Anda di halaman 1dari 3

PENUAAN PADA RONGGA MULUT

Terdapat beberapa teori penuaan, salah satunya yaitu teori wear and tear
Teori hipotesis ini dijelaskan bahwa penuaan dapat dihasilkan dari tingkat kerusakan
pada tingkat seluler atau intraseluler, yang mengarah pada kehilangan sel dan disfungsi.
Dengan kata lain, penuaan dan kematian merupakan hasil dari wear and tear yang dilakukan
sehari-hari. Contohnya yaitu pada gigi geligi, dimana terjadi atrisi, dentin sekunder.
a. Penuaan pada jaringan keras
- Pada enamel gigi terjadi atrisi, abrasi erosi/abfraksi;
o Atrisi ini berasal dari frictional wear selama kontak yang berulang. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh diet (makanan berpasir/gritty), parafungsi/
bruxism, dan sekresi saliva yang menurun, sehingga fungsi lubrikasinya
hilang. Tanda klinisnya yaitu adanya aspek yang terpoles pada cusp/ ridge,
atau permukaan datar pada insisal edge gigi anterior.
o Abrasi adalah kehilangan struktur gigi akibat gaya selain mastikasi,
contohnya akibat menyikat gigi yang salah. Hal ini biasanya terjadi pada
regio cervicobuccal, cenderung asimetris, dan sering terjadi pada caninus
dan premolar. Jika telah mengalami resesi, abrasi pada sementum dan
dentin sering ditemukan.
o Erosi merupakan hilangnya enamel dari akibat konsumsi atau muntahan
asam. Sumber asupan asam yaitu buah-buahan asam, dan produk buah
lainnya, sedangkan regurgitated asam adalah hasil dari gangguan pada
lambung, yaitu umumnya terjadi pada lansia. Kekurangan sekresi saliva
juga dapat membuat kondisi ini menjadi eksaserbasi, karena kehilangan
kemampuan protektif dari buffer saliva. Area erosi ini biasa ditemukan
pada permukaan labial gigi anterior maksila.
o Prevalesni terjadinya karies pada permukaan korona dan akar meningkat
seiring bertambahnya usia. Hal tersebut berhubungan dengan resesi
gingiva

Gambar. Atrisi pada Gigi Anterior


-

Perubahan pada dentin


o Terjadi deposisi dentin sekunder. Hal ini merupakan perubahan fisiologis
yang berkaitan dengan proses penuaan yang normal, berbeda dengan
dentin sekunder yang muncul sebagai respon terhadap karies dental
ataupun trauma.
o Dengan menebalnya dentin ini maka terjadi perubahan warna pada gigi
yaitu menjadi kuning dan kehilangan translusensi.
o Pembentukan dentin sekunder yang ekstensif dapat menyebabkan
penurunan sensitivitas gigi yang berhubungan dengan penuaan.
o Selain itu, terjadi penurunan sensitivitas terhadap rangsangan termal,
osmotik dan elektrik serta persepsi sakit
o Hal tersebut berakibat pada berkurangnya respon saat pulp testing dan
biasanya menurunkan kebutuhan anastesi lokal pada prosedur dental
o Perubahan sensasi rasa sakit tersebut juga berhubungan dengan perubahan

jalan saraf yang terlibat dalam nociception


Pada pulpa, terjadi kalsifikasi pulpa.
o Besar kamar dan saluran pulpa akan berkurang ukurannya secara progresif
akibat deposisi dentin sekunder dan pulp stones.
o Seiring bertambahnya usia, pulpa kekurangan seluler, vaskuler dan lebih
fibrous.
o Serabut saraf pulpa juga berkurang panjang, diameter dan derajat
mielinisasinya, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya sensitivitas
dentin.
o Odontoblast yang melapisi aspek pulpa pada dentin juga jumlahnya
berkurang, dan mengecil ukurannya.
o Selain itu juga terjadi pengecilan diameter foramen apikal secara bertahap,
sehingga menyebabkan kehilangan vaskularisasi dan degenerasi pada

pulpa lansia.
Pada sementum, terjadi deposisi sementum seiring bertambahnya usia. Hal ini

juga menyebabkan menyempitnya apikal foramen.


Pada tulang, merupakan jaringan yang labil dimana resorpsi dan deposisi terjadi
disaat yang bersamaan saat pertumbuhan dan remodeling. Pada usia yang tua,
akan menyebabkan atrophy pada resorpsi yang tidak seimbang. Komposisi tulang
akan berubah secara perlahan, sehingga menghasilkan penurunan ketahanan dan
peningkatan brittleness. Secara mikroskopik terjadi kehilangan komponen seluler
seiring bertambahnya usia, sehingga tulang tampak sklerotik dan osteocyte nya

menyusut. Kuantitas jaringan mineralisasi pada tulang kortikal dan trabekular pun
berkurang.

b. Penuaan pada jaringan periodontal


- Pada periodontium, kehilangan tulang alveolar dipercepat dengan kondisi
kehilangan gigi. Sebelum diekstraksi, tulang ini mengalami resorbsi perlahanlahan dengan resesi gingiva. Proses tersebut akan terjadi lebih cepat jika terdapat
-

penyakit periodontal.
Junctional epithelium lama kelamaan akan membentuk tingkat perlekatan semakin
kearah apikal CEJ akibat proses wear and tear, yakni tekanan pengunyahan, injuri

mekanis atau penyakit periodontal.


Sel epitel rest of Malassez umumnya berproliferasi sebagai respon terhadap injury,
namun seiring berjalannya waktu jumlahnya akan berkurang. Sehingga
kemampuan sel tersebut sebagai cadangan sel epitel yang berperan untuk

menciptakan perlekatan baru saat resesi gingiva berkurang.


Pada penyakit sistemik seperti osteoporosis, dapat mempengaruhi metabolisme
kolagen dan mineralisasi tulang, seiring dengan penurunan massa tulang.

Gambar. Penuaan pada Jaringan Periodonsium

Anda mungkin juga menyukai