Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mandiri

Tugas Fome Klinik

Oleh:
Ihsan Otriami 2140312037
Indah Febranambela Jovie 2140312087
Nisa Ayu Farma 2140312088

BAGIAN FAMILY ORIENTED MEDICAL EDUCATION (FOME)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mandiri fome klinik.
Makalah ini merupakan salah satu syarat mengikuti kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Ida Rahmah Burhan, MARS selaku
pembimbing. Penulis mengucapkan terima kasih juga kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas mandiri ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas fome klinik ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk
menyempurnakan tugas fome klinik ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.

Padang, Maret 2023

Penulis

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


TINJAUAN PUSTAKA

1. Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk. Untuk


contohmya pada gangguan psikiatri, seorang dokter harus bisa melakukan
penilaian status mental, orientasi, intelegensi secara klinis, mood dan afek serta
menegakkan diagnosis kerja berdasarkan kriteria diagnosis multiaksial lalu
juga bisa dilakukan pemeriksaan MMSE serta melakukan kunjungan rumah
untuk mengkonfirm kembali, lalu untuk penatalaksanaan ada yang bisa
dirujuk dan ada yang bisa dilakukan di puskesmas ?

2. Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk


kesehatan lingkungan dengan cara mengkolaborasi serta koordinasi dengan tim
puskesmas serta departemen terkait.

Upaya promotif dan preventif merupakan langkah strategis dalam


meningkatkan status kesehatan yang berujung pada pengendalian biaya kesehatan
termasuk pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) saat ini dan juga
keberlangsungan di tahun berikutnya sehingga mampu mencapai universal health
coverage (UHC) pada tahun 2019.1 PERMENKES No. 28 Tahun 2014 Bab IV
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menyatakan
bahwa setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.2
Definisi Promkes berdasar atas SK menteri Kesehatan No 585 Tahun 2007
tentang Pedoman Pelaksanaan Promkes di Puskesmas adalah upaya untuk dapat
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.3 Promosi Kesehatan
menurut WHO adalah proses memampukan orang untuk dapat meningkatkan
pengendalian atas faktor-faktor penentu kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kesehatan mereka. Pengertian ini mengandung proses dan tujuan pemberdayaan diri.
Dengan demikian, esensi promosi kesehatan adalah pemberdayaan agar mampu
memelihara dan meningkatkan kesehatan, dengan partisipasi sebagai unsur pokok
untuk mempertahankan tindakan promosi kesehatan. Ruang lingkup Promkes
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3
meliputi: penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, promosi/peningkatan
pemasaran sosial, dan advokasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.5
Strategi Promkes paripurna menurut Kementerian Kesehatan RI meliputi 4,
yaitu: (1) pemberdayaan, sebagai upaya menumbuhkan dan meningkatkan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan
sehat dan berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan; (2) bina
suasana/ dukungan sosial adalah upaya menciptakan suasana yang mendukung
individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam
penyelenggaraan setiap upaya kesehatan; (3) advokasi: upaya/proses yang terencana
untuk mendapat komitmen dan dukungan dari pihak terkait agar klien/masyarakat
berdaya untuk mencegah dan juga meningkatkan kesehatannya serta menciptakan
lingkungan sehat; dan (4) kemitraan: hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau
lebih, berdasar atas kesetaraan, keterbukaan, dan juga saling menguntungkan
(memberi manfaat) untuk mencapai tujuan bersama berdasar atas kesepakatan,
prinsip, dan peran masing-masing.6
Penelitian di Jember oleh Dewi dkk.6 telah menemukan hambatan pelaksanaan
promkes adalah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dan Pendanaan sehungga
hanya 40% FKTP yang melaksanakan Promkes. Penelitian ini juga melaporkan
hanya 8% pasien yang menyatakan sudah menerima Promkes.1 Penelitian di
Puskesmas Kalijudan Jawa Timur tahun 2014 menyebutkan bahwa capaian PHBS di
desa tersebut masih rendah, hal ini berhubungan dengan Promkes yang dilakukan
oleh puskesmas di wilayah setempat.7 Kendala dalam pelaksanaan pelaksanaan
promotif dan preventif adalah kurangnya kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia, sarana dan prasarana di FKTP, strategi pengembangan organisasi promkes,
serta sikap pasien dan kepatuhan pasien pada pengobatan. Kualitas SDM yang masih
perlu diperbaiki di antaranya pengetahuan tentang metode dan materi promkes.
Beberapa keadaan tersebut mengakibatkan pelaksanaan kegiatan promotif dan
preventif belum dilaksanakan secara maksimal di layanan primer (FKTP).3,8,9
Berdasarkan profil kesehatan Kota Semarang tahun 2016 hipertensi dan
diabetes melitus masing-masing menempati urutan kedua dan kelima dari 10 besar
penyakit, dan 96% dana BPJS diserap oleh rumah sakit. Peningkatan jumlah penyakit
tidak menular sebagai akibat pola hidup yang tidak sehat mengindikasikan perlunya
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4
peningkatan kegiatan promotif dan preventif. Program Promkes merupakan salah
satu program wajib di Puskesmas, meski demikian sebanyak 70 % puskesmas di
Semarang belum mempunyai tenaga dengan kualifikasi promkes sehingga tenaga
yang menjalankan program promkes adalah perawat, bidan, dan sanitarian.10
Dokter memiliki peran yang strategis dalam promkes, yaitu memampukan
orang dalam meningkatkan pengendalian atas determinan kesehatan dalam rangka
meningkatkan kesehatan terutama saat pemeriksaan pasien, sedangkan FKTP sebagai
gate keeper juga memiliki peran yang strategis dalam program promotif dan
preventif. Kedua kondisi tersebut menjadikan dokter yang bertugas di FKTP
memiliki peran yang sangat strategis dalam menjalankan program promotif dan
preventif .4,11 Luft dkk, menyatakan peran dokter dalam promkes adalah sebagai
advokat, yaitu memperjuangkan dukungan politik terhadap pencapaian kesehatan
masyarakat. Meski demikian peran dokter dalam promkes masih rendah disebabkan
oleh faktor struktural meliputi keterbatasan waktu, masalah remunerasi, kebijakan
politik yang terfragmentasi misalnya belum ada pedoman baku terkait promkes, dan
rendahnya pelatihan promkes untuk dokter umum.4,12 Penelitian Ribera menyebutkan
dokter dan perawat mengalami kendala dalam hal waktu, pelatihan serta pedoman
terkait pemberian edukasi aktivitas fisik pada penderita hipertensi sehingga mereka
jarang melakukannya.13 Senada dengan hasil kedua penelitian, Pace dkk, telah
melaporkan faktor kesibukan kerja dan keterbatasan waktu menjadi hambatan utama
bagi dokter umum untuk melaksanakan promkes di Malta, Eropa. 11 Penelitian ini
untuk mengetahui pengetahuan, sikap, serta pelaksanaan Promkes oleh dokter yang
bekerja di FKTP di Semarang. Dengan demikian, diharapkan mampu memberikan
pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam merencanakan program promkes di
FKTP.
Merencanakan program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
kolaborasi dan koordinasi dengan tim puskesmas serta departemen terkait dapat
membantu memastikan bahwa program tersebut terkoordinasi dengan baik dan
efektif dalam mencapai tujuannya. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat
dilakukan dalam merencanakan program tersebut: 14,15
1. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat yang paling mendesak untuk diatasi.
2. Buatlah tujuan dan sasaran program yang jelas dan terukur.
3. Tentukan metode dan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan program tersebut,
termasuk pendekatan yang tepat untuk kesehatan lingkungan.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5
4. Tentukan anggaran dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk menjalankan
program tersebut.
5. Kolaborasi dengan tim puskesmas dan departemen terkait untuk memastikan
program tersebut terkoordinasi dengan baik dan mencapai sasaran yang
diinginkan.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk merencanakan program untuk


meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan: 16,17
1. Melibatkan masyarakat setempat dalam merencanakan program tersebut, karena
mereka dapat memberikan masukan dan perspektif yang berbeda dan dapat
memastikan bahwa program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
2. Gunakan data dan informasi kesehatan yang tersedia untuk menentukan masalah
kesehatan masyarakat yang paling mendesak dan mengidentifikasi kelompok
populasi yang paling rentan terhadap masalah tersebut.
3. Perhatikan faktor-faktor sosial dan lingkungan yang memengaruhi kesehatan
masyarakat, seperti status sosial-ekonomi, kebiasaan hidup sehat, dan kualitas
lingkungan fisik.
4. Pertimbangkan pendekatan yang berfokus pada pemecahan masalah, dengan
memprioritaskan intervensi yang paling efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat.
5. Buat rencana tindak lanjut yang jelas dan terukur untuk memantau dan
mengevaluasi keberhasilan program tersebut.
Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas program untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan: 18,19,20
1. Membangun kemitraan yang kuat antara organisasi atau departemen yang terlibat
dalam program, termasuk puskesmas, lembaga pemerintah, LSM, dan komunitas
setempat.
2. Menjalin komunikasi yang efektif dan terbuka dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan terkait, dengan mengadakan pertemuan, diskusi, dan konsultasi.
3. Melakukan evaluasi dan pemantauan program secara berkala, dengan
menggunakan indikator kinerja yang terukur dan mempertimbangkan umpan balik
dari masyarakat dan pemangku kepentingan terkait.
4. Mengembangkan program yang dapat diadaptasi dan dapat berkelanjutan, dengan
mengintegrasikan kebijakan dan program kesehatan dalam program yang lebih
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6
luas di tingkat nasional dan lokal.
5. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada staf yang terlibat dalam program,
termasuk staf puskesmas dan relawan, untuk meningkatkan kapasitas mereka
dalam merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program.

Contoh program untuk meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan


lingkungan yang dapat diimplementasikan oleh tim puskesmas atau departemen
terkait: 21,22
1. Program peningkatan akses air bersih dan sanitasi yang aman di daerah pedesaan
atau perkotaan yang kurang layak. Program ini dapat mencakup akses ke air
bersih yang aman dan sanitasi yang memadai, termasuk penyediaan toilet yang
layak, pengolahan air limbah, dan edukasi tentang kebersihan dan sanitasi
lingkungan.
2. Program peningkatan kesadaran tentang polusi udara dan langkah-langkah untuk
menguranginya, seperti kampanye "hari tanpa mobil" atau penanaman pohon.
Program kualitas udara. Program ini dapat mencakup pengendalian polusi udara
dengan mengurangi emisi gas buang dari kendaraan dan industri, serta
memberikan edukasi tentang dampak buruk polusi udara pada kesehatan.
3. Program peningkatan pengetahuan tentang gizi seimbang dan hidup sehat, melalui
penyuluhan dan kegiatan pendidikan seperti pembuatan jadwal makanan
seimbang dan pemeriksaan gizi.
4. Program peningkatan kesadaran tentang bahaya rokok dan dampak merokok
terhadap kesehatan, melalui kampanye anti-rokok, seminar, dan pendidikan
kesehatan di sekolah atau tempat kerja.
5. Program peningkatan penanganan limbah dan pengelolaan sampah yang baik,
untuk mencegah pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit.
6. Program pengelolaan sampah. Program ini dapat mencakup pengumpulan,
pemilahan, dan pengolahan sampah yang aman dan ramah lingkungan, serta
memberikan edukasi pada masyarakat tentang cara membuang sampah yang
benar.
7. Program pengendalian vektor. Program ini dapat mencakup pengendalian
populasi serangga dan hewan yang dapat menularkan penyakit seperti nyamuk,
tikus, dan lalat, dengan cara pemberantasan, penggunaan insektisida, dan sanitasi
lingkungan yang baik.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7
8. Program pemberdayaan masyarakat. Program ini dapat mencakup pelatihan dan
dukungan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengambil tindakan
yang menguntungkan kesehatan dan lingkungan mereka, seperti pelatihan
pembuatan pupuk organik dari sampah organik.

Langkah yang dapat dilakukan untuk mengukur keberhasilan program untuk


meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan: 23,24
1. Tentukan tujuan program yang spesifik dan terukur. Tujuan program harus
diuraikan secara jelas dan terukur sehingga dapat dilacak apakah program telah
mencapai tujuan yang ditentukan atau belum.
2. Tentukan indikator kinerja yang terukur. Indikator kinerja harus terukur dan
terukur secara konsisten sepanjang program, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
untuk memantau kemajuan program dan menentukan keberhasilan program.
3. Kumpulkan data sebelum dan sesudah program. Data sebelum dan sesudah
program dapat membantu mengukur dampak program pada kesehatan masyarakat
dan lingkungan. Data ini harus dikumpulkan dengan cara yang konsisten dan
terukur untuk memastikan keakuratan hasil pengukuran.
4. Gunakan metode evaluasi yang tepat. Metode evaluasi yang tepat harus dipilih
tergantung pada tujuan program dan indikator kinerja. Metode evaluasi dapat
berupa survei, wawancara, observasi, atau pengukuran langsung.
5. Libatkan pemangku kepentingan terkait. Pemangku kepentingan terkait seperti
masyarakat, lembaga pemerintah, LSM, dan sektor swasta harus dilibatkan dalam
proses evaluasi untuk memastikan bahwa program memenuhi kebutuhan mereka
dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang program untuk meningkatkan


kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan:25
1. Kebutuhan dan prioritas masyarakat. Program harus didasarkan pada kebutuhan
dan prioritas masyarakat setempat, sehingga program dapat memberikan manfaat
yang signifikan bagi mereka.
2. Sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang tersedia seperti anggaran, tenaga
kerja, dan infrastruktur harus dipertimbangkan dalam merancang program untuk
memastikan program dapat diimplementasikan dengan baik.
3. Kerjasama dan kemitraan. Kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pemangku
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8
kepentingan seperti lembaga pemerintah, LSM, dan sektor swasta dapat
memperkuat program dan memastikan keberhasilannya.
4. Kesesuaian dengan regulasi dan kebijakan. Program harus sesuai dengan regulasi
dan kebijakan yang ada, sehingga program dapat diimplementasikan secara legal
dan efektif.
5. Pengukuran dan evaluasi. Program harus dirancang dengan tujuan yang spesifik
dan terukur, dan dilengkapi dengan metode evaluasi yang tepat untuk memantau
kemajuan dan keberhasilan program.

Beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam program untuk meningkatkan


kesehatan masyarakat termasuk kesehatan lingkungan: 26
1. Pendidikan dan penyuluhan. Program dapat dilengkapi dengan program
pendidikan dan penyuluhan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan
kepada masyarakat tentang kesehatan dan lingkungan yang sehat.
2. Kampanye sosial. Kampanye sosial dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang masalah kesehatan dan lingkungan, serta untuk
mendorong perubahan perilaku yang positif.
3. Pemberdayaan masyarakat. Program dapat dirancang untuk memberdayakan
masyarakat dengan memberikan akses ke sumber daya dan pelatihan yang
diperlukan untuk mengambil tindakan yang menguntungkan kesehatan dan
lingkungan mereka.
4. Peningkatan akses ke layanan kesehatan. Program dapat dirancang untuk
meningkatkan akses masyarakat ke layanan kesehatan yang berkualitas dan
terjangkau, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit yang terkait
dengan lingkungan.
5. Penegakan peraturan dan regulasi. Program dapat dirancang untuk memperkuat
penegakan peraturan dan regulasi yang berkaitan dengan kesehatan dan
lingkungan, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya dampak negatif pada
kesehatan dan lingkungan.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi RK, Nuryadi, Sandra C. Identifikasi pelayanan promotif pada fasilitas


kesehatan tingkat pertama program Jaminan Kesehatan Nasional. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan 2016; 4:307–15.
2. Suryani Y, Ratnawati. Gambaran pelaksanaan pelayanan BPJS kesehatan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama di Kota Semarang. Kebijakan Kesehatan
Indonesia 2016;5:9–13.
3. Khotimah K, Kurdi FN. Analisis kompetensi dan kapabilitas terhadap kinerja
tenaga promosi kesehatan puskesmas di Kota Palembang. J Kedokteran
Kesehatan 2016;(1):383–9.
4. Ashcroft R. Health promotion and primary health care: examining the discourse.
Soc Work Public Health. 2015;30(2):107–16.
5. Sulaeman ES, Karsid R, Murti B, Kartono DT, Waryana W, Hartanto R. Model
pemberdayaan masyarakat dalam kemampuan mengidentifikasi masalah
kesehatan : studi pada program desa siaga. J Kedokteran Yarsi. 2012;7(4):128–
42.
6. Kementerian Kesehatan RI. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan
Edisi ke-1. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
7. Indah I, Sari K, Sulistyowati M. Analisis promosi kesehatan di puskesmas Kalijudan
terhadap PHBS rumah tangga ibu hamil. J Promkes. 2014;3:159–70.
8. Nadya SF, Arya IFD, Alam A. Health promotion activities in Bandung public health
centre (Puskesmas). AMJ 2016;3(3):460–8.
9. Calderón C, Balagué L, Cortada JM, Sánchez A. Health promotion in primary care: how
should we intervene? a qualitative study involving both physicians and patients. BMC
Health Serv Res. 2011;11:62.
10. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil kesehatan kota Semarang 2016. Semarang:
Dinkes; 2016.
11. Pace L, Sammut MR, Gauci C. The attitudes, Knowledge and practices of Maltese
family doctors in disease prevention and health promotion. Malta Med J. 2014;26(4):2-
7.
12. Luft LM. The essential role of physician as advocate : how and why we pass it on. Can
Med Educ J. 2017;8:e109–e116.
13. Calderón C, Balagué L, Cortada JM, Sánchez A. Health promotion in primary care:
How should we intervene? a qualitative study involving both physicians and patients.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


BMC Health Serv Res. 2011;11:1–11.
14. World Health Organization. (2015). Health promotion: A practical guide for local
and regional authorities.
https://www.euro.who.int/__data/assets/pdf_file/0004/295296/Health-Promotion-
Practical-Guide-eng.pdf
15. Centers for Disease Control and Prevention. (2014). Principles of community
engagement.https://www.atsdr.cdc.gov/communityengagement/pdf/PCE_Report_
508_FINAL.pdf.
16. World Health Organization. (2012). Health in all policies: framework for country
action.https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/78069/9789241503996_en
g.pdf?sequence=1.
17. U.S. department of Health and Human Services. (2015). Communtity health
assessment and improvement planning.
https://www.healthypeople.gov/2020/tools-resources/evidence-based
resource/community-health-assessment-and-improvement-planning.
18. World Health Organization. (2009). WHO's role and responsibilities in health
promotion. https://www.who.int/healthpromotion/about/who-hpr-role/en/
19. U.S. Department of Health and Human Services. (2014). National prevention
strategy: America's plan for better health and
wellness.https://www.surgeongeneral.gov/priorities/prevention/strategy/report.pdf
20. Centers for Disease Control and Prevention. (2011). Principles of community
engagement.https://www.atsdr.cdc.gov/communityengagement/pdf/PCE_Report_
508_FINAL.pdf
21. World Health Organization. (2019). Tobacco.
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tobacco
22. U.S. Environmental Protection Agency. (2021). Managing and reducing waste: a
guide to improving the waste management industry.
https://www.epa.gov/smm/managing-and-reducing-waste-guide-improving-waste-
management-industry
23. World Health Organization. (2010). Monitoring and evaluation of health systems
strengthening: an operational framework.
https://www.who.int/healthinfo/HSS_MandE_framework_Nov_2010.pdf
24. United Nations Development Programme. (2015). Handbook on planning,
monitoring and evaluating for development results.
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11
https://www.undp.org/content/dam/undp/library/corporate/UNDP_Handbook_on_
Planning_Monitoring_and_Evaluating_for_Development_Results.pdf
25. United States Environmental Protection Agency. (2017). Environmental policy
and regulation. https://www.epa.gov/environmental-policy-and-regulation
26. Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Community health
improvement planning. https://www.cdc.gov/publichealthgateway/cha/plan.html

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13

Anda mungkin juga menyukai