MATERI DASAR 2
KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah rightsizing yaitu
upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah agar lebih proporsional,
datar, transparan, hierarki yang pendek dan terdesentralisasi
kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi dan
menyesuaikan organisasinya kearah hemat struktur kaya fungsi dengan
membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional.
Upaya ini sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Pokok – Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil
diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu sehingga terbatasnya
jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi solusinya.
IV. METODE
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator harus memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
b. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi dan pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 3. Diskusi
Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dalam instansi masing-
masing mengenai kebijakan jabatan fungsional
b. Fasilitator merangkum hasil diskusi peserta
Pokok Bahasan 1.
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A. Dasar Hukum
Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974), menyatakan bahwa PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu dalam menyelenggarakan tugas pemerintah dan
pembangunan. Dengan demikian setiap Pegawai Negeri Sipil harus
mempunyai jabatan dan pangkat yang terdiri dari jabatan struktural
dan jabatan fungsional. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas
pemerintah dan pembangunan, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang
profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan
yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier
yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Pengertian
Jabatan Struktural merupakan jabatan yang secara jelas tertera dalam
struktur organisasi, tugas memimpin dan memanage serta
mempunyai kode etik. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara.
Pokok Bahasan 2.
TATA KELOLA KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
3) Kendala
Kendala dalam proses penyempurnaan/revisi jabatan fungsional
maupun pembentukan jabatan fungsional baru adalah koordinasi
lintas sektor dimana untuk menyatukan dan mempertemukan
pihak-pihak yang saling berkepentingan terkendala oleh jadwal
kerja yang cukup padat serta jumlah jabatan fungsional yang cukup
banyak dimana hingga saat ini telah terdapat 114 jabatan
fungsional.
VIII. REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
3. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 34/PRT/M/2007 tentang
Pembinaan Jabatan Fungsional di Lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum.
6. Tim Biro Hukum dan Organisasi. Profil Jabatan Fungsional Bidang
Kesehatan. Biro Hukum dan Organisasi setjen Depkes RI. Jakarta.
2008
MATERI INTI 1
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
I. DESRIPSI SINGKAT
Sejalan dengan arah perkembangan organisasi pemerintah termasuk
organisasi kesehatan, yaitu mengarah pada organisasi yang semakin
ramping dalam struktur akan tetapi kaya dalam fungsi. Sebagaimana
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Tentang
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, Kementerian Kesehatan dalam
menyiapkan Pegawai Negeri Sipil yang ditugaskan untuk melaksanakan
kegiatan atau pelayanan di bidang kesehatan sesuai dengan profesinya
telah menetapkan 28 jenis jabatan fungsional kesehatan.
Setiap tim penilai jabatan fungsional harus memahami secara jelas dan
benar tentang jabatan fungsional kesehatan. Untuk kesamaan persepsi
dari setiap tim penilai jabatan fungsional maka disusun modul jabatan
fungsional kesehatan yang berisi tentang pengertian dan tugas pokok,
fungsi, jenjang dalam jabatan fungsional kesehatan, Hak dan Kewajiban,
jenis-jenis jabatan fungsional kesehatan yang dirangkum dari peraturan
yang ada di masing-masing jabatan fungsional kesehatan. Materi
diuraikan dalam bahasa yang sesederhana mungkin, sesuai dengan
bahasa modul dan disertai lembar kerja dengan tujuan memudahkan
fasilitator dan peserta pelatihan memahami tentang jabatan fungsional
kesehatan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
18
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
IV. METODE
CTJ
Curah pendapat
Langkah 1. Pengkondisian
Kegiatan fasilitator :
a. Memperkenalkan diri dan menciptakan suasana nyaman serta
mendorong kesiapan peserta untuk menerima materi.
b. Menyampaikan agenda pembelajaran.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran bahwa diakhir sesi peserta harus
mampu memahami tentang jabatan fungsional kesehatan.
Kegiatan peserta :
a. Menyepakati agenda pembelajaran yang disampaikan fasilitator.
b. Menjadikan tujuan pembelajaran yang disampaikan fasilitator sebagai
acuan.
yang berlaku.
Kegiatan peserta :
a. Memberikan jawaban atas pertanyaan fasilitator dengan
menggunakan lembar kerja yang tersedia.
b. Bersama dengan fasilitator mencocokkan jawaban dengan peraturan
yang berlaku.
Kegiatan peserta:
a. Berikan komentar obyektif (kritik) Anda, hanya menyampaikan yang
terlihat dan terdengar, positif.
b. Selain komentar, Anda dapat juga menyampaikan rekomendasi secara
lisan atau tertulis.
Pokok Bahasan 1.
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A. Pengertian
Jabatan fungsional kesehatan adalah kedudukan yang menunjukkan
tugas, tanggung jawab dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam
satu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan keterampilan tertentu secara mandiri.
B. Kedudukan
Pejabat fungsional kesehatan berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional sesuai dengan jenis jabatan fungsional kesehatannya di
lingkungan Kementerian Kesehatan dan instansi lainnya.
Pokok Bahasan 2.
PENGANGKATAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A. Inpassing
PNS yang pada saat ditetapkan Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB telah dan masih
melaksanakan tugas sesuai tupoksi.
Ijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan
masing-masing jabatan fungsional kesehatan;
Pangkat paling rendah sesuai ketentuan masing-masing jabatan
fungsional kesehatan;
Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
B. Pengangkatan Pertama
Pengangkatan untuk mengisi lowongan formasi melalui
pengangkatan CPNS
Ijazah sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang ditentukan
masing-masing jabatan fungsional kesehatan;
Pangkat paling rendah sesuai ketentuan masing-masing jabatan
fungsional kesehatan;
Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.
Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional
kesehatan.
Pokok Bahasan 3.
KENAIKAN JABATAN DAN PANGKAT FUNGSIONAL
A. Kenaikan Jabatan dapat dipertimbangkan setiap kali dengan
ketentuan :
Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir;
Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan
setingkat lebih tinggi;
Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan
dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) paling rendah
bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir;
Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional
kesehatan.
Pokok Bahasan 4.
PEMBEBASAN SEMENTARA, PENGANGKATAN KEMBALI DAN
PEMBERHENTIAN
A. Pembebasan Sementara
Tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang ditentukan,
disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional
kesehatan;
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau tingkat berat atau
berupa jenis hukuman disiplin penurunan pangkat;
Diberhentikan sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil;
Ditugaskan secara penuh di luar jabatan fungsional kesehatan;
Cuti di luar tanggungan negara;
B. Pengangkatan Kembali
Jabatan fungsional kesehatan yang telah selesai menjalani
pembebasan sementara dapat diangkat kembali dalam jabatannya
disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional
kesehatan.
C. Pemberhentian
Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak dibebaskan sementara
dari jabatannya tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
ditentukan;
Dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian
sebagai PNS (PP No. 30 Tahun 1980) dan telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap, kecuali hukuman disiplin berat
berupa penurunan pangkat;
Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional
kesehatan.
VIII. REFERENSI
1. UU No. 43 Tahun 1999 tentang Pokok – pokok Kepegawaian
2. PP No. 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No. 16 Tahun 1994
tentang Jabatan Fungsional PNS
3. Kepmenpan/Permenpan masing-masing jenis Jabatan Fungsional
Kesehatan dan Angka Kreditnya.
4. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan masing-masing
jenis Jabatan Fungsional Kesehatan dan Angka Kreditnya.
MATERI INTI 2
PENGORGANISASIAN TIM PENILAI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Tenaga fungsional kesehatan tersebar di berbagai instansi, mulai yang
bertugas di kantor Pusat Kementerian Kesehatan, Kantor Dinas
Kesehatan Propinsi, Kabupaten/Kota dan UPT/UPTD. Konsekuensi logis
dengan banyaknya tenaga fungsional di bidang kesehatan membawa
pengaruh terhadap mekanisme proses kenaikan pangkat pegawai yang
memilih berkarier di bidang jabatan fungsional.
IV. METODE
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah Pembelajaran:
a. Fasilitator harus memperkenalkan diri dengan menyebutkan
namanya, instansi tempat bekerja dan materi yang akan disampaikan.
b. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi dan pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 3. Diskusi
Langkah Pembelajaran:
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dalam instansi masing-
masing mengenai pengorganisaian tim penilai
b. Fasilitator merangkum hasil diskusi peserta
Pokok Bahasan 1.
TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A. Pengertian
Tim penilai jabatan fungsional kesehatan adalah tim yang dibentuk
dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka
kredit untuk melaksanakan penilaian angka kredit atas dasar Daftar
Usul Penetapan Angka Kredit dari Pejabat Fungsional bidang
kesehatan.
Pokok Bahasan 2.
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN
Pokok Bahasan 3.
KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI TIM PENILAI
TIM
KEDUDUKAN TUGAS POKOK FUNGSI
PENILAI
TIM
KEDUDUKAN TUGAS POKOK FUNGSI
PENILAI
PROPINSI Kantor Dinas 1. Membantu 1. Melakukan verifikasi
Kesehatan Kadinkes propinsi terhadap hasil penilaian
Propinsi dalam tim penilai kab/kota.
melaksanakan 2. Menentukan besarnya
penilaian & angka kredit yang
penetapan angka diperoleh pejabat
kredit pejabat fungsional kesehatan
fungsional dari hasil prestasi kerja
kesehatan Gol.III/a dalam melaksanakan
s.d III/d. butir kegiatan jabatan
2. Melaksanakan tugas fungsional kesehatan.
lain yang berkaitan 3. Mengumpulkan hasil
dengan pelaksanaan rapat tim penilai
jabatan fungsional propinsi kepada
kesehatan di Kadinkes propinsi atau
wilayah kerjanya. pejabat yang ditunjuk
berupa angka kredit
yang telah dituangkan
dalam blanko PAK
untuk ditandatangani.
4. Melakukan monitoring
pelaksanaan jabatan
fungsional kesehatan di
wilayah kerjanya.
5. Melaporkan hasil
pelaksanaan jabatan
fungsional di wilayah
kerjanya setiap tahun.
TIM
KEDUDUKAN TUGAS POKOK FUNGSI
PENILAI
KABUPA Kantor Dinas 1. Membantu 1. Melakukan verifikasi
TEN/ Kesehatan Kadinkes terhadap hasil penilaian
KOTA Kabupaten/Ko Kabupaten dalam tim penilai pembantu
ta melaksanakan jika diperlukan.
penilaian & 2. Menentukan besarnya
penetapan angka angka kredit yang
kredit pejabat diperoleh pejabat
fungsional fungsional kesehatan
kesehatan Gol.III/a dari hasil prestasi kerja
s.d III/d. dalam melaksanakan
2. Melaksanakan tugas butir kegiatan jabatan
lain yang berkaitan fungsional kesehatan.
dengan pelaksanaan 3. Mengumpulkan hasil
jabatan fungsional rapat tim penilai
kesehatan di pembantu berupa
wilayah kerjanya. angka kredit yang telah
dituangkan dalam
blangko PAK untuk di
tandatangani.
4. Melaporkan hasil
pelaksanaan jabatan
fungsional di wilayah
kerjanya setiap tahun.
TIM
KEDUDUKAN TUGAS POKOK FUNGSI
PENILAI
PEMBAN Unit kerja 1. Mengusulkan hasil 1. Melaksanakan
TU/ masing- penghitungan penghitungan angka
UNIT masing angka kredit ke kredit jabfungkes.
KERJA tingkat yang lebih 2. Mengajukan DUPAK
tinggi. untuk penetapan angka
2. Melaporkan kredit ke tingkat yang
pelaksanaan lebih tinggi.
jabfung yang
dilakukan pada
unit/wilayah
kerjanya kepada Tim
Penilai Propinsi dan
Kabupaten/Kota
setiap tahun.
VIII. REFERENSI
MATERI INTI 3
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
I. DESKRIPSI SINGKAT
Membuat karya ilmiah bagi pemangku jabatan fungsional merupakan
salah satu kegiatan pokok yang mempunyai nilai kredit yang relatif
tinggi. Karya ilmiah yang diciptakan selain dalam bentuk suatu model,
juga harus dituangkan dalam bentuk tulisan atau disebut juga karya tulis.
Sebagai seorang profesional tentunya pemangku jabatan fungsional
harus memahami berbagai bentuk karya tulis dan terlebih lagi bagi tim
penilai angka kredit jabatan fungsional harus benar-benar memahami
apakah tulisan yang dinilai merupakan suatu karya ilmiah yang murni,
oleh karena itu pada modul ini akan diawali dengan membahas tentang
filosofi ilmu pengetahuan. Berdasarkan filosofi tersebut akan dibahas
ciri-ciri berbagai jenis karya tulis baik dalam bentuk resensi, laporan buku,
skripsi, tesis, disertasi, artikel, makalah, berita, laporan penelitian dan
esei.
IV. METODE
Langkah 1. Pengkondisian
Kegiatan fasilitator.
Agar substansi ini dapat dipahami sepenuhnya oleh peserta, ciptakan
suasana belajar yang rileks, menyenangkan dan dapat memotivasi
peserta untuk mengikuti sesi ini. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada sesi ini dan menggali pengetahuan peserta
tentang jenis-jenis karya tulis dan prinsip penilaiannya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
40
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Untuk sub pokok bahasan definisi dan jenis-jenis karya tulis, dengan
metode brainstorming fasilitator menuliskan apa yang telah diketahui
peserta. Di akhir satu pokok bahasan fasilitator hanya melengkapi apa
yang telah dikemukakan oleh peserta tentang definisi dan jenis-jenis
karya tulis. Untuk mempermudah, tayangkan skema jenis-jenis karya tulis
yang pada garis besarnya dibedakan dalam 2 klasifikasi, yaitu fiksi dan
non fiksi.
Langkah 3. Penutup
Berdasarkan penilaian hasil penugasan, fasilitator memberikan ulasan
tentang hasil tersebut dan hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus
dalam mengenali karya tulis dan penilaiannya dengan kalimat yang relatif
singkat. Dan ulasan ini juga dapat merupakan kesimpulan dari sesi ini.
Pokok Bahasan 1.
KARYA TULIS/KARYA ILMIAH
Ciri kedua dari berpikir adalah adanya unsur analitis, dengan logika
yang ada ketika berpikir, maka kegiatan berpikir itu secara
sendirinya mempunyai sifat analitis. Sifat analitis ini merupakan
konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu. Berpikir secara
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
42
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
2) Karya Tulis
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam karya tulis terjadi
proses berpikir yang berdasarkan ilmu yang dimiliki. Karya tulis
atau karangan merupakan bentuk yang dipersembahkan kepada
orang lain, dengan berbagai tujuan baik sebagai bahan laporan
maupun untuk tujuan lainnya. Suatu karya tulis akan lebih
bermakna bila dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang
membacanya, dan bila mungkin dapat juga tersebar meluas sesuai
dengan sasaran dan target audiensnya. Suatu karya tulis yang baik
tentunya menguraikan pokok bahasan yang diminati pembacanya
dan teknik penulisan menganut pada sistematika baku sesuai
dengan bentuk dari tiap jenis karya tulis.
Pada modul ini tidak semua karya tulis akan dibahas, tetapi hanya
karya tulis yang banyak disusun berkaitan dengan jabatan fungsional
kesehatan yaitu terutama dari kelompok karya tulis ilmiah yang jenis-
jenisnya adalah sebagai berikut :
Karya Tulis Kesarjanaan:
Paper
Skripsi
Karya Tulis Tesis
Kependidikan Disertasi
Karangan Referensi:
Kamus
Ensiklopedi
1) Karya Tulis
Karya tulis merupakan uraian tentang kegiatan, temuan atau
informasi yang berasal dari data primer atau data sekunder dan
disajikan untuk tujuan serta sasaran tertentu. Penyusunan karya
tulis dimaksudkan untuk menyebarkan hasil tulisan atau laporan
dengan tujuan tertentu, sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang
lain yang tidak terlibat dalam kegiatan penulisan tersebut. Jadi
sasaran penulisan karya tulis ilmiah adalah untuk masyarakat
tertentu seperti para ilmuwan, masyarakat luas baik perorangan
maupun kelompok dan pemerintah atau lembaga tertentu.
Secara umum karya tulis terdiri atas karya tulis ilmiah dan karya
tulis non ilmiah. Dengan membaca uraian modul ini pembaca akan
lebih memahami mana yang dapat dinilai sebagai karya tulis ilmiah
dan karya tulis non ilmiah.
3) Paper
Paper adalah karya ilmiah yang berisi ringkasan atau resume dari
mata diklat tertentu. Maksud pembuatan paper adalah melatih
peserta diklat untuk mengambil intisari dari mata kuliah. Pada
paper materi tulisannya masih sederhana, yaitu hanya berupa
catatan poin-poin yang dianggap penting dari mata diklat yang
dirangkai menjadi suatu karya tulis agar mudah dimengerti dan
dipahami.
4) Makalah Ilmiah
Makalah ilmiah adalah karya tulis yang disusun berdasarkan
informasi, data atau hasil penelitian yang ditujukan untuk kalangan
pembaca tertentu dan atau pada kejadian (event) tertentu pula.
Makalah ilmiah ini bisa digunakan sebagai masukan untuk
keputusan yang akan diambil oleh pembaca.
5) Makalah Semesterial
Makalah semesterial atau yang sering dikenal dengan diktat
biasanya disusun oleh dosen atau fasilitator. Penulisan makalah ini
biasanya berhubungan dengan kegiatan pendidikan, dan
merupakan rangkuman dalam suatu periode pendidikan seperti
semester atau triwulan. Makalah ini bisa disusun berdasarkan hasil
penelitian atau tanpa penelitian.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan analisis mahasiswa dalam meningkatkan ketrampilan
tertentu.
c) Jurnal Penelitian
Jurnal penelitian adalah buku yang berisi kurva ilmiah yang
terdiri dari hasil penelitian dan buku. Penertiban jurnal
penelitian ini harus teratur dan mendapatkan nomor dari
Perpustakaan nasional berupa ISSN (International Standar Serial
Number).
Pemuatan naskah hasil penelitian dalam jurnal penelitian tidak
sama dengan laporan hasil penelitian. Dalam jurnal penelitian
pemuatan hasil penelitian lebih dipadatkan sehingga lebih
efisien, namun dalam penulisannya tetap menggunakan prinsip-
prinsip pemikiran ilmiah, hanya tidak perlu diberi lampiran, dan
kata pengantar.
Bentuk Artikel
Bila anda mengetahui bentuk artikel akan membantu penilai
dalam menentukan arah pesan, berikut beberapa bentuk
artikel:
(1) How – to : bentuk artikel ini lebih banyak menunjukkan
bagaimana cara mengatasi satu masalah yang paling baik
dan efisien. Misalnya “13 Rahasia Mengatur Pekerjaan”.
(2) Personal Experience : bentuk artikel yang memuat
pengalaman langsung yang dialami penulisnya. Misalnya
“Menakulkan gunung tertinggi di dunia”.
(3) Self – help : bentuk artikel ini menekankan pada petunjuk
dan pedoman yang bersifat psikologis. Misalnya
“Memanfaatkan hari libur untuk mencari uang”.
(4) Profil : bentuk artikel ini memuat potret pribadi atau kaum
profesional yang sudah dikenal. Jenis artikel ini berfungsi
menghibur atau mengenal lebih dalam, menautkan emosi
dan mendalami jiwa atau pribadi dari seorang tokoh.
(5) Round up, survey : artikel ini memuat gabungan berbagai
pendapat, saran, gagasan, atau komentar beberapa tokoh
yang dirangkum menjadi satu untuk menanggapi
permasalahan yang timbul. Artikel ini biasanya berisi
komentar, renungan, informasi terbaru atau petunjuk dan
saran.
(6) Bentuk lainnya seperti humor, general interest kiranya tidak
perlu dibahas disini karena kurang berkaitan dengan
jabatan fungsional kesehatan.
c) Laporan
Laporan adalah uraian tertulis dari hasil pengamatan langsung
atau sumber data primer yang biasanya penulis membuat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
50
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
d) Terjemahan/Saduran
Salah satu kegiatan yang terdapat pada jabatan fungsional
sebagai salah satu bentuk karya tulis adalah penerjemahan.
Translation atau penerjemahan didefinisikan melalui berbagai
cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda.
Sebagai landasan digunakan definisi dari Catford (1965) yang
menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan
penerjemahan dan mendefinisikan sebagai berikut : mengganti
bahasa teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang
sepadan dalam bahasa sasaran. Newmark (1988)
mendefinisikan penerjemahan adalah menerjemahkan makna
suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
dimaksudkan pengarang.
Pada kedua definisi di atas terdapat arti “mengganti” yang
dimaksudkan adalah penerjemah menyampaikan kembali isi
sebuah teks dalam bahasa lain. Penyampaian ini bukan sekedar
kegiatan penggantian karena penerjemah melakukan
komunikasi baru. Melalui hasil kegiatan komunikasi tersebut
penerjemah melakukan upaya membangun “jembatan makna”
antara produsen teks sumber dan pembaca teks sasaran. Bila
kita membaca terjemahan akan diketahui terdapat
penerjemahan sebagai kegiatan penggantian bahasa, yang
biasanya dilihat dari aspek bahasa Indonesia terasa kaku,
misalnya dalam penulisan surat berbahasa Inggris, pengirim
surat diakhir surat menuliskan : Yours Faithfully dengan nama
pengirim dibawahnya. Bila diartikan secara harfiah adalah Yours
Faithfully sama artinya “Dengan sesungguhnya”, sedangkan
penerjemah lain dengan menggunakan pendekatan “jembatan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah : memuat alasan teoritik dan faktual,
mengapa permasalahan tersebut perlu dijawab melalui kegiatan
penelitian.
B. Rumusan Masalah : memuat pertanyaan kritis atau argumentasi
yang fleksibel yang diambil intinya dari pernyataan umum dari
masalah penelitian. Rumusan pertanyaan ini harus dapat
dioperasionalkan dalam suatu penelitian.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
3) Sistematika Makalah
a) Pendahuluan : di bagian ini dikemukakan persoalan yang akan
dibahas meliputi latar belakang masalah, masalah, prosedur
pemecahan masalah dan sistimatika uraian.
b) Isi : mengungkapkan berbagai hal dalam menjawab masalah
yang dibahas. Bagian isi ini dapat terdiri dari beberapa bagian.
c) Kesimpulan : adalah makna yang diberikan penulis, terhadap
hasil diskusi yang telah dilakukannya dalam bagian ini.
5) Komposisi Artikel
Dalam penulisan ilmiah dikenal dengan sistematika penulisan,
sedangkan pada penulisan artikel disebut komposisi. Setidaknya
ada 4 komposisi atau disebut juga bangun, karena sebenarnya
sebuah artikel tidak ubahnya satu bentuk bangunan.
Bangun I terdiri dari Lead, Prolog, Intro, atau Teras yang umumnya
disebut dengan pembuka. Bangunan I ini berisi uraian berisi uraian
aktual yang penting untuk dijadikan pijakan untuk pembahasan
artikel berikutnya. Uraian aktual ini berupa uraian peristiwa,
pernyataan, rangkuman kejadian, atau kutipan kata bernyali.
Pokok Bahasan 2.
PRINSIP PENILAIAN KARYA TULIS/ILMIAH SESUAI DENGAN JENIS
JABATAN FUNGSIONALNYA
60 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 NILAI
KATEGORI NILAI BOBOT
(KURANG) (CUKUP) (BAIK) (BAIK SEKALI) BOBOT
1. Sistimatika Hanya isi saja Hanya terdapat 2 Memenuhi semua Memenuhi semua 1
Penulisan komponen dari sistematika penulisan sistematika
sistimatika Proporsi antar penulisan
penulisan komponen tidak Proporsi antar
(Pendahuluan + isi sesuai komponen sesuai
atau isi + penutup)
2. Isi : Kesesuaian Tidak ada yang Satu point sesuai Dua point Ketiga komponen 3
sesuai dengan dengan esensi buku (pendahuluan, isi atau (pendahuluan, isi,
esensi buku isi dan penutup) dan penutup) sesuai
dengan buku
3. Bahasa 2
a. Kesesuaian 50 – 60% sesuai 61 – 75% sesuai 76 – 85% sesuai dengan 86 – 100% sesuai
dengan dengan dengan ketentuan ketentuan bahasa dengan ketentuan
tatabahasa ketentuan bahasa bahasa
dan kaidah bahasa
Bahasa
Indonesia
60 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 NILAI
KATEGORI NILAI BOBOT
(KURANG) (CUKUP) (BAIK) (BAIK SEKALI) BOBOT
b. Penulisan 50 – 60% sesuai 61 – 75% sesuai 76 – 85% sesuai dengan 86 – 100% sesuai
bahasa asing dengan dengan penulisan penulisan bahasa asing dengan penulisan
penulisan bahasa asing bahasa asing
bahasa asing
4. Konsistensi 3
idea penulisan
a. Konsistensi Tidak ada Konsistensi dalam 1 Konsistensi dalam 2 Konsistensi dalam 2
dalam konsistensi komponen komponen komponen
komponen dalam koponen (pendahuluan & isi atau (pendahuluan isi,
isi + penutup) penutup)
b. Konsistensi Tidak ada Konsistensi antar 1 Konsistensi antar 2 Konsistensi antar 3
antar konsistensi komponen komponen komponen
komponen antar (pendahuluan & isi atau (pendahuluan, isi,
komponen isi + penutup) penutup)
5. Ketentuan 1
penulisan
a. Jumlah Sesuai dengan 1 Sesuai dengan 2 Sesuai dengan 3 point Sesuai dengan 4
halaman point saja point point
minimal 5
halaman
60 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100 NILAI
KATEGORI NILAI BOBOT
(KURANG) (CUKUP) (BAIK) (BAIK SEKALI) BOBOT
b. Spasi 1,5
c. Jenis huruf
arial/times
new roman
size 12
d. Tidak
pernah
diterbitkan
di forum/
media cetak
lain
TOTAL
4) Penilaian Berita
Dalam memberikan penilaian tentang berita bahasa surat kabar
merupakan variasi tersendiri. Adapun ciri-ciri khusus di dalam
penulisan surat kabar adalah:
a) Judul-judul yang digunakan di dalam setiap bagian surat kabar
merupakan bagian terpenting atau sesuatu hal yang menarik
orang lain untuk mengetahui berita itu secara lengkap dan
tertarik untuk membacanya.
b) Penggunaan bahasa di dalam surat kabar cenderung singkat
dan hemat, tentu saja menghindari penggunaan kata-kata yang
tidak perlu atau mubazir.
c) Bagian yang merupakan inti berita atau bagian terpenting
biasanya ditempatkan pada awal karangan, sedangkan bagian
penjelas ditempatkan berikutnya, karena pada umumnya
pembaca surat kabar orang yang mempunyai waktu relatif
sedikit.
d) Bagian akhir suatu berita yang bersifat reportase biasanya
mengungkapkan sebagai latar belakang peristiwa yang
diberitakan.
5) Penilaian terjemahan
Pada penilaian terjemahan terdapat tiga aspek yang perlu
diperhatikan yaitu:
- Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian
- Kriteria penilaian
- Cara penilaian
b) Kriteria Penilaian
Suatu penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas,
karena penilaian karya terjemahan adalah relative (berdasarkan
criteria lebih-kurang), maka validitas penilaian dapat dipandang
dari aspek content validity dan face validity. Menilai terjemahan
berarti melihat aspek ini (content) dan aspek yang menyangkut
keterbacaan seperti ejaan (face). Dengan mendasarkan pada
dua jenis validity ini, diharapkan aspek reliabilitas akan dapat
tercapai.
PENUTUP
Karya tulis merupakan salah satu bentuk karya ilmiah yang mempunyai
makna bagi orang lain untuk meningkatkan kemampuannya. Karena
maknanya yang besar maka tim penilai angka kredit jabatan fungsional
harus memahami jenis, sistematika penulisan dari berbagai jenis karya
ilmiah penggunaan bahasanya dan cara penilaiannya agar orang lain
tidak dirugikan.
VIII. REFERENSI
Djuroto Toto & Suprijadi Bambang; Menulis Artikel dan Karya Ilmiah; PT
Remaja Rosda Karya; Bandung; 2003.
Hadiwidjojo Purbo M.M, Menyusun Laporan Teknik; Penerbit ITB;
Bandung; 1993.
Indriati Etty; Menulis Karya Ilmiah-Artikel, skripsi, tesis dan disertasi; PT
Gramedia Pustaka Utama Utama; Jakarta; 2002.
Suherli O. Setiawan Djuhaeri; Panduan Membuat Karya Tulis – Resensi,
Laporan Buku, Skripsi, Tesis, Artikel, Makalah, Berita, Essei; Yrama
Widya; Bandung; 2001.
Wibowo Wahyu; Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak
Dibaca; PT Gramedia Pustaka Utama; Jakarta; 2003.
Wibowo Wahyu; MANAJEMEN BAHASA- Pengorganisasian Karangan
Pragmantik dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi
Bisnis; PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta; 2001.
Widyamartaya A1. & Sudiati Veronica; Dasar-Dasar Menulis Karya Ilmiah;
PT Gramedia Widiasarana Indonesia; Jakarta; 1997.
FKM-UI, Makalah Semesterial.
FKM-UI Program Pasca Sarjana, Bachtiar Adang dan tim fasilitator,
Metodologi Penelitian Kesehatan; Depok; 2000.
Marchall Rochayah: Pedoman Bagi Penerjemah; PT. Grasindo; Jakarta;
2000.
IX. LAMPIRAN
A. LEMBAR PENUGASAN KELOMPOK
B. TUGAS KELOMPOK
Tugas ini dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang.
Bacalah karya tulis ini secara cermat dan berikan penilaian Saudara
dengan menajwab pertanyaan berikut:
1. Tulisan diatas termasuk jenis karya tulis apa? Identifikasi ciri karya
tulis menurut penilaian saudara tersebut atau tuliskan alasan
Saudara mengapa menetapkan jenis karya tulis tersebut.
2. Apakah sistimatikanya sudah sesuai dengan persyaratan suatu
karya tulis? Jelaskan jawaban Saudara.
MATERI INTI 4
ETIKA TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
I. DESKRIPSI SINGKAT
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip
atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan
etika dalam masyarakat sangat mendesak sehingga sangatlah lazim
untuk memasukkan nilai-nilai etika ini kedalam undang-undang atau
peraturan yang berlaku di Negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada
tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-
nilai etika sangat tergantung pada pertimbangan seseorang.
IV. METODE
CTJ
Curah pendapat
Langkah 1. Pengkondisian
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum
pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja dan materi yang akan disampaikan.
b. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan
serta metode pembelajaran yang akan digunakan, sebaiknya
disepakati antara peserta dan fasilitator. Penyampaian tujuan
pembelajaran ini sebaiknya menggunakan bahan tayang.
Pokok Bahasan 1.
ETIKA TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
A. Pengertian
1) Etika
Dari segi etiomologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak).
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan
perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau
buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku
yang dihasilkan oleh akal manusia.
2) Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos
yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai
dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia,
mana yang baik dan mana yang wajar.
1) Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai penilai angka
kredit profesional harus menggunakan pertimbangan profesional
dan moral yang sensitif dalam semua aktifitasnya, penilai angka
kredit melaksanakan suatu peran penting di masyarakat. Mereka
bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk
mengembangkan metode akuntansi dan pelaporan, memelihara
kepercayaan publik dan melaksanakan tanggung jawab profesi.
2) Kepentingan Publik
Penilai angka kredit wajib memberikan pelayanannya bagi
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik dan
menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda
yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya
kepada publik. Penilai angka kredit diandalkan oleh banyak unsur
masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai,
investor dan komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini
mengandalkan obyektifitas dan integritas penilai angka kredit
untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, penilai
angka kredit harus melaksanakan semua tanggung jawab
profesionalnya dengan integritas tertinggi. Perbedaan
karakteristik lainnya dari suatu profesi adalah pengakuan
anggotanya akan kebutuhan memiliki integritas. Integritas
menurut penilai angka kredit bertindak jujur dan terus terang
meskipun dihambat kerahasiaan klien. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi.
Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang berhati-
hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi integritas
tidak dapat mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.
5) Kemahiran
Seorang penilai angka kredit harus melakukan standar teknis dan
etis profesi, terus berjuang meningkatkan kompetensi mutu
pelayanan serta melaksanakan tanggung jawab profesional
dengan sebaik-baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut
penilai angka kredit untuk melaksanakan jasa profesional dengan
sebaik-baiknya. Penilai angka kredit akan menguasai ilmu yang
disyaratkan bagi seorang penilai angka kredit. Kompetensi juga
menuntut penilai angka kredit untuk terus belajar di sepanjang
karirnya.
Pokok Bahasan 2.
ETIKA TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
Etika atau pola sikap dan tingkah laku penilai angka kredit jabatan
fungsional kesehatan yang dituntut dalam bertugas dan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari adalah :
d) Bertanggung jawab
(1) Berbuat selalu berdasarkan yang berlaku serta norma.
(2) Bertanggung jawab terhadap segala resiko yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugasnya.
VIII. REFERENSI
1. Badan Pengawasan Keuangan Pemerntah RI, Modul MA-1110 “Kode
Etik dan Standar Audit” Pusdiklatwas, Jakarta 1998.
2. Badan Pemeriksa Keuangan, Standar Pemeriksaan Auditor; Jakarta,
2007.
3. Departemen Kesehatan RI, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat, Sekjen DepKes RI, Jakarta, 2008.
4. Departemen Pendidikan Nasional RI – Lembaga Administrasi Negara
RI; Modul – 2, Pembinaan Disiplin Diklat Penjenjangan Struktur PNS,
Tim Pengembang Modul Pembinaan Mental, Fisik dan Disiplin,
Jakarta; 2002.
5. Departemen Pendidikan Nasional RI; Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Edisi III, Balai Pustaka, Jakarta; 2002.
6. Lembaga Administrasi Negara RI; Etika Organisasi Pemerintah; LAN
RI, 2006.
MATERI INTI 5
PENILAIAN DUPAK
I. DESKRIPSI SINGKAT
Tugas atau tanggung jawab utama tim penilai angka kredit jabatan
fungsional kesehatan adalah melakukan penilaian terhadap daftar usul
penetapan angka kredit yang diajukan oleh setiap pemangku jabatan
fungsional kesehatan. Hasil penilaian ini sangat penting untuk
kelangsungan proses selanjutnya dalam pengajuan angka kredit bagi
pejabat fungsional kesehatan. Penilaian dapat dilakukan apabila seorang
anggota tim penilai memahami apa yang akan dinilai dan bagaimana
menghitung angka kredit dengan tepat dan benar sehingga dapat
menilai angka kredit yang diusulkan oleh pemangku jabatan fungsional
kesehatan.
Oleh karena itu, setiap Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional
Kesehatan harus memiliki kecepatan, ketepatan, kebenaran, ketelitian,
kecermatan, kesabaran dan kejujuran dalam menilai DUPAK yang
diajukan agar dapat ditetapkan angka kredit yang diperlukan untuk
kenaikan jabatan atau golongan.
IV. METODE
Langkah 1. Pengkondisian
Langkah Pembelajaran:
Langkah 3.Latihan
Langkah Pembelajaran:
a. Fasilitator membagikan berkas DUPAK yang akan dinilai.
b. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan
penilaian terhadap DUPAK yang diusulkan.
c. Fasilitator dan peserta bersama-sama mengoreksi hasil latihan
penilaian (verifikasi) terhadap DUPAK yang diusulkan dan membahas
permasalahan yang terdapat dalam pengusulan DUPAK tersebut.
d. Fasilitator memberikan solusi mengenai masalah yang dihadapi dalam
penilaian DUPAK dan penyusunan laporan.
Pokok Bahasan 1.
MEKANISME PENGAJUAN DUPAK
A. Pengertian
Tata cara pengajuan DUPAK adalah teknik/cara mengajukan angka
kredit yang telah disusun dalam bentuk DUPAK yang telah dilakukan
oleh pemangku jabatan fungsional kesehatan tertentu.
P.B.A.K
Ka. Dinkes
Prop/Kab/Kota
Langkah – langkah:
1) Dupak diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat Tim Penilai
Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota selambat-lambatnya tanggal 10
bulan Februari/Agustus.
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota melakukan
verifikasi untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melakukan
Persiapan Sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
Februari/Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota menyelesaikan
Penilaian PAK selambat-lambatnya akhir bulan Februari/Agustus.
4) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota
menyelesaikan SK PAK dan mengusulkan pembuatan SK Jabatan
Fungsional ke Biro Kepegawaian/BKD selambat-lambatnya tanggal
10 bulan Maret/September.
5) Biro Kepegawaian/BKD menyelesaikan SK Jabatan Fungsional yang
telah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-
lambatnya tanggal 20 bulan Maret/September.
6) Usul Kenaikan Pangkat ke Biro Kepegawaian/BKD selambat-
lambatnya akhir Maret/September.
7) Apabila DUPAK yang masuk ke Sekretariat Tim Penilai Dinas
Kesehatan Prop/Kab/Kota telah melampaui tanggal 20 Februari/
Agustus, maka DUPAK akan diproses untuk periode berikutnya.
Langkah-langkah :
1) Dupak diusulkan oleh Pejabat Pengusul ke Sekretariat Tim Penilai
Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota selambat-lambatnya tanggal 10
bulan Februari/Agustus.
2) Sekretariat Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota melakukan
verifikasi untuk mengecek kelengkapan dokumen dan melakukan
Persiapan Sidang Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 20 bulan
Februari/Agustus.
3) Tim Penilai Dinas Kesehatan Prop/Kab/Kota meneruskan DUPAK ke
Sekretariat Tim Pusat selambat-lambatnya akhir bulan Februari/
Agustus
4) Sekretariat Tim Pusat melakukan verifikasi untuk mengecek
kelengkapan dokumen DUPAK dan melakukan Persiapan Sidang
Tim Penilai selambat-lambatnya tanggal 10 bulan
Maret/September.
5) Tim Penilai Pusat melakukan Penilaian DUPAK yang telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang selambat-lambatnya
tanggal 20 bulan Maret/September.
P.B.A.K
Pim. UPT Depkes
1. Instansi Pusat
MENKES atau Pejabat lain yang ditunjuk selaku Pembina Jabfung
Kesehatan, secara umum Menetapkan PAK Jabfung baik bagi PJF
Pusat/Daerah/Instansi
Pokok Bahasan 2.
PENILAIAN ANGKA KREDIT
Dalam penilaian DUPAK ini ada 2(dua) pokok kegiatan yaitu penilaian
terhadap kelengkapan berkas dan penilaian terhadap ketepatan
angka kredit yang diajukan.
negeri.
(2) Pelatihan, dokumen yang harus ada :
(a) SPMK Pelatihan;
(b) Fotocopy surat tugas;
(c) Fotocopy dari STTPL/sertifikat yang disahkan oleh
penyelenggara diklat atau pejabat pengelola
kepegawaian.
5) Bukti fisik adalah hasil prestasi kerja riil dari pelaksanaan kegiatan
pelayanan/pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat fungsional
kesehatan sebagai data pendukung dokumen.
(seratus);
Diploma III/Sarjana Muda diberikan angka kredit sebesar 60
(enam puluh);
Diploma II diberikan angka kredit sebesar 40 (empat puluh);
SLTA/Diploma I diberikan angka kredit sebesar 25 (dua puluh
lima).
(1) Angka kredit yang diperoleh dari pendidikan formal
dengan ijazah sesuai dengan kompetensi jabatan
fungsional kesehatan yang bersangkutan, dikategorikan
ke dalam kegiatan dari unsur utama. Angka kredit yang
diberikan adalah selisih antara angka kredit dari
pendidikan yang baru dengan angka kredit dari
pendidikan yang lama.
Contoh: Pendidikan lama Sarjana (100 AK), Pendidikan
baru Pasca Sarjana (150 AK). Jadi AK yang dimasukkan
adalah 150 AK – 100 AK= 50 AK.
(2) Angka kredit yang diperoleh dari pendidikan formal
dengan ijazah tidak sesuai dengan kompetensi jabatan
fungsional kesehatan yang bersangkutan, dikategorikan
ke dalam kegiatan dari unsur penunjang. Angka kredit
yang diberikan sesuai dengan angka kredit yang
tercantum dalam unsur penunjang. Contoh: Jabfung
Apoteker (S1), mengambil S2 Biostatistik, karena S2
tidak sesuai dengan kompetensi jabfung Apoteker,
maka pendidikan S2 (Biostatistik) masuk dalam kegiatan
penunjang dan mendapat AK 10.
Ahli
Mengikuti pelatihan
Angka
Butir Kegiatan Bukti yang diperlukan Pelaksana
Kredit
Lebih dari 960
Fc STTPL/ Sertifikat 15 Semua jenjang
jam
641 – 960 jam Fc STTPL/ Sertifikat 9 Semua jenjang
481 – 640 jam Fc STTPL/ Sertifikat 5 Semua jenjang
161 – 480 jam Fc STTPL/ Sertifikat 3 Semua jenjang
81 – 160 jam Fc STTPL/ Sertifikat 2 Semua jenjang
30 – 80 jam Fc STTPL/ Sertifikat 1 Semua jenjang
2. Unsur Pelayanan
Dalam unsur pelayanan, kegiatan, bobot pekerjaan dan
tanggung jawab pelaksanaan menentukan besaran nilai
angka kredit.Untuk pemangku jabatan fungsional terampil
mempunyai wewenang dan tanggung jawab berbeda
dengan pemangku jabatan fungsional ahli, demikian pula
dengan jenjang jabatan dari setiap pemangku jabatan
fungsional terampil atau ahli.
b) Unsur Penunjang
Angka kredit untuk unsur penunjang dalam setiap jenjang
jabatan fungsional nilainya sama.
Contoh : Jabfung Apoteker
Pokok Bahasan 3.
LAPORAN HASIL PENILAIAN ANGKA KREDIT
A. Pengertian
Penyusunan Laporan Hasil Penilaian (Verifikasi) adalah hasil penilaian
DUPAK dan angka kredit yang dituangkan secara tertulis dan rinci
berdasarkan unsur, sub unsur dan butir-butir kegiatan yang diajukan.
Unsur/sub Hasil
Unsur/sub unsur/ AK yang Keterangan
NO NO unsur/butir Penilaian
butir kegiatan diusulkan /Justifikasi
kegiatan AK
Rekomendasi :
……………………………………………………….…………………….
Tim Penilai
Tanda tangan
(Nama Jelas)
VIII. REFERENSI
1. Kepmenkes RI Nomor 153/MENKES/SK/III/2006 tentang Pedoman
Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan di Lingkungan
Departemen Kesehatan.
2. Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Kesehatan di
lingkungan Departemen Kesehatan.
3. Kepmenpan/Permenpan masing-masing Jabatan Fungsional
Kesehatan dan Angka Kreditnya
4. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara tentang Petunjuk Pelaksanaan masing-masing
Jabatan Fungsional Kesehatan dan Angka Kreditnya.
IX. LAMPIRAN
1. Formulir Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) Jabatan
Fungsional Teknisi Elektromedis
2. Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan
3. Formulir Laporan Enam Bulanan
4. Formulir Laporan Harian
5. Panduan Latihan :
Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 3
orang.
Masing-masing kelompok menilai/mengkaji berkas pengajuan
DUPAK yang dibagikan oleh fasilitator.
Setiap kelompok mempresentasikan hasil kajian dan kelompok
yang lain memperhatikan, setelah itu memberikan tanggapan.
Fasilitator memberikan masukan terhadap tanggapan kelompok.
Fasilitator menyimpulkan hasil pembelajaran.
MATERI PENUNJANG. 3
ANTI KORUPSI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan
berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan.
Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi,
sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan di negeri ini.
IV. METODE
Ceramah tanya jawab
c. LCD projector
d. Laptop
e. Whiteboard
f. Spidol
Pokok Bahasan 1.
KONSEP KORUPSI
A. Definisi Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea: 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata
“corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin
tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris),
“corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie” (Belanda).
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi
menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang
busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau
golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
B. Ciri-Ciri Korupsi
Ada 6 ciri korupsi adalah sebagai berikut:
1. dilakukan oleh lebih dari satu orang;
2. merahasiakan motif; ada keuntungan yang ingin diraih;
3. berhubungan dengan kekuasaan/ kewenangan tertentu;
4. berlindung di balik pembenaran hukum;
5. melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum
6. mengkhianati kepercayaan
D. Tingkatan Korupsi
Ada 3 (tiga) tingkatan korupsi seperti uraian di bawah ini
1. Materi Benefit
Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan
material baik bagi dirinya sendiri maupun orang kain. Korupsi pada
level ini merupakan tingkat paling membahayakan karena
melibatkan kekuasaan dan keuntungan material. Ini merupakan
bentuk korupsi yang paling banyak terjadi di Indonesia
2. Aspek Organisasi
Pada aspek organisasi, korupsi terjadi karena kurang adanya
keteladanan dari pimpinan, tidak adanya kultur organisasi yang
benar, sistem akuntabilitas di pemerintah kurang memadai,
kelemahan sistem pengendalian manajemen, serta manajemen yang
lebih mengutamakan hirarki kekuasaan dan jabatan cenderung akan
menutupi korupsi yang terjadi di dalam organisasi.
Pokok Bahasan 2.
KONSEP ANTI KORUPSI
1. Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat
yang sangat penting bagi kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur
pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono:
2008).
2. Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono: 2008). Nilai
kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan
di dunia kerja dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa
depan, seorang pegawai perlu memiliki rasa kepedulian terhadap
lingkungannya, baik lingkungan di dalam dunia kerja maupun
lingkungan di luar dunia kerja.
3. Kemandirian
Kondisi mandiri bagi pegawai dapat diartikan sebagai proses
mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain
untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting
untuk masa depannya dimana pegawai tersebut harus mengatur
kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggung
jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri
(mengatur dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang
4. Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono:2008). Dalam mengatur kehidupan
dunia kerja baik kerja maupun sosial pegawai perlu hidup disiplin.
Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak
militier namun hidup disiplin bagi pegawai adalah dapat mengatur
dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya untuk menyelesaikan tugas baik dalam lingkup
kerja maupun sosial dunia kerja.
5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono: 2008).
Pegawai adalah sebuah status yang ada pada diri seseorang yang
telah lulus dari penkerjaan terakhirnya yang melanjutkan
pekerjaan dalam sebuah lembaga yang bernama organisasi.
Pegawai yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas lebih baik dibanding pegawai
yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. pegawai yang memiliki
rasa tanggung jawab akan mengerjakan tugas dengan sepenuh
hati karena berpikir bahwa jika suatu tugas tidak dapat
diselesaikan dengan baik dapat merusak citra namanya di depan
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan
pantang mundur. Adalah penting sekali bahwa kemauan pegawai
harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus
menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang
lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan percaya,
maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jika interaksi antara individu pegawai dapat dicapai bersama
dengan usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan
semakin optimum.
7. Sederhana
Gaya hidup pegawai merupakan hal yang penting dalam interaksi
dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya
perlu dikembangkan sejak pegawai me-ngenyam masa
penkerjaannya. Dengan gaya hidup sederhana, setiap pegawai
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap
kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata, padahal
tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam dunia kerja, ada banyak pegawai yang
sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian,
untuk menumbuhkan sikap keberanian demi mempertahankan
pendirian dan keyakinan pegawai, terutama sekali pegawai harus
mempertimbangkan berbagai masalah dengan sebaik-baiknya.
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak. Bagi pegawai karakter adil ini perlu sekali
dibina agar pegawai dapat belajar mempertimbangkan dan
mengambil keputusan secara adil dan benar.
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun
konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga (Bappenas: 2002). Lembaga-
lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat,
publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
2. Transparansi
Transparansi adalah satu prinsip penting anti korupsi lainnya
adalah transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena
pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka,
sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo: 2007).
3. Kewajaran
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip
fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip
kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
4. Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar pegawai dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan ini
berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi
penyimpangan yang dapat merugikan negara dan masyarakat.
Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-
undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang
kebebasan mengakses informasi, undang-undang desentralisasi,
undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol
terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para
pejabat negara.
5. Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Pada prinsip ini,
akan dibahas mengenai lembaga-lembaga pengawasan di
Indonesia, self-evaluating organization, reformasi sistem
pengawasan di Indonesia, problematika pengawasan di Indonesia.
Pokok Bahasan 3.
UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI DAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Pada bagian atau bab ini, akan dipaparkan berbagai upaya pencegahan
dan pemberantasan korupsi yang dapat dan telah dipraktikkan di
berbagai negara. Ada beberapa bahan menarik yang dapat didiskusikan
dan digali bersama untuk melihat upaya yang dapat kita lakukan untuk
memberantas korupsi.
Pers yang bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi. Semakin
banyak informasi yang diterima oleh masyarakat, semakin paham
mereka akan bahaya korupsi. Media memiliki fungsi yang efektif
untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk
dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk
mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti
korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-
prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran,
kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam suatu organisasi/ institusi/
masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip dan
nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
2. Perbaikan Sistem
Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku, untuk
mengantisipasi perkembangan korupsi dan menutup celah
hukum atau pasal-pasal karet yang sering digunakan koruptor
melepaskan diri dari jerat hukum.
Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi
simpel dan efisien. Menciptakan lingkungan kerja yang anti
korupsi. Reformasi birokrasi.
Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan
pribadi, memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan
fasilitas negara untuk kepentingan umum dan penggunaannya
untuk kepentingan pribadi.
Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan
pemberian sanksi secara tegas.
Penerapan prinsip-prinsip Good Governance.
Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, memperkecil
terjadinya human error.
3. Perbaikan manusianya
KPK terus berusaha melakukan pencegahan korupsi sejak dini.
Berdasarkan studi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa ada
peran penting keluarga dalam menanamkan nilai anti korupsi.
Pokok Bahasan 4.
TATA CARA PELAPORAN DUGAAN PELANGGARAN TINDAK PIDANA
KORUPSI
A. Laporan
Dari pengertian di atas, laporan merupakan suatu bentuk
pemberitahuan kepada pejabat yang berwenang bahwa telah ada
atau sedang atau diduga akan terjadinya sebuah peristiwa pidana/
kejahatan. Artinya, peristiwa yang dilaporkan belum tentu perbuatan
pidana, sehingga dibutuhkan sebuah tindakan penyelidikan oleh
pejabat yang berwenang terlebih dahulu untuk menentukan
perbuatan tersebut merupakan tindak pidana atau bukan. Kita
sebagai orang yang melihat suatu tidak kejahatan memiliki kewajiban
untuk melaporkan tindakan tersebut.
Jika Anda ingin melaporkan suatu tindak pidana korupsi yang terjadi
di lingkungan kementerian Kesehatan, saat ini kementerian
Kesehatan melalui Inspektorat jenderal sudah mempunyai mekanisme
pengaduan tindak pidana korupsi.
Mekanisme Pelaporan :
1. Tim Dumasdu pada unit Eselon 1 setiap bulan menyampaikan
laporan penanganan pengaduan masyarakat dalam bentuk surat
kepada Sekretariat Tim Dumasdu. Laporan tersebut minimal
memuat informasi tentang nomor dan tanggal pengaduan, isi
ringkas pengaduan, posisi penanganan dan hasilnya penanganan.
2. Sekretariat Tim Dumasdu menyusun laporan triwulanan dan
semesteran untuk disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dan pihak-pihak terkait lainnya.
C. Pengaduan
Pengaduan yang dapat bersumber dari berbagai pihak dengan
berbagai jenis pengaduan, perlu diproses ke dalam suatu sistem yang
memungkinkan adanya penanganan dan solusi terbaik dan dapat
memuaskan keinginan publik terhadap akuntabilitas pemerintahan.
Ruang lingkup materi dalam pengaduan adalah adanya kepastian
telah terjadi sebuah tindak pidana yang termasuk dalam delik aduan,
dimana tindakan seorang pengadu yang mengadukan permasalahan
pidana delik aduan harus segera ditindak lanjuti dengan sebuah
tindakan hukum berupa serangkaian tindakan penyidikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Artinya dalam proses penerimaan
pengaduan dari masyarakat, seorang pejabat yang berwenang dalam
hal ini internal di Kementerian Kesehatan khususnya Inspektorat
Jenderal, harus bisa menentukan apakah sebuah peristiwa yang
dilaporkan oleh seorang pengadu merupakan sebuah tindak pidana
delik aduan ataukah bukan.
F. Pencatatan Pengaduan
Pada dasarnya pengaduan disampaikan secara tertulis. Walaupun
peraturan yang ada menyebutkan bahwa pengaduan dapat dilakukan
secara lisan, tetapi untuk lebih meningkatkan efektifitas tindak lanjut
atas suatu perkara, maka pengaduan yang diterima masyarakat hanya
berupa pengaduan tertulis.
Pokok Bahasan 5.
GRATIFIKASI
A. Pengertian Grafitasi
Bagi sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa yang dimaksud
dengan kata Gratifikasi. Tapi Saya lebih senang menafsirkan kata
tersebut dengan kata yang mendefinisikan sesuatu yang berarti
“gratis di kasih”.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
153
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan
Pengecualian
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak
berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya
kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Obyek Hukum gratifikasi meliputi: (1) uang (2) barang dan (3) fasilitas
Bentuknya:
Pemberian tanda terima kasih atas jasa yang telah diberikan oleh
petugas, dalam bentuk barang, uang, fasilitas
D. Contoh Gratifikasi
Contoh pemberian yang dapat digolongkan sebagai gratifikasi,antara
lain:
Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena
telah dibantu;
Hadiah atau sumbangan dari rekanan yang diterima pejabat pada
saat perkawinan anaknya;
Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/ pegawai negeri atau
keluarganya untuk keperluan pribadi secara cuma-cuma;
Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/ pegawai negeri
untuk pembelian barang atau jasa dari rekanan;
Pemberian biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada
pejabat/pegawai negeri;
Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi
lainnya dari rekanan;
Pemberian hadiah atau souvenir kepada pejabat/pegawai negeri
pada saat kunjungan kerja;
Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri
pada saat hari raya keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya.
E. Sanksi Gratifikasi
Sanksi pidana yang menerima gratifikasi dapat dijatuhkan bagi
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang :
1. menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga,
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau
VIII. REFERENSI
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 Keterbukaan Informasi Publik
3. Instruksi Presiden nomor 1 tahun 2013
4. Peraturan Pemerintah No 61 tahun 2010 Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008
5. Permenpan Nomor 5 tahun 2009
6. Permenkes No 49 tahun 2012 tentang Pedoman Penanganan
Pengaduan Masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan.
7. Permenkes nomor 134 tahun 2012 tentang Tim Pengaduan Masyarakat
8. Permenkes Nomor 14 tahun 2014 Kebijakan tentang Gratifikasi bidang
Kesehatan
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 232/ Menkes/ SK/ VI/ 2013
Tentang Strategi Komunikasi Penkerjaan dan Budaya Anti Korupsi
10. Dr. Uhar Suharsaputra, M.Pd Budaya Korupsi dan Pendidikan
Tantangan bagi Dunia Pendidikan
11. KPK, Buku Saku Gratifikasi
I KETERANGAN PERORANGAN
1 Nama :
2 NIP / KARPEG :
3 Tempat/tanggal lahir :
4 Pangkat / Gol ruang, TMT :
5 Jenis kelamin :
6 Pendidikan :
7 Jabatan :
8 Unit kerja :
Keterangan :
1 PAK SK. Penyesuaian No. : Jakarta,
Tanggal : : TIM PENILAI
AK masa pen. Okt 2010 s/d Maret 2011 : Ketua/Wk.Ketua/Anggota
Jumlah :