Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ANESTESI DALAM PENCABUTAN GIGI & OBAT


ANESTESI GIGI

OLEH KELOMPOK 5

NURUL FATHIYAH PO713261181028


OKTAVIA CITRA ALLOLINGGI PO713261181029
SERLI MALINDA PO713261181039
SULNAVIRA PO713261181047

DIII KEPERAWATAN GIGI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.

Atas berkat rahmat serta inayah Allah jugalah penulis telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul :“ ANESTESI DALAM PENCABUTAN
GIGI & OBAT ANASTESI GIGI ”. Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar-dasar pencabutan gigi program D3
Keperawatan Gigi,Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak menutup


kemungkinan apabila masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritiknya demi untuk menambah wawasan
dan membantu untuk penulis dalam penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga
karya ilmiah ini mendatangkan manfaat bagi para pembaca. Amin

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3 Tujuan Masalah...............................................................................2
Bab II Pembahasa
2.1 Anestesi Umum...............................................................................3
2.1.1 Anestesi Inhalasi........................................................................3
2.1.2 Anestesi Intravena.....................................................................4
2.1.3 Persyaratan Anestesi Umum.................................................6
2.1.4 Tahapan Anestesi Umum......................................................6
2.1.5 Efek Samping Dari Anestesi Umum.....................................7
2.2 Anestesi Lokal.................................................................................7

     2.2.1 Karakteristik obat anestesi lokal................................................7

2.2.2.Macam-Macam Teknik Anestesi Lokal.....................................8


2.2.3 Macam-Macam Bahan Anestesi Lokal......................................8
2.3 Obat-obat Anestesi..........................................................................9
Bab III Penutup
3.1 kesimpulan....................................................................................19
Daftar pustaka...............................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rasa sakit dapat diredakan melalui terputusnya perjalanan neural pada berbagai
tingkatan dan melalui cara-cara yang dapat memberikan hasil permanen atau
sementara. Ujung syaraf yang mempersepsi rasa sakit dapat distimulasi oleh stimulasi
mekanis, osmotik, termal dan kimia. Rasa sakit biasanya terhenti dengan segera bila
stimulasi yang merangsang ujung syaraf dihilangkan.

Kata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit.
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan yang
meliputi pemeberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan keselamatan pasien
dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi), perawatan intensif pasien
gawat, pemeberian terapi inhalasi, penanggulangannya nyeri menahun dan tindakan
pencabutan gigi.

Anestesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal dan Anestesi Umum.


Pada anestesi lokal hilagnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan
pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilang kesadaran.

( Mirawati Ellis dkk, 2013 )

( Wulandari Dyah Ayu , Khoeru Annisa, 2011

1.2 RUMUSAN MASALAH

A. Apa yang di maksud dengan anestesi umum?


B. Apa yang di maksud dengan anestesi lokal?
C. Apa saja obat-obat yang digunakan sebagai Anestetik?

1
1.3 TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan anestesi umum.
2. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan anestesi local.
3. Untuk mengetahui obat-obat yang digunakan sebagai Anestetik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anestesi Umum


Anastesi umum atau dikenal juga dengan istilah Narkose atau General
anestesi adalah anestesi yang menyebabkan hilangnya rasa sakit pada daerah
yang dilakukan anestesi disertai dengan hilangnya kesadaran.
Anestesi umum digunakan untuk mempengaruhi seluruh tubuh dimana
hilangnya semua bentuk kesadaran disertai dengan hilangnya fungsi motorik.
Anestesi umum dapat diberikan secara inhalasi atau injeksi intravena.
2.1.1 Anestesi Inhalasi
Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum
yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi
yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin
anestesi langsung ke udara inspirasi.
Yang termasuk obat anestesi inhalasi yaitu, halotan, enfluran,
isofluran, sevofluran, desflurane, dan methoxyflurane yang merupakan
cairan yang mudah menguap. Obat-obat ini diberikan sebagai uap melalui
saluran napas.
Cara pemakaian anestesi inhalasi:
a) Open drop method : zat anestesi diteteskan pada kapas yang diletakkan
di depan hidung penderita sehingga kadar zat anestesi yang dihirup tidak
diketahui dan pemakaiannya boros karena zat anestesi menguap ke
udara terbuka.
b) Semiopen drop method : cara ini hamper sama dengan open drop, hanya
untuk mengurangi terbuangnya zat anestesi maka digunakan masker.
c) Semiclosed method : udara yang dihisap diberikan bersamaan oksigen
yang dapat ditentukan kadarnya. Keuntungan cara ini adalah dalamnya
anestesi dapat diatur dengan memberikan zat anestesi dalam kadar
tertentu dan hipoksia dapat dihindari dengan pemberian O2.
d) Closed method : hamper sama seperti semiclosed,hanya udara ekpirasi
yang dilahirkan melalui NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga
udara yang mengandung anestesi dapat digunakan lagi, Cara ini lebih
hemat, aman, dan lebih mudah, tetapi harga alatanya cukup mahal.

3
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan
membangkitkan skaktivitas neuron berbagai area di dalam otak. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan
harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai
hanya sekedar memelihara keseimbangan antara pemberian dan
pengeluaran. Keuntungan anestesi inhalasi dibandingkan dengan
anestesi intravena adalah kemungkinan unutuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari
gas/uap yang diinhalasi.

( Mirawati Ellis dkk, 2013 )

( Sunaryanto Andik, 2014 )

2.1.2 Anestesi Intravena


Anestesia intrvena adalah teknik anestesia dimana obat-obat anestesia
diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat hipnotik atau
analgetik maupun pelumpuh otot (Ting, 2007) dalam Sarumpaet.
Indikasi Anestesi Intravena :

1. Obat induksi anesthesia umum


2. Obat tunggal untuk anestesi pembedahan singkat
3. Tambahan untuk obat inhalasi yang kurang kuat
4. Obat tambahan anestesi regional
5. Menghilangkan keadaan patologis akibat rangsangan SSP (SSP sedasi)

4
Beberapa variasi anestesia intravena (Ratna dan Chandra, 2012) dalam Sarumpaet
yaitu :
1. Anestesia intravena klasik
Pemakaian kombinasi obat ketamin hidroklorida dengan sedatif contoh:
diazepam, midazolam atau dehidro benzperidol. Komponen trias anestesi yang
dipenuhi dengan teknik ini adalah hipnotik dan anestesia.
 Indikasi :
Pada operasi kecil dan sedang yang tidak memerlukan relaksasi
lapangan operasi yang optimal dan berlangsung singkat, dengan perkecualian
operasi didaerah jalan nafas dan intraokuler.
 Kontraindikasi:
a. Pasien yang rentan terhadap obat-obat simpatomimetik, misalnya:
penderita diabetes melitus, hipertensi, tirotoksikosis dan paeokromo
sitoma
b. Pasien yang menderita hipertensi intrakranial
c. Pasien penderita glaukoma
d. Operasi intra okuler.
2. Anestesi intravena total
Pemakaian kombinasi obat anestetika intravena yang berkhasiat
hipnotik, analgetik dan relaksasi otot secara berimbang. Komponen trias
anestesia yang dipenuhi adalah hipnotik, analgesia dan relaksasi otot.
 Indikasi :
Operasi-operasi yang memerlukan relaksasi lapangan operasi optimal
 Kontraindikasi :
Tidak ada kontra indikasi absolut. Pemilihan obat disesuaikan dengan
penyakit yang diderita pasien.

( Sarumpet Venny, 2012 )

5
2.1.3 Persyaratan Anestesi Umum

Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestesia


umum adalah :
a.       Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendir.
b.      Mula kerja cepat tanpa efek samping.
c.       Sadar kembalinya tanpa kejang.
d.      Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot –otot
seluruhnya.
e.       Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu pembedahan.

( Wulandari Dyah Ayu, 2011)

2.1.4 Tahapan Anestesi Umum


1) Stadium 1 (analgesia)
 Penderita mengalami analgesi
 Rasa nyeri hilang
 Kesadaran berkurang
2) Stadium II (delirium/eksitasi)
 Penderita tampak gelisah dan kehilangan kesadaran
 Penderita mengalami pergerakan yang tidak menurut
kehendak (tertawa, berteriak, menangis, dan menyanyi)
 Volume dan kecepatan pernapasan tidak teratur
 Dapat menjadi mual dan muntah
 Inkontinensia urin dan defekasi sering terjadi.
 Midriasis, hipertensi.
3) Stadium III (anesthesia,pembedahan/oprasi)
 Pernapasan menjadi dangkal, cepat, dan teratur, seperti
pada keadaan tidur
 Gerakan mata dan reflex mata hilang/gerakan bola mata
tidak menurut kehendak
 Otot menjadi lemas, missal : kepala dapat digerakkan ke
kanan ke kiri dengan bebas ; lengan diangkat lalu
dilepaskan akan jatuh bebas tanpa ditahan.

6
4) Stadium IV (paralisis medulla oblongata)
 Kegiatan jantung dan pernapasan spontan terhenti.
 Terjadi depresi berat pusat pernapasan di medulla
oblongata dan pusat vasomotor. Tanpa bantuan respirator
dan sirkulasi, penderita akan cepat meninggal. Maka taraf
ini sedapat mungkin dihindarkan.
(Mirawati Ellis Dkk, 2013 )

2.1.5 Efek Samping

Hampir semua anestesia mengakibatkan sejumlah efek samping,


yang terpenting diantaranya.
a.       Menekan pernafasan, paling kecil pada N2O, eter dan trikloretikan.
b.      Mengurangi kontraksi jantung, selama halotan dan metoksifluran
yang paling ringan pada eter.
c.       Merusak hati, oleh karena tidak digunakan lagi seperti senyawa
klor (kloroform).
b.      Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.

( Wulandari Dyah Ayu, 2011)

2.2 Anestesi Lokal


1.      Anestesi lokal merupakan tindakan memanfaatkan obat bius yang
cara kerjanya hanya menghilangkan rasa di area tertentu yang akan
dilakukan tindakan. ( Saprol, 2010).
2.      Anestetik Lokal menyebabkan hilangnya rasa sakit tanpa disertai
hilangnya kesadaran. Anestetik lokal merupakan obat yang
menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan
saraf dengan kadar yang cukup. (Dani kusumah, 2011).
3.      Anestetik lokal adalah obat yang menghasilkan blokade konduksi
pada dinding saraf yang bersifat sementara. Setelah kerja obat habis
maka obat akan keluar dari sel saraf tanpa menimbulkan kerusakan
pada struktur sel saraf tersebut.

4.      Anestetika lokal atau zat-zat penghalang rasa setempat adalah obat


yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan

7
impuls-impuls syaraf ke SSP dan demikian menghilangkan atau
mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, rasa panas, atau dingin.

2.2.1 Karakteristik obat anestesi lokal


    

Anestesi lokal ialah gabungan dari garam yang larut dalam air dan
alkaloid yang larut dalam lemak yang terdiri dari bagian kepala cincin
aromatic. Tak jenuh bersifat lipofilik (paba para amino benzoic acid),
bagian badan sebagai Penghubung terdiri dari cincin hidrocarbon dan
bagian ekor yang terdiri dari Asam amino tersier bersifat hidrofilik.
Dalam bentuk basa bebas, anestetik lokal hanya sedikit larut dan
tidak stabil dalam bentuk larutan. Oleh karena itu diperdagangkan dalam
bentuk garam yang mudah larut dalam air, biasanya garam hidroklori.
Anestetik lokal sering dikombinasikan dengan vasokonstriktor dengan
maksud memperpanjang dan memperkuat kerja anestetik lokal dan juga
mengurangi kecepatan absorpsi anestetik lokal sehingga akan mengurangi
toksisitas sistemiknya. Vasokonstriktor yang digunakan epinefrin (1 dalam
200.000 bagian) dan norepinefrin (1 dalam 100.000 bagian).

Dosis toksik obat anestesi lokal, dipengaruhi oleh:
1.      jenis (sifat toksik inheren dan efek vasodilatasi) obat AL
2.      Konsentrasi obat AL
3.      Injeksi intravaskuler
4.      Kecepatan injeksi
5.      Vaskularisasi jaringan
6.      Berat badan penderita
7.      Kecepatan metabolisme dan ekskresi obat
8.      Dosis toksik juga sangat dipengaruhi oleh apakah
digunakan dengan campuran vasokontriktor atau tidak

( Wulandari Dyah Ayu, 2011)

8
2.2.2 Macam-Macam Teknik Anestesi Lokal
1. Anestesi Permukaan (Topical Anesthesia), digunakna untuk
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit ketika injeksi atau
tindakan yang tidak terlalu invasive yaitu pada permukaan
jaringan kulit atau mulut saja.
2. Anestesi Infiltrasi (Infiltration Anesthesia), digunakan untuk
mengurangi satau menghilangkan rasa sakit pada kulit atau
mukosa yang lebih dalam termasuk jaringan otot, saraf dan
pembuluh darah sekitar daerah operasi yang telah terinflitrasi
obat anestesi.
3. Anestesi Blok (Block Anesthesia), digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit pada daerah operasi yang lebih luas
yang meliputi jaringan lunak dank eras yang mendapatkan
persyarafan dari cabanf syaraf tertentu.

2.2.3 Macam-Macam Bahan Anestesi Lokal


Bahan Anestesi local dapat digolongkan berdasarkan kimianya dan
lama kerjanya.

 Berdasarkan lama kerjanya : Terdiri dari short acting, long


acting, dan ultra long acting.

 Obat-obat agonis beta short-acting:


o Salbutamol
o Terbutaline
 Obat-obat agonis beta long-acting:
o Formoterol
o Olodaterol
o Salmeterol
 Obat beta agonis ultra-long acting:
o Indacaterol
 Berdasarkan struktur kimianya : terdiri dari ester atau amida.

(Johnson CG, 1985)


(Dionne Ra, Phero JC, 2002)

9
2.3 Obat-Obat Anestesi

Obat anestesi dibedakan menjadi 5, yaitu:


1.      Obat Premedikasi
2.      Obat Pelumpuh Otot
3.      Obat Anestesi Inhalasi
4.      Obat Anestesi Intravena
5.      Obat Anestesi Regional/Lokal

1. OBAT PREMEDIKASI
Pemberian obat premedikasi bertujuan:
1. Manimbulkan rasa nyaman pada pasien
2. Memperlancar induksi, rumatan, dan sadar dari anestesi.
3. Mengurangi timbulnyahipersalivasi, bradikardi, mual, dan muntah
pascaanestesi.
4. Mnegurangi jumlah obat-obatan anestesi.
5. Mengurangi stress fisiologis (takikardia, napas cepat dll.
6. Mengurangi keasaman lambung.

Obat-obat yang dapat diberikan sebagai premedikasi pada tindakan


anestesi sebagai berikut:

a.      Anelgetik Narkotik
Morfin
Dosis premedikasi dewasa 5-10 mg intramuskular diberikan untuk
mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang operasi,
menghindari takipnu pada pemberian trikloroetilen, dan agar anestesi
berjalan dengan tenang dan dalam. Kerugiannya adalah terjadi perpanjangan
waktu pemulihan, timbul spasme serta kolik biliaris dan ureter. Kadang-
kadang terjadi konstipasi, retensi urin, hipotensi, dan depresi napas.

10
Petidin
Dosis premedikasi dewasa 50-75 mg intravena diberikan untuk
menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos. Dosis
induksi 1-2 mg/kgBB intravena.

Barbiturat
Pentobarbital dan Sekobarbital. Diberikan untuk menimbulkan sedasi.
Dosis dewasa 100-200 mg, pada anak  dan bayi 1 mg/kgBB secara oral atau
intramuskular. Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang
dan kurang menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Yang mudah didapat
adalah fenobarbital dengan efen depresan ayng lemah terhadap pernapasan
dan sirkulasi serta jarang menyebabkan mual dan muntah.

b.      Antikoligernik
Atropin.
Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus selama
90 menit. Dosis 0,4-0,6 mg intramuskular bekerja setelah 10-15 menit.

c.       Obat Penenang (transquillizier)


Diazepam.
Diazepam merupakan golongan benzodiazepin. Pemberian dosis rendah,
bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik. Dosis premedikasi dewasa
10 ms intramuskular atau 5-10 mg oral dengan dosis maksimal 15 mg. Dosis
sedasi pada analgesi regional 5-10 mg intravena. 

Midazolam.
Midazolam mempunyai awal dan lama kerja lebih pendek daripada
diazepam. Midazolam lebih disukai dibandingkan dengan diazepam. Dosis
50% dari dosis diazepam.

11
2. OBAT PELUMPUH OTOT
Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuskular sehingga
menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka. Menurut mekanisme kerjanya,
obat ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghamb at secara depolarisasi
resisten dan obat penghambat kompetitif atau nondepolarisasi. Pada anestesi
umum obat ini memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskopi
dan intubadi trakhea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam
pembedahan dan ventilasi kendali.
Perbedaan obat pelumpuh otot depolarisasi dan nondepolarisasi.
         Depolarisasi   : ada fasikulasi otot, berpotensi dengan
antikolinesterase, tidak menunjukkan kelumpuhan yang beertahap
pada perangsangan tunggal atau tetanik, belum dapat diatasi dengan
obat spesifik, kelumpuhan berkurang dengan pemberian obat
pelumpuh otot nondepolarisasi dan asidosis.
         Nondepolarisasi  : tidak ada fasikulasi otot, berpotensi dengan
(hipokalemia, hipotermia, obat anestetik inhalasi, eter, halotan,
enfluran, isofluran), menunjukkan kelumpuhan yang bertahap pada
perangsangan tunggal atau tetanik, dapat diantagonis oleh antikolin
esterase.

a.      Obat Pelumpuh Otot Nondepolarisasi


Pavulon
Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan. Mulai kerja
pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit. Memiliki efek
akumulasi pada pemberian berulang sehingga dosis rumatan harus dikurangi
dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08
mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis rumatan setengah dosis awal. Dosis
Intubasi trakea 0,15 mg/kgBB intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg
pavulon.

Trakrium.
Trakrium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman
Leontice Leontopeltalum. Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di
dalam darah, tidak bergantung oada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai
efek akumulasi pada pemberian berulang.

12
Vekuronium
Vekuronium merupakan homolog pankuronium bromida yang berkekuatan
lebih besar dan lama kerjanya singkat Zat anestetik ini tidak mempunyai
efek akumulasi pada pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan
fungsi kardiovaskuler yang bermakna.

Rekuronium
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja lebih cepat.
Keuntungannya adalah tidak mengganggu fungsi ginjal, sedangkan
kerugiannya adalah terjadi gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih
lama

b.      Obat Pelumpuh Otot Depolarisasi.


Suksametonium
Mula kerja 1-2 menit dengan lama kerja 3-5 menit.Kemasan berupa bubuk
putih 0,5-1 gram dan larutan suntik intravena 20,50 atau 100 mg/ml.

c.       Antagonis Pelumpuh Otot Nondepolarisasi


Prostigmin
Prostigmin merupakan antikolinesterase yang dapat mencegah hidrolisis dan
menimbulkan akumulasi asetilkolin. Prostigmin mempunyai efek nikotinik,
muskarirnik dan merupakan stimulan otot langsung. Efek musakrinik
diantaranya bradikardia, hiperperistaltik, spasme saluran cerna, pembentukan
sekret jalan napas dan liur, bronkospasme, berkeringat, miosis dan kontraksi
vesika urinaria.

13
3. OBAT ANESTESI INHALASI
Teknik pemberian obat inhalasi :
a.sistem terbuka
Cairan terbang(eter,kloroform,trikloretilen) diteteskan tetes
demi tetes ke atas helai kain kasa dibawah suatu kap dari kawat yang
menutupi mulut dan hidung pasien
b.sistem tertutup
Suatu mesin khusus menyalurkan suatu campuran gas dengan
oksigen ke dalam suatu kap dimana sejumlah CO2 dari ekshalasi
dimasukkan kembali.
c.insuflasi
Gas atau uap ditiupkan kedalam mulut atau tenggorok dengan
perantaraan suatu mesin.

Zat-zat yang tergolong obat Anestesi Inhalasi adalah: 


Dinitrogen Oksida (N2O)
N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iriatif, tidak
berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah terbakar, dan tidak bereaksi dengan
soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi umumnya
dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60%: 40%, 70%:30%, dan 50%:50%.
Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan perbandingan
20%:80%, untuk induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%. N2O sangat
berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum,
obstruksi,emboli udara dan timpanoplasti.

Halotan
Halotan merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah
menguap, tidak mudah terbakar,tidak bereaksi dengan soda lime, dan  mudah
diuraikan cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali
eter atau 2 kali kloroform.Keuntungan pengguanaan halotan adalah induksi
cepat dan lancar, tidak mengiritasi jalan napas, bronkodilatassi, pemulihan
cepat, proteksi terhadap syok, jarang menyebabkan mual, tidak
mudah. Kerugian adalag sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis,
analgesi dan relaksasi yang kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik

14
dan relaksan, harga mahal, menimbulkan hipotensi, aritmia, meningkatkan
tekanan intrakranial, menggigil pasca anestesi dan hepatotoksik. Overdosis
relatif mudah terjadi dengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat
menyebabkan kematian.

Etil klorida. 
etil klorida merupakan cairan tidak berwarna, sangat mudah menguap, dan
mudah terbakar. Anestesi dengan etil klorida cepat terjadi namun juga cepat
hilang. Induksi dapat dicapai dalam 0,5-2 menit dengan waktu pemulihan 2-3
menit sesudah pemberian anestesi dihentikan. Etil klorida sudah tidak
dianjurkan lagi untuk digunakan sebagai anestesi umum, namun hanya untuk
induksi dengan memberikan 20-30 tetes pada masker selama 30 detik. Pada
sistem tetes terbuka (open drop), etil klorida disemprotkan ke sungkup dengan
volume 3-20 ml yang menghasilkan uap ± 3,5-5% sehingga pasien  tidak
sadar dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan obat lain seperti eter. Etil
klorida juga digunakan sebagai anestetik local dengan cara
menyemprotkannya pada kulit sampai beku.

Etil (dietil eter).
Eter merupakan cairan tidak berwarna, mudah menguap, berbau khas,
mengiritasi saluran napas, mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi
dengan soda lime absorber, dan dapat terurai oleh udara serta cahaya. Eter
merupakan obat anestetik yang sangat kuat sehingga pasien dapat memasuki
setiap tingkat anestesi. Eter merupakan obat anestetik yang sangat kuat
sehingga pasien dapat memasuki setiap tingkat anestesi.
Eter dapat digunakan dengan berbagai metoda anestesi. Pada penggunaan
secaraopen drop  uap eter akan turun ke bawah karena 6-10 kali lebih berat
dari udara. Penggunaan secara semi closed method dalam kombinasi dengan
oksigen dan N2O tidak dianjurkan pada operasi dengan tindakan kauterasi.
Keuntungan penggunaan eter adalah murah dan mudah didapat, tidak perlu
digunakan bersama dengan obat-obat lain karena telah memenuhi trias
anestesi, cukup aman dengan batas keamanan yang lebar, dan alat yang
digunakan cukup sederhana. Kerugiannya adalah mudah meledak/terbakar,
bau tidak enak, mengiritasi jalan napas, menimbulkan hipersekresi kelenjar
ludah, menyebabkan mual dan muntah, serta dapat menyebabkan

15
hiperglikemia. Jumlah eter yang dibutuhkan tergantung dari berat badan dan
kondisi penderita, kebutuhan dalamnya anestesi dan teknik yang digunakan.
Dosis induksi 10-20% volume uap eter dalam oksigen atau campuran oksigen
dan N2O. dosis pemeliharaan stadium III 5-15% volume uap eter.

Enfluran (ethran).
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah
menguap, tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi
dengan enfluran cepat dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan
muntah serta masa pemulihannya cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi
dengan O2atay campuran N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.

Isofluran (forane)

Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mutdah


terbakar. Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan
tidak terangsang oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat.
Namun, harga obat ini mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau campuran
N2-O2. Dosis rumatan 0,5-3%.

Sevofluran
Obat anestetik ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukai
intuk induksi inhalasi. Induksinya enak, dan cepat terutama pada anak. Dosis
induksi 6-8 vol%. Dosis rumatan 1-2 vol%.

4. OBAT ANESTESI INTRAVENA


Natrium Tiopental (thiopental, pentotal). 
Thiopental berupa bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan
dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5%. Indikasi pemberian
tiopental adalah induksi anestesi umum, operasi/tindakan yang
singkat (reposisi fraktur, insisi, jahit luka, dilatasi serviks, kuretase),
sedasi pada anelgesi regional, dan untuk mengatasi kejang-kejang
eklampsia atau epilepsy. Kontra indikasinya adalah status asmatikus,
porfiria, syok, anemia, disfungsi hepar, dispnu berat, asma bronchial,
versi ekstraksi, miastemia gravis, dan riwayat alergi terhadap
tiopental. Keuntungan penggunaan tiopental adalah induksi mudah
dan cepat, tidak ada delirium masa pemulihan cepat, tidak ada iritasi

16
mukosa jalan napas, sedangkan kerugiannya adalah dapat
menyebabkan depresi pernapasan, depresi kardiovaskuler, cenderung
menyebebkan spasme laring, relaksasi otot perut kurang, dan bukan
analgetik. Dosis induksi tiopental 2,5% adalah 3-6 mg/kgBB
intravena. Dosis sedasi 0,5-1,5 mg/kgBB.

Ketamin. 
Ketamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general
anaesthetic. Indikasi pemakaian kentamin adalah prosedur dengan
pengendalian jalan napas yang sulit, prosedur diagnosis, tindakan
ortopedi, pasien resiko tinggi, tindakan operasi sibuk, dan asma.
Kontra indikasinya adalah tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolic
100 mmHg. Riwayat penyakit serebrovaskular, dan gagal jantung.
Dosis induksi 1-4mg/kgBB intravena dengan dosis rata-rata 2
mg/kgBB untuk lama kerja 15-20 menit, dosis tambahan 0,5
mg/kgBB sesuai kebutuhan. Dosis pemberian intramuscular 6-13
mg/kgBB, rata-rata 10 mg/kgBB untuk lama kerja 10-25 menit.

Droperidol  (dehidrobenzperidol, droleptan). 


Droperidol adalah turunan butirofenon dan merupakan antagonis
reseptor dopamine. Droperidol digunakan sebagai premedikasi
(antiemetic yang baik) dan sedasi pada anestesi regional. Obat
anestetik ini juga dapat digunakan untuk membantu prosedur
intubasi, broskoskopi, esofagoskopi, dan gastroskopi. Droperidol
dapat menimbulkan reaksi ekstrapiramidal yang dapat diatasi dengan
pemberian difenhidramin. Dosis antimuntah droperidol 0,05
mg/kgBB (1,25-2,5 mg) intravena. Dosis premadikasi 0,04-o,07
mg/kgBB intravena. Dosis analgesi neuroleptik 0,02-0,07 mg/kgBB
intravena.

Dripivan  (diisopropil fenol, propofol). 


Propofol adalah campuran 1% obat dalam air dan emulsi berisi 10%
minyak kedelai, 2,25% gliserol, dan lesitin telur. Propofol
menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Dosis
induksi 1-2,5 mg/kgBB . Dosis rumatan 500 ug/kgBB/menit infus.
Dosis sedasi 25-100 ug/kgBB/menit infus. Sebaiknya menyuntikkan

17
obat anestetik ini pada vena besar karena dapat menimbulkan nyeri
pada pemberian intravena.

5. OBAT ANESTESI REGIONAL


Obat anestesi regional/local adalah obat yang menghambat hantaran
saraf bila dikennakan secara local. Anestesi local ideal adalah yang tidak
mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar,
mula kerja singkat, masa kerja cukup lama, larut dalam air, stabil dalam
larutan, dapat disterikan tanpa mengalami perubahan, dan efeknya
reversible.

Lidokain.
  Lidokain (lignokain, xylocain) adalah anestetik local kuat yang
digumakan secara topkikal atau suntikan. Efek anestesi terjadi lebih
cepat, kuat, dan ekstensif dibandingkan prokain. Larutan lidokain
0,25-0,5% dengan atau tanpa adrenalin digunakan untuk anestesi
infiltrasi sedangkan larutan 1-2% untuk anestesi blok dan topical.
Untuk anestesi permukaan tersedia lidokain gel 2%, sedangkan pada
analgesi/anestesi lumbal digunakan larutan lidokain 5%.

Bupivakain.
  Bupivakain adalah anestetik golongan amida dengan mula
kerja alambat dan masa kerja panjang. Untuk anestesi blok digunakan
larutan0,25-0,50% sedangkan untuk anestesi spinal dipakai larutan
0,5%.

( Wulandari Dyah Ayu, 2011)

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai


tindakan yang meliputi pemeberian anestesi ataupun analgesi, pengawasan
keselamatan pasien dioperasi atau tindakan lainnya, bantuan hidup (resusitasi),
perawatan intensif pasien gawat, pemeberian terapi inhalasi, dan penanggulangannya
nyeri menahun.
Anestesi dibagi menjadi 2 yaitu anestesi umum dan anestesi lokal. Anestesi
umum merupakan Anestesi Umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel).
Komponen trias anestesi ideal terdiri dari hipnotik, analgesi dan relaksasi otot. Dan
anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan nyeri/ sakit secara lokal tanpa disertai
hilangnya kesadaran. 
Obat anestesi dibedakan menjadi 5, yaitu: Obat Premedikasi, Obat Pelumuh
Otot,  Obat Anestesi Inhalasi,  Obat Anestesi Intraven, Obat Anestesi Regional/Lokal.

DAFTAR PUSTAKA

19
Dionne Ra, Phero JC, 2002.

Johnson CG, 1985.

Sarumpet Venny, 2012.

Sunaryanto Andik, 2014.

Mirawati Ellis dkk, 2013.

Wulandari Dyah Ayu, 2011.

20

Anda mungkin juga menyukai