Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TB PARU

A. Latar Belakang

Batuk adalah salah satu cara untuk membersihkan saluran pernapasan dari

lendir dan benda asing.Sebagian besar batuk diakibatkan rangsangan pada saluran

pernapasan bagian bawah ditimbulkan oleh benda asing. Batuk juga merupakan

salah satu gejala penyakit paru yang paling penting, tetapi relatif tidak spesifik.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru

(80%) dibandingkan dengan organ lainnya.3,4 Pasien dengan TB paru biasanya

disertai batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih (Maykel, dkk, 2016)

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit Mikobakterial paling

tersering selama sejarah manusia selain lepra. Center for Disease Control and

Prevention melaporkan sekitar 2 miliar orang atau sepertiga populasi dunia

terserang bakteri yang menyebabkan TB (Black, 2014). Berdasarkan laporan

tahunan WHO (2010) disimpulkan bahwa ada 22 negara dengan kategori beban

tinggi terhadap TBC (High Burden of TBC Number). Sebanyak 8,9 juta penderita

TBC dengan proporsi 80% pada 22 negara berkembang dengan kematian 3 juta

orang per tahun dan 1 orang dapat terinfeksi TB setiap detik (Muniroh, dkk,

2013). Sementara itu berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka

prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar

690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positif sebesar 189 per

100.000 penduduk atau 182 orang per hari. Angka kematian masih sama dengan
tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun

menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012 (WHO, 2013 dalam Suharyo,

2013)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan

berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat TB

telah menurun, namun TB diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan

menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China

merupakan negara dengan penderita TB terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%

dan 10% dari seluruh penderita di dunia (Kemenkes RI, 2015) .

Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB

tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000

dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru pertahun. Jumlah kematian

akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya (Strategi Nasional

pengendalian TB, dalam Munniroh dkk, 2013). Sedangkan, berdasarkan Global

Tuberkulois Report, 2014 disimpulkan bahwa angka prevalensi TB pada tahun

2014 sebesar 647/100.000 penduduk meningkat dari 272/100.000 penduduk pada

tahun sebelumnya, angka insidensi tahun 2014 sebesar 399/100.000 penduduk

dari sebelumnya sebesar 183/100.000 penduduk pada tahun 2013, demikian juga

dengan angka mortalitas pada tahun 2014 sebesar 41/100.000 penduduk, dari

25/100.000 penduduk pada tahun 2013 (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus TB sebanyak 330.910 kasus,

meningkat bila dibandingkan semua kasus TB yang ditemukan pada tahun 2014

yang sebesar 324.539 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di
provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan

Jawa Tengah. Kasus Tuberkulosis di tiga Provinsi tersebut sebesar 38% dari

jumlah seluruh kasus baru di Indonesia (Kemenkes RI, 2015)

Bersumber dari data Riskesdas 2013 yang dilaksanakan oleh Badan

Litbang Kesehatan. Sampel yang dianalisis usia 15 – 49 tahun sebanyak 522.670

orang. Data dianalisis dengan logistic regression complex samples. Hasil analisis

menunjukkan bahwa faktor risiko TB paru pada usia produktif di Indonesia yaitu

pendidikan, indeks kepemilikan, bahan bakar memasak, kondisi ruangan dan

perilaku merokok (Nurjana, 2015)

TB (TB) pada anak mencerminkan transmisi TB yang terus berlangsung di

populasi. Laju penularan TB pada anak tidak terlepas dari penderita TB dewasa

Basil Tahan Asam(BTA) positif yang tinggal disekitarnya sebagai sumber

penularan utama. Perilaku penderita TB dewasa sangat berpengaruh besar

terhadap jumlah penderita TB anak yang semakin meningkat, karena TB

merupakan penyakit yang mudah ditularkan melalui udara (Noviyani dkk, 2015).

Angka Insiden TB Paru Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012 adalah

64,16 per 100.000 penduduk, dengan persentase lebih banyak kasus TB Paru pada

laki-laki (77,19%) bila dibandingkan dengan kasus pada perempuan (50,40%).

Sedangkan Angka Kematian TB Paru Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012

adalah 1,4 per 100.000 penduduk, dengan persentase kematian laki-laki (61,54%)

lebih besar dibandingkan dengan perempuan (38,46%). Angka penemuan BTA

(+) Provinsi Kepulauan Riau tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2011.

Yang sebelumnya 1.033 kasus pada tahun 2011 meningkat menjadi 1.265 kasus
pada tahun 2012, dengan perbandingan 62,92% laki-laki dan 37,08% perempuan

(Profil Kesehatan Kepri, 2012). Berdasarkan data yang didapat dari Dinas

Kesehatan Kota Tanjungpinang pada tahun 2015 dengan jumlah seluruh suspek

sebanyak 1.279 orang, didapatkan hasil pemeriksaan BTA positif sebanyak 135

orang dengan perbandingan laki-laki sebanyak 84 kasus (62,2%) dan perempuan

sebanyak 51 kasus (37,78%) (Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2015).

Sementara itu, berdasarkan data yang didapatkan dari Medical Record

RSUD Kota Tanjungpinang angka kejadian TB Paru di RSUD Kota

Tanjungpinang pada tahun 2015 tercatat sebanyak 134 kasus, yang terdiri dari

kelompok umur 28 hari - <1 tahun sebanyak 4 kasus, 5-14 tahun sebanyak 2

kasus, 15-24 tahun sebanyak 11 kasus , 25-44 tahun sebanyak 39 kasus, 45-64

tahun sebanyak 43 kasus, dan 65 tahun keatas sebanyak 34 kasus. Dari 134 kasus

tercatat 4 kasus penderita meninggal, dari data tahun 2015 didapatkan

perbandingan terbanyak penderita yang mengalami TB adalah laki-laki sebanyak

79 kasus (58,9%) dan perempuan sebanyak 55 kasus (41%). Sedangkan untuk

tahun 2016 tercatat sebanyak 54 kasus sampai pada bulan September 2016 dimana

kasus terdiri dari kelompok umur 5 – 14 tahun sebanyak 2 kasus, 15-24 tahun

sebanyak 11 kasus, 25-44 tahun sebanyak 19 kasus, 45-64 tahun sebanyak 18

kasus, 65 tahun keatas sebanyak 21 kasus. (Medical Record RSUD Kota

Tanjungpinang, 2016).

Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam merawat klien

dengan TB dan keluarganya. Peran perawat yang penting dalam penatalaksanaan

klien dengan TB adalah bertanggung jawab atas penyuluhan kesehatan bagi klien
dan keluarganya termasuk penyuluhan tentang medikasi, tindakan pencegahan

penularan dan perawatan “tindak-lanjut” (Asih & Niluh, 2004). Dalam Undang-

Undang Keperawatan No.38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan pada Bagian

Kedua pasal 30 dijelaskan Peran perawat adalah memberikan asuhan keperawatan

dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya

kesehatan perorangan.

B. Tujuan

1) Tujuan Umum

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan masyarakat mengetahui

tentang penyakit TB Paru

2) Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan Penderitaakan mampu :

1. Mampu menjelaskan kembali pengertian TB Paru

2. Mampu menjelaskan kembali penyebab TB Paru

3. Mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala TB Paru

4. Mampu menjelaskan kembali cara penularan TB Paru

5. Mampu menjelaskan kembali cara pencegahan TB paru

6. Mampu menjelaskan kembali cara penanganan penderita TB dirumah

C. Pelaksanaan Kegiatan

1) Topik :

Penyakit TB paru
2) Sasaran :

Pasien ataupun keluarga yang berada di ruang Teratai RSUD Kota

Tanjungpinang

3) Metoda :

(a) Ceramah

(b) Diskusi

4) Media

(a) Leaflet

(b) Booklet

5) Waktu dan Tempat

Hari / tanggal : Sabtu/ 22 April2017

Waktu : 16.00 s/d selesai

Tempat : Ruang Rawat Inap Teratai RSUD Kota

Tanjungpinang

6) Pengorganisasian :

(a) Penanggung jawab / pembimbing I : Ashar Abilowo SST.M.Kes

(b) Penanggung jawab / pembimbing I : Novian Aldo SST.MM

(c) Presenter / mahasiswa : Sapna Juliastuti

7) Uraian Tugas

(a) Penanggung jawab / pembimbing :

Mengkoordinir persiapan dan pelaksanaan penyuluhan.


(b) Presenter / mahasiswa

(1) Membuka acara.

(2) Memperkenalkan diri dan dosen pembimbing.

(3) Menjelaskan tujuan dan topik.

(4) Mengadakan kontrak waktu.

(5) Memberikan penjelasan / penyuluhan mengenai TB paru

(6) Menanggapi pertanyaan dari pasien.

(7) Menutup acara.

8) Seting tempat

Keterangan :

: Pembimbing I

: Presenter / mahasiswa

: Keluarga pasien

: Pasien / peserta
D. Kegiatan Pembelajaran

Tahap Waktu Kegiatan Pemberian Materi Kegiatan sasaran Media

Pendahuluan 5 Menit 1. Persiapan Leaflet


Bersiap diri untuk

(Orientasi) penyuluhan

2. Pembukaan

 Mengucapkan salam  Menjawab salam

 Perkenalan diri dan  Mendengarkan &

pembimbing I Memperhatikan

 Menjelaskan pokok  Mendengarkan &

bahasan Memperhatikan

 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan

 Mengadakan kontrak  Mendengarkan &

waktu Memperhatika
Tahapan kerja 20 Menit 3. Pelaksanaan

 Menggali pengetahuan  Menjawab

pasien tentang cara pertanyaan

penularan penyakit TB

paru  Memperhatikan &

 Menjelaskan tentang cara Mendengarkan

penularan
 penyakit TB paru  Mendengarkan

 Menjelaskan cara

pencegahan penyakit TB  Menjawab

paru pertanyaan

 Menjelaskan cara

pengobatan dan

perawatan di rumah  Memperhatikan &

 Memberikan kesempatan Mendengarkan

pasien untuk bertanya  Memperhatikan &

tentang materi yang tidak Mendengarkan

di pahami  Memperhatikan &

 Menjawab pertanyaan Mendengarkan

pasien  Menjawab

pertanyaan
Penutup 5 Menit 4. Penutup
(Terminasi)  Menyimpulkan diskusi  menyimpulkan

bersama pasien bersama

 Melakukan evaluasi  Menjawab

 Mengucapkan salam pertanyaan

 Menjawab salam
E. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Persiapan Media

Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat

digunakan dalam penyuluhan.

b. Persiapan Materi

Materi disiapkan dalam leaflet, booklet, dengan ringkas, menarik,

lengkap mudah di mengerti oleh peserta penyuluhan.

c. Persiapan Peserta

Penyuluhan mengenai TB Paru diberikan kepada

seluruh klien yang telah diinformasikan sebelum dilaksanakan

penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan pasien

penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.

b. sasaran penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.

c. Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan

sasaran.

d. Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang

meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.


3. Evaluasi Hasil

a. Evaluasi struktur

Pengorganisasian dari penyaji penyuluhan dapat menjalankan tugas

sesuai kewajibannya masing - masing.

b. Evaluasi proses

Peserta mampu mengikuti jalannya penyuluhan dengan baik dan penuh

antusias.

c. Evaluasi hasil

Audien dapat mengerti dengan materi yang telah disampaikan dan dapat

melakukan menjawab pertanyaan penyaji dengan benar tanpa melihat

leaflet.

Prosedur : Post tes

Jenis Tes : Pertanyaan lisan

Alat evaluasi :

1. Sebutkan cara penularan TB Paru?

2. Sebutkan cara pencegahan TB Paru?

3. Sebutkan pengobatan dan penangan TB Paru dirumah


MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditimbulkan Mycobacteriaum

Tuberculosis, yang menjangkiti organ sperti paru dan tulang (Tiurma, 2015).

Secara keseluruhan penyakit ini dua kali lebih sering terserang pada pria

dibandingkan wanita. Insidens paling tinggi adalah pada individu yang tinggal di

lingkungan padat, ventilasi buruk, dan sanitasi yang buruk (Kimberly, 2014).

Menurut Junaidi (2010) dalam Adriansyah (2012), TBC merupakan penyakit

infeksi akibat Mycobacterium Tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ

terutama paru-paru dengan gejala yang sangat bervariasi.

B. Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberkulosis. Bakteri

atau kuman ini berbentuk batang, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 0,3-

0,6µm. Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid, sehingga kuman tahan terhadap

asam dan lebih tahan terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah

aerob yang menyukai daerah dengan banyak oksigen, dan daerah yang memiliki

kandungan oksigen tinggi yaitu apikal/apeks paru. Daerah ini menjadi predileksi

pada penyakit tuberkulosis (Somantri, 2009).

Adapun masa tunas (masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai

dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar

anatara 4-12 minggu untuk Tuberkulosis paru. Pada pullmonair progresif dan
extrapulmonair, Tuberkulosisbiasanya memakan waktu yang lebih lama, sampai

beberapa tahun (Hiswani, 2009)

C. Tanda dan gejala

Menurut Black (2014), tanda dan gejala penderita TB paru sebagai berikut:

(1) Gejala paru :

(1) Dispnea

(2) Batuk, nonproduktif atau produktif

(3) Hemoptisis

(4) Nyeri dada yaang berupa pleuritik atau nyeri dada tumpul

(5) Sesak didada

(6) Crickles dapat ditemukan pada saat auskultasi

(2) Gejala umum

(1) Rasa lelah

(2) Anoreksia (hilang nafsu makan)

(3) Kehilangan berat badan

(4) Demam rendah diikuti menggigil dan berkeringat (sering

pada malam hari)

Sedangakan menurut Menurut Rejeki (2011) faktor yang mempengaruhi

kejadian penyakit TB adalah sebagai berikut:

1) Faktor sosial ekonomi

Keadaan rumah, kepadatan hunian lingkungan rumah, lingkungan dan

sanitasi tempat kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TB. Pendapatan

keluarga sangat erat dengan penularan TB karena pendapatan yang kecil, orang
tidak dapat hidup dengan layak dan tidak dapat hidup dengan memenuhi syarat-

syarat kesehatan.

2) Status gizi

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dll,

akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga renan terhadap penyakit

termasuk TB paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di

negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak

3) Umur

Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif

(15-50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia

harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut sistem imunologi

seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap penyakit termasuk penyakit

TB paru

4) Jenis kelamin

Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan.

Pada laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena kebiasaan merokok dan minum

alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga lebih

mudah terpapar agen penyebab TB paru

Menurut Black, 2014 mengatakan faktor yang berperan pada perkembangan

dari infeksi TB dorman menjadi penyakit aktif melibatkan hal-hal sebagai berikut.

(1) Kontak ulang dengan oarng yang memiliki TB aktif

(2) Usia lanjut

(3) Infeksi HIV


(4) Imunosupresi

(5) Terapi Kortikosteroid jangka panjang

(6) Tinggal atau bekerja pada area padat beresiko tinggi (penjara, fasilitas

perawatan jangka panjang)

(7) Berat badan rendah (10% atau lebih di bawah berat ideal)

(8) Penyalahgunaan narkoba

(9) Adanya penyakit lain (misalnya diabetes militus, penyakit ginjal

stadium akhir atau penyakit ganas)

D. Penularan

Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis aktif, penderita

menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet saat batuk, bicara, bersin

tertawa atau menyanyi.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB di tentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara yang mengandung

kuman Serta daya tahan tubuh yang rendah.

Faktor-faktor resiko :

1) Mereka yang kontak dekat seseorang yang mempunyai tuberkulosis aktif.

2) Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka

yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang terinfeksi dengan HIV.

3) Penguna obat-obat IV, merokok dan alkoholik.

4) Setiap individu tanpa perawatan kesehatan adekuat (tunawisma, tahanan,

etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun sampai

44 tahun).
5) Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya

(diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass

gastrektomi atau yeyunoileal).

6) Imigran dari negara dengan insiden tuberkulosis yang tinggi (Asia

Tenggara, Afrika, Amerika Latin, Karibia).

7) Setiap individu yang tinggal di institusi (fasilitas perawatan jangka

panjang, institusi psikiatrik, penjara).

8) Individu yang tinggal di daerah perumahan substandar kumuh.

9) Petugas kesehatan.

Risiko untuk tertular tuberkulosis juga tergantung pada banyaknya

organisme yang terdapat diudara (Brunner & Suddarth, 2002).

E. Pencegahan penularan TB paru

1) Bagi penderita, tutup mulut bila batuk

2) Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu:

3) Menimbun dahak dengan pasir

4) Tampung dahak dalam kaleng berisi air sabun, spiritus, dan buang di lubang

wc atau lunag tanah

5) Memeriksakan anggota keluarga yang lain

6) Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin )

7) Istirahat cukup

8) Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien

9) Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik, hindari rokok

10) Berikan Imunisasi BCG pada bayi


11) Memperhatikan etika batuk, yaitu :

(1) Menutup hidung dan mulut dengan tisu, sapu tangan, atau lengan baju saat

batuk atau bersin

(2) Buanglah tisu yang sudah dipakai ke dalam tempat sampah

(3) Cuci tangan dengan air dan sabun atau pencuci tangan berbasis alhohol

(4) Gunakan masker untuk mencegah penyebaran kuman penyebab infeksi

(WHO, 2008).

F. Pengobatan dan penanganan penderita dirumah

Pengobatan penyakit TB dengan menggunakan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) yang harus diminum secara teratur selama 6 bulan, 2 bulan pertama obat

harus diminum setiap hari (60 kali minum) dan pada 4 bulan berikutnya obat

harus diminum 3 kali seminggu sampai selesai (54 kali minum ).

Penderita TB sangat membutuhkan dukungan, kasih sayang, dan perhatian

khususnya dari keluarga, hal ini dapat ditunjukkan dari keikutsertaan keluarga

dalam membantu perawatan pada penderita TB, baik memberikan perawatan

secara fisik maupun secara psikis karena banyaknya stigma buruk berkembang di

masyarakat terhadap penderita TB, sehingga dengan adanya dukungan, kasih

sayang serta perawatan yang baik tersebut akan membantu mempercepat

kesembuhan pasien TB.

Hal-hal yang dapat lakukan keluarga dalam merawat penderita TB paru

diantaranya mengawasi klien dalam meminum obat secara teratur hingga klien

menelan obatnya, pasien harus meminum obatnya pada pagi hari karena obat

tersebut paling baik bekerja ketika pagi hari, keluarga juga harus dapat
memotivasi pasien agar sabar dalam pengobatannya, menempatkan obat di tempat

yang bersih dan kering, tidak terpapar langsung dengan sinar matahari dan aman

dari jangkauan anak-anak, selain itu keluarga dapat membawa atau mengajak

pasien kefasilitas kesehatan setiap dua minggu sekali untuk melihat

perkembangan penyakitnya atau jika pasien mengalami keluhan-keluhan yang

harus segera di tangani.

Keluarga juga harus lebih terbuka dan memahami serta menghargai

perasaan klien, mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan klien,

menanyakan apa yang saat ini klien rasakan, ini merupakan salah satu bentuk

dukungan dari keluarga secara psikis. Untuk kebutuhan nutrisinya keluarga harus

memberikan makan yang cukup gizi pada pasien untuk menguatkan dan

meningkatkan daya tahan tubuh agar bisa menangkal kuman TB yang merusak

paru-paru, kebersihan lingkungan rumah juga harus diperhatikan misalnya dengan

pengaturan ventilasi yang cukup, ajarkan keluarga untuk tidak meludah

sembarangan, menutup mulut ketika batuk atau bersin, keluarga juga dapat

menjemur tempat tidur bekas pasien secara teratur, membuka jendela lebar-lebar

agar udara segar (Rizqina, 2011).

Anda mungkin juga menyukai