Anda di halaman 1dari 18

Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

MODUL PELATIHAN
TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL
KESEHATAN

PUSDIKLAT APARATUR – BADAN PPSDM KESEHATAN


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT2014
APARATUR – 2014
1
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

MATERI DASAR 2

I. DESKRIPSI SINGKAT
Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan adalah rightsizing yaitu
upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah agar lebih proporsional,
datar, transparan, hierarki yang pendek dan terdesentralisasi
kewenangannya. Kementerian Kesehatan telah mengantisipasi dan
menyesuaikan organisasinya kearah hemat struktur kaya fungsi dengan
membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional.
Upaya ini sesuai dengan amanat Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Pokok – Pokok Kepegawaian bahwa Pegawai Negeri Sipil
diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu sehingga terbatasnya
jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi solusinya.

Langkah antisipasi Kementerian Kesehatan dalam pembinaan dan


pengembangan karier pegawai telah dimulai sejak tahun 1997 diawali
dengan Penetapan Jabatan Fungsional Dokter dan Dokter Gigi, tahun
1999 Apoteker dan Asisten Apoteker. Tahun 2000 Penyuluh Kesehatan
Masyarakat, Administrator Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan,
Entomolog Kesehatan, Sanitarian. Tahun 2001 sampai 2005 diterbitkan
Jabatan Fungsional Perawat, Perawat Gigi, Nutrisionis, Perekam Medis,
Radiografer, Teknisi Elektromedis, Fisioterapis, Okupasi Terapis, Ortotis
Prostetis, Refraksionis Optisien dan Terapis Wicara. Tahun 2006 – 2009
diterbitkan Jabatan Fungsional Pranata Laboratorium Kesehatan, Teknisi
Gigi, Teknisi Transfusi Darah, Bidan, Fisikawan Medis, Psikolog Klinis dan
Dokter Pendidik Klinis. Untuk mengoptimalkan jabatan-jabatan
fungsional tersebut di atas sebagian besar telah ditindaklanjuti dengan
kebijakan-kebijakan tingkat teknis berupa Petunjuk Pelaksanaan dan
Petunjuk Teknisnya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
2
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil Pasal 11 ayat (1) menyatakan bahwa
penyelenggaraan pembinaan jabatan fungsional dilakukan oleh Instansi
Pembina jabatan fungsional. Dengan kata lain instansi pembina
mempunyai kewajiban melakukan pembinaan dalam rangka
mewujudkan profesionalitas para pejabat fungsional. Pembinaan jabatan
fungsional dapat dilakukan melalui pola karier PNS yaitu Perpindahan
dari jabatan struktural ke fungsional dan dari jabatan fungsional ke
struktural baik secara horizontal, vertikal maupun diagonal serta
perpindahan wilayah kerja; Perpindahan jabatan secara horizontal adalah
perpindahan jabatan pada tingkat eselon dan pangkat jabatan yang sama,
serta jabatan fungsional ke jabatan fungsional lain; Perpindahan jabatan
secara vertikal adalah perpindahan yang bersifat kenaikan jabatan
(promosi); serta Perpindahan jabatan secara diagonal adalah
perpindahan dari jabatan struktural ke fungsional.

Kewajiban pembinaan jabatan fungsional tidak hanya menjadi tugas


instansi tingkat pusat namun merupakan tugas bersama dengan
pemerintah daerah sebagaimana tercermin dari semangat tugas
pembantuan dan pembagian kewenangan yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintah Daerah yang diperjelas
didalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka Tim Penilai Jabatan Fungsional baik Tim
Penilai Pusat maupun Tim Penilai Provinsi/Kabupaten/Kota perlu dibekali
informasi mengenai berbagai kebijakan yang mendasari terbitnya
jabatan fungsional serta tata kelola jabatan fungsional kedepan dalam
rangka pembinaan dan pengembangan pegawai melalui pelatihan Tim
Penilai Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu memahami
kebijakan jabatan fungsional kesehatan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
3
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan latar belakang pembentukan jabatan fungsional
kesehatan
2. Menjelaskan tata kelola kebijakan jabatan fungsional kesehatan

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan
sebagai berikut :
Pokok Bahasan 1. Latar belakang Pembentukan Jabatan Fungsional
Kesehatan
Sub pokok bahasan :
a. Dasar hukum
b. Tujuan dan manfaat
c. Penetapan Jabatan Fungsional
d. Posisi strategis Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
Pokok Bahasan 2. Tata Kelola Kebijakan Jabatan Fungsional Kesehatan

IV. METODE

 Ceramah Tanya Jawab


 Curah Pendapat

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (slide power point)


 Laptop
 LCD/OHP
 Flipchart
 White board
 Spidol (ATK)

VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN


Berikut disampaikan langkah – langkah kegiatan dalam proses
pembelajaran materi ini.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
4
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

Langkah 1. Pengkondisian
Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator harus memperkenalkan diri dan menyebutkan namanya,
instansi tempat bekerja, materi yang akan disampaikan.
b. Fasilitator menyampaikan tujuan pembelajaran materi dan pokok
bahasan dengan menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi


Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator menjelaskan secara berurutan tentang Latar belakang
pembentukan jabatan fungsional kesehatan dan Tata Kelola Kebijakan
Jabatan fungsional kesehatan melalui ceramah dengan menggunakan
bahan tayang (slide power point), laptop dan LCD.
b. Fasilitator memberikan kesempatan bertanya kepada peserta untuk
menanyakan permasalahan yang mungkin ditemui di lapangan
seputar kebijakan jabatan fungsional bidang kesehatan.
c. Fasilitator menjawab pertanyaan peserta dengan penjelasan
berdasarkan peraturan yang berlaku, bila perlu menggunakan bahan
tayang (slide power point), whiteboard dan spidol.
d. Fasilitator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
menyampaikan pendapat mengenai kebijakan jabatan fungsional
bidang kesehatan.

Langkah 3. Diskusi
Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator memberikan kesempatan kepada para peserta untuk
berdiskusi mengenai masalah yang dihadapi dalam instansi masing-
masing mengenai kebijakan jabatan fungsional
b. Fasilitator merangkum hasil diskusi peserta

Langkah 4. Penutup, Umpan Balik dan Rangkuman


Langkah Pembelajaran :
a. Fasilitator merangkum atau pembulatan tentang pembahasan materi
ini dengan mengajak seluruh peserta untuk melakukan refleksi atau
umpan balik.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
5
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

b. Dilanjutkan dengan memberikan apresiasi atas keterlibatan aktif


seluruh peserta.

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.
LATAR BELAKANG PEMBENTUKAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

A. Dasar Hukum
Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974), menyatakan bahwa PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat
tertentu dalam menyelenggarakan tugas pemerintah dan
pembangunan. Dengan demikian setiap Pegawai Negeri Sipil harus
mempunyai jabatan dan pangkat yang terdiri dari jabatan struktural
dan jabatan fungsional. Untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas
pemerintah dan pembangunan, diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang
profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil melalui pembinaan
yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier
yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 Pasal 5 tentang Jabatan


Fungsional PNS menyatakan Penetapan jabatan dan angka kredit
jabatan fungsional dilakukan oleh Menteri yang bertanggung jawab di
bidang pendayagunaan aparatur negara dengan memperhatikan usul
dari pimpinan instansi pemerintah yang bersangkutan setelah terlebih
dahulu mendapat pertimbangan teknis secara tertulis dari Kepala
Badan Administrasi Kepegawaian Negara dengan mengacu pada
rumpun jabatan yang ditetapkan oleh Presiden.

Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan dengan


angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar
pertimbangan Tim Penilai. Tim Penilai sebagaimana dimaksud dalam
dibentuk oleh pimpinan instansi pembina jabatan fungsional atau
pimpinan instansi pengguna jabatan fungsional.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
6
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

Pengertian
Jabatan Struktural merupakan jabatan yang secara jelas tertera dalam
struktur organisasi, tugas memimpin dan memanage serta
mempunyai kode etik. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan
yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi negara.

Jabatan Fungsional adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup,


tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan keahliannya yang diduduki oleh Pegawai
Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh
oleh pejabat yang berwenang (PP No. 16 Tahun 1994).

Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak


tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam
tugas-tugas pokok organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional
Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan
jabatan fungsional keterampilan.

Jabatan Fungsional tertentu adalah kedudukan yang menunjukkan


tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri dan untuk kenaikan pangkatnya disyaratkan dengan angka
kredit.

B. Tujuan dan Manfaat


Tujuan dibentuknya jabatan fungsional adalah untuk peningkatan
produktivitas kerja PNS, peningkatan produktivitas unit kerja,
peningkatan karier PNS dan peningkatan profesionalisme PNS.
Dengan demikian jabatan fungsional bisa dijadikan sebagai sarana
untuk membina pegawai dan sebagai jalur pengembangan karier
pegawai. Dalam rangka membina dan mengembangkan karir pegawai
fungsional tersebut telah diterbitkan berbagai kebijakan di bidang
kepegawaian, salah satunya adalah di bidang jabatan fungsional

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
7
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

dengan harapan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan kinerja


pegawai serta pada gilirannya akan dapat meningkatkan kinerja
organisasi. Pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional merupakan
salah satu bentuk penghargaan dari pekerjaan seorang pegawai yang
disesuaikan dengan tingkat keahlian atau profesionalismenya.

Manfaat yang diperoleh dengan adanya jabatan fungsional yaitu


sebagai berikut :
1) Kenaikan pangkat dapat diperoleh dalam waktu 2 tahun,
sedangkan struktural 4 tahun sekali;
2) Dengan adanya angka kredit prestasi kerja langsung dinilai, yang
berarti penilaian prestasi kerja bukan berdasarkan masa kerja
ataupun faktor like and dislike;
3) Memotivasi Pegawai Negeri Sipil untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kreativitas dalam bekerja untuk
mengumpulkan angka kredit;
4) Status kerja pada jabatan fungsional adalah bersifat mandiri,
pejabat fungsional adalah mitra kerja bukan sebagai atasan
ataupun bawahan;
5) Bekerja penuh sesuai profesinya (profesional)
6) Meningkatkan tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil dalam
melaksanakan pekerjaan, karena adanya beban jabatan.

C. Penetapan Jabatan Fungsional


Penetapan Jabatan Fungsional didasarkan pada prinsip/kriteria
sebagai berikut :
1) Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik dan prosedur kerja
yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan
teknis tertentu dengan sertifikasi,
2) Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi,
3) Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan:
a) Tingkat Ahli, bagi jabatan fungsional keahlian,
b) Tingkat Terampil, bagi jabatan fungsional keterampilan.
4) Pelaksanaan tugas bersifat mandiri.
5) Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi organisasi.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
8
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

D. Posisi Strategis Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Menyadari posisi strategis Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
sebagai sarana/wadah pembinaan dan pengembangan karier
pegawai maupun di dalam meningkatkan kinerja organisasi, maka
jabatan fungsional bidang kesehatan perlu terus dikembangkan
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang peralatan kesehatan serta makin meningkatnya
tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan yang makin
baik.

Jabatan fungsional kesehatan yang telah ditetapkan (28 jenis)


terdapat beberapa jabatan fungsional yang telah dan sedang
dilakukan revisi/ penyempurnaan baik yang menyangkut adanya
kebijakan baru di bidang kepegawaian, penyesuaian kebijakan dengan
kondisi lingkungan (besaran tunjangan yang sudah tidak sesuai, batas
usia pensiun karena usia masih produktif dan kelangkaan pejabat
fungsional tertentu), tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tuntutan
tugas dan fungsi organisasi serta bertambahnya butir-butir kegiatan
yang selama ini dilakukan dalam pelaksanaan tugas/kegiatan tetapi
belum tercantum dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara yang terdahulu. Hal ini berkaitan dengan perkembangan
teknologi pelayanan kesehatan yang semakin meningkat seiring
kemajuan sarana dan peralatan kesehatan dengan konsekuensi
pemenuhan kemampuan/kompetensi sumber daya manusia
kesehatan itu sendiri.

Pokok Bahasan 2.
TATA KELOLA KEBIJAKAN JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN

A. Tujuan Pengelolaan Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Jabatan Fungsional
bidang kesehatan bertujuan untuk mengoptimalkan peranan dan
fungsi pejabat fungsional di dalam tugas pokok dan fungsinya sehari-
hari, serta dalam mengatasi permasalahan yang timbul dalam

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
9
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

mengoptimalkan pembinaan jabatan fungsional bidang kesehatan,


yang meliputi :
1) Peningkatan jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Kesehatan yang diangkat dalam jabatan fungsional
bidang kesehatan
2) Memberdayakan pejabat fungsional sebagai rekan/mitra kerja
yang bersinergi dengan instansi, organisasi dan atau unit-unit kerja
pembinanya
3) Mengoptimalisasi peran institusi pembina instansi jabatan
fungsional bidang kesehatan
4) Melakukan langkah-langkah yang tepat bagi pembinaan dan
pengembangan jabatan fungsional

B. Unit Kerja Pembina Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Kementerian Kesehatan membina 27 jabatan fungsional bidang
kesehatan sebagai berikut :
a) Jabatan fungsional Administrator Kesehatan, unit pembinanya
adalah Biro Hukum dan Organisasi;
b) Jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker, unit
pembinanya adalah Ditjen Binfar dan Alkes;
c) Jabatan fungsional Bidan, Dokter, Dokter Gigi, Dokter Pendidik
Klinis, Fisioterapis, Perawat, Perawat Gigi, Perekam Medis, Pranata
Laboratorium Kesehatan, Psikolog Klinis, Teknisi Elektromedis,
Teknisi Transfusi Darah, Ortotik Prostetik, Okupasi Terapis, Terapis
Wicara, Radiografer, dan Refraksionis Optision, unit pembinanya
adalah Ditjen Bina Upaya Kesehatan;
d) Jabatan fungsional Entomolog Kesehatan, Epidemiolog Kesehatan
dan Sanitarian, unit pembinanya adalah Ditjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
e) Jabatan fungsional Nutrisionis dan Pembimbing Kesehatan Kerja
unit pembinanya adalah Ditjen GKIA;
f) Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat, unit
pembinanya adalah Pusat Promosi Kesehatan;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
10
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

C. Tugas Unit Kerja Pembina Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Unit – Unit kerja pembina jabatan fungsional diatas bertugas
mendukung dan memberikan bantuan dalam rangka pembinaan dan
pengembangan jabatan fungsional bidang kesehatan dilingkungan
Kementerian Kesehatan. Tugas – tugas unit yang tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Unit Pembina Teknis :
a) Mensosialisasikan jabatan fungsional sesuai bidangnya secara
berkesinambungan untuk lingkup Kementerian Kesehatan;
b) Menyusun Pedoman/Petunjuk Teknis;
c) Melakukan evaluasi berkala jabatan fungsional serta revisi
pedoman pembinaan jabatan fungsional sesuai bidangnya.
2) Unit Kediklatan :
a) Menyelenggarakan Diklat Teknis Fungsional sesuai kebutuhan;
b) Mengkoordinasikan program diklat Teknis Fungsional;
c) Menyusun kurikulum, silabus dan modul-modul pelatihan Teknis
Fungsional.
3) Unit Kepegawaian :
a) Menyusun formasi jabatan fungsional di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
b) Menetapkan standar kompetensi jabatan fungsional;
c) Mengusulkan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan
fungsional bidang kesehatan;
d) Mengembangkan Sistem Informasi Jabatan Fungsional;
e) Membentuk Sekretariat Pusat Jabatan Fungsional di lingkungan
Kementerian Kesehatan;
f) Melakukan sosialisasi, evaluasi dan revisi pedoman pembinaan
jabatan fungsional bidang kesehatan bersama-sama pembina
teknis jabatan fungsional terkait;
g) Melaksanakan pengelolaan kepegawaian yang terpadu dalam
pengembangan karir, diklat maupun mutasi kepegawaian.
4) Unit Organisasi :
a) Memfasilitasi pembentukan jabatan fungsional bidang
kesehatan bersama-sama pembina teknis jabatan fungsional
terkait;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
11
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

b) Memfasilitasi revisi jabatan fungsional bidang kesehatan


bersama-sama pembina teknis jabatan fungsional terkait;
c) Memfasilitasi penyusunan petunjuk pelaksanaan jabatan
fungsional bidang kesehatan bersama-sama pembina teknis
jabatan fungsional terkait;
d) Memfasilitasi penyusunan petunjuk teknis jabatan fungsional
bidang kesehatan bersama-sama pembina teknis jabatan
fungsional terkait;
e) Melakukan monitoring dan evaluasi jabatan fungsional bidang
kesehatan bersama-sama pembina teknis jabatan fungsional
terkait.
5) Sekretariat Pusat :
a) Membantu unit pembina teknis jabatan fungsional bidang
kesehatan dalam menyelenggarakan tugas-tugas pembinaan;
b) Membantu kelancaran tugas Tim penilai Angka Kredit Instansi/
Pembina Teknis;
c) Melakukan tugas kesekretariatan Tim Penilai;
d) Menyusun agenda kerja Tim Penilai;
e) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Tim Penilai.

D. Fungsi Unit Kerja Pembina Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Instansi/Unit Pembina menjalankan fungsi :
1) Memberdayakan pejabat fungsional secara optimal dibidangnya;
2) Memberikan pembinaan teknis dan administratif kepada pejabat
fungsional sesuai bidangnya secara periodik;
3) Melakukan sosialisasi jabatan fungsional sesuai bidangnya kepada
instansi Pusat maupun Daerah;
4) Meningkatkan kompetensi para pejabat fungsional baik
knowledge, skill maupun attitudenya;
5) Melaksanakan pemantauan (monitoring) terhadap pembinaan dan
pengembangan pejabat fungsional sesuai bidangnya;
6) Melaksanakan evaluasi terhadap standar kualitas dan kinerja
pejabat fungsional;
7) Meningkatkan peran pejabat fungsional pada tugas-tugas unit
kerja;
8) Melakukan Penyusunan Pedoman/Petunjuk Teknis yang terkait

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
12
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

dengan pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional;


9) Mendukung upaya Kementerian dalam pengembangan dan
pembinaan jabatan fungsional.

E. Pengelolaan Jabatan Fungsional


Tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan jabatan fungsional
bidang kesehatan tidak hanya oleh Pemerintah Pusat/Kementerian
Kesehatan/ Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi/Badan Kepegawaian Negara, namun
merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dimana tugas ini merupakan tugas
bersama/fungsi konkuren sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah daerah merupakan instansi terbesar yang memanfaatkan


dan menggunakan jasa pejabat fungsional terutama jabatan
fungsional bidang kesehatan yang tersebar diseluruh pelosok daerah
karena pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi
masyarakat. Dengan demikian Pemerintah Daerah juga harus
berperan di dalam mengembangkan jabatan fungsional bidang
kesehatan dengan memberi akses yang seluas-luasnya kepada
pejabat fungsional bidang kesehatan yang bertugas dilingkungannya
untuk terus meningkatkan produktivitasnya sehingga pada gilirannya
akan dapat meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah itu sendiri.

F. Pembentukan Unit Organisasi Pengelola Jabatan Fungsional


1) Tingkat Pemerintah Daerah
Berdasarkan Undang–Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian (Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974), menyatakan bahwa PNS diangkat dalam
jabatan dan pangkat tertentu. Dengan demikian setiap Pegawai
Negeri Sipil harus mempunyai jabatan dan pangkat. Kebijakan
hemat struktur pada organisasi pemerintahan yang berarti harus
memangkas cukup banyak jabatan struktural bisa diatasi dengan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
13
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

menempatkan pejabat tersebut ke dalam jabatan fungsional.


Dengan cukup membentuk unit kerja/organisasi yang secara
khusus mengelola dan mengembangkan jabatan fungsional akan
mampu mengatasi problem organisasi itu sendiri.

Salah satu bentuk perhatian Pemerintah Daerah di dalam


memandang pentingnya peran pejabat fungsional di daerah adalah
dengan menyediakan wadah unit kerja tersendiri di dalam struktur
organisasi Pemerintah Daerah. Dengan dibentuknya wadah/unit
kerja yang secara khusus menangani jabatan fungsional ini akan
sama-sama menguntungkan baik bagi Pemerintah Daerah maupun
pejabat fungsional itu sendiri. Wadah organisasi tersebut
disamping sebagai tempat untuk membina dan mengembangkan
karier pegawai juga menjadi alternatif dalam penataan
kepegawaian, dimana jabatan struktural yang terbatas akan dapat
diatasi dengan adanya jabatan fungsional ini.

2) Tingkat Pusat/Unit Pembina


Kementerian Kesehatan membina 28 jabatan fungsional bidang
kesehatan sebagai berikut :
a) Jabatan fungsional Administrator Kesehatan, unit pembinanya
adalah Biro Hukum dan Organisasi;
b) Jabatan fungsional Apoteker dan Asisten Apoteker, unit
pembinanya adalah Ditjen Binfar dan Alkes;
c) Jabatan fungsional Bidan, Dokter, Dokter Gigi, Dokter Pendidik
Klinis, Fisioterapis, Perawat, Perawat Gigi, Perekam Medis,
Pranata Laboratorium Kesehatan, Psikolog Klinis, Teknisi
Elektromedis, Teknisi Transfusi Darah, Ortotik Prostetik,
Okupasi Terapis, Terapis Wicara, Radiografer, dan Refraksionis
Optision, unit pembinanya adalah Ditjen Bina Upaya Kesehatan;
d) Jabatan fungsional Entomolog Kesehatan, Epidemiolog
Kesehatan dan Sanitarian, unit pembinanya adalah Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan;
e) Jabatan fungsional Nutrisionis dan Pembimbing Kesehatan
Kerja, unit pembinanya adalah Ditjen GIKIA;
f) Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat, unit
pembinanya adalah Pusat Promosi Kesehatan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2014
14
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

Salah satu kendala dalam pengembangan jabatan fungsional


bidang kesehatan adalah di bidang administrasi kepegawaian,
dimana banyak keterlambatan-keterlambatan di dalam proses
penyelesaian administrasi jabatan fungsional. Hal ini lebih
disebabkan karena tugas/pekerjaan sebagai Tim Penilai bukan
merupakan tugas pokok di dalam organisasi/ unit kerjanya, tugas
menilai jabatan fungsional hanya merupakan tugas tambahan dan
lebih sering dilaksanakan setelah tugas pokok telah selesai.

Berdasarkan uraian diatas, sudah saatnya penanganan jabatan


fungsional ini dilakukan secara serius dan terencana yaitu tugas
penanganan jabatan fungsional menjadi salah satu tugas pokok,
sehingga pejabat fungsional tidak lagi dibebani ketidakpastian agar
mereka dapat bekerja secara maksimal. Pada kenyataannya
pejabat fungsional yang pengurusan administrasi kepegawaiannya
diajukan ke masing–masing unit pembinanya/Pusat cukup banyak,
maka perlu dibentuk unit organisasi/ unit kerja tersendiri yang
khusus menangani administrasi jabatan fungsional.

G. Penyempurnaan/Revisi Jabatan Fungsional dan Pembentukan


Jabatan Fungsional
1) Penyempurnaan/Revisi Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan
Sebagaimana diuraikan di atas sampai dengan tahun 2014 telah
terdapat 28 jabatan fungsional bidang kesehatan. Kementerian
Kesehatan sebagai unit pembina dari jabatan fungsional bidang
kesehatan tersebut terus berusaha menyempurnakan/merevisi
jabatan fungsional yang dianggap sudah tidak sesuai lagi.

Sebagai contoh telah diusulkan penyempurnaan/revisi beberapa


tambahan butir-butir kegiatan, syarat pendidikan dan beberapa
penyesuaian yang dianggap perlu terhadap jabatan fungsional,
antara lain :
a) Jabatan fungsional Sanitarian;
b) Jabatan fungsional Epidemiolog Kesehatan;
c) Jabatan fungsional Entomolog Kesehatan;

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
15
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

d) Jabatan fungsional Perawat;


e) Jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat;

Beberapa jabatan fungsional yang sedang dalam proses usulan


peningkatan tingkat dari tingkat Terampil ke tingkat Ahli, antara
lain :
a) Jabatan fungsional Radiografer;
b) Jabatan fungsional Teknisi Elektromedis;
c) Jabatan fungsional Perekam Medis;
d) Jabatan fungsional Perawat Gigi;

2) Pembentukan Jabatan Fungsional Bidang Kesehatan


Pembentukan jabatan fungsional baru dimungkinkan sepanjang
memenuhi prinsip-prinsip dasar jabatan fungsional. Saat ini yang
sedang dalam proses usulan penetapan adalah jabatan fungsional
tenaga kesehatan kerja. Hal ini diusulkan karena adanya tugas
organisasi yang memerlukan keberadaan jabatan fungsional ini
disamping sumberdaya manusia yang juga sudah terpenuhi.
Jabatan fungsional tenaga kesehatan kerja ini diusulkan terutama
untuk peningkatan produktivitas kerja PNS, peningkatan
produktivitas unit kerja, peningkatan karier PNS, dan peningkatan
profesionalisme PNS.

Usulan penetapan jabatan fungsional tenaga kesehatan kerja


karena telah memenuhi prinsip dasar pembentukan suatu jabatan
fungsional antara lain :
a) Mempunyai Metodologi/cara kerja
b) Memiliki Etika Profesi
c) Dapat disusun dalam Jenjang Jabatan
d) Bersifat Mandiri
e) Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan
tugas dan fungsi organisasi

Tugas pokok jabatan fungsional tenaga kesehatan kerja adalah


melakukan pelayanan kesehatan kerja yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif di bidang kesehatan kerja.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
16
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

3) Kendala
Kendala dalam proses penyempurnaan/revisi jabatan fungsional
maupun pembentukan jabatan fungsional baru adalah koordinasi
lintas sektor dimana untuk menyatukan dan mempertemukan
pihak-pihak yang saling berkepentingan terkendala oleh jadwal
kerja yang cukup padat serta jumlah jabatan fungsional yang cukup
banyak dimana hingga saat ini telah terdapat 114 jabatan
fungsional.

Instansi yang menangani proses penyempurnaan/revisi maupun


pembentukan jabatan fungsional disamping instansi pembina yaitu
Kementerian teknis adalah Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi yaitu kaitan dengan kebijakan di
bidang aparatur/jabatan fungsional, Badan Kepegawaian Negara
yaitu kaitan dengan pembinaan di bidang administrasi
kepegawaian jabatan fungsional, Kementerian Sekretariat Negara
yaitu kaitan dengan Batas Usia Pensiun jabatan fungsional, dan
Kementerian Keuangan yaitu kaitan dengan Tunjangan jabatan
fungsional.

VIII. REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
3. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri Sipil
4. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2007 tentang Tunjangan Jabatan
Fungsional
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 34/PRT/M/2007 tentang
Pembinaan Jabatan Fungsional di Lingkungan Departemen Pekerjaan
Umum.
6. Tim Biro Hukum dan Organisasi. Profil Jabatan Fungsional Bidang
Kesehatan. Biro Hukum dan Organisasi setjen Depkes RI. Jakarta.
2008

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
17
Modul Pelatihan Tim Penilai Jabatan Fungsional Kesehatan

7. Direktorat Jabatan Karier BKN. Profil Jabatan Fungsional


Pegawai Negeri Sipil. Badan Kepegawaian Negara. Jakarta. 2010
8. Peraturan-peraturan mengenai Kebijakan Jabatan Fungsional
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi yang dituangkan dalam
PERMENPAN
9. Peraturan-peraturan Kepegawaian yang dikeluarkan oleh BKN
dan Kemenkes yang dituangkan dalam Peraturan Bersama Kepala
Badan Kepegawaian Negara dan Menteri Kesehatan.
10. Peraturan-peraturan yang tersusun dalam Petunjuk Teknis yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan yang dituangkan dalam
PERMENKES

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2014
18

Anda mungkin juga menyukai