Anda di halaman 1dari 14

PROBING TEST

A. Pocket Probing

Ada dua perbedaan antara kedalaman poket;

1. Kedalaman biologis atau histologis.

Merupakan jarak antara margin gingival dengan dasar poket (ujung

koronal dari epitel junction). Kedalaman ini dapat diketahui dengan

memersiapkan dengan sangat baik dan memadai dari struktur jaringan

yang akan diperiksa.

2. Kedalaman klinis atau probing.

Merupakan jarak dimana ujung instrument ad hoc (probe) menembus

(memenetrasi) ke dalam poket. Kedalaman penetrasi sebuah probe di

dalam poket dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti ukuran probe, gaya
dan tekanan awal, arah penetrasi, ketahanan jaringan, dan konveksitas

mahkota.

Penetrasi dari probe sangat bergantung pada gaya awal, ukuran dan

bentuk ujung probe, dan derajat inflamasi jaringan. Pada manusia, ujung

probe menembus bagian paling koronal serat utuh dari attachment jaringan

ikat. Kedalaman penetrasi dari probe di dalam jaringan ikat apical ke epitel

junction dalam kantung periodontal pada gingival sehat yang dapat ditembus

oleh ujung probe adalah 0,1 mm sampai 0,3 mm. Pengukuran kedalaman

poket sebelum dan sesudah perawatan sangat penting karena dapat

mengetahui sampai sejauh mana respon inflamasi telah berkurang.

Gaya probing yang digunakan adalah sebesar 0.75 N. Besaran ini

dianggap sebagai besaran yang paling akurat dan dapat diterima. Kesalahan

interexaminer (diskrepansi kedalaman diantara para pemeriksa) adalah sebesar

2.1 N (rata-rata sebesar 1.5 N) dalam area yang sama.

B. Teknik Probing

Teknik probing yang benar adalah probe dimasukkan pararel dengan aksis

vertikal gigi dan berjalan secara sirkumferensial mengelilingi permukaan setiap

gigi untuk mendeteksi daerah penetrasi terdalam.


Gambar Jalan probe untuk mengeksplor seluruh poket.

Jika terdapat banyak kalkulus biasanya, sulit untuk mengukur

kedalaman poket karena kalkulus menghalangi masuknya probe. Oleh karena

itu, harus dilakukan pembuangan kalkulus terlebih dahulu secara kasar (gross

scaling) sebelum dilakukan pengukuran poket periodontal.

Untuk mendetesi adanya interdental craters, maka probe diletakkan

secara oblique baik dari permukaan fasial dan lingual sehinggga dapat

mengeksplorasi titik terdalam pada poket yang terletak dibawah titik kontak.
Gambar. Insersi probe secara vertikal (kiri) tidak mendeteksi interdental crater; probe

dengan posisi oblique (kanan) mencapai titik terdalam carter.

Pada gigi berakar jamak harus diperiksa dengan teliti karena adanya

furkasi. Probe dengan desain khusus (Nabers probe) memudahkan dan lebih

akurat untuk mengeksplorasi komponen horizontal pada lesi furkasi.


Gambar Probing dengan (Nabers probe)

Insersi probe pada dasar poket akan mengeluarkan darah apabila

gingiva mengalami inflamasi dan epithelium poket atrofi atau terulserasi.

Untuk mengecek perdarahan setelah probing, probe perlahan-lahan

dimasukkan ke dasar poket dan dengan berpindah sepanjang dinding poket.

Perdarahan seringkali muncul segera setelah penarikan probe, namun

perdarahan juga sering tertunda hingga 30-60 detik setelah probing.

Periimplantitis dapat menciptakan kantung diantara implant, jadi,

probing diantara implant merupakan bagian dari pemeriksaan dan diagnosis.

Untuk mencegah penggoresan pada permukaan implant, probes periodontal

berbahan plastik harus digunakan (jika dibandingkan dengan berbahan besi

yang lebih efektif digunakan pada gigi yang masih natural).


C. Menentukan Level Attachment

Saat margin gingival terlokasi di mahkota anatomis, level attachment

ditentukan dengan mengurangi kedalaman poket yang menjadi jarak margin

gingival ke CEJ. Jika kedua-duanya adalah sama, maka kehilangan attachment

dihitung sebagai 0.

Saat margin gingival berkoinsiden bersama CEJ, maka kehilangan attachment

sama dengan kedalaman kantung. Saat margin gingival terlokasi secara apical ke

CEJ, kehilangan attachment lebih besar dari kedalaman kantung, dan jarak antara

CEJ serta margin gingival harus dimasukkan ke kedalaman kantung.

D. Waktu Probing

Saat probing kantung gingival, probing bisa saja selesai kapan saja

untuk diagnosis dan memonitori tujuan dari perawatan dan pemeliharaan.

Initial probing dari kasus yang sedang sampai berat biasanya terhambat

karena keberadaan dari inflamasi yang berat atau kalkulus dalam jumlah besar

dan tidak bisa selesai dengan akurat. Tujuan dari initial probing (bersama

dengan pemeriksaan klinis dan radiografis) adalah untuk menentukan apakah

gigi masih bisa diselamatkan atau sudah harus diekstraksi.


Setelah pasien melakukan kontrol plak yang baik beberapa waktudan

kalkulus telah terbuang seluruhnya, perubahan inflamasi yang umum dapat

hilang, dan teknik probing yang lebih akurat dapat dilakukan.

Adapun tujuan dari probing yang kedua adalah untuk menetapkan

secara akurat level dari attachment dan derajat yang memengaruhi akar dan

furkasi. Data yang diperoleh dari probing menyediakan informasi penting

untuk rencana perawatan.

Terakhir, dalam perawatan periodontal, probing selesai untuk

menentukan perubahan pada kedalaman kantung dan memastikan perjalanan

penyembuhan setelah beberapa prosedur yang berbeda-beda.

METODE PENGUKURAN PLAK

Ada 4 metode dalam pengukuran indeks plak :

1. Mengambil plak menggunakan instrument seperti scaler. Plak kemudian

ditimbang atau diestimasi secara kimiawi untuk menghitung jumlahnya.

Teknik ini tidak praktis.

2. Mengestimasi ketebalan plak (Plaque Index) oleh Silness & Loe. Biadanya

pada mahkota gigi di dekat margin gingival. Tidak akurat, karena ada
perbedaan ukuran derajat ketebalan plak antara operator yang satu dengan

yang lainnya.

3. Metode yang mengestimasi luas daerah plak yang menutupi mahkota gigi

(Debris Index) metode yang umumnya digunakan karena memunyai

konsistensi.

4. Metode yang mengukur ada tidaknya plak menggunakan plaque distribution

chart. Setelah disclosing, apabila terdapat plak yang terlihat pada permukaan

labial, buccal, lingual, mesial, atau distal, maka table dicentang mudah

dioperasikan, akan tetapi memakan waktu dan tidak dapat mendeteksi

perubahan pada penginkatan awal dalam kontrol plak, karena hanya

mendeteksi ada tidaknya plak, bukan jumlahnya. Plaque Distribution Chart

digunakan pada pasien dengan kemunduran periodontal yang parah yang

cepat, dimana pengetahuan aka nada tidaknya plak akan lebih membantu.

INDEKS PLAK

O Leary Index

Indeks plak OLeary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks

plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukan lokasi plak

sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah

pasien melakukan kontrol plak.


Catatan :

1 buah gigi diasumsikan memiliki 4 permukaan.

Permukaan-permukaan gigi yang diberi warna merah adalah permukaan gigi yang

memiliki plak.

Permukaan-permukaan gigi yang berwarna putih adalah permukaan gigi yang bebas

dari plak.

Permukaan-permukaan gigi yang tidaka diberi warna, akan tetapi digaris melintang,

adalah permukaan gigi yang sudah mengalami ekstraksi (tidak termasuk dalam

perhitungan).

Gambar Diagram O Leary

Adapun cara melakukan tes ini adalah sebagai berikut,

1. Setiap gigi dalam mulut dibagi menjadi empat bagian menurut garis

anatomisnya, yaitu buccal, mesial, distal, dan lingual.


2. Pertama, semua gigi yang hilang ditandai, lalu sisanya dideterminasi.

3. Lalu pasien berkumur dengan air untuk menghilangkan food debris yang

ada.

4. Setelah itu, plak diberi disclosing solution pada semua gigi hingga bagian

dentogingival junction tertutupi semua. Lalu sekali lagi, pasien harus

berkumur dengan air.

5. Jika sudah, operator dapat segera memeriksanya, apabila ada plak, maka

di bagan ditandai dengan tanda tambah (+) atau diberi warna merah di

bagian yang terdapat plak (mesial, distal, bukal, palatal). Lalu jumlah skor

diakumulasi dan dibagi sesuai jumlah gigi dan dikali 100 (bila hendak

menggunakan persentase).

Index Penilaian :

0 = tidak ada plak pada gingival, dites dengan menggeser probe pada

sepanjang permukaan gigi.

1 = tidak ada plak yang bisa diamati dengan mata telanjang, tetapi plak

terdapat pada ujung panjang probe setelah probe digerakkan disepanjang

permukaan gigi.

2 = gingival ditutupi dengan selapis tipis plak sampai sedang yang tampak

dengan mata telanjang.


3 = penumpukan yang banyak dari deposit lunak di dalam saku gingival dan/

atau tepi gingival dan permukaan gigi yang berbatasan.

Rumus :


Index Plak :

Contoh :

(34+36) 70
Plak Index = = 0.7 atau 70%.
(52+48) 100

Jadi, skor dari Plaque Index menurut O Leary untuk kasus ini adalah 70%.

Plaque Index of Silness and Loe


Merupakan perkembangan dari O Leary Index dengan bagian servikal juga

dibagi menjadi mesial, distal, lingual, dan fasial. Indeks plak Loe and

Silnesstahun 1964 diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi

dan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingival.

Kriteria dari indeks ini adalah sebagai berikut,

0 = tidak ada plak.

1 = plak terdapat pada pinggir gingival dan hanya terlihat dengan removal

dengan perio-probe atau dengan disclosing solution.

2 = akumulasi moderate yang dapat dilihat dengan mata, baik dibagian

marginal gingival atau pada permukaan lainnya.

3 = akumulasi berat dari bagian lunak pada pinggir gingival dari permukaan

gigi. Soft debris memenuhi bagian interdental.

The Debris Index (Greene & Vermilion)

Digunakan untuk mengukur daerah gigi yang ditutupi oleh plak. Caranya

dengan mengukur banyak plak yang menutupi permukaan 6 gigi yang dipilih,

biasanya setelah disclosing.

Indeks Plak :

0 = tidak terdapat plak pada gigi.


1 = plak menutupi 1/3 permukaan gigi.

2 = plak menutupi lebih dari 1/3 namun kurang dari 2/3 permukaan gigi.

3 = plak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi .

Teknik ini dapat disebut juga sebagai partial scoring, karena hanya

memerlukan sedikit gigi yang representative untuk dihitung, dan memberikan

nilai yang mendekati dengan nilai yang didapatkan dengan melihat seluruh

mulut. Gigi yang digunakan untuk keperluan ini sering disebut Ramfjords

teeth.

Pengukuran indeks ini juga meliputi memasukkan ujung periodontal

probe pada sulkus gingival bagian bukal dan palatal. Bila ujung probe

mendapatkan plak sulkular (walau gigi tidak tertutupi sama sekali oleh plak)

maka diberi skor 1. Dengan cara ini operator juga dapat sekaligus mengukur

bleeding index.

Bila tiap gigi mendapat skor 2 (1 untuk bukal, dan 1 untuk lingual)

maka didapat total score 12. Total score kemudian dibagi dengan 12 untuk

mendapatkan rata-rata yang menjadi D. I saat itu.

References :
Hoag, Philip M, Elizabeth A. Pawlak. 1990. Essentials of Periodontics. St. Louis,

Missouri : Mosby, Inc.

Lindhe, Karing, and Lang. 2003. Clinical Periodontology and Implant Dentistry. 4th

Ed. Munksgaard : Blackwell Pub and Co.

Newman, Takei, and Caranza. 2006. Carranzas Clinical Periodontology. 10th Ed.

Philadelphia : WB. Saunders Co.

Rose, Louis F, Brian L. Mealey. 2004. Periodontics : Medicine, Surgery, and

Implants. St. Louis, Missouri : Mosby, Inc.

Anda mungkin juga menyukai