Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN KASUS PANJANG

“Community Acquired
Pneumonia”
DPJP : dr. Husain Assagaf, M. Kes, Sp. A

Oleh: Julfikar Sudirjo


Kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie Ternate
Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun
Oktober 2021
Identifikasi

Nama : An. H. A.
Tanggal Lahir : 12 April 2020
Umur : 1 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kayu Merah
Masuk RS tanggal : 9 Oktober 2021
Anamnesis
● Alloanamnesis dengan ibu pasien dilakukan pada hari Sabtu tanggal 10 Oktober 2021 pukul
00.30 WIT di ruang Perawatan Anak Kelas III A dengan didukung catatan medis.

● Keluhan Utama : Demam

● Riwayat Perjalanan Penyakit


Anak dirujuk dari praktek dokter ke RSUD Dr. H. Chasan Boesorie Kota Ternate, dengan
keluhan demam ± 3 minggu yang lalu, naik turun, menggigil (-), kejang (-). Keluhan disertai batuk
sejak 4 hari yang lalu, lendir (+), darah (-), sesak (-). Mual (+), muntah (-). Nafsu makan menurun,
minum ASI kuat. BAB dan BAK dbn

● Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal

● Riwayat Pengobatan : pernah berobat tetapi tidak ada perbaikan


• Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

• Riwayat Kehamilan
Selama hamil, ibu rutin melakukan antenatal care dan tidak ada kelainan selama hamil

• Riwayat Kelahiran
Bayi lahir dari ibu G1P1A0, cukup bulan. Bayi lahir secara spontan, ditolong oleh bidan di
RS dengan BBL 2,8 kg

• Riwayat Makanan dan Minuman


ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan kemudian dikombinasikan dengan susu
formula. Mulai usia 6 bulan diberiksan MPASI

• Riwayat Alergi : disangkal

• Riwayat Imunisasi : imunisasi tidak lengkap


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : sakit sedang, kesadaran compos mentis, dan GCS 15
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 118 x/menit
Pernapasan : 31 x/menit
Suhu : 36,9ºC
SpO2 : 98%

Status Antropometri
BB : 7,3 kg
PB/BB : 72 cm
• Pucat : tidak pucat
• Ikterus : tidak ikterus • Jantung
• Kulit : petekie (-) PP : ictus cordis tidak tampak
• Edema : tidak edema PR : ictus cordis teraba
• Kepala : normochepali PK : batas jantung normal
• Wajah : simetris PD : BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
• Rambut : rambu hitam, distribusi merata • Abdomen
• Ubun-ubun : belum menutup sempurna PP : cembung mengikuti gerak napas
• Mata : sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-) PD : peristaltik kesan menurun
• Hidung : rhinore (-) PK : timpani
• Telinga : otorhea (-) PR : hepar lien dbn
• Mulut : kering (-), sianosis (-) Alat kelamin : edema vulva (-)
• Tonsil : tidap dapat diukur • Status pubertas : A1M1P1
• Leher: pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-) • Anggota gerak
• Thoraks CRT < 2 detik
Bentuk : normochest Akral hangat
Payudara : normal
• Paru-paru
PP : simetris mengikut gerak napas,
retraksi (-)
PR : fremitus taktil simetris
PK : sonor
PD : vesikuler (+/+), rho (+/+), whz (-/-)
Resume
Pasien An. H. A. dirujuk dari praktek dokter ke RSUD Dr. H. Chasan Boesorie
Kota Ternate dengan keluhan febris ± 3 minggu yang lalu, intermitten, menggigil
(-), kejang (-). Disertai batuk sejak 4 hari yang lalu, lendir (+), darah (-), dyspnue
(-). Nausea (+), vomitus (-), nafsu makan menurun, minum kurang. BAB dan
BAK dbn. Sebelumnya pasien pernah berobat tetapi tidak ad perbaikan. Pada
pemeriksaan fisik umum didapatkan KU tampak sakit sedang, compos mentis,
GCS 15, status gizi: baik. Pemeriksaan TTV TD: 110/80 mmHg, nadi: 118 x/m,
pernapasan: 31 x/m, suhu: 36,9ºC, SpO2: 98%. Pada pemeriksaan khusus pada
auskultasi paru-paru terdapat suara napas tambahan yaitu rhonki (+/+), pada
inspeksi abdomen didapatkan distensi abdomen mengikuti gerak napas dan
auskultasi peristaltik kesan menurun
Pemeriksaan Penunjang
Sabtu, 9/10/2021 Nilai Rujukan
WBC 18.7 (103/uL) 6.0-17.0
RBC 4.73 (106/uL) 3.7-4.9
HGB 10.8 (g/dl) 10.5-13.0
HCT 32.6 (%) 33-38
MCV 68.9 (fl) 70-84
MCH 22.8 (pg) 23-30
MCHC 33.1 (g/dl) 31-37
PLT 528 (103/uL) 250-600
GDS 89 mg/dL 70-140
Diagnosis Kerja

Community Acquired Pneumonia (CAP) + Sepsis

Anjuran
● Periksa Complete Blood Count (CBC)
● Foto thorax

Penatalaksanaan
● IVFD asering 30 tpm (mikro)
● Ampicillin 73 mg/6 jam/IV
● Gentamisin 14 mg/8 jam/IV
● Paracetamol 73 mg/8 jam/IV (bila demam)
Follow Up
Tanggal 10/10/2021
S Demam (-), mengigil (-), kejang (-), batuk (+), lendir (+), sesak
(-), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun, minum kuat,
BAB dan BAK dbn
O KU Tampak sakit sedang
TD 110/80 mmHg
Nadi 118 x/m
RR 31 x/m
Suhu 36,9ºC
SpO2 98%
Jantung BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
Paru Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezzing (-/-)
Abdomen Cembung, peristaltik kesan menurun
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik
A CAP
P IVFD asering 30 tpm (mikro)
Inj Ampicillin 25 mg/6 jam
Inj Gentamisin 6 mg/hr
Tanggal 11/10/2021
S Demam (-), mengigil (-), kejang (-), batuk (+), lendir (+), sesak
(-), mual (+), muntah (-), nafsu makan menurun, minum kuat,
BAB dan BAK dbn
O KU Tampak sakit sedang
TD 110/80 mmHg
Nadi 113 x/m
RR 32 x/m
Suhu 36,8ºC
SpO2 98%
Jantung BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
Paru Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezzing (-/-)
Abdomen Cembung, peristaltik kesan menurun
Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2 detik
A CAP
P IVFD asering 30 tpm (mikro)
Ampicillin 25 mg/6 jam
Gentamisin 14 mg/8 jam/IV
Tanggal 12/10/2021
S Demam (+), mengigil (-), kejang (+), batuk (-), lendir (+), sesak
(+), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK dbn
O KU Tampak sakit berat
TD 80/50 mmHg
Nadi 144 x/m
RR 46 x/m
Suhu 39,2ºC
SpO2 88%
Hidung Napas cuping hidung (+)
Jantung BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
Paru Retraksi (+), Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezzing (-/-)
Abdomen Cembung, peristaltik kesan menurun
Ekstremitas Akral dingin, CRT < 2 detik
A CAP
P IVFD asering 30 tpm (mikro)
Ampicillin 73 mg/6 jam/IV, Gentamisin 14 mg/8 jam/IV
Diazepam 0,2 – 0,5 mg/kg IV
Pasang O2
Paracetamol 73 mg/8 jam/IV
Tanggal 12/10/2021
S Demam (+), mengigil (-), kejang (+) >3x, kurang dari 1 menit,
batuk (-), lendir (+), sesak (+), mual (-), muntah (+) >>
berwarna kuning - kehitaman, BAB dan BAK dbn
O KU Tampak sakit berat
TD 70/30 mmHg
Nadi 142 x/m, nadi teraba, kuat angkat
RR 40 x/m
Suhu 40,1ºC
SpO2 94%
Mata, hidung Refleks cahaya melambat (+/+), napas cuping hidung (+)
Jantung BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
Paru Retraksi (+), Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezzing (-/-)
Abdomen Cembung, peristaltik kesan menurun
Ekstremitas Akral dingin, CRT < 2 detik
A CAP, status epileptikus
P IVFD asering 30 tpm (mikro)
Ampicillin 73 mg/6 jam/IV, Gentamisin 14 mg/8 jam/IV
Kompres dingin, pasang O2
Diazepam 0,2 – 0,5 mg/kg IV
Paracetamol 73 mg/8 jam/IV, Ondansentron 1 mg/12 jam/IV
Tanggal 13/10/2021
S Demam (+), mengigil (-), kejang (-), batuk (-), lendir (+), sesak
(+), mual (-), muntah (+) > buih berwarna putih, BAB dan BAK
dbn
O KU Tampak sakit berat
TD 70/30 mmHg
Nadi 133 x/m, nadi teraba, kuat angkat
RR 43 x/m
Suhu 40,6ºC
SpO2 41%
Mata, hidung Refleks cahaya melambat (+/+), napas cuping hidung (+)
Jantung BJ I/II murni reguler, bising jantung (-)
Paru Retraksi (+), Vesikuler (+/+), Rhonki (+/+), Whezzing (-/-)
Abdomen Cembung, peristaltik (+) kesan menurun
Ekstremitas Akral dingin, CRT < 2 detik
A CAP, status epileptikus
P IVFD asering 30 tpm (mikro)
Ampicillin 73 mg/6 jam/IV, Gentamisin 14 mg/8 jam/IV
Kompres dingin, pasang O2
Paracetamol 73 mg/8 jam/IV, Ondansentron 1 mg/12 jam/IV
Tanggal 13/10/2021
S Apnue
O KU Tampak sakit berat
Nadi Nadi tidak teraba
SpO2 41%
Mata Midriasis
Ekstremitas Akral dingin
A CAP, status epileptikus
P RJP 5 siklus
Pasien meninggal dunia
Lapor dr. Husain Assagaf, M. Kes, Sp. A pukul 16:26 WIT
Pemeriksaan Penunjang
Nilai Rujukan
9/10/2021 12/10/2021
WBC 18.7 (103/uL) 24.0 (103/uL) 6.0-17.0
RBC 4.73 (106/uL) 4.88 (106/uL) 3.7-4.9
HGB 10.8 (g/dl) 11.8 (g/dl) 10.5-13.0
HCT 32.6 (%) 34.1 (%) 33-38
MCV 68.9 (fl) 69.9 (fl) 70-84
MCH 22.8 (pg) 24.2 (pg) 23-30
MCHC 33.1 (g/dl) 34.6 (g/dl) 31-37
PLT 528 (103/uL) 423 (103/uL) 250-600
GDS 89 mg/dL 65 mg/dL 70-140
63 mg/dL
Pemeriksaan Penunjang
Nilai Rujukan
13/10/2021
Na 124.38 129-147 mmol
K 1.34 3.1-6.1 mmol
Cl 85.69 93-116 mmol
Albumin 1.6 3.5-5.0 g/dl
Urea 53.5 10.0-50.0 mg/dl
Kreatinin 2.22 0.50-0.90 mg/dl
SGPT 16.4 0.0-31.0 U/L
SGOT 147.9 0.0-31.0 U/L
Tinjauan Pustaka
01
Definisi & Etiologi
• Inflamasi parenkim paru meliputi alveolus dan jaringan
interstitial
• Penyebab: virus, jamur & bakteri
• S. Pneumonia  penyebab tersering pneumonia bakteri pada
semua umur
• Mycoplasma pneumonia & Chlamydia pneumonia, biasanya
penyebab tersering yg ditemukan pada anak > 10 th
• Virus >> pada usia < 5 tahun
• Respiratory Synctial Virus (RSV)  tersering pada anak usia < 3
th
• Umur lebih muda: adenovirus, parainfluenzae, & influenzae virus
Pneumonitis  Proses inflamasi paru yang dapat
berkaitan ataupun tidak dengan konsolidasi
Pneumonia lobaris  pneumonia yg terlokalisir pada satu
atau lebih lobus paru
Pneumonia atipikal  mendeskripsikan pola selain dari
pneumonia lobaris
Pneumonitis interstitial  proses inflamasi pada
interstium yg terdiri dari dinding alveolus, kantung &
duktus alveolar serta bronkiolous. Khas pada infeksi virus
akut tetapi dapat juga akibat dari proses infeksi kronik
Penyebab tersering CAP sesuai kelompok umur:

Umur Kuman tersering


Neonatus Streptococcus grup B
Kuman enterik gram negatif
1-3 bulan Chlamydia trachomatis
Ureaplasma ureolyticum
Virus
Bordetella pertussis

1-12 bulan Virus


Streptococcus pneumoniae
Haemophilus influenza
Staphylococcus aureus
Moraxella catharrahlis

1-5 tahun Virus


Streptococcus pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia trachomatis

> 5 tahun Streptococcus pneumoniae


Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia pneumoniae
Dibedakan menjadi:

Pneumonia

CAP HCAP

• CAP = Community-acquired pneumonia


• HCAP = Health care-associated pneumonia
• HAP = hospital-acquired pneumonia
• VAP= ventilator-acquired pneumonia
02
Epidemiologi
• 2015  penyebab 16% kematian balita,
sebanyak 920.136 jiwa.
• Menyerang semua golongan usia (Asia
Selatan dan Afrika Sub-Sahara ++)
• Profil Kesehatan Indonesia  tahun 2016,
angka kematian balita sebesar 0,11% .
• 2016  angka kematian pada kelompok
usia 1-4 th lebih tinggi, sebesar 0.13%,
dibandingkan kelompok bayi, sbsar 0.06%
03
Patofisiologi
1 Stadium kongesti Edeme jaringan  proliferasi & penyebaran mikoorganisme ke
jaringan paru sekitar

2 Stadium hepatisasi Terjadi konsolidasi, yaitu serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edeme, & mikoorganisme di alveoli P
merah A
T
O
3 Stadium hepatisasi Deposisi fibrin ke permukaan pleura & alveoli diikuti dengan G
kelabu fagositosis cepat oleh sel PMN E
N
E
Peningkatan jumlah & aktivitas makrofag berbarengan
S
4 Stadium resolusi dengan menipisnya fibrin & sel yang mengalami degenerasi
lalu diikuti dengan hilangnya mikroorganisme & debris I
S
04
Manifestasi klinis
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara
umum adalah sebagai berikut;
Gejala infeksi umum Gejala gangguan respiratorik
• Demam • Batuk
• Sakit kepala • Sesak napas
• Gelisah • Retraksi dada
• Malaise • Takipnea
• Penurunan nafsu makan • Napas cuping hidung
• Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah • Merintih
atau diare; • Sianosis.
• Kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner.
Untuk menilai tingkat keparahan pneumonia pada anak, British Thoracic Society membuat
kriteria;
Kelompok Ringan sedang Berat

Bayi Suhu < 38.5 C Suhu ≥ 38,5 C


Laju pernapasan < 50x/menit Laju napas > 70x/menit
Dapat minum penuh Retraksi sedang-berat
Napas cuping hidung
Sianosis
Apnea intermiten
Grunting
Tidak dapat minum
Takikardia
CRT≥ 2 detik
Anak Suhu < 38.5 C Suhu ≥ 38.5 C
Laju pernapasan < 50 x/menit Laju napas > 50 x/menit
Tidak ada muntah Napas cuping hidung
Sinosis
Apnea intermiten
Grunting
Tidak dapat minum
Takikardia
CRT ≥ 2 detik
05
Langkah-langkah diagnosis
Anamnesis:

• Batuk yang awalnya kering, kemudian menjadi produktif


dengan dahak purulen bahkan bisa berdarah
• Sesak napas
• Demam
• Kesulitan makan atau minum
• Tampak lemah
• Serangan pertama atau berulang; untuk membedakan
dengan kondisi imunokompromais, kelainan anatomi
bronkus atau asma
Pemeriksaan fisik:

• KU, Frek. Napas, & nadi  harus dilakukan


• Kesadaran, & kemampuan makan minum
• Gejala distres pernapasan, retraksi subkostal, batuk, krepitasi,
• Pada auskultasi terdengar rhonki, yang dapat disertai wheezing. Akan tetapi pada
neonatus & bayi, gejala & tanda lebih beragam dan tidak selalu jelas.
• Peningkatan suhu tubuh, bisa sianosis
• Anak < 5 th  mgkin tidak menunjukkan gejala pneumonia yg klasik.
Pemeriksaan penunjang:

• Darah : bila bakteri, dapat terjadi leukositosis dengan


dominan sel PMN atau leukopenia.
• Mikrobiologis: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan
bronkus, sputum, aspirasi trakea, pungsi pleura
• Foto dada PA atau AP: terdapat infiltrat atau konsolidasi.
Gambaran umum pneumonia karena bakteri ada konsolidasi
lobar, segmental atau patchy. Sedangkan pada virus, memberikan
gambaran infiltrat interstitial atau patchy
06
Penatalaksanaan
Indikasi rawat jalan;
• Bayi < 6 bulan
• Sesak napas, napas cuping hidung, head bobbing, retraksi, apnea, SpO2 <
92%
• Bayi & anak dengan dugaan terbukti infeksi oleh patogen virulen seperti
community-associated methicilin-resistant Staphylococcus aureus (CA-
MRSA)
• Orangtua atau pengasuh diragukan kemampuan merawat di rumah
• Kegagalan terapi rawat jalan
Rawat jalan
● Amoksisilin oral 40 mg/kgBB/kali setiap 12 jam, selama 5 hari. Evaluasi
dilakukan dalam 72 jam setelah pemberian antibiotik.
● Bila terdapat perburukan klinis sebelum 72 jam atau tidak ada perbaikan
klinis setelah 72 jam, ditalaksana sebagai pneumonia berat
Rawat inap
● Oksigen nasal kanul atau sungkup u/ menjaga agar saturasi O2 perifer >
90%
● Cairan sesuai derajat dehidrasi & kebutuhan maintanance
● Antipiretik apabila demam
● Antibiotik intravena:
Lini pertama; ampisilin 50 mg/kgBB/kali setiap 6 jam & gentamisin 7.5
mg/kgBB/kali setiap 24 jam, selama 5 hari
Lini kedua; seftriakson 25-50 mg/kgBB/kali setiap 12 jam, selama 5 hari
● Amoksisilin  Pilihan pertama u/ CAP pada bayi,
anak prasekolah, anak sekolah & remaja tanpa
penyakit dasar & imunisasi lengkap
● Amoksisilin efektif untuk Streptococcus
pneumoniae sebagai patogen utama
Untuk anak sekolah & remaja, bila temuan klinis mengarah ke pneumonia atipikal diberikan
antibiotik golongan makrolid seperti:
• Eritromisin
• Klaritromisin
• Azitromisin

Untuk pasien yg alergi dengan golongan penisilin, dapat diberikan;


• Sefalosporin generasi 2 atau 3
• klindamisin
07
Komplikasi & Prognosis
Komplikasi

• Efusi pleura Prognosis


• Empiema
Pada anak tanpa penyakit
• Pneumotoraks
dasar umumnya baik
• Pneumomediastinum
• Gagal napas
• Sepsis
PEMBAHASAN
● Pada kasus ini pasien berjenis kelamin perempuan. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015) memperlihatkan bahwa persentase
pasien anak laki-laki (55,6%) lebih banyak dari pada anak perempuan (44,4%)
dengan perbandingan 1,25 : 1.
● Pada kasus ini pasien berusia kurang dari 2 tahun. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rigustia (2019) dimana angka kejadian paling
banyak pada balita dengan usia 12-48 bulan (93,3%) dibandingkan usia <12 bulan
(6,7%).
● Pada kasus ini pasien termasuk status gizi baik. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rigustia (2019) dimana angka kejadian paling banyak pada
balita dengan status gizi baik (66,7%), gizi buruk (26,7%), overweight (3,3%) dan
gizi kurang (3,3%).
● Pada kasus ini imunisasi dasar pasien tidak lengkap. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Monita (2015) dimana anak dengan imunisasi belum lengkap (34,8%), tidak
lengkap (34,3%), dan lengkap (30,9%).
● Pada kasus ini didapatkan pasien dengan gejala klinis demam, batuk, sesak, muntah dan
kejang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015) dimana gejala
klinis paling banyak pada pasien pneumonia anak yang dirawat yaitu demam (92,7%), batuk
(92,1%), muntah (39,3%), kejang (2,8%), sesak napas (2,2%).
● Pada kasus ini didapatkan hasil pemeriksaan fisik pasien napas cuping hidung, retraksi
dinding dada dan ronkhi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015)
dimana adanya napas cuping hidung (92,7%), retraksi dinding dada (86%), dan ronkhi (91,6%).
● Pada kasus ini sudah terjadi komplikasi pada pasien salah satunya sepsis. Hal ini berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015) dimana komplikasi terbanyak yaitu
gangguan asam basa (48,3%) sedangkan sepsis (2,8%)
Innative Eliminasi TNF-α & Sitokin
CAP PRR immunity patogen IL-1β antiinflmasi

Sel & Mediator Sistem imun Sitokin


PAMP molekul imun inflamasi adaptif proinflamasi

Phospholipase Kegagalan
NO
A2, platelet- sirkulasi,
activating factor, trombosis
cyclooxygenase, Pe↑ aktivitas multipel dan
komplemen & listrik pada disfungsi organ
sitokin neuron
SYOK
Muatan
listrik>>

Me↑ eksitasi O2 ↓, CO2 ↑


sinaptik oleh Inhibisi
KEJANG neurotransmitter
transmitter
melalui eksitasi Hiperkapnia

↓ usaha
APNEA bernapas
KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial yang ditandai dengan batuk, perubahan suara napas dan
atau ronkhi basah lokal pada pemeriksaan fisik paru serta terdapatnya
infiltrat paru pada foto toraks. Salah satu jenis pneumonia yaitu CAP yang
menjadi penyebab mortalitas balita sekitar 20% apabila sudah terjadi
komplikasi.
Daftar pustaka
● Pudjiadi, A.,H., Hegar, B., Handryastuti., et al. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter
Indonesia; 2009.
● Arlini, Y. Diagnosis community acquired pneumonia (CAP) dan tatalaksana terkini. Bagian
Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; 2019.
Diakses dari http://conference.unsyiah.ac.id
● Prosiding Simposium LXXIV A to Z about infections pediatric antibiotic stewardship: How to
prevent of antibiotic resistance. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia RS. Cipto Mangunkusomo; Jakarta. 2018.
● Rahajoe, N.N., Supriyatno, B., Setyanto, B, D. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama.
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008.
● Pudjiadi, A. H. et al. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokteer Anak Indonesia. Edisi
Pertama Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009.
Berdasarkan kurva
pertumbuhan WHO
untuk Berat Badan
menurut Panjang
Badan Anak
Perempuan 0-2
tahun (z-score),
anak termasuk
dalam status gizi
baik (berada diatas
-2 SD )
Klasifikasi RIFLE Menurut The Acute Dialysis Quality Initiative (ADQI)

KATEGORI Peningkatan Penurunan GFR Kriteria UO


Kadar Cr Serum
Risk > 1.5 kali nilai > 25% nilai dasar < 0.5 mL/kgBB/jam, > 6 jam
dasar
Injury > 2.0 kali nilai > 50% nilai dasar < 0.5 mL/kgBB/jam, > 12 jam
dasar

Failure > 3.0 kali nilai > 75% nilai dasar < 0.3 mL/kgBB/jam, > 24 jam
dasar atau atau anuria > 12 jam
>4mg/dL dengan
kenaikan akut >0.5
mg/dL
Loss Peurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 minggu
End Stage Penurunan fungsi ginjal menetap selma lebih dari 3 bulan
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai