupakan bagian dari eksostim rawa/tanah
basah (wet land).
VI-15
Berdasarkan kondisi tersebut maka dalam arahan
program utama mitigasi terhadap daerah rawan letusan
gunung api, diantaranya adalah:
a. Identifikasi kawasan pemukiman yang rawan terkena
dampak letusan Gunung Kerinci;
b. Pemasangan rambu-rambu bahaya pada daerah
rawan letusan gunung api di setiap kantong-kantong
pemukiman;
c. Penguatan kelembagaan masyarakat dalam
penanganan bahaya letusan gunung api;
d. Pembangunan shelter sebagai tempat pengungsian
sementara untuk setiap kantong-kantong pemukiman;
e. Pembangunan jalur-jalur evakuasi;
f. Sosialisasi daerah rawan letusan gunung api.
VI-16
f. Pembangunan dan penguatan sistem komunikasi ke
daerah-daerah terpencil,
g. Penguatan akses informasi dan komunikasi ke dan
dari instansi-instansi yang menangani kegempaan
dan kebencanaan,
h. Penetapan peraturan daerah dalam menetapkan
zonasi kerentanan dan kerusakan akibat gempa bumi;
i. Pembangunan shelter sebagai tempat pengungsian
sementara untuk setiap kantong-kantong pemukiman
j. Pembangunan jalur-jalur evakuasi
k. Penetapan daerah yang tidak diizinkan untuk tidak
membangun dan menempatkan bangunan di tempat-
tempat yang berpotensi terkena dampak kerusakan
apabila terjadi gempa yaitu disepanjang jalur sesar
aktif.
l. Penetapan Persyaratan Keselamatan Struktur
Bangunan yang tahan gempa bumi.
VI-17
g. Pengembangan Hutan Produksi yaitu berupa Pengembangan Hasil
Hutan Bukan Kayu (seperti komoditi rotan, tanaman obat, atau
sutera alam).
h. Penetapan dan pengembangan Kawasan Peruntukan Hutan
Tanaman Rakyat
VI-18
c. Peningkatan pelayanan irigasi teknis dengan jaminan pasokan air
yang mencukupi.
d. Peningkatan produksi pertanian sawah melalui intensifikasi lahan
sehingga hasil panen dapat dicapai lebih dari 4,2 ton/ha,
e. Untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dikembangkan padi
organik bersertifikat sehingga sebagian hasil panen dapat dijual
dengan nilai ekonomi yang tinggi,
f. Diperlukan berbagai insentif (keringanan pajak/retribusi dan subsidi)
guna meningkatkan produktivitas lahan dan kinerja petani,
g. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan
dan air (irigasi), pengadaan sarana produksi, panen dan pengolahan
pasca panen termasuk pemasaran.
h. Pencetakan sawah baru disertai dengan pembangunan irigasi di
Kecamatan Sangir Batang Hari, Sangir Jujuan, Sangir, Sangir Balai
Janggo, Pauh Duo, dan Koto Parik Gadang Diateh.
i. Pengembangan komoditi padi gogo dengan sentra produksi di Sangir
Batang Hari, Sangir Balai Janggo, dan Pauh Duo.
j. Pengembangan komoditi jagung dengan sentra produksi di
Kecamatan Sangir, Pauh Duo, Sungai Pagu, dan Koto Parik Gadang
Diateh.
k. Pengembangan komoditi kacang tanah dengan sentra produksi di
Kecamatan Sangir, Sangir Jujuan, dan Sangir Batang Hari.
VI-19
e. Penguatan kelembagaan petani terkait dengan pengelolaan lahan,
penggunaan pupuk organik, pengangkutan, pengolahan dan
pemasaran serta permodalan.
f. Pengembangan komoditi jeruk dengan sentra produksi di Kecamatan
Sangir, Pauh Duo, Sungai Pagu, dan Koto Parik Gadang Diateh.
g. Pengembangan komoditi manggis dengan sentra produksi di
Kecamatan Sangir Batang Hari, Sangir Jujuan, dan Koto Parik
Gadang Diateh.
h. Pengembangan komoditi pisang dengan sentra produksi di
Kecamatan Sangir dan Koto Parik Gadang Diateh.
i. Pengembangan komoditi kentang dengan sentra produksi di
Kecamatan Sangir dan Pauh Duo.
j. Pengembangan biofarmako dengan komoditi lengkuas, kapulaga,
dan jamur dengan sentra produksi di Kecamatan Sangir, Sungai
Pagu, dan Pauh Duo.
VI-20
c. Pengembangan ternak sapi dengan system integrasi tanaman (sawit)
dengan ternak di Kecamatan Sangir Jujuan, Sangir Balai Janggo, dan
Sangir Batang Hari.
d. Pengembangan ternak unggas di seluruh kecamatan.
VI-21
5. Perwujudan Kawasan Industri
Untuk mewujudkan rencana pola ruang kawasan industri dilakukan
dengan berikut :
a. Penetapan kawasan industri rumah tangga beserta komoditas
unggulan sesuai karakteristik daerah atau kawasan.
b. Pengembangan pasar-pasar yang ada di Kabupaten Solok Selatan
dalam mendukung keberadaan sentra industri rumah tangga.
VI-22
b. Pemilihan secara objek-objek wisata budaya yang potensial untuk
dikembangkan.
c. Penyusunan skenario pengembangan dan pengelolaannya yang
terpadu dengan kebijakan kepariwisataan tingkat provinsi maupun
nasional.
d. Pengembangan kawasan wisata budaya perkampungan tradisional
Minangkabau di Kecamatan Sungai Pagu (Koto Baru dan Pasir
Talang) dan Sangir Batang Hari (Ranah Pantai Cermin dan Abai).
e. Pelestarian bangunan-bangunan rumah gadang yang tersebar di
seluruh nagari untuk menjaga ikon Kabupaten Solok Selatan sebagai
Nagari Saribu Rumah Gadang.
VI-23
7. Perwujudan Kawasan Permukiman
Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan
kawasan permukiman adalah :
a. Percepatan penyediaan perumahan melalui kegiatan : Penyediaan
KPR – Rumah Sederhana Sehat (RSH) bersubsidi, Pengembangan
perumahan swadaya dan Pengembangan Kasiba/Lisiba.
b. Penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan perkampungan
kumuh. Kegiatan ini ditujukan untuk kawasan yang memiliki
lingkungan permukiman yang kurang sehat serta kondisi perumahan
yang kurang layak pada kota-kota yang menjadi pusat
pengembangan.
c. Revitalisasi kawasan tradisional/etnis/bersejarah yaitu kawasan yang
mempunyai bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna
penting
d. Peningkatan penyehatan lingkungan permukiman.
e. Identifikasi kebutuhan perumahan dan penyediaan perumahan
perdesaan melalui bantuan pemerintah dan pembangunan
perumahan swadaya.
f. Identifikasi kelompok permukiman perdesaan yang berada pada
kawasan lindung dan budidaya. Bila terdapat permukiman (kelompok
rumah) yang berada pada kawasan lindung, maka direkomendasikan
jalan keluarnya, baik melalui pelepasan hak hutan atau relokasi.
g. Identifikasi bangunan fasilitas umum dan perumahan yang berada
pada kawasan rawan bencana dan merekomendasikan mitigasi
ataupun relokasi terhadap bangunan tersebut.
h. Pembangunan Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) di Batu
Kadunduang, Lubuk Ulang Aling dan Kandi.
VI-24
6.1.3 Perwujudan Rencana Kawasan Strategis
A. Program Perwujudan Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan
Ekonomi
VI-25
dengan fungsi utama di sektor jasa dan perdagangan guna
mendukung keberadaan sektor perkebunan di daerah ini.
VI-26
2. Perwujudan Kawasan Strategis Pasir Talang
Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan
kawasan strategis sosial budaya Pasir Talang adalah :
a. Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan
b. Penetapan tata batas kawasan strategis Pasir Talang
c. Pelestarian bangunan-bangunan rumah gadang di kawasan Nagari
Pasir Talang.
d. Pelestarian bangunan situs cagar budaya yang ada di kawasan
strategis Pasir Talang seperti Masjid Kurang Aso Anampuluah dan
istana rajo-rajo Alam Surambi Sungai Pagu.
e. Pengembangan kawasan strategis Pasir Talang yang merupakan
kawasan pusat Kerajaan Alam Surambi Sungai Pagu sebagai
kawasan wisata budaya.
f. Pengembangan seni dan tradisi yang berkembang guna mendukung
fungsi kawasan ini sebagai kawasan wisata budaya.
VI-27
b. Penetapan tata batas kawasan strategis Bidar Alam
c. Pelestarian bangunan situs cagar budaya terkait dengan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang ada di
kawasan strategis Bidar Alam seperti rumah gadang kediaman Mr.
Syafruddin Prawiranegara dan Surau Bulian tempat pemancar stasiun
radio PDRI.
d. Pengembangan kawasan strategis Bidar Alam yang merupakan
kawasan PDRI pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara.
e. Pembangunan sarana dan prasarana pendukung kawasan wisata
sejarah seperti monumen PDRI dan museum PDRI.
VI-28
2. Perwujudan Kawasan Strategis Sapan Maluluang
Program yang dikembangkan untuk perwujudan pengembangan
kawasan strategis Sapan Maluluang adalah :
a. Penyusunan Rencana Teknis Ruang Kawasan
b. Penetapan tata batas kawasan strategis Sapan Maluluang
c. Pengembangan kawasan Sapan Maluluang sebagai kawasan wisata
dengan ikon utama hot water boom.
d. Membangunan serta melengkapi fasilitas penunjang wisata di
kawasan Sapan Maluluang
e. Melakukan kerja sama dengan berbagai fihak dalam rangka
pengembangan dan pembangunan berbagai fasilitas penunjang
objek wisata Sapan Maluluang.
f. Mengintegrasikan potensi sumber air panas, hot water boom, dan
kawasan pertanian di sekitarnya sebagai kawasan agrowisata.
VI-29
b. Penetapan tata batas kawasan strategis Bontak
c. Membangunan serta melengkapi fasilitas penunjang wisata di
kawasan Danau Bontak
d. Mengintegrasikan potensi sumber wisata air dan panorama alam di
sekitarnya sebagai kawasan ekowisata.
VI-30
Tabel 6.1. Indikasi Program Utama
Tabel 6.1.1 : Rencana Perwujudan Struktur Ruang dan Rencana Perwujudan Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Perwujudan
Pengembangan
A Pusat Kegiatan di
Kabupaten Solok
Selatan
Pengembangan Penyusunan Rencana
dan penataan Detail Tata Ruang Padang Aro APBD Kab Pemkab
Pusat Kegiatan Kawasan Perkotaan
1
Lokal (PKL) yang Pembangunan dan
berada di Kota pengembangan sistem
Padang Aro. APBN/APBD
jaringan jalan
Padang Aro Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
Pembangunan APBN/APBD
terminal regional tipe Prov/APBD
B serta sarana dan Padang Aro Kab
Pemkab/Pemprov
prasarana sistem
angkutan umum
massal
VI-31
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
APBN/APBD
Pembangunan Prov/APBD
Padang Aro Kab Pemkab/Pemprov
terminal barang
Pengembangan
sarana dan prasarana PT. Telkom PT. Telkom dan
telekomunikasi Padang Aro
dan Swasta Swasta
Pengembangan
Padang Aro PLN PLN
jaringan listrik
Perencanaan jalur
evakuasi bencana
gempa vulkanik dan Padang Aro APBD Pemkab
letusan Gunung
Kerinci
Peningkatan kapasitas APBN/APBD
dan pelayanan air Prov/APBD
minum di perkotaan Padang Aro Kab Pemkab/Pemprov
VI-32
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembangunan APBN/APBD
instalasi pengelolaan Prov/APBD
air limbah (IPAL) Padang Aro Kab Pemkab/Pemprov
VI-33
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-34
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembangunan APBN/APBD
instalasi pengelolaan Muara Labuh Prov/APBD
air limbah (IPAL) Kab Pemkab/Pemprov
dan Abai
Pengembangan APBN/APBD
sarana dan prasarana Prov/APBD
pendidikan perguruan Muara Labuh Kab Pemkab/Pemprov
tinggi dan Abai
VI-35
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pengembangan Seluruh
PLN PLN
jaringan listrik Kecamatan
Perencanaan jalur APBN/APBD
evakuasi bencana Prov/APBD
alam sesuai dengan Seluruh Kab Pemkab/Pemprov
tipe bencana di setiap Kecamatan
PPK.
APBN/APBD
Peningkatan kapasitas Seluruh Prov/APBD
Kab Pemkab/Pemprov
air minum Kecamatan
VI-36
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-37
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-38
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-39
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-40
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
APBN/APBD
Pembangunan Jalan Kambang –
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Khusus Muaralabuh
Kab
Pengembangan dan APBN/APBD
peningkatan sarana Padang Aro. Prov/APBD
dan prasarana Kab Pemkab/Pemprov
terminal umum dan Muara Labuh
terminal barang
APBN/APBD
Ibukota Kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
APBN/APBD
Taluak Aie
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Putiah
Kab
Pengembangan Kampung Baru APBN/APBD
jaringan transportasi Nagari Lubuk Prov/APBD
Pemkab/Pemprov
sungai dan Ulang Aling Kab
penyeberangan
Sungai Panuah, APBN/APBD
Talantam, dan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Muaro Sangir. Kab
VI-41
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Peningkatan daya
energi listrik pada Seluruh
daerah-daerah pusat Kecamatan PLN PLN
pertumbuhan dan
daerah
pengembangan
Meningkatkan dan
Seluruh
mengoptimalkan PLN PLN
Kecamatan
pelayanan listrik
Pengoperasian Seluruh
PLN PLN
instalasi penyaluran. Kecamatan
Peningkatan pasokan
daya listrik yang Seluruh
bersumber dari PLN PLN
Kecamatan
energy alternative
Pengembangan energi
geothermal (Panas
Bumi) untuk Liki Pinang
Pembangkit Listrik Awan
swasta Swasta
Tenaga Panas Bumi
(PLTPB) dengan
potensi kapasitas daya
220 MW.
Pemanfaatan potensi
air sungai untuk
Seluruh
dijadikan pembangkit Swasta Swasta
Kecamatan
listrik (PLTM dan
PLTMH).
3 Perwujudan Pembangunan system Seluruh ibukota
PT. Telkom PT. Telkom dan
Pengembangan jaringan kecamatan dan
dan Swasta Swasta
Sistem Prasarana telekomunikasi nagari.
Telekomunikasi Pengembangan
jaringan Seluruh ibukota PT. Telkom PT. Telkom dan
telekomunikasi kecamatan dan Swasta Swasta
telepon kabel
VI-42
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembdanpengb
jaringan telekom
nirkabel atau Base Seluruh ibukota PT. Telkom PT. Telkom dan
Transceiver Station kecamatan dan Swasta Swasta
(BTS) terutama di
blankspot area.
Penyediaan infras
telematika,berupa
towerBase Transceiver Seluruh ibukota PT. Telkom PT. Telkom dan
Stationyang di kecamatan dan Swasta Swasta
gunakan secara
bersama-sama.
Penyediaan sapras
telekomunikasi sesuai
dgkondisi dan Seluruh ibukota PT. Telkom PT. Telkom dan
kecamatan dan Swasta Swasta
kebutuhan daerah.
VI-43
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Program Sepanjang
pembangunan aliran sungai
prasarana Batang Suliti,
pengendalian banjir Batang Bangko,
berupa normalisasi Batang Lolo, APBN/APBD
sungai serta Batang Lawe, Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pembangunan cekdam dan sungai- Kab
pada hulu sungai sungai yang
mengancam
kawasan
permukiman.
5 Perwujudan Pengembangan APBN/APBD
Pengembangan sarana dan prasarana Prov/APBD
Sistem Prasarana perumahan berupa Seluruh Kab
Kecamatan Pemkab/Pemprov
Perumahan dan jalan poros, jalan
Permukiman lingkungan, jalan
setapak, dan drainase
Penyediaan sarana
dan prasarana air
minum dan air bersih Seluruh APBN/APBD
pada daerah rawan air Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
minum dan air bersih Kab
di perkotaan dan
perdesaan.
Pengembangan
jaringan air bersih
PDAM ke nagari- Seluruh APBN/APBD
nagari dan jorong- Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
jorong yang belum Kab
dilayani air bersih
PDAM.
Pembangunan dan APBN/APBD
pengembangan Prov/APBD
sarana drainase pada Seluruh Kab
Pemkab/Pemprov
kawasan perkotaan. Kecamatan
VI-44
RENCANA PENGEMBANGAN STRUKTUR
RUANG DAN RENCANA SISTEM Tahun Pelaksanaan
JARINGAN PRASARANA WILAYAH Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-45
Tabel 6.1.2 : Rencana Perwujudan Pola Ruang
Perwujudan
A Kawasan
Lindung
1 Perwujudan Pemantapan tata batas
Kawasan hutan lindung APBN/APBD
Hutan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Lindung dan Kecamatan
Kab
Kawasan Yang
Memberikan Identifikasi dan klasifikasi
Perlindungan permasalahan hutan APBN/APBD
Terhadap lindung tersebut menjadi ; Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kawasan sangat kritis, kritis dan Kecamatan
Kab
Bawahannya tidak kritis.
Hutan lindung dengan
tingkatan sangat kritis APBN/APBD
segera direhabilitasi dengan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
program yang masif dan Kecamatan
Kab
partisipatif.
Apabila hutan lindung
tersebut ditanami tanaman
produktif yang menjadi
sumber kehidupan ekonomi APBN/APBD
Seluruh
masyarakat, maka secara Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kecamatan
bertahap dikembalikan Kab
fungsinya sebagai kawasan
lindung.
Pengawasan dan
pemantauan untuk
pelestarian kawasan Seluruh APBN/APBD
konservasi dan hutan Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
lindung. Kab
VI-46
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pelestarian APBN/APBD
keanekaragaman hayati Prov/APBD Pemkab/Pemprov
dan ekosistemnya Kab
Pengaturan berbagai usaha
dan/atau kegiatan yang APBN/APBD
tetap dpt mempertahankan Seluruh Prov/APBD Pemkab/Pemprov
fungsi lindung. Kecamatan Kab
Pencegahan
berkembangnya berbagai APBN/APBD
usaha dan/atau kegiatan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
yang mengganggu fungsi Kecamatan
Kab
lindung.
Penerapan ketentuan yang
berlaku tentang Analisis
Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) bagi Seluruh APBN/APBD
berbagai usaha dan/atau Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kegiatan yang sudah ada di
Kab
kawasan lindung yang
mempunyai dampak besar
dan penting bagi
lingkungan hidup.
Pengembangan kerjasama
APBN/APBD
antar wilayah dalam
Seluruh Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pengelolaan kawasan
Kecamatan Kab
lindung.
Percepatan rehabilitasi
lahan milik masyarakat
yang termasuk kriteria
kawasan lindung dengan Seluruh
melakukan penanaman Kecamatan APBN/APBD
pohon lindung yang dapat Prov/APBD Pemkab/Pemprov
digunakan sebagai Kab
perlindungan kawasan
bawahannya yang dapat
diambil hasil hutan non-
kayunya.
VI-47
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Percepatan rehabilitasi
hutan/reboisasi hutan
lindung dengan tanaman Seluruh APBN/APBD
yang sesuai dengan fungsi Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
lindung dengan sistem strip Kab
cropping.
Penerapan ketentuan-
ketentuan untuk
mengembalikan fungsi
lindung kawasan yang telah
terganggu fungsi
lindungnya secara bertahap
dan berkelanjutan sehingga
Seluruh
dapat mempertahankan
Kecamatan APBN/APBD
keberadaan hutan lindung
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
untuk kepentingan
Kab
hidrologis. Adapun kegiatan
yang
Mengembalikan fungsi
kawasan sempadan
Seluruh APBN/APBD
sungai,waduk dan mata air
Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
sebagai fungsi lindung
Kab
dengan penanaman
kembali (reboisasi).
Melakukan program
pembinaan, penyuluhan
kepada masyarakat dalam Seluruh APBN/APBD
upaya pelestarian kawasan Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
lindung dan kawasan rawan Kab
bencana.
VI-48
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Mengidentifikasi
permasalahan dari masing- APBN/APBD
masing kawasan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
perlindungan setempat Kecamatan
Kab
Meningkatkan pemahaman
dan kesadaran masyarakat APBN/APBD
Seluruh
akan artinya kawasan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kecamatan
perlindungan setempat Kab
Rehabilitasi terhadap
kawasan perlindungan APBN/APBD
setempat yang sudah Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
sangat kritis Kecamatan
Kab
Menetapkan kawasan
terbuka hijau baik pada APBN/APBD
kawasan perkotaan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
maupun perdesaan Kecamatan
Kab
VI-49
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pemberdayaan masyarakat
APBN/APBD
yang bermukim di sekitar
Wilayah Cagar Prov/APBD Pemkab/Pemprov
TNKS
Budaya Kab
Pemeliharaan dan
APBN/APBD
pelestarian kawasan cagar
Wilayah Cagar Prov/APBD Pemkab/Pemprov
budaya
Budaya Kab
Pemanfaatan kawasan APBN/APBD
cagar budaya sebagai Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kawasan wisata budaya Wilayah Cagar
Budaya Kab
Pengembangan kawasan
APBN/APBD
situs cagar budaya sebagai
Wilayah Cagar Prov/APBD Pemkab/Pemprov
laboratorium ilmu
Budaya Kab
pengetahuan
Pencegahan situs-situs
cagar budaya dari ancaman APBN/APBD
kepunahan yang Wilayah Cagar
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
disebabkan oleh kegiatan Budaya
Kab
alam maupun manusia
4 Perwujudan
Kawasan
Rawan
Bencana
Kawasan Penguatan lereng pada Kec. KPGD,
APBN/APBD
Rawan daerah rawan longsor di Kec. Pauh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Bencana sepanjang sisi jalan raya Duo, Kec. Sei
Kab
Longsor Pagu
Rehabilitasi dan reboisasi Kec. KPGD,
daerah-daerah penyangga Kec. Pauh
dan resapan air terutama di Duo, Kec. Sei APBN/APBD
wilayah yang sudah Pagu Prov/APBD Pemkab/Pemprov
teridentifikasi sebagai Kab
kawasan rawan longsor
atau gerakan tanah
VI-50
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-51
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Kec. KPGD,
Sosialisasi daerah rawan Kec. Pauh
APBD Kab Pemkab
longsor Duo, Kec. Sei
Pagu
Secara teknis mitigasi Kec. KPGD,
longsor/gerakan tanah Kec. Pauh APBN/APBD
Duo, Kec. Sei Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Pagu Kab
VI-52
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
5 Perwujudan
Kawasan
Lindung
Geologi
Kawasan Menetapkan tata batas
Cagar Alam kawasan cagar alam Kec. Sangir APBN/APBD
Geologi geologi Batang Hari Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
Mengembangkan kawasan
cagar alam geologi sebagai APBN/APBD
kawasan wisata geologi Kec. Sangir
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Batang Hari
Kab
Pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan APBN/APBD
cagar alam geologi sebagai Kec. Sangir
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
objek wisata Batang hari
Kab
VI-53
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Kawasan
Rawan
Bencana Alam
Geologi
Mitigasi Rawan Identifikasi kawasan
Letusan Gunung pemukiman yang rawan APBN/APBD
Api terkena dampak letusan Kec. Sangir Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Gunung Kerinci Kab
Pemasangan rambu-rambu
bahaya pada daerah rawan
letusan gunung api di APBN/APBD
Kec. Sangir
setiap kantong-kantong Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pemukiman Kab
Penguatan kelembagaan
masyarakat dalam APBN/APBD
penanganan bahaya Kec. Sangir Prov/APBD Pemkab/Pemprov
letusan gunung api Kab
Pembangunan shelter
sebagai tempat APBN/APBD
pengungsian sementara Kec. Sangir Prov/APBD Pemkab/Pemprov
untuk setiap kantong- Kab
kantong pemukiman
VI-54
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembangunan dan
penguatan sistem APBN/APBD
komunikasi ke daerah- Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
daerah terpencil Kab
Penetapan peraturan
daerah dalam menetapkan
zonasi kerentanan dan APBN/APBD
Seluruh kec.
kerusakan akibat gempa Prov/APBD Pemkab/Pemprov
bumi Kab
VI-55
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembangunan shelter
sebagai tempat APBN/APBD
pengungsian sementara Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
untuk setiap kantong- Kab
kantong pemukiman
Pemb. jalur-jalur evakuasi Seluruh kec. APBD Kab Pemkab
Penetapan daerah yang
Seluruh kec.
tidak diizinkan untuk tidak
membangun dan
menempatkan bangunan di
tempat-tempat yang APBD Kab Pemkab
berpotensi terkena dampak
kerusakan apabila terjadi
gempa yaitu disepanjang
jalur sesar aktif.
Penetapan Persyaratan
Keselamatan Struktur
Bangunan yang tahan Seluruh kec. APBD Kab Pemkab
gempa bumi
B Program
Perwujudan
Kawasan
Budidaya
1 Perwujudan
Kawasan
Kawasan Penetapan tata batas yang
hutan APBD Kab Pemkab
Hutan jelas.
produksi
Produksi
VI-56
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pembangunan fasilitas
wisata alam jika diperlukan. Kawasan APBN/APBD
hutan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
produksi Kab
2 Perwujudan
Kawasan
Pertanian
Kawasan Penetapan lahan sawah
pertanian yang cadangkan sebagai APBN/APBD
tanaman lahan pertanian tanaman Seluruh kec.
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pangan pangan berkelanjutan Kab
VI-57
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Peningkatan pelayanan
irigasi teknis dengan APBN/APBD
jaminan pasokan air yang Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mencukupi Kab
Peningkatan produksi
pertanian sawah melalui APBN/APBD
intensifikasi lahan sehingga Seleuruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
hasil panen dapat dicapai Kab
lebih dari 4,2 ton/ha
Dikembangkan padi organik
Seluruh kec. APBN/APBD
bersertifikat
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
Insentif (keringanan
pajak/retribusi dan subsidi)
guna meningkatkan Seluruh kec. APBD Kab Pemkab
produktivitas lahan dan
kinerja petani,
Penguatan kelembagaan
petani terkait dengan
pengelolaan lahan dan air Seluruh kec.
(irigasi), pengadaan sarana
APBD Kab Pemkab
produksi, panen dan
pengolahan pasca panen
termasuk pemasaran
VI-58
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Peningkatan produksi
komoditas melalui APBN/APBD
intensifikasi lahan, Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
ekstensifikasi dan optimasi Kab
lahan
Pembangunan prasarana
dan sarana pertanian,
APBN/APBD
seperti jalan produksi, Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
peralatan budidaya dan
Kab
teknologi pengolahan pasca
panen
VI-59
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Penguatan kelembagaan
petani terkait dengan
Seluruh
pengelolaan lahan, APBN/APBD
kecamatan
penggunaan pupuk Prov/APBD Pemkab/Pemprov
organik, pengangkutan, Kab
pengolahan dan pemasaran
serta permodalan
Pengembangan komoditi Kecamatan
jeruk siam dan jeruk Sangir, Pauh
keprok Duo, Sungai APBN/APBD
Pagu, dan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Koto Parik Kab
Gadang
Diateh
Pengembangan komoditi Kecamatan
manggis Sangir Batang
Hari, Sangir APBN/APBD
Jujuan, dan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Koto Parik Kab
Gadang
Diateh.
Pengembangan komoditi Seluruh
pisang Kecamatan APBN/APBD
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
VI-60
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Penetapan komoditas
Perkebunan
perkebunan unggulan
Seluruh
sesuai karakteristik daerah APBD Kab Pemkab
Kecamatan
atau kawasan
Penetapan kawasan
perkebunan yang potensial
dan tidak berada pada Seluruh kec. APBD Kab Pemkab
kawasan konservasi
(lindung)
Peningkatan kemampuan
APBN/APBD
petani dalam pengolahan
Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
hasil perkebunan
Kab
Pengembangan komoditi
unggulan perkebunan Seluruh
meliputi kakao, kopi, teh, Kecamatan APBN/APBD
karet, dan kayu manis
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
dengan
Kab
mempertimbangkan
optimalisasi pemanfaatan
lahan
Peternakan Penetapan komoditas Kecamatan
ternak unggulan (sapi, Sangir Batang
kerbau, kambing, dan Hari, Pauh
unggas) sesuai karakteristik Duo, dan APBD Kab Pemkab
daerah atau kawasan Sangir Balai
Janggo.
VI-61
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-62
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Menetapkan satuan
Wilayah Pertambangan
(WP) yang meliputi Wilayah
Usaha Pertambangan Seluruh kec.
(WUP), Wilayah
Pertambangan Rakyat APBN/APBD
(WPR) dan Wilayah Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Pertambangan Negara Kab
(WPN) dengan
pertimbangan perlindungan
lingkungan dan
pemberdayaan ekonomi
masyarakat local
Pemanfaatan sumber panas
bumi untuk pembangkit APBN/APBD
Liki Pinang
listrik tenaga panas bumi Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Awan
Kab
Pengembangan pasar-pasar
yang ada di Kabupaten
APBN/APBD
Solok Selatan dalam
Seluruh Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung keberadaan
Kecamatan Kab
sentra industri rumah
tangga
6 Perwujudan
Kawasan
Pariwisata
Kawasan Pendataan objek wisata
pariwisata alam Seluruh
alam APBD Kab Pemkab
Kecamatan
VI-63
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Penyusunan skenario
pengembangan dan
Seluruh APBN/APBD
pengelolaannya yang
Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
terpadu dengan kebijakan
Kab
kepariwisataan tingkat
provinsi maupun nasional.
Membangunan serta
melengkapi objek wisata Seluruh APBN/APBD
alam yang diunggulkan Kecamatan Prov/APBD Pemkab/Pemprov
dengan fasilitas penunjang
Kab
wisata
VI-64
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Kawasan
Seluruh
pariwisata Pendataan objek wiasata
Kecamatan
budaya budaya
APBD Kab Pemkab
Penyusunan skenario
pengembangan dan
pengelolaannya yang APBN/APBD
terpadu dengan kebijakan Seluruh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kepariwisataan tingkat Kecamatan
Kab
provinsi maupun nasional.
Pelestarian bangunan-
bangunan rumah gadang APBN/APBD
Seluruh
yang tersebar di seluruh Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kecamatan
nagari Kab
VI-65
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-66
RENCANA PENGEMBANGAN POLA RUANG Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Perwujudan
7 Kawasan Percepatan penyediaan APBN/APBD
Permukiman perumahan Seluruh kec. Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
VI-67
Tabel 6.1.3 : Rencana Perwujudan Rencana Kawasan Strategis
A Perwujudan
Kawasan
Strategis dari
Sudut
Kepentingan
Ekonomi
1 Perwujudan Penyusunan Rencana Padang Aro
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
APBD Kab Pemkab
Strategis Perkotaan
Padang Aro
Pembangunan pasar Padang Aro
regional Padang Aro APBN/APBD
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
Pembangunan sarana
dan prasarana atau
Padang Aro APBN/APBD
infrastruktur dalam
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung
Kab
pertumbuhan sektor
ekonomi
2 Perwujudan Penyusunan Rencana Muara Labuh
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
APBD Kab Pemkab
Strategis Muara Perkotaan
Labuh
Pengembanganan pasar Muara Labuh APBN/APBD
regional Muara Labuh Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Kab
Pembangunan sarana
dan prasarana atau
APBN/APBD
infrastruktur dalam Muara Labuh
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung
Kab
pertumbuhan sektor
ekonomi
VI-68
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
VI-69
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pengembangan
kawasan strategis Koto
Baru sebagai kawasan Koto Baru
APBN/APBD
wisata budaya dalam
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung ikon
Kab
Kabupaten Solok
Selatan sebagai Nagari
Saribu Rumah Gadang
Pengembangan seni
dan tradisi yang
Koto Baru APBN/APBD
berkembang guna
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung fungsi
Kab
kawasan ini sebagai
kawasan wisata budaya
2 Perwujudan Penyusunan Rencana
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
Pasir Talang APBD Kab Pemkab
Strategis Pasir Perkotaan
Talang
Penetapan tata batas
kawasan strategis Pasir
Talang Pasir Talang APBD Kab Pemkab
Pelestarian bangunan-
bangunan rumah APBN/APBD
gadang di kawasan Pasir Talang Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Nagari Pasir Talang. Kab
Pelestarian bangunan
APBN/APBD
situs cagar budaya
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
yang ada di kawasan Pasir Talang
Kab
strategis Pasir Talang
VI-70
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pengembangan
kawasan strategis Pasir
Talang yang Pasir Talang
APBN/APBD
merupakan kawasan
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pusat Kerajaan Alam
Kab
Surambi Sungai Pagu
sebagai kawasan wisata
budaya.
Pengembangan seni
dan tradisi yang
berkembang guna Pasir Talang APBN/APBD
mendukung fungsi Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kawasan ini sebagai Kab
kawasan wisata
budaya.
3 Perwujudan Penyusunan Rencana
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
Strategis Abai Perkotaan Abai APBD Kab Pemkab
Pengembangan
kawasan strategis Abai
sebagai kawasan wisata APBN/APBD
budaya Prov/APBD Pemkab/Pemprov
Abai Kab
VI-71
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Pengembangan seni
dan tradisi yang
berkembang seperti Abai APBN/APBD
seni batombe guna Prov/APBD Pemkab/Pemprov
mendukung fungsi Kab
kawasan ini sebagai
kawasan wisata budaya
Perwujudan Penyusunan Rencana
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
4 Bidar Alam
Strategis Bidar Perkotaan APBD Kab Pemkab
Alam
VI-72
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
C Program
Perwujudan
Kawasan
Strategis dari
Sudut Fungsi
dan Daya
Dukung
Lingkungan
1 Perwujudan Penyusunan Rencana
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
APBD Kab Pemkab
Strategis Perkotaan Sangir Batang Hari
Batang Sangir
Penetapan tata batas
kawasan strategis
Batang Sangir Sangir Batang Hari APBD Kab Pemkab
Pengembangan
kawasan strategis
Batang Sangir sebagai Sangir Batang Hari
APBN/APBD
kawasan wisata alam
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
dengan daya tarik
Kab
utama berupa wisata
minat khusus berupa
kayak dan arung jeram.
2 Perwujudan Penyusunan Rencana
Kawasan Teknis Ruang Kawasan
APBD Kab Pemkab
Strategis Sapan Perkotaan
Maluluang
Penetapan tata batas
Sapan Maluluang
kawasan strategis APBD Kab Pemkab
Sapan Maluluang
Pengembangan
kawasan Sapan
APBN/APBD
Maluluang sebagai Sapan Maluluang Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kawasan wisata dengan
Kab
ikon utama hot water
boom
VI-73
RENCANA KAWASAN STRATEGIS Tahun Pelaksanaan
Sumber
No Lokasi Pelaksana
Dana
Program Kegiatan 2012 2013 2014 2015 2016 17-21 22-26 27-31
Membangunan serta
melengkapi fasilitas APBN/APBD
penunjang wisata di Sapan Maluluang Prov/APBD Pemkab/Pemprov
kawasan Sapan Kab
Maluluang
Melakukan kerja sama
dengan berbagai fihak
dalam rangka Sapan Maluluang APBN/APBD
pengembangan dan
Prov/APBD Pemkab/Pemprov
pembangunan berbagai
Kab
fasilitas penunjang
objek wisata Sapan
Maluluang
Mengintegrasikan
potensi sumber air
panas, hot water boom, Sapan Maluluang APBN/APBD
dan kawasan pertanian Prov/APBD Pemkab/Pemprov
di sekitarnya sebagai Kab
kawasan agrowisata
VI-74
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH KABUPATEN SOLOK SELATAN
VII-1
Ketentuan Umum peraturan zonasi memiliki beberapa fungsi :
1. Sebagai proses dan prosedur penyusunan rencana tata ruang dan penetapan
(legalisasi) rencana tata ruang
2. Sebagai proses penyusunan rencana tata ruang, berlandaskan atas asas :
keterpaduan; keserasian; keselarasan dan keseimbangan; keberlanjutan;
keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan
kemitraan; perlindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan;
serta akuntabilitas.
3. Sebagai instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, memuat ketentuan tentang
kegiatan-kegiatan yang diperkenankan,yang tidak diperkenankan, yang
diperkenankan bersyarat atau diperkenankan secara terbatas untuk berada pada
suatu pola pemanfaatan ruang tertentu.
4. Sebagai rujukan utama bagi penyusunan Ketentuan Umum Peraturan Zonasi di
tingkat kabupaten.
5. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfataan ruang untuk pola ruang yang
kewenangan pemberian izin pemanfaatan ruangnya berada pada pemerintah
daerah kabupaten.
6. Sebagai panduan perizinan dalam pemanfaatan ruang pada kawasan yang berada
di sekitar sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.
Penyelenggaraan Penataan
Ruang
Peraturan zonasi
VII-2
7.1.1 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Sektoral
Ketentuan pemanfaatan ruang sektoral yang dimaksud disini adalah aturan
pemanfaatan ruang yang didasarkan pada peraturan perundang - undangan sektoral,
seperti fungsi atau pemanfaatan ruang pada kawasan hutan, kawasan pesisir,
kawasan pariwisata dan lain - lain. Berdasarkan klasifikasi ruang yang terdapat di
Kabupaten Solok Selatan, diidentifikasikan beberapa peraturan perundang - undangan
yang terkait dengan kalsifikasi ruang tersebut, diantaranya adalah :
Peruntukan kawasan lindung di Kabupaten Solok Selatan sampai tahun 2031 terdiri
dari :
Kawasan hutan lindung
Kawasan yang dapat memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya,
meliputi ; kawasan resapan air.
Kawasan perlindungan setempat, meliputi : sempadan sungai dan kawasan
sekitar mata air
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang meliputi : kawasan
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), kawasan Taman Wisata Alam, dan
Kawasan Cagar Budaya & Ilmu Pengetahuan
Kawasan rawan bencana alam yang meliputi : kawasan rawan tanah longsor dan
kawasan rawan banjir.
Kawasan lindung geologi yang meliputi :
a. Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi ; kawasan keunikan bentang alam
b. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi, meliputi : kawasan rawan letusan gunung
berapi, Gempa bumi, gerakan tanah
c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap Air Tanah, meliputi ; kawasan
imbuhan air tanah
Sesuai peruntukan kawasan lindung tersebut, maka ketentuan umum peraturan zonasi
untuk kawasan lindung ditetapkan sebagai berikut :
A. Hutan Lindung
Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan lindung, maka ketentuan umum
peraturan zonasinya di tetapkan sebagai berikut :
1. Boleh dilakukan kegiatan lain yang bersifat komplementer terhadap fungsi hutan
lindung sebagaimana ditetapkan dalam KepmenHut Nomor 50 tahun 2006.
2. Boleh dilakukan kegiatan wisata alam tanpa merubah bentang alam.
3. Diperbolehkan melakukan kegiatan penelitian
4. Dilarang melakukan kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan
tutupan vegetasi.
5. Tidak diperbolehkan adanya kegiatan dan bangunan selain usaha untuk
memelihara dan melestarikan fungsi lindung
Indikasi arahan peraturan zonasi untuk kawasan budidaya ditetapkan sebagai berikut :
A. Kawasan Hutan Produksi
Untuk mempertahankan fungsi kawasan hutan produksi ditetapkan ketentuan umum
peraturan zonasinya sebagai berikut :
1. Hutan Produksi Tetap
a. Kawasan Hutan Produksi tetap dapat alih fungsikan dan dirubah peruntukannya
sesuai dengan ketetuan sesuai dengan ketetuan peraturan perundang-
undangan;
b. Diperbolehkan dirubah fungsi menjadi hutan berfungsi lindung, sesuai
ketentuan berlaku.
c. Pemanfaatan hasil hutan dibatasi untuk menjaga kestabilan neraca sumberdaya
hutan.
d. Dalam kawasan hutan produksi tetap, pembatasan pendirian bangunan hanya
untuk menunjang kegiatan pengamanan kawasan dan pemanfaatan hasil hutan.
e. Diperbolehkan dibangun prasarana untuk kepentingan pemanfaatan hasil hutan
dan pencegahan serta penanggulangan bencana.
B. Kawasan Pertanian
Untuk menjaga dan mengoptimalkan fungsi kawasan perkebunan dan untuk
mengendalikan perkembangan fisik ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi
sebagai berikut :
1. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan
a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan yang sudah ditetapkan sebagai
lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak diperkenankan untuk di alih
fungsikan ke penggunaan budidaya lainnya.
b. Dalam kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan diperkenankan adanya
bangunan prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
pertanian tanaman pangan
2. Kawasan Holtikultura
a. Pada kawasan budidaya pertanian hortikultura yang sudah ditetapkan sebagai
lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak diperkenankan untuk di alih
fungsikan ke penggunaan budidaya lainnya.
b. Pada kawasan budidaya pertanian holtikultura diperkenankan adanya bangunan
prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan pertanian
holtikultura
c. Diperkenankan sebagai pemanfaatan untuk permukiman, peternakan, dan
industri.
d. Pengembangan sarana dan prasarana wisata agro secara terbatas.
3. Kawasan Perkebunan
a. Tidak diperkenankan penanaman jenis tanaman perkebunan yang bersifat
menyerap air dalam jumlah banyak, terutama kawasan perkebunan yang
berlokasi di daerah hulu/kawasan resapan air.
b. Kawasan perkebunan yang dikelola perusahaan besar tidak diperkenankan
merubah jenis tanaman perkebunan yang tidak sesuai dengan perizinan yang
diberikan.
c. Dalam kawasan perkebunan diperkenankan untuk dimanfaatkan sebagai hutan
tanaman rakyat.
d. Kawasan perkebunan tidak diperkenankan beralih fungsi menjadi kawasan
industri
e. Dalam kawasan perkebunan besar dan perkebunan rakyat diperkenankan
adanya bangunan yang bersifat mendukung keg.perkebunan dan jaringan
prasarana wilayah untuk kepentingan pemanfaatan hasil perkebunan serta untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangan bencana.
f. Diversifikasi tanaman perkebunan dapat dilaksanakan selama persyaratan teknis
dipenuhi.
4. Kawasan Peternakan
a. Kawasan peruntukan peternakan yang sudah ditetapkan sebagai lahan pertanian
pangan berkelanjutan tidak diperkenankan untuk di alih fungsikan ke
penggunaan budidaya lainnya;
b. Dalam kawasan peruntukan peternakan diperkenankan untuk kegiatan budidaya
pertanian lainnya;
c. Dalam kawasan peruntukan peternakan diperkenankan kegiatan
pendidikan,penelitian dan wisata;
d. Dalam kawasan peruntukan peternakan diperkenankan adanya bangunan prasarana
wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan peternakan.
C. Kawasan Perikanan
Peruntukan kawasan perikanan meliputi perikanan tangkap dan budidaya perikanan.
Untuk menjaga dan optimalisasi fungsi kawasan perikanan ditetapkan ketentuan
umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Dalam kawasan budidaya perikanan diperkenankan adanya bangunan prasarana
wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan perikanan;
2. Dalam kawasan budidaya perikanan diperbolehkan pengembangan sarana dan
prasarana perikanan.
3. Pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi lestari.
4. Dalam kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata, pengembangan
perikanannya tidak boleh merusak/mematikan fungsi pariwisata.
5. Pemanfaatan kawasan perikanan tidak boleh mengakibatkan pencemaran
lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.
6. Kawasan perikanan dapat di alihkan peruntukkannya menjadi pertanian
holtikultura
D. Kawasan Pertambangan
Untuk meningkatkan produktivitas dan kelestarian lingkungan pada kawasan
pertambangan ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
E. Kawasan Pariwisata
Dalam upaya mendorong pengembangan dan optimalisasi kawasan pariwisata, maka
ditetapkan ketentuan umum peraturan zonasi sebagai berikut :
1. Dalam kawasan peruntukan pariwisata diperkenankan adanya lingkungan /
bangunan/ gedung bersejarah
2. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung & daya
tampung lingkungan yang tidak menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama
yang menjadi obyek wisata alam.
3. Perlindungan situs warisan budaya setempat.
4. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif pariwisata.
5. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata.
6. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap
bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata.
7. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir dan pengaturan lalu lintas
8. Tidak diperkenankan alih fungsi menjadi kawasan industri dalam kawasan peruntukan
pariwisata
Ketentuan Umum peraturan zonasi sistem nasional, sistem provinsi dan Kabupaten di
Solok Selatan adalah sebagai berikut :
C. Prasarana Telekomunikasi
Ketentuan peraturan zonasi kawasan sekitar sistem prasarana telekomunikasi adalah :
1. Tidak diperbolehkan adanya bangunan rumah dalam kawasan sekitar sistem
prasarana telekomunikasi yang dapat mengganggu keamanan orang dalam
bangunan tersebut.
2. Pada kawasan sekitar sistem prasarana telekomunikasi, diperbolehkan adanya
bangunan rumah dengan ketentuan mempunyai radius minimum berjari – jari
sama dengan tinggi menara.
3. Dihimbau untuk menggunakan menara telekomunikasi secara bersama – sama
diantara penyedia layanan komunikasi (provider).
7 Kawasan Kawasan perikanan meliputi 1. Dalam kawasan budidaya perikanan diperkenankan adanya bangunan
Peruntukkan perikanan tangkap dan budidaya prasarana wilayah dan bangunan yang bersifat mendukung kegiatan
Perikanan perikanan. perikanan;
2. Dalam kawasan budidaya perikanan diperbolehkan pengembangan sarana
dan prasarana perikanan.
3. Pembatasan pemanfaatan sumber daya perikanan tidak melebihi potensi
lestari.
4. Dalam kawasan perikanan yang juga dibebani fungsi wisata,
pengembangan perikanannya tidak boleh merusak/mematikan fungsi
pariwisata.
5. Pemanfaatan kawasan perikanan tidak boleh mengakibatkan pencemaran
lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.
6. Kawasan perikanan dapat di alihkan peruntukkannya menjadi pertanian
holtikultura
8 Kawasan Kawasan pertambangan dibedakan 1. Kegiatan pertambangan dibatasi untuk mencegah dampak lingkungan yang
Peruntukkan atas: kws mineral & batubara; merugikan bagi lingkungan hidup biotik dan abiotik di dalamnya maupun
Pertambangan minyak dan gas bumi; kawasan disekitarnya.
panas bumi, serta air tanah di 2. Pengharusan penjaminan segi-segi keselamatan pekerja dan keamanan
kawasan pertambangan lingkungan dalam penyediaan peralatan dan pelaksanaan kegiatan
penambangan.
3. Pengharusan pemulihan rona bentang alam pasca penambangan, sesuai
ketentuan yang berlaku bagi kawasan pertambangan.
4. Pengembangan kawasan permukiman pendukung kegiatan pertambangan,
harus diintegrasikan dengan pengembangan pusat – pusat kegiatan sesuai
rencana pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten.
5. Tidak diperkenankan membangun kawasan permukiman eksklusif dalam
kawasan pertambangan yang tidak diintegrasikan dengan rencana struktur
ruang kabupaten.
6. Kawasan pertambangan diperkenankan peruntukannya sebagai kawasan
pariwisata, selama tidak membahayakan dan tidak mengganggu eksplorasi
7. Kawasan Pertambangan diperkenankan peruntukannya sebagai kawasan industri
9 Kawasan kawasan yang diperuntukan bagi 1. Dalam kawasan peruntukan pariwisata diperkenankan adanya
Peruntukkan kegiatan pariwisata atau segala lingkungan/bangunan/gedung bersejarah.
Pariwisata sesuatu yang berhubungan dengan 2. Pemanfaatan potensi alam dan budaya setempat sesuai daya dukung &daya
wisata termasuk pengusahaan obyek tampung lingkungan yang tidak menyebabkan rusaknya kondisi alam terutama
dan daya tarik wisata serta usaha- yang menjadi obyek wisata alam.
usaha yang terkait di bidang 3. Perlindungan situs warisan budaya setempat.
tersebut. Kawasan Pariwisata terdiri 4. Pembatasan pendirian bangunan non-pariwisata pada kawasan efektif
dari kawasan pariwisata budaya & pariwisata.
sejarah, pariwisata buatan dan 5. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang pariwisata.
kawasan wisata alam 6. Pengharusan penerapan ciri khas arsitektur daerah setempat pada setiap
bangunan hotel dan fasilitas penunjang pariwisata.
7. Pengharusan penyediaan fasilitas parkir dan pengaturan lalu lintas.
8. Tidak diperkenankan alih fungsi menjadi kawasan industri.
3 Sekitar Prasarana 1. Dilarang mendirikan bangunan dalam kawasan sempadan jaringan listrik
Energi SUTUT, SUTET, dan SUTM yang dapat mengganggu keamanan jaringan
listrik maupun orang dalam bangunan tersebut.
2. Dilarang melakukan kegiatan di sekitar prasarana pembangkit listrik
maupun gardu induk distribusinya yang dapat membahayakan berfungsinya
prasarana energi tersebut.
3. Pada kawasan dibawah jaringan listrik SUTUT, SUTET, dan SUTM masih
dimungkingkan/diperbolehkan kegiatan yang tidak intensif, diantaranya
untuk kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, RTH, perikanan, dan
peternakan.
4 Sekitar Prasarana 1. Tidak diperbolehkan adanya bangunan rumah dalam kawasan sekitar sistem
Telekomunikasi prasarana telekomunikasi yang dapat mengganggu keamanan orang dalam
bangunan tersebut.
Ijin Lokasi
IPPT
Dinas
Pertanahan Berita
Lengkap IMB
Acara
Penelitian Bappeda Cek
Proses
Persyaratan Lapangan Memenuhi Ijin Prinsip
Tidak Persyaratan
Dinas
Lengkap
Terkait
Rapat Kurang
Kantor Ijin HO
Evaluasi Persyaratan
Pelayanan
Permohonan
Umum Satu Ditolak/ Ijin
Pintu Dikembalikan Tempat
Usaha
Ijin
Lainnya
Secara terstruktur insentif dan disinsentif pola ruang di wilayah perencanaan sesuai
dengan kondisi wilayahnya dapat dilihat pada Tabel 7.2.
7.6 Sanksi
Sanksi atas pelanggaran dalam penataan ruang meliputi sanksi administrasi, sanksi
pidana dan sanksi perdata.
A. Sanksi Administrasi
Bentuk sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran penataan ruang,
meliputi :
1. Peringatan tertulis dilakukan apabila :
a. Pelaksanaan pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
b. Pelaksanaan pemanfaatan ruang telah dilakukan sementara izinnya belum
diberikan oleh pihak yang berwenang.
2. Penghentian sementara kegiatan
Sanksi ini dikenakan apabila peringatan tertulis yang telah diberikan berturut-turut
sebanyak 3 (tiga) kali tidak diindahkan oleh pemohon/ pelaku pemanfaatan
ruang.
3. Penghentian sementara pelayanan umum
Pemberhentian sementara pelayanan umum seperti penyediaan listrik, telepon, air
bersih dan sejenisya apabila sanksi penghentian sementara kegiatan tidak
diindahkan.
4. Penutupan lokasi
Pengenaan sanksi penutupan lokasi apabila terkait hal-hal sebagai berikut :
a. Pembangunan tidak disertai izin mendirikan bangunan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SOLOK SELATAN
VII-50
b. Penggunaan lahan tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
c. Pembanguan menimbulkan masalah lingkungan.
d. Sanksi ini dilakukan atau berlaku setelah penerapan sanksi tertulis, sanksi
penghentian kegiatan dan sanksi pemberhentian sementara tidak dilakukan
tidak lanjut oleh pemilik atau pelaku pembangunan.
5. Pencabutan izin
Sanksi pencabutan izin dilakukan apabila terkait dengan hal-hal :
a. Rencana dan pelaksaaan pembangunan tidak sesuai dengan rencana serta
sudah diselesaikannya pembangun-annya.
b. Pelangaran ketentuan teknis dan penggunaan lahan yang telah ditetapkan
dalam perizinan yang telah diterbitkan.
c. Terjadi ketidak sesuaian kepemilikan lahan
d. Terjadi permasalahan dalam proses pelaksanaan pembangunan seperti
terjadinya permasalahan bangunan menimbulkan kecelakaan pada
masyarakat sekitarnya.
e. Penggunaan lahan tidak sesuai dengan izin dan menimbulkan masalah
seperti: masalah sosial, kerusakan lingkungan
6. Pembatalan izin dan pembongkaran
Sanksi pembatalan Izin dan Sanksi pembongkaran dilakukan hampir secara
bersamaan, setelah pengenaan sanksi tertulis, sanksi pemberhentian sementara
kegiatan dan pelayanan umum serta penutupan lokasi dilakukan dalam batas
waktu yang telah ditentukan untuk melakukan perbaikan tidak dilaksanakan,
maka sanksi pembatalan izin diterapkan dengan lampiran pemberitahuan jangka
waktu pelaksanaan pembongkaran
7. Sanksi pemulihan fungsi ruang
Sanksi pemulihan fungsi ruang dilakukan apabila :
a. Kegiatan pembangunan merusak fungsi lindung dan kelestarian alam yang
ada missal pembangunan di daerah sempadan sungai, sempadan pantai,
kawasan konservasi, Kawasan Rencana Tata Hijau dan Pencemaran pada
saluran darainase maupun sungai.
b. Kegiatan menimbulkan permasalahan limbah bagi masyarakat sekitar maka
pelaksana pembangunan harus memperbaikinya.
8. Sanksi Denda Administrasi
C. Sanksi Perdata
Tindakan pidana yang menimbulkan kerugian secara perdata, sanksi ini diterapkan
akibat pelanggaran yang ada menimbulkan masalah pada perorangan atau
masyarakat secara umum, maka sanksi perdata perlu diterapkan sesuai peraturan
perundangan bidang penataan ruang.
Dari uraian mengenai bentuk dan sifat peran serta masyarakat di atas, akan
memberikan gambaran lebih jelas bagaimana kebijakan peran serta masyarakat di
dalam penataan ruang wilayah Kabupaten Solok Selatan, pemanfaatan ruang,
peninjauan kembali rencana tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang mencakup hak dan
kewajiban dalam proses perencanaan penataan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam proses perencanaan tata ruang, hak dan
kewajiban masyarakat adalah :
1. Memperoleh informasi secara mudah
2. Memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan dalam perencanaan tata ruang
3. Memberikan bantuan teknik dalam perencanaan tata ruang
Dalam proses pemanfaatan ruang, hak dan kewajiban masyarakat dapat dilakukan
melalui pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan
RTRW meliputi :
1. Pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan RTRW yang telah
ditetapkan
2. Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan
pemanfaatan ruang
3. Bantuan teknik dan pengelolaan dalam pemanfaatan ruang
4. Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW
5. Konsolidasi pemanfaatan lahan, air dan sumber daya alam lainnya untuk
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas
6. Perubahan dan pelestarian pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW
7. Pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang dan kegiatan
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Hak dan kewajiban masyarakat dalam proses pengendalian pemanfaatan ruang dapat
dilakukan melalui :
1. Pengawasan dalam bentuk pemanfaatan ruang dan pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfatan ruang
2. Bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban
pemanfaatan ruang.
Tabel 8.1 : Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Wilayah
Provinsi
Penataan Kabupaten
(termasuk kawasan strategis)
Ruang
Perencanaan 1. Saran 1. Saran
2. Pertimbangan 2. Pertimbangan
3. Tanggapan 3. Tanggapan
4. Keberatan 4. Keberatan
5. Masukan 5. Masukan
(semua dilakukan secara lisan atau (semua dilakukan
tertulis kepada Gubernur) secara lisan atau
tertulis kepada Bupati)
Pemanfaatan Dilakukan sesuai dengan ketentuan Dilakukan sesuai
peraturan perundang-undangan yang dengan ketentuan
berlaku (pelaksanaan diatur lebih lanjut peraturan perundang-
oleh Gubernur) undangan yang berlaku
(pelaksanaan
dikordinasikan oleh
Bupati)