Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ Inventarisasi ”.

    Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
    
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
    
    Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Inventarisasi ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

                                                                                          Makassar, 29 oktober 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Inventarisasi..........................................................5
2.2 Manfaat Inventarisasi..............................................................5
2.3 Dasar Hukum..........................................................................6
2.4 Organisasi Inventarisasi Barang Milik Negara.......................6
2.5 Keunikan Inventarisasi Rumah Sakit......................................7
2.6 Klasifikasi, Nomor Kode Barang dan Nomor Inventarisasi
Barang.............................................................................................7
2.7 Teknik Inventarisasi Barang dengan Kartu Barang................10
2.8 Buku Induk Barang Inventarisasi, Buku Golongan Barang
Inventarisasi dan daftar...................................................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................14


Kesimpulan.....................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inventarisasi ada untuk memungkinkan perusahaan memenuhi
kebutuhan nasabah. Inventaris biasanya juga ada untuk memperlanar
arus barang memlalui proses produksi khususnya bagi pusat pekerjaan
yang mempunyai ketergantungan. Alasan utama kehadirannya adalah
perlindungan terhadap ketidakpastian pemasok. Keberadaan inventaris
juga memungkinkan pemanfaatan realistis dan sebesar-besarnya dari
perlengkapan dan tenaga kerja.
Menurut defenisinya inventaris mengacu pada persediaan segala
barang sumber daya yang digunakan dalam sebuah organisasi yang
dapat berbentuk bahan mentah, pekerjaan dalam proses, barang judi,
suku adang komponen, maupun persediaan.
Inventarisasi juga merupakan suatu kegiatan atau tindakan untuk
melakukan perhitungan fisik barang asset yang ada secara terintegrasi
seluruh intansi yang difokuskan pada pendataan dan pengolahan untuk
kepentingan fondasi data guna sistem barang, ruang dan bangunan, serta
kondisi barang. Dari hasil inventarisasi, dapat diketahui barang aktif
yang benar-benar dimiliki , kemudian dilakukan pendataan sesuai
dengan kebijakan akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah

3
a. Pengertian Inventarisasi
b. Manfaat Inventarisasi
c. Organisasi Inventarisasi Barang Milik Negara
d. Klasifikasi, Nomor Kode Barang & Nomor Inventarisasi Barang
e. Teknik Inventarisasi Barang Dengan Kartu Barang

1.3 Tujuan
Untuk Mengetahu Pengertian, Manfaat , Organisasi Barang Milik
Negara, dasar hukum , Teknik Inventarisasi Barnag pada hal
Inventarisasi

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian inventarisasi


Inventarisasi merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan
cara mencatat dan menyusun atas yang dimiliki atau dikuasai atau diurus
oleh organisasi, baik yang diperoleh dari usaha pembuatan sendiri,
pembelian, pertukaran, hadiah, maupun hibah, baik berkaitan dengan
jenis dan spesifikasinya, jumlah, sumber; waktu pengadaan, harga,
tempat,dan kondisi serta perubahan-perubahan yang terjadi guna
mendukung proses pengendalian dan pengawasan inventarisasi serta
mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi (Dwiantara & Sumarto, 2005)
Pengelolaan barang inventaris rumah sakit adalah suatu tatanan
yang harus tertib administrasi yang bertujuan untuk penghematan
keuangan, penghitungan kekayaan dan mutu pengendalian rumah sakit
yang meliputi: perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran,
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan dan
pemeliharaan serta penghapusan (FKM-UI,2002)
Dari kedua pengertian tersebut diatas maka dapat disimpulkan
inventarisasi rumah sakit merupakan kegiatan untuk memperoleh data
atas seluruh yang dimiliki oleh rumah sakit, yang harus tertib
administrasi guna mendukung proses pengendalian dan pengawasan
inventarisasi dalam upaya pencapaian tujuan.

2.2. Manfaat Inventarisasi


Menurut Sanderson (2000) inventarisasi memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut:

a. Mencatat dan menghimpun data aset yang dikuasahi unit organisasi/


departemen.

b. Menyiapkan dan menyediakan bahan laporan pertanggungjawaban


atas penguasaan dan pengelolaan aset organisasi/ negara.

c. Menyiapkan dan menyediakan bahan acuan untuk pengawasan aset


organisasi atau negara.

5
d. Menyediakan informasi mengenai aset organisasi /negara yang
dikuasahi departemen sebagai bahan untuk perencanaan kebutuhan,
pengadaan dan pengelolaan perlengkapan departemen.

e. Menyediakan informasi tentang aset yang dikuasai departemen


untuk menunjang perencanaan dan pelaksanaan tugas departemen.

2.3. Dasar Hukum


Untuk institusi pemerintahan baik pemerintahan pusat, pemerintah
daerah dan militer, kegiatan iventarias telah diatur dalam satu kebijakan
perundang-undangan sebagai dasar hukum dalam pengelolaan
kekayaan/inventaris negara, yaitu :

a. Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.


b. Undang-undang No. 1 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor : 4355)
c. Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara atau Daerah.
d. Inpres No.3 tahun 1971, tentang inventarisasi barang-barang/
kekayaan milik negara.

2.4. Organisasi Inventarisasi Barang Milik Negara


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 organisasi
yang terkait dengan Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah adalah
sebagai berikut :

a. Pembina Umum : Presiden, yang secara fungsional dilakukan oleh


menteri keuangan yang selanjutnya dilimpahkan kepada Direktur
Jendral Moneter.
b. Pembina Barang Inventarisasi : Menteri
c. Penguasaan Barang Inventaris : Semua Eselon I, dan Kakanwil
(Pembantu penguasaan).
d. Unit Pengurusan Barang : Kantor atau satuan kerja.
e. Penanggungjawab Pengawas Barang : Kepala kantor( = Kuasa
materi/ barang).
f. Bendahara Materiil/ barang : yaitu orang yang karena negara ditugasi
menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang atas perintah Kuasa
Barang. Pada umumnya bendahara material adalah penguasa gudang.

6
2.5. Keunikan Inventaris Rumah Sakit
Pendekatan inventaris rumah sakit berbeda dengan perusahaan
manufaktur dan retail. Pada perusahaan manufaktur sering memiliki
perbedaan tingkatan inventaris, semua barang yang ada hingga produk
tersebut terjual. Berbagai tingkatan tersebut meliputi bahan mentah,
pekerjaan yang sedang berproses dan barang yang sudah terselesaikan.
Sedangkan pada retail memiliki satu jenis barang inventaris yang tersedia
untuk dijual (Sanderson, 2000).
Inventarisasi di rumah sakit bersifat unik dan tidak konsisten karena
adanya 2 macam jenis inventaris yaitu inventaris resmi dan inventaris tidak
resmi melalui lembaga-lembaga di dalamnya. Inventaris resmi adalah jenis
invetaris yang dijaga di bagian gudang pusat, bagian makanan, bagian
farmasi dan koperasi. Inventaris ini dikeluarkan atau didistribusikan pada
unit pemakai. Inventaris yang tidak resmi adalah barang stok yang dijaga
oleh bagian laboratorium, unit perawatan dll, yang tersedia untuk siap
digunakan namun tidak diawasi dan dikontrol oleh bagian inventaris formal
manapun dan barang itu dibeli langsung untuk digunakan oleh departemen
tertentu. Seluruhnya dibelanjakan dalam pengeluaran atau diterima.
Seluruh pengeluaran terjadi secara bersamaan saat pengeluaran atau
penerimaan, terjadi karena 1) Rumah Sakit tidak memandang bahwa
inventaris tersebut tidak dipandang sebagai aset, namun sebagai
tanggungan. 2) Rumah sakit dibayar kembali dengan biaya dasar oleh
karenanya merupakan uatu kepentingan yang terbaik bagi rumah sakit
untuk membelanjakan sebanyak mungkin, sesegera mungkin memastikan
pelunasan biaya dan menjaga cash flow yang baik (Sanderson, 2000,
Sabarguna 2005).

2.6. Klasifikasi, Nomor Kode Barang Dan Nomor


Inventarisasi Barang
Untuk mempermudah pencatatan inventarisasi, sekaligus
mempermudah pengenalan maupun pengklasifikasian inventarisasi yang
dimiliki organisasi harus dikelompokkan atau digolongkan menurut
jenisnya. Pada dasarnya penggolongan atas barang-barang dalam organisasi
tergantung pada jenis usaha dan kegiatan operasional organisasi tersebut.
Dengan demikian, setiap organisasi memiliki kebebasan melakukan
pengelompokan atas barang-barang yang dimilikinya, tetapi tetap
berpedoman pada orientasi guna mempermudah dalam pengenalan,
pengewasan dan keselamatan dan keamanan inventarisasi.

7
Sasaran inventarisasi adalah semua barang milik organisasi atau negara
yang dibeli, di dapat, dihasilkan baik secara sebagian maupun keseluruhan
melalui APBN/D atau diperoleh di luar APBN/D sesuai peraturan
perundangan yang berlaku (Hendrato, 2005) dan Dwiantara & Sumarto
(2005).
Pada dasarnya barang-barang logistik yang dilakukan inventarisasi
terdiri dari 2 jenis yaitu :

a. Barang Habis Pakai / BHP : adalah barang berwujud, yang


biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian, atau umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian
normal kurang dari satu tahun. (bahan makanan, bahan farmasi,
suku cadang dan listrik, BBM dll)
b. Barang tetap (barang-barang yang umur pakai/ teknisnya lebih
dari satu tahun meliputi : 1) Barang tidak bergerak (tanah,
bangunan), 2) Barang bergerak (Kendaraan, peralatan besar,
peralatan laboratorium) dan 3) Barang persediaan (barang yang
ada di dalam gudang dan tempat penyimpanan lainya)

Sedangkan menurut Sabarguna (2005) inventarisasi rumah sakit dibagi


dalam 3 klasifikasi dalam tabel berikut.

Tabel 2.1 Klasifikasi Inventarisasi Utama Rumah Sakit

No Jenis Uraian
Inventarisasi
1. Farmasi Obat-obatan, alat-alat kesehatan dan bahan non
Rumah Sakit medis yang terkait langsung seperti kertas EKG, film
rongent dll.
2. Inventarisasi Alat tulis kantor (ATK), alat listrik dll.
Non
3. Medis Makanan basah dan kering.
Dapur

8
Untuk mempermudah dalam pengenalan, pencatatan barang, dan
pengendalian barang, tiap jenis barang harus memiliki nomor kode barang.
Nomor kode barang diperoleh dari proses pengklasifikasian dan penomoran
klasifikasi barang tersebut. Kegiatan tersebut dimulai dari penggolongan
barang berdasarkan jenisnya yang kemudian diberi nomor jenis barang.
Setelah itu masing-masing jenis barang, dibagi atas kelompok-kelompok
barang yang tercakup di dalamnya. Kemudian, masing-masing kelompok
barang tersebut harus pula diberi nomor (Nomor kelompok barang). Berikut
ini contoh penomoran barang menurut jenis (nomor jenis) dan kelompok
barang (nomor kelompok) yang diambil dari penomoran barang di rumah
sakit.
Khusus untuk barang-barang tahan lama, untuk mempermudah dalam
pemantauan dan pengawasan/ pengendalian inventarisasi penting diberi
Nomor inventaris barang. Sehubungan dengan hal tersebut, pedoman pokok
dalam pemberian nomor inventaris barang harus sampai pada penomoran
barang yang bersifat spesifik, maksudnya penomoran barang tersebut harus
sampai menunjuk pada satu buah barang tertentu. Dengan demikian dalam
pemberian nomor inventaris barang mulai dari pegelompokan barang
sampai pemberian nomor urut barang

Adapun cara pemberian dan penulisan nomor inventaris barang


tersebut adalah dengan urutan sebagai berikut: nomor jenis barang,nomor
kelompok barang, nomor urut barang/ kode unit kerja/ kode institusi/ tahun
inventarisasi.

Tabel 2.2 Pegelompokan barang dan penomorannya.

Nomor Jenis Barang Nomor Kelompok Barang


Jenis Kelompo
Barang k
01 Barang Perawatan 01 Kain
02 Sprei
03 Selimut
04 Sarung bantal/ guling
…. …
02 Alat Rumah Tangga 01 Alat makan
02 Alat minum
03 Alat dapur
04 Alat kebersihan
… …..
03 Alat Tulis dan 01 Buku pendaftaran

9
Kantor 02 Kuitansi
03 Nota pembayaran
04 Buku/ formulir
… ….
04 Perabot Kantor 01 Meja
02 Kursi
03 Lemari
04 Lemari arsip
… ….

05 Barang Bahan 01 Bahan cair


Cucian 02 Bahan bubuk
03 Bahan batangan
… …
06 Barang 01 Kuas
Pemeliharaan suku 02 Kertas gosok
cadang dan Listrik 03 Pipa
04 Keni
… …

2.7. Teknik Inventarisasi Barang dengan Kartu Barang


Tehnik inventarisasi barang dengan kartu barang adalah cara
pencatatan barang dengan menggunakan kartu barang. Sedangkan kartu
barang adalah suatu lembaran atau formulir yang berisi informasi suatu
barang dan secara fisik dibuat dari kertas yang relatif tebal. Kartu barang
sendiri dapat dibedakan atas kartu barang untuk barang habis pakai dan
kartu barang untuk baranf tahan lama. Teknik inventarisasi barangpun
berbeda anatara teknik inventarisasi untuk barang habis pakai dengan
barang tahan lama. Informasi-informasi yang berada di dalamnya pun
berbeda antara kartu barang untuk barang habis pakai maupun barang tahan
lama.
Tehnik inventarisasi dengan kartu barang ini tidak sebatas untuk bagian
bagian penggudangan ataupun bagian distribusi inventarisasi, tetapi penting
dilakukan oleh setiap unit kerja dalan organisasi untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian inventarisasi, baik berkaitan dengan
keberadaan, serta untuk mengetahui kondisi barang (baik, rusak ringan,
rusak berat), maupun informasi yang lain (sumber barang, cara pengadaan
barang, waktu pengadaan, harga, waktu pengecekan barang dan hasilnya,
biaya operasional suatu peralatan yang telah dikeluarkan dan cara

10
penyingkiran barang).

a. Teknik Inventarisasi untuk barang Habis Pakai


Inventarisasi terhadap barang habis pakai dengan menggunakan
system kartu barang lebih ditujukan pada upaya pemantauan persediaan
barang, pengunaan barang, dan upaya menjaga kontinuitas kerja setiap
unit kerja dalam suatu organisasi.
Adapun ketentuan inventarisasi barang habis pakai adalah
sebagai berikut:
1) Setiap satu jenis barang dibuatkan satu kartu barang
2) Kartu barang disimpam dalam kotak atau file khusus, dan
diurutkan secara alfabetis sesuai dengan nama barang.
3) Setiap ada perubahan jumlah inventarisasi, baik karena
adanya pemasukan barang maupun pengeluaran barang harus
secepatnya dicatat.
4) Setiap kartu barang harus dapat menunjukkan persediaan
barang pada saat itu.
5) Untuk unit pemakai barang, setiap ada pemasukan barang
harus disertai bukti penerimaan barang yang berupa bon
pengeluaran barang atau surat penyerahan barang atau bon
gudang ( Surat permintaan barang barang dari user kepada
bagian gudang, juga sebagai surat penyerahan barang oleh
bagian gudang kepada user) dari unit logistik/ gudang, dan
harus dicatat tanggal penerimaan, rencana penggunaan,
jumlah barang yang masuk, dan jumlah sisa barang.
Sementara untuk setiap terjadi pengeluaran barang harus
dicatat tanggal pengeluaran, jumlah barang yang dikeluarkan
dan penggunaan barang, serta jumlah sisa barang.
6) Untuk unit penggudangan dan atau distribusi, setiap ada
pemasukan barang harus disertai bukti pemasukan barang
yang dapat berupa kuitansi, nota, surat pengantar barang,
tanda terima, ataupun berita acara penyerahan/ serah terima
barang.Disamping itu perlu dicatat tanggal masuk barang,
sumber, jumlah dan total persediaan barang.Sementara untuk
pengeluaran barang, harus juga disertai bukti pengeluaran
barang yang dapat berupa surat penyerahan barang atau bon
gudang dan harus dicatat tanggal pengeluaran barang, unit
pemakai barang, jumlah barang yang dikeluarkan dan jumlah
sisa barang setelah terjadi pengeluaran barang.

11
7) Setiap bukti pemasukan barang maupun bukti pengeluaran
barang harus diberi nomor kode bukti yang diurutkan
berdasarkan urutan kronologis transaksi maupun pengeluaran
barang guna mempermudah untuk pengecekan barang. Nomor
kode bukti tersebut harus ditulis secara jelas dan dapat
dituliskan pada bagian atas kanan formulir bukti pemasukan
dan pengeluran barang tersebut.
8) Bukti-bukti pemasukan barang disimpan dalam satu tempat
atau map khusus yang berisi bukti-ti penerimaan inventarisasi.
9) Bukti-bukti pengeluaran barang harus disimpan dalam tempat
atau map khusus yang berisi bukti-bukti pengeluaran barang.

b. Teknik inventarisasi untuk barang tahan lama


Inventarisasi barang untuk barang tahan lama dengan menggunakan
sistem kartu barang ditujukan untuk kepentingan pemantauan atas
keamanan dan keselamatan barang, biaya operasional barang, dan
kondisi barang (Dwiantara & Sumarto, 2005).

2.8. Buku Induk Barang Inventaris, Buku Golongan barang


Inventaris dan Daftar Inventaris Ruangan
Salah satu upaya untuk melakukan pengawasan/ pengendalian,
khususnya untuk barang-barang tahan lama melalui kegiatan inventarisasi
barang dengan melakukan pembuatan buku induk inventarisasi barang.
Buku golongan barang inventaris dan daftar inventaris ruangan. Dengan
adanya beberapa buku tersebut, setiap saat dapat dilakukan pengecekan
terhadap setiap barang yang ada.
Buku induk barang inventaris merupakan buku yang dipakai untuk
mencatat semua barang inventaris tak habis pakai menurut tanggal
penerimaannya. Informasi yang harus ada dalam buku induk barang
inventaris adalah nomor urut, tanggal pembukuan, kode barang, nama
barang, spesifikasi barang (merek, tipe dsbnya), jumlah, nama satuan, tahun
pembuatan, asal barang, tanggal penyerahan, keadaan barang, harga dan
keterangan lain. Pencatatan ke dalam buku induk barang inventaris
dilakukan setelah proses pengadaan inventarisasi dilakukan, atau secara
khusus apabila pengadaan inventarisasi dengan cara pembelian, berarti
pencatatan dilakukan setelah proses pembelian selesai ataupun setelah
terjadi penerimaan barang.

12
Dengan demikian, kegiatan pencatatan ini merupakan kelanjutan dari
proses pengadaan inventarisasi. Dalam kegiatan pencatatan barang
inventaris ini harus disertakan bukti-bukti pengadaan logistik yang dapat
berupa kuitansi, nota, faktur atau surat pengantar barang, tanda terima
ataupun berita acara serah terima barang. Kolom-kolom buku induk barang
inventaris sebagai berikut:

N Tgl Kode Nam Spesi Nam Jm Tahun Asal Tgl Kada Harg Ke
o Pemb Bara a fikasi a lh Pembeli Bara Penyera an a t
Ur ukua ng Bara baran Satua an ng han baran
ut n ng g n g

Buku golongan barang Inventaris adalah buku pembantu tempat


mencatat barang inventari menurut golongan barang yang telah ditentukan.
Data buku golongan barang inventaris diambil dari buku induk barang
inventaris. Tiap golongan barang dicatat dalam satu buku tersendiri.
Informasi yang harua tercantum dalam buku golongan barang inventaris,
selain golongan barang inventaris dan kode jenis barang (bisa dengan angka
atau huruf atau kombinasi angka dan huruf), adalah nomor urut , nomor
urut buku induk, kode barang, nama barang, spesifikasi barang, jumlah,
nama satuan, tahun pembuatan, keadaan barang, harga, lokasi dan
keterangan. Kemudian untuk melakukan pemntauan dan pengendalian
terhadap masing-masing barang yang tercantum dalam daftar buku
golongan barang inventaris ini dapat dilakukan dengan tehnik inventarisasi
barang dengan kartu barang

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan : barang inventaris adalah suatu tatanan yang harus tertib administrasi
yang bertujuan untuk penghematan keuangan, penghitungan kekayaan dan mutu
pengendalian rumah sakit yang meliputi: perencanaan dan penentuan kebutuhan,
penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, penggunaan dan
pemeliharaan serta penghapusan (FKM-UI,2002) .

14
Daftar Pustaka
Aditama (2002) Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Edisi kedua, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Bowersox Donald J (2006) Manajemen Logistik Integrasi Sistem-sistem
Manajemen Distribusi Fisik dan Manajemen Material, alih bahasa Hasyim
Ali, Bumi Aksara, Jakarta.
DepKes RI (2001),Standar Peralatan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana
Kesehatan, Cetakan ke I , Direktorat Pelayanan Keperawatan Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Depkes RI, Jakarta.
Dwiantara Lukas dan Sumarto Hadi Rumsari (2005), Manajemen Logistik Pedoman
Praktis Bagi Sekretaris dan Staf Administrasi, Grasindo, Jakarta.
Hendrato Rusdianrasih (2005). Pelaksanaan Inventaris Barang Milik/Kekayaan
Negara. Didownload dari www.uns.ac.id tanggal 15 april 2007

15

Anda mungkin juga menyukai