PEMBAHASAN
paru di Ruang Teratai RSUD Tanjungpinang yang dimulai dari tanggal 21April
sampai dengan 23 April 2017, maka pada bab ini penulis akan membahas tentang
kesenjangan antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi: Pengkajian,
4.1 Pengkajian
itu, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
yang normal maupun yang senjang hendaknya dapat dikumpulkan. Hal ini
115
116
meliputi data dasar dan data fokus dicatat pada formulir pengkajian (Dinarti,
2009).
2017 pukul 14.30 WIB. Dari hasil pengkajian di temukan tanda dan gejala
seperti batuk berdahak, dahak klien berwarna putih kental dan sulit untuk di
keluarkan, terdapat suara tambahan ronchi pada paru sebelah kanan, sputum
dalam jumlah ±1-2 cc, RR :26 kali/menit. Selanjutnya ditemukan data seperti
menurun sejak tahun 2014 dari 63 kg menjadi 52 kg, klien terlihat lemah,
malam hari karena batuknya sering kali muncul, klien mengatakan tidur
sekitar kurang lebih 4-5 jam per hatinya dan tidak bisa tidur karena batuknya.
Terlihat lingkaran hitam disekitar mata pasien, klien tampak menguap pada
saat pengkajian, klien mengatakan apabila bangun pagi hari badannya akan
semakin terasa lemah , klien tampak batuk dengan menggunakan tisu ataupun
batuknya tidak mau berhenti selama kurang lebih 4 hari. Klien tidak
menggunakan masker dan tidak menggunakan teknik etika batuk yang baik
117
dan benar. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang teratai dengan penyakit
yang sama TB paru. Klien mengatakan pernah tidak memakan obat selama ±2
hari karena pada saat mengonsumsi obat tersebut klien mengeluh terdapat
Hal ini bisa terjadi karena sistem imun tubuh berespons terhadap
batuk yang terus menerus pada penderita TB Paru dan terjadinya masalah
Menurut Black (2014) tanda dan gejala TB paru dapat dibagi menjadi
2 yaitu : Gejala paru yang akan muncul seperti Dispnea, Batuk nonproduktif
atau produktif, Hemoptisis, Nyeri dada yang berupa pleuritik atau nyeri dada
tumpul, sesak di dada, Crickles dapat ditemukan pada saat auskultasi. Gejala
umum yang akan muncul seperti Rasa lelah, Anoreksia (hilang nafsu makan),
menjadi dua golongan yaitu : Keluhan resepiratoris meliputi batuk keluhan ini
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.
Sesak nafas ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas dan karena
ada hal yang menyertai seperti efusi pluera, pnemothorak, anemia. Nyeri dada
meliputi: Demam yang biasa timbul pada sore atau malam hari mirip demam
seperti yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan dan malaise. Timbul biasanya bersifat grafual muncul dalam beberapa
minggu-bulan. Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak
mengalami kelainan, pada saat inspeksi klien biasanya tampak kurus sehingga
TB paru seperti efusi pleura yang massif maka akan terlihat adanya
yang sakit. Pada klien TB paru minimal dan tanpa komplikasi biasanya
paru biasanya akan terlihat sesak napas, peningkatan frekuensi napas, dan
fremitus teraba tidak sama saat palpasi antara paru kanan dan paru kiri karena
pleura. Pada saat perkursi klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Kemudian jika klien disertai komplikasi seperti efusi pleura akan di dapatkan
bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi
cairan di rongga pleura. Pada saat auskultasi akan didapatkan suara napas
demam, merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore
dan malam hari mirip influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang
lainnya yaitu gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Keringat malam menjadi salah satu faktor yang
keringat malam, juga bisa terjadi karena peningkatan produksi sputum dalam
paru dan sulit dikeluarkan, sehingga respon batuk terus terjadi dan sering
beberapa klien (alih-alih mampu dikontrol oleh respon imun yang didapat
120
sehingga tetap dorman) masih belum dipahami dengan jelas. Namun, faktor-
menjadi penyakit aktif melibatkan hal-hal seperti Kontak ulang dengan orang
Kortikosteroid jangka panjang, tinggal atau bekerja pada area padat beresiko
tinggi (penjara, fasilitas perawatan jangka panjang), berat badan renda (10%
2014)
beberapa faktor-faktor yang berperan, tinggal atau bekerja pada area padat
beresiko tinggi merupakan salah satu alasan TB paru aktif kembali, faktor
pencetus terinfeksi ulang dalam hal ini pekerjaan klien merupakan seorang
tubuhnya.
121
Menurut Leavel dan Clark yang disebut pencegahan adalah segala kegiatan
yang dilakukan baik langsung atau tidak langsung untuk mencegah suatu
kepada orang lain. Kegiatan dapat dilakukan oleh perawat rumah sakit, mulai
dari pasien rawat jalan dipoliklinik, pasien rawat inap sampai dengan klien
hal ini bisa terjadi karena tingkat pendidikan klien yang rendah yaitu hanya
tamat SD, sehingga kurang terpapar dengan penyakit TB Paru yang baru
kesehatan, pemeriksaan fisik, rontgen dada, usap basil tahan asam BTA,
kultur sputum dan tes kulit tuberkulin. Rontgen dada biasanya akan
menunjukkan adanya lesi pada lobus atas. Sputum pagi hari untuk kultur
antara teori dan kasus, pemeriksaan dilakukan berdasarkan tanda gejala dan
pengkajian yang menjadi acuan dalam proses pengkajian, catatan medik, dan
tubuh.
9) Infeksi dan risiko tinggi penyebaran atau aktivasi ulang kuman TB,
dahaknya, dahak klien putih kental, terdapat suara nafas tambahan Ronchi
125
pada paru sebelah kanan, RR : 26 kali/menit, sputum dalam jumlah 1-2 cc,
tahun dan berhenti 2 tahun yang lalu sedangkan data objektif klien tampak
Klien mengatakan apabila klien batuk klien akan sesak nafas, posisi klien
semifowler/fowler
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk terus menerus dan proses
berinteraksi , konjungtiva pucat, frekuensi klien tidur selama 4-5 jam per
hari
126
menujang diagnosa yaitu sulit tidur malam dan siang karena batuk terus
menerus, suhu ruangan yang panas dan selalu berkeringat pada malam
hari, klien mengeluh saat bangun tidur tidak puas dan terasa lemas
hanya 4-5 jam dalam sehari sedangkan data objektif klien tampak lemah
proses penyakit dan pengobatan ditandai dengan klien tampak saat batuk
menutup dengan kain selimut, klien tidak menggunakan teknik batuk yang
benar, klien tidak menggunakan masker, serta tempat dahak tidak ditutup,
menujang diagnosa yaitu saat batuk tidak menutup dengan tissue atau sapu
data objektif klien tampak saat batuk tidak menutup dengan tissue atau
sapu tangan, klien tidak menggunakan teknik batuk yang benar, klien tidak
bertanya ke perawat.
127
intervensi yang dirujuk dari NIC dan NOC ada beberapa intervensi yang
jumlah 1-2 cc, klien mempunyai riwayat perokok aktif. Tujuannya setelah
efektif dengan kriteria hasil klien mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
nafas bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips), menunjukan jalan
128
nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan klien tampak sesak, pasien
jam, mampu mendemonstrasikan batuk efektif adn suara nafas bersih, tidak
ada sianosis, TTV dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, dan
pernafasan)
proses adaptasi lingkungan ditandai dengan klien tampak lemah, mata klien
tampak sayu, terdapat mata panda di sekitar mata klien, klien tampak
dengan kriteria hasil jumlah jam tidur klien dalam batas nomal 6-8 jam/ hari,
pola tidur, kualitas dalam batas normal, perasaan segar sesudah tidur atau
istirahat.
tampak saat batuk tidak menutup dengan tissue atau sapu tangan, klien tidak
serta tempat dahak tidak ditutup, klien sering bertanya ke perawat. Tujuannya
tentang resiko infeksi terpenuhi dengan kriteria hasil klien dan keluarga
sesudah pelaksanaan tindakan serta menilai data yang baru (Rohmah & Walid
dalam tahap ini yaitu meliputi pengkajian ulang, memperbarui data dasar,
meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat serta
Penulis dapat melakukan intervensi yang ada pada tinjauan kasus. Untuk
klien mengatakan sulit tidur malam dan siang karena batuk yang terus
menerus dan suhu ruangan yang panas dan selalu berkeringat pada malam
hari, klien mengeluh saat bangun tidur tidak puas dan terasa lemas badanya,
klien mengatakan terbangun saat batuk, klien mengatakan tidur hanya 4-5 jam
menutup dengan tissue atau sapu tangan, klien tidak menggunakan masker,
penyebab penyakit, tanda dan gejala, cara penularan dan mencegahnya serta
131
bagaimana proses pengobatan yang harus dilakukan oleh klien serta klien
Namun, dalam hal pemberian obat dalam waktu 24 jam penulis hanya
dapat memberikan obat pada klien 1 kali sedangkan untuk 2 kali pemberian
obat pada waktu malam dan pagi hari tidak dapat penulis lakukan,
yang mana telah penulis jelaskan bahwa jam dinas dilaksakan pada jam yang
berbeda dengan epmberian obat seperti pada jam dinas pagi hari dan siang
hari. Untuk faktor pendukung yang penulis dapatkan pada tahap ini yaitu
keperawatan.
mana pada tahap ini dapat dilihat keberhasilan dari tindakan yang telah
ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Rohmah & Walid 2012).
subyektif (S), data obyektif (O), analisa permasalahan (A), klien berdasarkan
S dan O, Serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas.
tampak sulit mengeluarkan dahaknya, dahak putih kental, terdapat suara nafas
tambahan ronchi pada paru sebelah kanan, RR: 26 kali / menit, sputum dalam
jumlah ± 1-2 cc, riw. klien perokok aktif. Sesuai dengan tujuan pemberian
teratasi sebagian. Hal ini di karenakan satu dari dua kriteria hasil yang
diharapkan belum tercapai yaitu menunjukan jalan nafas yang paten (klien
dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan klien tampak sesak, pasien
asuhan keperawatan masalah ini teratasi sebagian. Hal ini dikarenakan faktor
pencetus dari sesak nafas tersebut adalah karena ada nya batuk secara terus
menerus sehingga apabila batuk belum teratasi maka sesak akan muncul
proses adaptasi lingkungan ditandai dengan klien tampak lemah, mata klien
tampak sayu, terdapat mata panda di sekitar mata klien, klien tampak
dengan kriteria hasil yang diharapkan yaitu jumlah jam tidur dalam batas
nomal 6-8 jam / hari, pola tidur, kualitas dalam batas normal, perasaan segar
sesudah tidur atau istirahat. Sedangkan kondisi klien sudah bisa tidur selama
6-8 jam sehari, pola tidur normal dan klien merasa segar setelah bangun tidur.
dengan klien tampak saat batuk menutup dengan kain selimut, klien tidak
serta tempat dahak tidak ditutup, klien sering bertanya ke perawat seputar
Paru.
pada diagnosa pertama dan kedua masalah hanya dapat diatasi sebagian.
penulis mendapatkan kerja sama yang baik antara penulis dan perawat
ruangan, penulis dengan tim kesehatan lainnya, penulis dengan klien, penulis